Volume
Avg volume
PT Sunindo Pratama Tbk. (Perseroan) adalah suatu perseroan terbuka yang saat ini memiliki kegiatan usaha utama yang bergerak di bidang perdagangan besar mesin, peralatan dan perlengkapan lainnya, perdagangan besar atas dasar balas jasa (fee) atau kontrak, aktivitas konsultasi manajemen lain, aktivitas penyewaan dan sewa guna tanpa hak opsi mesin pertambangan dan energi serta peralatannya dan perdagangan besar barang logam untuk bahan konstruksi.
Selesai expansi dengan kapasitas lebih dari dua kali lipat, apa yg membuat OCTG/tubing yg dibikin $SUNI akan laku? Harga minyak turun, project2 yg tadinya ekonomis menjadi tidak ekonomis. Bagaimana dengan OCTG yg sekarang masih banyak impor? Apakah keran impornya akan ditutup kalo permintaan dalam negri sudah bisa terpenuhi oleh pabrikan dalam negri? Atau malah jadi perang harga dengan OCTG Cina kaya perang harga industri keramik?
$SUNI - Belajar Proyeksi #2 - Emiten yg Ekspansi Pabrik
Pada artikel bagian pertama sy sudah membahas tentang bagaimana membuat proyeksi sederhana untuk emiten yg bertumbuh secara konsisten. Teman-teman bisa simak pada post berikut: https://stockbit.com/post/21460711
Kali ini kita melangkah ke skenario yg sedikit berbeda, yaitu proyeksi untuk emiten yg melakukan ekspansi pabrik. Topik ini menarik karena ekspansi pabrik tentunya membawa lompatan kapasitas produksi dan potensi laba yg jauh lebih besar dibanding pertumbuhan organik biasa.
Sebagai contoh, sy akan gunakan PT Sunindo Pratama Tbk. (SUNI). Emiten ini dikenal sebagai produsen pipa seamless untuk migas dan industri berat. Selama ini kapasitasnya diketahui sekitar 30 ribu ton per tahun dan menghasilkan pendapatan sekitar Rp1,0 triliun dengan net margin rata-rata ±15% dalam tiga tahun terakhir. Khusus FY 2024 sendiri net marginnya mencapai 19,8%.
Namun pada 2025 SUNI dikabarkan akan mulai mengoperasikan pabrik keduanya di Batam. Kapasitas totalnya melonjak menjadi 70 ribu ton per tahun. Tambahan 40 ribu ton dr kapasitas saat ini. Di sinilah kita bisa mulai menyusun proyeksi baru yg lebih realistis, tetapi tetap simpel.
Langkah pertama adalah mengonversi data kapasitas menjadi proyeksi pendapatan. Data tahun 2024 menunjukkan revenue Rp1,047 triliun dari 30 ribu ton pipa, yg berarti harga jual rata-rata Rp34,9 juta per ton.
Dengan asumsi pabrik kedua berjalan 50% utilisasi pd tahun pertama, total produksi bisa 50 ribu ton (30 ribu + 50% dr 40 ribu). Kemudian kapasitas ini dikali dengan harga jual rata-rata menghasilkan proyeksi pendapatan sekitar Rp1,745 triliun.
Langkah kedua adalah menurunkan proyeksi pendapatan tadi ke laba bersih dan EPS. Dengan net margin historis 15%, laba bersih tahun pertama ekspansi bisa sekitar Rp261,75 miliar. Dari sini kita tinggal bagi dengan jumlah saham beredar, yaitu 2,5 miliar lembar, maka EPS nya adalah Rp104,7 per lembar.
Langkah berikutnya adalah mengonversi EPS itu menjadi nilai wajar saham atau fair value. Cara mudahnya kita bisa menggunakan pendekatan Price to Earnings Ratio (PER) sama seperti artikel sebelumnya. Kita bisa mengambil rata-rata PER historis atau rentang standar deviasi yg umum digunakan.
