850

-15

(-1.73%)

Today

436,300

Volume

837,324

Avg volume

Company Background

PT Sunindo Pratama Tbk. (Perseroan) adalah suatu perseroan terbuka yang saat ini memiliki kegiatan usaha utama yang bergerak di bidang perdagangan besar mesin, peralatan dan perlengkapan lainnya, perdagangan besar atas dasar balas jasa (fee) atau kontrak, aktivitas konsultasi manajemen lain, aktivitas penyewaan dan sewa guna tanpa hak opsi mesin pertambangan dan energi serta peralatannya dan perdagangan besar barang logam untuk bahan konstruksi.

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$KSIX = $SUNI
siksa ritel

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Cap cip cuan jilid II: Oil
(macro insight ada di paling bawah)

$ENRG tetap jadi juaraku di sektor oil. Kalo mau sekalian buat invest karena PE masih 7. Momentum oil dan pertumbuhan revenue bisa mempercepat saldo laba menjadi positif sehingga bisa mulai bagi dividen. Tapi kalo tahun ini PE mencapai 20x-25x, bisa pertimbangkan jual.
RISKS:
• Working Capital negatif
• Net Debt positif
• Cash < Short Term Debt. I think this one is medium to low risk, mempertimbangkan momentum harga minyak yg kembali naik. Kalo mau Rights Issue jg masih tergolong murah sahamnya.

Mau spekulatif bisa ambil $APEX (oil rig). Kalo bisa turnaround sih cakep bangettt. Price to Sales masih dibawah 0.4, market cap masih 0.5T. Semoga aja Net Profit Marginnya bisa diperbaiki 🙏 Note: saldo laba masih negatif dan belum ada perbaikan, jgn harap dividen.

Kalo market oil sudah mulai reda, bisa lirik $SUNI untuk invest, adik kelasnya CTBN. Profit Margin tebal 20%+. PE masih dibawah 10x, DPR sudah naik dari 11% jadi 24% dengan potensi pertumbuhan laba minimal +50% jika pabrik ke-2 rampung akhir tahun ini. SUNI jg baru saja menang tender gede dari Pertamina Hulu Sanga. Progres kinerjanya mirip kayak NICL di harga Rp350, tapi menurutku NICL bisa multibagger karena dibantu sentimen akum oleh owner. Bukan mustahil pak Soe dkk akan borong sahamnya (atau malah di akuisisi pihak luar?)
Anyway, harga SUNI belum naik2 amat karena:
• Mungkin investor nunggu kadaluarsa kontrak2 penting di Q2. Apakah akan diperpanjang? Sayangnya tidak ada yg nanya perihal ini di PubEx.
• DAN biaya gas jg naik 16% (dari USD 6 / mmbtu ke 7 dolar). haciiih! PGAS 🤧
• Lagipula Laba Q2 2024nya paling gede, sehingga Quarterly YoY berpotensi terlihat jelek.
Kombinasi inilah yg bikin saya masih ragu timingnya untuk entry gede. Silahkan diperdalam ya.

Saya lagi gak mau banyak nulis. Lagi gak tajam instingnya 🙁 Yg pasti, saya belajar hal baru yg mungkiiiin bisa konsisten menghasilkan bagger stock seperti NICL CTBN MBSS (bukan backdoor, bukan pom2 grup). Semoga bisa bagi2 hidden gem.

ALL THE BEST. See you after the war

.
.
.

Stockpick gagal:
• SIDO (unexpected net profit drop karena musimnya bergeser. LKQ2 masih ada harapan).
• MYOR (daya beli lemah). Bye

Stockpick belom gagal, tapi relatif aman buat invest long term:
• ASLC: daya beli ekonomi middle turun = beli mobil seken). BIG MARKET. Astra & Honda aja rebutan pasar ini. Tugas utama Autopedia seharusnya memperluas jaringan B2C (Caroline) untuk memperbesar profit margin. Kalo diversifikasinya mulai aneh2, cut aja.
• OMED: sungguh perusahaan yg luar biasa bagus. Produsen alkes lokal yg kinerjanya tumbuh terus, fundamental sehat. Harga fair. Itu owner yg laki suka trading kecil2an.. biarin aja 😅 Lagi gabut kayaknya.
• SBMA: saya suka banget sama emiten ini. Mini Samator.. AGII. Kalo mereka berhasil jajakin industri migas, bisa joss karena valuasi tergolong murah PE < 10.