Dalam contoh kali ini, sy gunakan data PER standar deviasi untuk rentang tiga tahunan, alasannya karena SUNI baru IPO tahun 2023, jd belum sampai lima tahun seperti contoh $ADES sebelumnya. Dari data di @stockbit, terlihat bahwa mean PE standard deviation SUNI 10,33x. Itu artinya fair value SUNI adalah Rp1.082 per lembar pd skenario konservatif.
Sementara untuk skenario optimis bisa kita gunakan net margin 20% dengan asumsi adanya kenaikan harga jual akibat peningkatan demand, sehingga laba bersih menjadi Rp349 miliar dan EPS Rp139,6 per lembar. Fair valuenya menjadi Rp1442 per lembar.
Saat ini SUNI sendiri diperdagangkan di harga Rp840 per lembar. Ada diskon sekitar 22-42% dari fair valuenya berdasarkan hitungan kinerja FY2025 ketika pabrik barunya memberi tambahan revenue.
Angka ini mungkin bisa menjelaskan kenapa ada investor yg masih mau membeli emiten dgn PBV > 2x dan PER di atas 20x. Bisa jd karena ia melihat harga sahamnya sendiri masih terdiskon dr fair valuenya ketika dihitung dr potensi kinerja masa depannya.
Namun, penting diingat bahwa semua proyeksi punya risiko. Proses ramp-up pabrik baru butuh waktu, bisa saja molor ke 2026. Kemudian bisa ada risiko gangguan operasional, fluktuasi harga bahan baku, ketersediaan SDM, hingga faktor eksternal seperti regulasi atau permintaan global. Karena itu proyeksi sebaiknya dibuat dengan beberapa skenario, tidak hanya satu angka.
Dengan pendekatan naratif ini, nyubi seperti sy pun bisa belajar menyusun proyeksi emiten yg sedang ekspansi pabrik. Tidak harus rumit, cukup mulai dr kapasitas, harga jual rata-rata, margin, lalu turunkan ke laba, EPS dan nilai wajar. Cara simpel ini bisa membantu memahami potensi sekaligus batasan sebuah ekspansi.
Disclaimer:
Catatan ini adalah refleksi pengetahuan penulis tentang metode proyeksi sampai valuasi dan catatan ini jg bukan ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Segala kerugian sebagai akibat penggunaan informasi pada tulisan ini bukan menjadi tanggung jawab penulis. Do your own research.
Tag emiten lain yg sering ekspansi pabrik: ULTJ $ARNA
1/3
Fundamental is dead, kalo..
📕 1. Tidak disertai KINERJA (Revenue dan Net Income) yg positif
📙 2. Tidak disertai PERTUMBUHAN Kinerja
📗 3. VALUASI di masa sekarang dan/atau mendatang tidak lagi murah
Sekarang kita bahas variabel Kinerja, Pertumbuhan Kinerja, dan rasio2 Valuasi untuk ditambahkan ke 6 screener fundamental yg kita sudah buat.
Pro Tip: Kalo kamu newbie dan kesulitan mengerti arti2 variabel yg saya ajarkan, bisa cari artinya di https://stockbit.com/glossary . Kemudian usahakan untuk hafal singkatan2nya, karena semua ini akan selamanya kita pakai dan kita butuh komunikasi dengan cepat. Sayapun fokus jadi bisa nulis ke hal2 yg lebih strategis 🙏
===== 📕 VARIABEL KINERJA =====
Setelah kita paham bahwa dari Revenue menghasilkan Gross Profit, Operating Profit, dan Net Profit (https://stockbit.com/post/20847617), disederhanakan menjadi Gross Profit Margin (GPM), Operating Profit Margin (OPM), dan Net Profit Margin (NPM).
GPM = Gross Profit / Revenue
OPM = Operating Profit / Revenue
NPM = Net Profit / Revenue
Semua Profit Margin dalam bentuk %.
Masing2 variabel punya timeframe TTM* & Quarter**. Tambahkan variabel2 ini ke screener:
GPM (TTM) > -100
GPM (Quarter) > 0
OPM (TTM) > -100
OPM (Quarter) > 0
NPM (TTM) > -100
NPM (Quarter) > 0
For newbies:
* TTM singkatan Trailing Twelve Months
** Quarter artinya 3 bulan periode fiskal perusahaan. 1 tahun ada 4 quarter:
Q1 Januari - Maret
Q2 April - Juni
Q3 Juli - September
Q4 Oktober - Desember
Parameter versi saya,
TTMnya > -100%. Kenapa? Supaya ikut tersaring perusahaan2 yg baru IPO dan belom genap 12 bulan di melantai di bursa. Dan juga ikut kesaring yg profit margin TTMnya minus..