Saham bagus dan murah lainnya:
GJTL & ASII
UNTR
Kalo batubara main, ambil ITMG & BSSR
Kalo finance main, ambil BFIN

🌏 MACRO INSIGHT
• Ekonomi Indonesia sedang berada di fase late expansion (peaking). Ditambah ketidakpastian global bikin suku bunga BI enggan turun. Kurs Rupiah akan kembali melemah. Inflasi bisa jadi naik karena harga emas dan minyak mentah naik. Meskipun pemerintah bantah pelemahan daya beli, paket2 stimulus JELAS diterbitkan karena ada pelemahan daya beli.
• INTINYA: Kalo pertumbuhan PDB melambat (under 5%) + inflasi naik ditengah daya beli yg sudah lemah.. not the best combo guys.. 😆
• 📉 Underperform: perbankan & consumer (kecuali BBTN krn sentimen 3jt rumah). NIM akan turun, NPL berpotensi naik, CKPN naik. Danantara & Jamsostek kapan mau haka?
• Neutral: Properti & Otomotif.
• 📈 Outperform: Oil & Gold. Utilitas. PGEO, ARKO, KEEN udah sempat terbang duluan tuh. Nurut banget sama teori siklus ekonomi: late expansion.

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$OBMD emiten dengan fundamental yang cukup baik dan prospek kinerja perusahaan yang cemerlang kedepannya.. cuma pelit banget sampai saat ini belum pernah membagikan dividen dengan alasan laba ditahan..dengan market cap obmd saat ini 145 milyar,semoga saja kedepannya mungkin $SUNI mau akuisisi perusahaan ini agar menjadi Baker Huges nya Indonesia agar menjadi perusahaan raksasa Indonesia yang bisa berbicara banyak di luar negeri..atau dengan laba ditahan,kedepannya obmd bisa terus berekspresi di timur tengah atau di negara Afrika..
#Hati".. saat ini sahamnya sepi dan lagi dibuang"i sama ritel..

Read more...

Apakah US berani bersekutu dengan Israel.

Saat ini ketegangan geopolitik semakin memanas. Bisa terlihat dari bagaimana kondisi di sejumlah negara seperti Rusia bersama dengan Ukraina, Pakistan dan India yang sempat konflik, hingga yang paling terbaru saat ini adalah Israel bersama dengan Iran. Berdasarkan berita terupdate, Iran sendiri berkomitmen untuk memberikan serangan balasan secara "full power" kepada sejumlah pusat sekaligus kota strategis di Israel. Bahkan kalau mau lebih update lagi, US bersama dengan negara G7 lainnya bersepakat untuk mendukung Israel. Bagaimana dengan Iran? apabila perang terjadi secara berkepanjangan, Iran bisa saja berpotensi didukung oleh sejumlah negara diluar G7, seperti Rusia, negara negara timur tengah, bahkan hingga Korea Utara sekalipun (masih berpotensi). Oleh karena itu, muncul skenario bahwa perang dunia ke 3 berpotensi terjadi. Kenapa statement seperti itu muncul? karena polanya kurang lebih sama.

Pertanyaannya satu, apakah US akan serius bersekutu dengan Israel?
Jawaban saya belum tentu, bisa iya bisa tidak. Mengapa demikian?

Bisa iya, karena peristiwa yang terjadi saat ini memiliki pola yang cukup menarik dengan peristiwa perang dunia yang sudah terjadi sebelumnya. Dimana patternya kurang lebih seperti ini : kebijakan tarif impor diterapkan pada tahun 1930an yang bernama tarif Smooth Hawley, terhadap lebih dari 20,000 jenis barang dan bahan baku termasuk dari Eropa dan Asia, dimana hal tersebut memperburuk kondisi geopolitik global dan perdagangan internasional menjadi anjlok 60% sepanjang tahun 1929 - 1934. Kebijakan tarif ini membuat kondisi ekonomi di banyak negara semakin sulit, terutama Jerman yang sedang dalam kondisi krisis akibat kekalahan perang dunia 1 dan harus membayar utang sebesar 33 miliar sesuai dengan perjanjian Versailes. Kondisi ekonomi yang sulit memicu munculnya paham paham radikal ( seperti paham fasisme dan nazisme ) yang memiliki ambisi sangat besar dan cenderung berbahaya untuk kepentingan sekelompok. Maka munculah perang dunia ke 2 ketika Jerman secara resmi menginvasi Polandia pada tahun 1939.

Jika dilihat dari polanya memang sedikit mirip, meskipun tidak sepenuhnya.

Kemudian melihat dari sisi hubungan diplomatik antara US dan Israel, tercatat bahwa hubungan diplomatik antara US dan Israel terbilang cukup dalam, mulai dari kedekatan hubungan kedua negara tersebut sehingga Israel menjadi salah satu negara yang mampu mendekatkan US dengan cadangan kekayaan alam terbesar di dunia, yaitu minyak "emas hitam". Selain itu, US sendiri bersama dengan Israel telah menjalin kerjasama ekonomi dengan terus mengembangkan teknologi militer bersama, sehingga dari sisi pertahanan, AS cukup belajar banyak dari Israel (ini sebabnya mengapa meskipun ekspor impor Israel bersama US terbilang kecil, tapi tetap terbilang cukup penting) . Oleh karena itu, ketika Israel diserang tentu ini akan membuat salah satu rekan militer US menjadi terganggu. Sebagai seorang "teman sejati di bidang militer", US tentu berpotensi untuk membantu Israel. "Kalau skenarionya kalah, US bisa kesulitan untuk mengontrol cadangan minyak di negara Timur Tengah (meskipun kemungkinan kalah sangat sangat kecil)."

Bisa juga tidak, karena di sisi lain US memiliki tantangan ekonomi tersendiri dimana saat ini US dihadapkan akan tantangan ekonomi yang cukup serius. Utang negara yang semakin tinggi hampir menyentuh debt ceiling lagi, obligasi pemerintah semakin tidak menarik di mata investor sampai sampai yield harus naik di angka 4,5%, bahkan Moody's sendiri menurunkan credit rating AS dari AAA menjadi AA+. Pertumbuhan ekonomi AS bahkan saat ini terkontraksi 0,3%.

Lalu apa hubungannya? Ketika US campur tangan dalam perang Israel dan Iran, ini tentu akan mengusik perang dunia 3 yang melibatkan banyak negara. Bahkan dalam kasus ini, jumlah negara yang terlibat berpotensi lebih besar dibandingkan perang dunia sebelumnya. Ketika perang dunia ke 3, tentu aktivitas ekonomi dan perdagangan internasional menjadi terganggu, mengingat terdapat sejumlah lokasi perdagangan strategis yang berdekatan dengan daerah rawan lokasi peperangan. Ketika perang terjadi, maka perdagangan internasional akan terganggu dan hal tersebut akan membuat persediaan bahan baku akan menjadi semakin langka yang membuat harga bahan baku meningkat. Harga yang tinggi akan berpotensi memunculkan "inflasi".