Quarternya > 0%. Kenapa? Saya mau trend kinerja yg arahnya positif. Kalo arah kinerjanya negatif (rugi), maka kemungkinan besar harga sahamnya akan turun. Kalo arah kinerjanya positif (laba), ada peluang sahamnya naik kalo valuasi dan growth storynya mendukung. DAN kalo TTMnya tadinya negatif terus Quarternya positif, ada peluang dapat emiten turnaround tuh..
Itu parameter saya ya.. Kalo kamu punya kriteria sendiri, misalnya cuman mau emiten yg udah lama di bursa, yg kinerjanya selalu solid dan NPMnya minimal 20%, ya silahkan NPM (TTM) > 20 dan NPM (Quarter) > 20. Sesuaikan saja.
Kemudian yg saya cari: apakah ada emiten yg mengalami pertumbuhan OPM & NPM? Artinya profit margin TTM < Quarter.
Lebih detail lagi, apakah ada emiten yg tadinya NPM low single-digit berubah jadi high single-digit?
atau, apakah ada emiten yg tadinya NPM high single-digit berubah jadi low double-digit?
atau, apakah ada emiten yg tadinya NPM low double-digit berubah jadi high double-digit?
===== 📙 VARIABEL PERTUMBUHAN KINERJA =====
Pertumbuhan kinerja artinya Revenue Growth & Net Income Growth.
Net Income.. Net Profit.. sama aja intinya, beda penamaan doank.
Saya selalu sarankan cari emiten yg Net Income Growth DISERTAI Revenue Growth, artinya kinerja tumbuh karena bisnis utamanya yg tumbuh, bukan hasil pendapatan lain2 kecuali itu emiten holding yg tidak punya operating bisnis sendiri.
Tambahin variabel2 ini ke screener:
Revenue (Growth: Quarterly YoY) > -100
Net Income (Growth: Quarterly YoY) > -100
Revenue (Growth: QoQ) > -100
Net Income (Growth QoQ) > -100
Sekali lagi, parameter versi saya.
Kenapa semuanya dibikin -100% ?! Karena nanti ada emiten dengan kombinasi berikut:
Revenuenya growth, tapi Net Incomenya susut.
Net Incomenya growth, tapi revenuenya susut.
Saya mau lihat yg kayak begituan.. siapa tahu kinerja susutnya cuman temporer kayak Q2 $SUNI . Padahal OPM dan NPMnya high double-digit. 💎 Thesis investasinya: lifting migas RI ditargetkan terus tumbuh sampai 2030, DAN ada prospek makro yg makin positif karena Shell BP Vivo akan nambahin defisit kuota bensin dari Pertamina. ehe ehe ehe makaroni
Daripada saya bikin screener lagi, mendingan dilonggarin aja parameternya. Nanti tinggal evaluasi manual.. gak sulit kok.
Tapi kalo mau dibikin positif semua atau minimal growth 50% juga boleh.. atur saja sesuai selera 😁👍Yang penting Valuasinya masuk akal.
===== 📗 VARIABEL VALUASI =====
Untuk saat ini, maximum PE saham2 non-banks di Indonesia, pada suku bunga yg dijamin LPS sebesar 3% adalah 33.33
Bagi followers yg baru nemu tulisan ini, maximum PE 33.33 dapatnya dari sini https://stockbit.com/post/20867634 . Dan kenapa pakai PE? Tadi sudah saya share linknya... https://stockbit.com/post/20847617 . Bagi yg udah paham, lanjut!