Inflasi yang berpotensi meningkat akan membuat The Fed harus menaikan suku bunga untuk menjaga stabilitas nilai mata uang mereka. Dengan adanya ancaman "dedolarization" ditambah dengan ketidakpastian ekonomi yang meningkat akibat adanya potensi perang dunia ke 3 ini, seharusnya membuat Presiden Donald Trump berfikir 2 kali untuk terlibat dalam perang ini. Mengingat salah satu tujuan utama dia sebagai Presiden adalah untuk memberikan inflasi yang rendah untuk negaranya, ditambah dengan potensi perang yang merugikan bisnis beliau menjadi salah satu argumentasi yang masuk akal terkait alasan US harus berfikir 2 kali untuk ikut berperang. Risiko sangat besar bahkan berpotensi mengacaukan negara mereka sendiri.

Kalau misalnya kemungkinan tidak, mengapa US terus gembar - gembor untuk bersekutu dengan Israel. Mungkin saja ini merupakan strategi US dengan mencari sensasi sehingga dapat mendorong harga minyak yang tentunya akan berdampak ke aktivitas eksplorasi dan pendapatan US untuk meningkatkan revenue mereka sebagai negara, mengingat minyak merupakan komoditas yang sangat vital saat ini.

Ini merupakan argumentasi saya semata berdasarkan apa yang saya baca dan ketahui terkait kondisi makroekonomi saat ini, bisa saja salah atau ada yang kurang. Apabila ada kekurangan atau tambahan tentu saya sangat terbuka untuk diskusi dan input baru terkait analisis saya.

$SUNI $ELSA $ESSA

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$SUNI

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Kemarin pindahin porto swing $PTBA dan $BSSR ke $SUNI

Secara historis, Q1 SUNI biasanya yang paling kecil dibanding Q lainnya. Kemarin EPS Q1 aja bisa 26. Klo EPS full year bisa 130, PER 10 setara 1300 😄

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

oyajii @Shirohige01 $SUNI Suni kayaknya boleh oyajii lirik

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Pembahasan lengkap emiten $PANI $SUNI $SRTG di https://cutt.ly/nrWiMS2Y

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

3 hit ✨ $PACK $RATU $SUNI

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$SUNI

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$SUNI

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$SUNI masih boleh masuk kah? Atau udah ketinggian?

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Target 1 juta barel dan 12 Bcf gas per hari itu bukan sekadar angka. Itu artinya ribuan sumur harus dibor. Dan setiap sumur? Butuh pipa baja khusus. Bukan yang dijual kiloan, tapi yang tahan tekanan dan korosi, namanya OCTG.”

Pertanyaannya, siapa yang bakal pasok pipa-pipa itu di dalam negeri?

$SUNI $ENRG $MEDC

$SUNI - Laut Sunyi Si Tukang Pipa

Di tengah hiruk-pikuk geopolitik Timur Tengah dan fluktuasi harga energi global, nama PT Sunindo Pratama Tbk (SUNI) mungkin belum segemerlap emiten energi raksasa lainnya. Tapi buat yg ngikutin sektor hulu migas lebih dalam, SUNI bukan sekadar pemain pinggiran. Mereka adalah pemasok utama produk tubular seperti casing, tubing, dan wellhead—barang yg jadi “tulang punggung” pengeboran minyak dan gas. Dan di saat dunia dikejutkan oleh rudal yg menghantam ladang minyak Iran, serta Indonesia ngebut kejar target lifting nasional, SUNI bisa saja mendadak jadi sorotan baru, mulai dr para analis sampai tukang tarik garis.

Untuk memahami potensi besar ini, mari kita tarik benang merah dari berbagai sumber–kalian bisa googling sendiri: mulai dari public expose SUNI, wawancara eksklusif mereka di media, Annual Report, hingga pemberitaan media soal kemenangan tender dari Pertamina Hulu Sanga Sanga. Kita jg gak bisa lewatin ekspansi besar-besaran berupa pembangunan pabrik kedua di Batam, yg dijadwalkan mulai beroperasi pada awal 2025. Pabrik ini bakal nambah kapasitas produksi seamless pipe dari 30.000 ton jadi total 70.000 ton per tahun. Semua sinyal ini menunjukkan satu hal: SUNI lg nyiapin diri buat naik kelas—bukan cuma naik kapasitas, tapi jg naik level persaingan.

Kita coba gali moat atau keunggulan kompetitif SUNI dgn pakai pendekatan Porter Five Forces, biar lebih sistematis seperti postingan sy sebelumnya: https://stockbit.com/post/18874743. Pertama, ancaman pendatang baru. Di industri pipa seamless, masuk itu susahnya bukan main. Harus punya modal gede, sertifikasi internasional semacam API 5CT & 5L, plus proses produksi yg presisi. SUNI butuh waktu lama buat dapet kepercayaan pasar, apalagi dari segmen migas yg ultra ketat. Maka bisa dibilang barrier to entry di sini tinggi banget.

Kedua, ancaman produk pengganti? Praktis gak ada. Produk SUNI itu komponen vital pengeboran. Selama sumur migas masih dibor, tubing & casing tetap dibutuhin. Dan dgn kebijakan pemerintah yg dorong TKDN (tingkat kandungan dalam negeri), SUNI punya modal kuat karena udah lolos ambang batas kandungan lokal lebih dari 50%. Di sisi ini, mereka bkn cuma kuat dari sisi teknis, tapi jg disokong regulasi.

Ketiga, daya tawar pembeli. Pelanggan utama SUNI adalah Pertamina dan para KKKS. Tapi dgn lonjakan proyek hulu dan keterbatasan pasokan lokal, posisi tawar SUNI justru makin kuat. Ini terlihat dari berbagai kontrak yg mereka raih, termasuk yg terakhir dari PHE Sanga Sanga senilai Rp19,88 miliar. SUNI bisa dibilang bukan cuma ngikut permintaan, tapi mulai bisa ngatur ritme sendiri.

Keempat, soal pemasok. SUNI masih impor beberapa bahan baku baja, tapi selama ini masih stabil. Dukungan kebijakan harga gas industri—termasuk Kepmen ESDM terbaru No. 76.K/MG.01/MEM.M/2025 yg menetapkan harga gas utk anak usaha mereka (Rainbow Tubulars Manufacture) sebesar US$7 per MMBTU—memberi buffer penting kalau-kalau harga energi global naik gara-gara konflik. Jadi meskipun harga bahan baku naik, tekanan ke SUNI bisa diredam cukup signifikan.

Kelima, persaingan. SUNI sejauh ini bermain nyaris sendirian. Hampir gak ada pemain lokal lain di kelas pipa seamless bersertifikasi. Bahkan di 2023–2024, mereka sempat harus stop ekspor demi memenuhi permintaan domestik yg meledak. Pabrik lama full kapasitas, dan pabrik baru pun diprediksi langsung diserap pasar lokal. Jadi, dgn kompetitor minimal dan pasar agresif, SUNI sedang berenang dengan sunyi di  blue ocean Indonesia.

Pertanyaannya sekarang: apakah semua ini bisa sustain? Jawabannya: bisa iya, bisa jg enggak—tergantung langkah selanjutnya. Saat ini SUNI punya moat yg terbangun dari posisi monopoli de facto, sertifikasi global, dan jaringan distribusi yg solid. Tapi ini masih rapuh kalau mereka stagnan. Maka wajar kalau manajemen mulai ekspansi ke produk baru di luar sektor migas, seperti line pipe utk konstruksi dan utilitas. Itu bukan cuma diversifikasi, tapi perluasan benteng.

Lalu datanglah babak geopolitik baru. Ketika perang pecah 13 Juni 2025, dan kilang gas dan minyak Iran dihantam rudal hari ini, pasar global langsung gemetar. Harga minyak Brent dan WTI sejak kemarin melonjak. Kini, gas alam jg secara nyata terancam karena sebagian besar cadangan gas dunia ada di Timur Tengah. Situasi ini langsung ngasih insentif bagi produsen di luar Timur Tengah—seperti $MEDC, $ENRG dan Pertamina—buat ngisi kekosongan pasokan global. Dan saat produksi hulu meningkat, kebutuhan tubular jg bakal terkerek. Di sinilah SUNI bisa dapet durian runtuh, bukan karena spekulasi, tapi karena posisi mereka memang di hulu rantai nilai industri migas.