Masukin variabel2 ini ke screener
Current PE Ratio (TTM) > -100
Price > 0
Current Price to Sales (TTM) > 0 [optional]
Current Price to Book Value > 0 [optional]
Kenapa PE Ratio (TTM) > -100 ? Karena tadi, ada emiten2 yg baru melantai di bursa DAN emiten2 yg tahun lalu merugi tapi kuartal terakhir membukukan kinerja positif. Sehingga PE (TTM) bisa saja negatif tapi kinerja berpotensi turnaround dan dapat mengubah valuasi PE menjadi positif. Setelah PE positif, berikutnya PE turun jadi murah akibat lonjakan kinerja. Siapa tahu... dapet saham turnaround.
Dan kenapa PE Rationya tidak saya batasi di 33.33? Karena ada saham2 yg harganya melonjak tersengat sentimen positif makro seperti $PSAB terkena sentimen positif harga emas. Dalam 1 tahun terakhir PEnya konsisten di atas 30 bahkan mencapai 100 lebih. Kan sayang kalo gak muncul di screener gara2 dibatasi, padahal OPMnya (lumayan tebel 30%-40%) dan NPMnya tumbuh dari yg tadinya minus jadi low double-digit! Itu kan peluang turnaround akibat makro yg mendukung.
Kenapa Price > 0 dan tidak saya batasi? Karena harga saham dengan face value Rp1000 belum tentu mahal. Sebaliknya, face value Rp100 belum tentu murah -- tergantung PE dan growth kinerja jg kan, dan return on investment ke investor bisa berapa %? Cuman memang... investor ritel lebih mampu beli yg harga sahamnya Rp100 dibandingkan Rp1000. Di saat yg sama, BANDAR dengan modal Rp10miliar bisa lebih mudah menggoreng saham Rp100 dibanding saham Rp1000, karena mampu menggoreng lebih banyak lot (1jt lot banding cuman 100ribu lot ) 🤯 makana... investor ritel sering kena guyuran minyak goreng. Tapi selama fundamental aman, kinerja tumbuh, dan valuasi masuk akal.. bandar jg males gorengnya -- karena ritel yg pinter pasti hold atau average down. Dan ketika bandar nyoba2 goreng, kita ritel2 yg pinter bisa TP kalo udah nyampe valuasi wajar atau naiknya gak wajar dalam jangka pendek. hehe.. who's the bad guys now?!
Cukup sampai sini.. Mabok mabok lo wkwkwk 🤣 Saya aja mulai kunang2 nih. Kalo offline workshop enak, live screening.
Sisa variabel PS dan PBV, optional. Saya gak mau bahas sekarang. Sekarang waktunya PRAKTEK karena ada hal2 yg saya cuma bisa jelasin pas demo, dan karena keterbatasan platform.
See you soon!
=====
Next, demo screening.
Back to Fundamentals https://stockbit.com/post/21044853
1/3
Antri sampai dapat. jika tidak, memaksakan untuk masuk adalah pilihan yg salah.
sabar, Antri aja. $SUNI $BBCA $UNTR
@tumutis biasanya ada yang caci maki seperti disalah satu saham yang pernah saya rekom. dia haka nya pucuk. dulu di $SUNI 🤣
NERACA
Jakarta -Dukung pengembangan bisnis anak usaha, PT Sunindo Pratama Tbk (SUNI) melakukan peningkatan penyertaan modal anak usahanya, yakni PT Peko Synergy Manufacturing (PSM, sebanyak 132 juta lembar saham atau senilai Rp13,2 miliar menjadi Rp26,7 miliar pada tanggal 29 Agustus 2025.
Freddy ...
www.neraca.co.id
STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Sunindo Pratama Tbk (SUNI), melakukan peningkatan penyertaan modal anak usahanya, yakni PT Peko Synergy Manufacturing (PSM, sebanyak 132 juta lembar saham atau senilai Rp13,2 miliar menjadi Rp26,7 miliar pada tanggal 29 Agustus 2025.
Freddy Soejandy, Direktur SUNI da...
stockwatch.id
EmitenNews.com - PT Sunindo Pratama Tbk. (SUNI) menambah penyertaan modal di anak usahanya, PT Petro Synergy Manufacturing (PSM) yang berkantor di Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat itu sebesar Rp13,2 miliar.