Tapi tenang, ini bukan cerita jackpot instan. SUNI tetap harus kelola risiko biaya produksi, terutama dari sisi bahan baku baja dan energi. Untungnya, utk gas industri mereka dapat harga tetap dari pemerintah. Jadi, dalam skenario naiknya permintaan, SUNI bisa jaga COGS tetap terkendali. Bahkan ketika harga jual naik untuk meneruskan kenaikan harga baja, customer tutup mata, margin tetap bisa dijaga.

Nah, dgn kapasitas produksi yg bakal meningkat dari 30.000 ton menjadi total 70.000 ton per tahun berkat pabrik kedua, SUNI memasuki fase baru dalam skala operasionalnya. Tapi utk tahun 2025, kita pakai pendekatan konservatif aja: anggap pabrik lama tetap beroperasi penuh (100% utilisasi), sementara pabrik baru yg mulai jalan di awal tahun baru bs mencapai 50% utilisasi. Artinya, total output 2025 diproyeksikan sekitar 50.000 ton—naik 66% dibanding tahun sebelumnya. Kalau kita pakai harga jual rata-rata 2024 sebesar Rp34,9 juta per ton (revenue Rp1,047 triliun dibagi utilisasi 30.000 ton), maka potensi pendapatan akan tembus Rp1,745 triliun.

Tapi jgn lupa, proyeksi ini belum memperhitungkan lonjakan permintaan akibat meningkatnya aktivitas pengeboran domestik, kemenangan tender-tender besar, dan disrupsi pasokan global dari efek perang Iran–Israel. Kalau semua itu mendorong permintaan lokal naik setidaknya 30%, maka kita bs masukkan skenario bahwa sebagian volume tambahan bisa dijual dgn harga sedikit lebih tinggi. Dengan asumsi peningkatan harga jual rata-rata sekitar 6% dari 2024, proyeksi pendapatan akhirnya bisa naik jadi Rp1,85 triliun. Ini lompatan signifikan dari capaian Rp1,047 triliun di tahun 2024. Dari situ, dgn ekspektasi margin bersih sekitar 18%, maka proyeksi laba bersih FY2025 bisa tembus Rp333 miliar—naik 61% dari FY2024 yg masih Rp207 miliar.

Tapi cerita SUNI di 2025 gak cuma soal angka. Kalau kita jeli, justru yg paling menarik adalah momentum transisinya. SUNI bukan cuma nambah kapasitas produksi, tapi sedang masuk fase reidentifikasi bisnis: dari produsen pipa khusus migas, jadi industrial tubing powerhouse utk banyak sektor. Ini bukan cuma ekspansi volume, tapi ekspansi identitas. Dan ketika identitas berubah, maka cara pasar menilai jg ikut berubah. Ini bisa jadi titik awal re-rating valuasi.

Jadi, valuasi saham SUNI yg selama ini mungkin dianggap cyclical dan jangka pendek, bisa mulai dikalkulasi sebagai perusahaan berbasis aset produktif jangka panjang. Apalagi kalau ekspor mulai konsisten jalan setelah pasar domestik stabil. Bayangin aja, begitu pabrik baru fully ramp-up dan utilisasi bisa tembus 80–90%, SUNI bukan cuma nyuplai tubing nasional, tapi udah mulai ekspor, minimal ke regional Asia Tenggara. Dan ini bukan mimpi. Di public expose mereka udah tegas bilang ekspor bakal dimulai 2025 ke atas, setelah permintaan lokal terpenuhi. Catat.

Masuknya SUNI ke pasar ekspor bikin posisi mereka makin mirip dgn peer global seperti Tenaris atau Nippon Steel Tubular, meskipun skalanya jelas masih beda jauh. Tapi dari sini bisa kita lihat bahwa SUNI punya arah. Mereka bukan tipe emiten yg puas jd pemain domestik. Mereka mau scaling, dan itu artinya valuasi jg mesti ikut naik level. Makanya, investor yg cuma lihat PER saat ini mungkin kelewat shallow. Kita perlu lihat EBITDA, cash conversion, dan potensi return on assets dalam konteks kapasitas masa depan.

Tentu, jangan langsung euforia. Masih ada banyak potensi hambatan. Pabrik baru pasti butuh waktu utk mencapai performa optimal—ini hal lumrah dalam ekspansi industri manufaktur berat. Risiko gangguan operasional seperti mesin error, keterlambatan pasokan bahan baku, sampai proses adaptasi tenaga kerja bukan hal asing. Tapi sejauh ini, langkah mitigasi yg dijalankan SUNI terlihat cukup serius. Mereka telah mengadopsi sistem ERP sejak akhir 2023 sebagai bagian dari strategi digitalisasi proses produksi dan distribusi. Di sisi lain, rantai suplai baja jg mulai diperkuat lewat pola pengadaan jangka panjang demi menghindari ketergantungan pd harga spot market yg fluktuatif.

Untuk urusan SDM, manajemen memang menyebut sedang memperkuat tim operasional pabrik, meski belum ada konfirmasi resmi soal perekrutan tenaga ahli dari perusahaan pesaing. Di kalangan pelaku industri sempat beredar rumor bahwa SUNI merekrut insinyur senior dari sektor baja nasional—tapi hal ini belum bs dipastikan kebenarannya. Jadi utk sementara, anggap saja itu hanya spekulasi yg belum terverifikasi.

Jadi ke depannya, tantangan utama bukan lg permintaan, itu udah jelas tinggi. Tantangannya adalah eksekusi. Apakah SUNI bisa memastikan pabrik barunya jalan lancar, minim downtime, dan cashflow-nya positif sejak tahun pertama? Kalau iya, maka SUNI bakal terus menerus mengarungi lautan sunyi. Tak ada pengganggu, malah ikan-ikan tak henti berdatangan.

SUNI, dgn semua narasi dan datanya, sedang membangun arus lautnya sendiri. Bukan cuma ikut gelombang energi nasional, tapi jadi bagian dari penyusun ulang ekosistem industri tubular tanah air. Kalau strategi ini berhasil, SUNI gak cuma dikenal sebagai penyedia pipa migas—tapi sebagai pionir industri tubing yg bisa bikin bangga Indonesia.

Disclaimer: Tetap lakukan riset secara mandiri, ini bukan ajakan menjual atau membeli saham.

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$SUNI sld gap up

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

"$SICO $SMSM $SUNI
Senin, 16 Juni 2025
#Disclaimer On & Do Your Own Research
#Sebaiknya Jangan Gegabah
Lot.Beli = -(MauLossRp)/[(SL - E) * 100]"

1/3

testestes

Saham PT Sunindo Pratama Tbk ($SUNI) saat ini berada dalam posisi yang sulit dijelaskan oleh rasional pasar PER hanya 8x, padahal EPS 2025 yang diannualisasi telah mencapai Rp106, naik dari Rp25 di tahun 2022, mencerminkan CAGR EPS sebesar 61% per tahun. Ditambah dengan ROE 28% dan NPM 21%, SUNI bukan hanya mencetak profit tinggi, tapi juga menunjukkan efisiensi dan daya saing operasional yang kuat.

Menggunakan pendekatan CAPM konservatif (Rf 6,75%, Rm 13%, beta 1–1,3), cost of equity SUNI diperkirakan 13–15%. Dengan ROE hampir dua kali lipat dari CoE, SUNI tergolong perusahaan yang menciptakan nilai (value accretive) secara konsisten. Secara teori, baik pendekatan PEG ratio (dengan growth 61%) maupun model ROE/growth menunjukkan PER wajar bisa berada di kisaran 30x hingga 60x jauh di atas level saat ini. Artinya, saham ini memiliki potensi rerating yang signifikan jika sentimen pasar berubah atau kualitas earnings diakui lebih luas.