Freddy Soejandy, Direktur CYBR pada Selasa (2/9) mengungkapkan penambahan modal di anak usaha ...
www.emitennews.com
IDXChannel - Emiten yang bergerak di bidang aktivitas penunjang pertambangan minyak dan gas bumi, PT Sunindo Pratama Tbk (SUNI), meningkatkan penyertaan modal kepada entitas usahanya yakni PT Petro Synergy Manufacturing (PSM) sebesar 132 juta saham atau setara Rp13,20 miliar.
Direktur SUNI Freddy So...
www.idxchannel.com
*HIDDEN MARKET INSIGHT* [3]
*💸💸 Daftar Terbaru 10 Emiten dengan Transaksi Non-Regular tertinggi [22 Agt 2025]*
# 💡 Ada yang diam-diam transaksi membagongkan? Seneng kabar burung kan? apa seneng burungnya? Ada isu-isu apa nih?
Kondisi transaksi non-regular tertinggi secara volume.
$NIRO
🛒 Transaksi Non Regular terjadi pada NIRO dengan volume sebesar 82.500.000, lebih besar 🔼 886,14X lipat dari transaksi regular sebesar 93.100.
📉 Pada hari terakhir perdagangan, saham NIRO mengalami perubahan 0,00%. Sementara sepanjang 1 minggu terakhir, saham NIRO mengalami pelemahan 🔽 sebesar 0,00% dari 121 menjadi 121.
$VICO
🛒 Transaksi Non Regular terjadi pada VICO dengan volume sebesar 75.601.000, lebih besar 🔼 9,63X lipat dari transaksi regular sebesar 7.847.100.
📉 Pada hari terakhir perdagangan, saham VICO mengalami perubahan 7,34%. Sementara sepanjang 1 minggu terakhir, saham VICO mengalami penguatan 🔼 sebesar 7,34% dari 177 menjadi 190.
🛒 Asing menjual VICO dengan volume sebesar 246.100 atau 3,14%, yang berpotensi ikut melongsorkan harga. Meski demikian, asing masih mencatatkan pembelian sebesar 239.500 atau 3,05% , atau membeli tipis-tipis saja ⛔️ yang berpotensi untuk membantu memainkan harga.
$SUNI
🛒 Transaksi Non Regular terjadi pada SUNI dengan volume sebesar 62.478.000, lebih besar 🔼 204,24X lipat dari transaksi regular sebesar 305.900.
📉 Pada hari terakhir perdagangan, saham SUNI mengalami perubahan -0,65%. Sementara sepanjang 1 minggu terakhir, saham SUNI mengalami penguatan 🔼 sebesar 0,66% dari 770 menjadi 765.
🛒 Asing menjual SUNI dengan volume sebesar 28.200 atau 9,22%, yang berpotensi ikut melongsorkan harga.
Ingat!!
1. Catatan ini cuma ngingetin diri sendiri. Kalau bermanfaat buat Juragan ya syukurlah.
2. Tradinglah dengan terukur supaya dapat cuan teratur, tidak grusa-grusu supaya cutloss bukan menjadi penentu.
3. Catatan ini hanya info singkat dan bukan untuk bikin kesel apa lagi ngumpat.
© 2025, made with ☕️ for better data mining. Catatan saya lainnya
Saham menarik saya share via Channel : https://cutt.ly/yrJOEoTp
Pergerakan harga saham: https://stockbit.com/post/15454107
Langkah awal beli saham: https://stockbit.com/post/15779838
Order Block: https://stockbit.com/post/15783132
Cara Aman mengikuti Watchlist Orang: https://stockbit.com/post/15766204
Kapan Memutuskan Hold / Exit: https://stockbit.com/post/15716850
Esensi Chart Pattern : https://stockbit.com/post/15714982
Cara tenang menghadapi pergerakan harga saham: https://stockbit.com/post/15682454
Cara beli harga murah: https://stockbit.com/post/15639981
Tiga Indikator penghasil cuan: https://stockbit.com/post/15562346
Indikator mendapat harga murah & resiko rendah: https://stockbit.com/post/15530229
Mau ngeselin atau ada yang menggelitik dari catatan ini, tetap beri saya semangat dengan "LIKE" dan "FOLLOW"