Dari sisi industri, SUNI sangat terkait dengan momentum naiknya investasi migas domestik. Pemerintah Indonesia menargetkan peningkatan produksi minyak hingga 1 juta bopd pada 2030, didukung dengan puluhan blok migas baru dan kebijakan agresif meningkatkan TKDN. SUNI, melalui anak usaha strategis PT Rainbow Tubulars Manufacture (RTM), adalah pemain lokal kunci dalam seamless OCTG tubing, komponen vital dalam pengeboran minyak yang kini masih didominasi produk impor. Dengan ekspansi Plant 2 di Batam dan penguatan kapasitas lokal, SUNI siap menangkap peluang tersebut secara langsung.

Secara fundamental, SUNI sudah mulai menunjukkan dampak ekspansi tersebut: penjualan naik 93% YoY, EBITDA +88%, laba bersih Q1 2025 mencapai Rp66 miliar (+100% YoY), dan volume penjualan OCTG naik 71% YoY. Dengan struktur neraca yang sehat (DER 0,33x, current ratio 3,17x), SUNI punya ruang finansial dan operasional untuk terus tumbuh.

Rerating katalis ke depan bisa datang dari:
- Kinerja keuangan kuartalan yang semakin konsisten
- Revaluasi potensi margin akibat substitusi impor
- Pemanfaatan idle cash untuk buyback saham (Rp80 miliar disiapkan)
- Awareness investor atas exposure SUNI ke proyek migas nasional

Dalam konteks itu, valuasi saat ini bukan hanya “murah”, tapi mungkin mencerminkan kelambatan pasar dalam mem-price-in transformasi struktural SUNI. Dan seperti biasa, pasar bisa lambat membaca, tapi cepat bereaksi. Rerating bukan soal “jika”, tapi “kapan”.

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$SUNI DPS 20,78/share

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$SUNI Apa hasil RUPS nya gais??

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

News Update
👉 IHSG sesi I ditutup melemah 0,16% ke level 7,210.
👉 AS dan Tiongkok umumkan kesepakatan Barter Logam Tanah jarang dan mahasiswa.
👉 Bank Dunia pangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 5% menjadi 4,7%.
👉 $SUNI berencana membagikan deviden tunai sebesar Rp20,78/saham.
👉 $ERAL akan membagikan deviden sebesar Rp8/saham.
👉 $CSAP infokan pendirian anak usaha usaha PT Mahesa Mulia Sejati, berkepemilikan 99,9%.
👉 Levoca Enterprise melepas 120.000.000 lembar saham BNBR pada 4 Juli 2025.
👉 IRSX infokan keputusan perkara hukum yang berdampak material.

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$SUNI

$ALDO

$DPNS

part 3

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$SUNI tidak perlu muluk-muluk.. di sini aja..

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$SUNI +18% Swing On Comunity

Saham SUNI di tutup dalam kondisi penguatan , yang mana garis besar trend masih cukup kokoh .
Apakah saham SUNI masih menarik untuk di amati ?

Bagaimana analisanya . Simak penjelasan pada postingan berikut

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$SUNI cakep gan
https://cutt.ly/crmJleCK

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$MLPT ARA
$SUNI menyala
$MINE jg jalan

Menu Astronote hari ini menyala semua.

Jangan lewatkan Kelas Gratis, Ubah mindset dan BluePrint CA Play by @arishiday yanh sukses naikin PORTO 100% dalam 1 tahun di server discord Astonote besok!

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$SUNI ditarik garis lurus cakep 😋

Pelan-pelan naik kembali.
$SUNI

Random tag
$BBRI $BMRI

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$SUNI why you go so fast? Baru kaus kaki yang kutitipkan 😭

2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy