780

-5

(-0.64%)

Today

11.53 M

Volume

17.58 M

Avg volume

Company Background

PT Sumber Tani Agung Resources (STAA) adalah grup usaha kelapa sawit swasta yang berkantor pusat di Sumatera Utara, Indonesia. Grup Perseroan telah melakukan kegiatan usaha sejak tahun 1970 dan telah memiliki pengalaman dan pengetahuan dalam menjalankan pembudidayaan tanaman kelapa sawit yang terintegrasi. Proses produksi dari Grup Perseroan dimulai dari penanaman dan pemanenan perkebunan kelapa sawit, serta pengolahan kelapa sawit Tandan Buah Segar (β€œTBS”) untuk menghasilkan minyak kelapa sawit (β€œCrude Palm Oil”/β€œCPO”), inti sawit (β€œPalm Kernel/ β€œPK”), minyak inti sawit (β€œPalm Kernel Oil”/”PKO”), bungkil kelapa sawit (β€œPalm Ker... Read More

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$STAA kapan buyback

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BMRI avg 4750 β€” 20 lot
$STAA avg 770 β€” 110 lot

$TOBA siapa tadi yg serok 720? Lets go!! 😁😁😁
$TAPG $STAA

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

βž– India sudah dekat menuju deal negosiasi dengan US.

https://cutt.ly/drTSm3IO

$USDIDR $STAA $CUAN

IHSG - Kritik Terbuka Terhadap ROE dan WACC: Perspektif Pemilik Sejati yang Mengutamakan Aset, Bukan Sekadar Rasio!

Pendahuluan: Membongkar Mitos Rasio Keuangan Konvensional

Kita semua sepakat, para ahli finansial pun mengakui: tujuan utama perusahaan didirikan adalah untuk mensejahterakan pemiliknya. Ini bukan sekadar teori, ini adalah esensi dari investasi dan entrepreneurship. Namun, di tengah gemuruh teori keuangan yang rumit, metrik seperti Return on Equity (ROE) dan Weighted Average Cost of Capital (WACC) sering dipuja sebagai tolok ukur utama.

Bagi saya, meskipun hanya "investor receh" yang bertindak layaknya pemilik perusahaan, metrik-metrik ini justru mengaburkan realitas dan tidak selaras dengan filosofi inti seorang pemilik. Ironisnya, alih-alih mensejahterakan, banyak perusahaan justru terlihat "menyusu" kepada pemilik melalui right issue yang berseri-seri, atau pindah haluan mencari pendanaan umum lewat IPO, anak usaha, cucu usaha, dan cicit usaha yang tak ada habisnya. Perlu diingat, praktik ini hanya akan mendilusi kesejahteraan para pemilik jika mereka tidak ikut serta menyuntikkan dana baru. Modal semakin terecehkan, keuntungan per saham mengecil. Ini jelas bukan cara menyejahterakan pemilik, melainkan menguras modal pemilik tanpa henti.

Lebih menyakitkan lagi, setoran penambahan modal tersebut seringkali digunakan hanya untuk membayar utang. Seolah-olah utang yang banyak adalah momok bagi suatu perusahaan yang harus dibayar lunas dengan mengorbankan pemilik.

Filosofi Pemilik Sejati: Risiko Minimal, Hasil Maksimal
Seorang pemilik, pada dasarnya, memiliki naluri yang sangat jelas dan rasional:
β€’ Risiko Sekecil-kecilnya: Saya ingin modal pribadi yang ditanamkan di perusahaan adalah sekecil-kecilnya. Mengapa harus menanggung risiko besar dengan uang saya sendiri jika ada opsi lain?
β€’ Hasil Sebesar-besarnya: Dari modal minimal yang ditanam, saya tentu ingin mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya. Inilah tujuan dari setiap investasi.

Lalu, bagaimana cara mencapai ini?
------------------------------------------------------------------------------

Utang: "Sewa Uang" yang Cerdas, Bukan Biaya Modal

Untuk menjalankan perusahaan dengan risiko minimal bagi modal pribadi saya, jawabannya adalah: gunakan uang modal sekecil mungkin. Jika ada kekurangan dana untuk membiayai aset dan operasi, maka perusahaan harus mencari dan "menyewa uang orang lain" (utang). Ini adalah pinjaman yang nantinya akan dikembalikan beserta "biaya sewanya" (bunga).

Cost of Debt adalah Biaya Sewa, Bukan Biaya Modal: Bunga utang adalah biaya yang kita bayar untuk menggunakan aset (uang tunai) milik orang lain untuk sementara waktu. Ini mirip sekali dengan membayar sewa gedung. Selama kita belum mampu membeli gedung untuk dipakai sendiri, kita akan terus menyewa. Setelah kita mampu, kita beli gedung baru dan mengembalikan gedung sewaan. Utang pun demikian. Ini fundamental, berbeda dengan modal ekuitas yang bersifat permanen dan masih harus menanggung risiko klaim residual.

WACC Mengaburkan Fakta: Dengan mencampurkan Cost of Debt (biaya sewa uang) yang lebih rendah dengan Cost of Equity (CoE) yang lebih tinggi, WACC menciptakan ilusi "biaya modal" yang lebih rendah. Ini menyesatkan karena tidak mencerminkan biaya modal riil yang lebih tinggi yang saya tanggung sebagai pemilik. Ini ibarat Anda menyewa mobil selama setahun (utang) dan membeli mobil kedua (ekuitas). Lalu Anda menghitung "biaya rata-rata kepemilikan mobil" dengan menggabungkan biaya sewa dan harga beli. Apa masuk akal? Tapi inilah yang dilakukan WACC, mencampur biaya utang (sewa sementara) dengan biaya ekuitas (kepemilikan permanen).

ICBP adalah contoh sempurna. Dengan utang murah, WACC-nya hanya 10,1%. Tapi ROA-nya cuma 5.65%. Artinya, perusahaan ini merusak nilai pemilik meski "biaya modal"-nya terlihat rendah. Ini terjadi karena WACC mengaburkan fakta bahwa utang bukanlah modal, melainkan kewajiban yang harus dibayar.
------------------------------------------------------------------------------

Mengapa ROE Adalah "Lubang Kubur" bagi Pemilik dan Harus Dilupakan!

Ini adalah poin krusial. ROE memiliki cacat fundamental dan berbahaya bagi filosofi pemilik:
β€’ Pemilik Mau Ekuitasnya Kecil: Sifat dasar pemilik adalah ingin menekan ekuitasnya sekecil mungkin untuk meminimalkan risiko pribadi. Sebagai akibatnya, manajemen dituntut mencari sumber pendanaan lain (utang) untuk membiayai operasional dan aset.

β€’ ROE Bertentangan dengan Prinsip Ini: Ketika Anda mengukur ROE, Anda secara tidak langsung "merayakan" bagaimana keuntungan dibagi dengan basis ekuitas yang memang ditekan oleh pemilik. Anda lalu melihatnya sebagai suatu keberhasilan karena ROE melampaui Cost of Equity.

Oleh karena itu, penggunaan ROE secara fundamental sesat. Pengukuran ini sejatinya adalah mengukur kinerja pemilik, bagaimana pemilik sukses menggunakan ekuitas yang minimal. Semakin minimal modal yang ditanamkan, semakin besar ROE-nya. Padahal, seperti yang telah disepakati di awal, perusahaan berdiri untuk mensejahterakan para pemilik. Maka yang harusnya diukur adalah kinerja orang yang mensejahterakan, yaitu manajemen, yang menggunakan aset perusahaan untuk menghasilkan return, bukan malah sebaliknya mengukur kinerja orang yang menerima hasilnya (pemilik).

Dan secara fundamental, ROE ini juga menyesatkan jika dipakai oleh pemilik, seperti menggali "Lubang Kubur Utang Sendiri". Mengapa? Karena ROE bisa tinggi justru saat utang menumpuk, memberikan ilusi kinerja yang hebat. Padahal, utang yang menumpuk itulah yang menjadi risiko terbesar bagi kelangsungan perusahaan dan pada akhirnya akan menghantam pemilik sendiri.
------------------------------------------------------------------------------

Cost of Equity (CoE): Benchmark Sejati bagi Pemilik

Jadi, lupakan saja ROE, karena ROE adalah metrik yang tidak selaras dengan naluri dasar pemilik yang ingin mengamankan modalnya dan mengurangi risiko pribadi.

Dan lupakan juga WACC: Gunakan satu benchmark yaitu Cost of Equity (CoE). CoE adalah tingkat pengembalian minimum yang diharapkan pemilik atas modal yang mereka tanamkan. Sederhananya, ini adalah "harga" atas risiko yang Anda tanggung sebagai pemodal yang paling terakhir dikompensasi jika terjadi kebangkrutan.

Sebagai pemilik, modal Anda bersifat permanen dan menanggung risiko tertinggi (klaim residual setelah semua utang dibayar). Maka, CoE adalah cerminan langsung dari harapan pengembalian Anda sebagai risk-taker utama. Jika perusahaan tidak bisa menghasilkan pengembalian setidaknya sebesar CoE, berarti investasi ini tidak layak dibandingkan alternatif lain dengan risiko serupa.

Dengan menjadikan CoE sebagai satu-satunya benchmark, kita fokus pada pengembalian yang benar-benar relevan bagi pemilik, tanpa terdistorsi oleh "biaya sewa uang" (utang) yang memiliki sifat dan risiko yang berbeda. Ini adalah esensi dari filosofi "risiko sekecil-kecilnya, hasil sebesar-besarnya" yang saya pegang.
------------------------------------------------------------------------------

Aset: Sang Pencetak Uang Sejati dan Tolok Ukur ROA yang Jujur

Lantas, bagaimana pemilik mengukur "hasil sebesar-besarnya"? Tentu saja bukan dari ROE yang menyesatkan, melainkan dari efisiensi aset.

β€’ Aset Adalah Mesin Laba: Laba perusahaan, pada dasarnya, dihasilkan oleh aset-aset perusahaan (mesin, pabrik, lahan, persediaan). Tugas manajemen adalah membuat aset ini bekerja seefisien mungkin untuk menghasilkan laba.

β€’ ROA: Cermin Kejujuran Kinerja Aset: Return on Assets (ROA) adalah metrik yang paling jujur dan langsung. ROA menunjukkan seberapa efektif seluruh aset perusahaan, termasuk yang sebagian besar didanai dari "uang sewaan", menghasilkan laba bersih.

β€’ Aset dan Manipulasi: Aset juga kerap dijadikan subjek windows dressing misalnya ketika perusahaan mengakuisisi yang nilai akusisinya lebih besar daripada nilai aset bersih dari aset bersih Perusahaan yang dibeli, akan menciptakan nilai goodwill. Jika manajemen membuat nilai aset seolah-olah besar, maka yang terkena dampaknya adalah kinerja manajemen itu sendiri (back fire). Semakin besar nilai aset, semakin banyak laba bersih yang dituntut oleh pemilik.
------------------------------------------------------------------------------

Kesejahteraan Terjamin Melalui ROA

Sebagai pemilik, saya akan sejahtera jika ROA perusahaan lebih besar daripada Cost of Equity. Artinya, aset perusahaan menghasilkan laba yang cukup untuk mengkompensasi risiko atas modal minimal yang saya tanam, mampu membayar angsuran pokok utang Bank, dan mungkin cukup untuk memberikan insentif atau bonus kepada manajemen. Contohnya kita lihat pada emiten seperti $STAA dengan ROA 16,17% dan CoE 9,48%, di mana ROA > CoE. Begitu pula $SIDO dengan ROA 24.73% dan CoE 7.65%, menunjukkan aset mereka sangat produktif melebihi biaya modal pemilik.
------------------------------------------------------------------------------

Bagaimana Dengan Risiko Utang Berlebihan yang Membahayakan Perusahaan?

Jawabannya adalah akuntabilitas manajemen. Manajemen harus mampu membuat aset bekerja seefisien mungkin, dan mereka harus cakap dalam memproyeksikan arus kas dan estimasi masa depan. Konsekuensinya jika mereka gagal, tinggal digantikan saja. Lagipula, Bank juga tidak sembarangan memberikan pinjaman. Selain aset jaminan utang yang dipersyaratkan, jika bank menilai perusahaan tidak layak maka Bank tentu saja tidak gegabah memberikan pinjaman.

Intinya, risiko pinjaman kepada Bank yang ditakutkan tidak terkontrol, malah akan terkontrol dengan sendirinya oleh pihak-pihak yang berkepentingan, termasuk oleh pemilik yang mengontrol dan mengarahkan manajemen agar bekerja efisien dan dipacu untuk mencapai target yang ditetapkan.

Jadi, saya tidak perlu takut dengan perusahaan yang berutang, misalnya ICBP yang memiliki DER 1,27x. Seandainya saya masih menggunakan patokan ROE ICBP sebesar 15,45% yang jauh lebih tinggi daripada CoE-nya (12,45%), mungkin saya akan tertarik dan membeli saham ICBP. Tapi, karena CoE (12,45%) lebih besar dibandingkan dengan ROA-nya (5,65%), alias cost > return, maka otomatis ICBP sementara ini belum masuk dalam radar saya.
---------------------------------------------------------------------------

Penutup: Realisme Seorang "Investor Receh" di Tengah Bahaya Laporan Keuangan

Malangnya, sebagai "investor receh" yang berusaha berpikir layaknya seorang Pemegang Saham Pengendali (PSP), saya harus kembali realistis dan berpijak ke bumi. Pemikiran idealis di atas memang benar secara filosofi, tapi realitas di "republik ini" seringkali berbeda. Seringkali, PSP juga merangkap sebagai manajemen, yang berarti tidak ada kontrol riil terhadap bagaimana manajemen mengelola utang dan laporan keuangan. Bahaya terbesarnya adalah: laporan keuangan sangat gampang dimanipulasi di republik ini. Kita bisa melihat ROA yang bagus di atas kertas, tapi tiba-tiba perusahaan bangkrut atau gagal bayar utang, dan saham kita "sangkut" di harga dasar. Kita pun akhirnya rugi besar.

Oleh karena itu, meskipun filosofi saya mengatakan utang adalah sewa yang cerdas, saya harus melindungi diri. Saya harus kembali kepada batas aman yang realistis: Saya membatasi pembelian saham pada perusahaan yang Debt-to-Equity Ratio (DER)-nya maksimal 1,5, dan saya mengharamkan saham yang DER-nya lebih besar dari 2.

Ini bukan berarti saya meninggalkan filosofi bahwa aset adalah raja. Ini adalah strategi pertahanan diri seorang investor receh, yang juga sadar bagaimana risiko utang dapat memakan segalanya di lingkungan yang kurang transparan.

Semoga pandangan ini dapat membuka mata dan mencerahkan, mendorong kita semua untuk kembali pada prinsip dasar yang jujur dalam menilai kinerja perusahaan: aset adalah raja, utang adalah sewa, dan pemiliklah yang harus disejahterakan dengan cerdas dan realistis.
------------------------------------------------------------------------------

Untuk analisa akusisi saham $NOBU silahkan mampir di https://cutt.ly/frTAMWjQ
(like and follow untuk cerita seru selanjutnya)

Read more...

$BMRI avg 4770 β€” 10 lot
$STAA avg 770 β€” 110 lot

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Sebagai manusia, saya punya bias personal yg cukup kuat :

Saya suka orang yg mengedepankan ilmu pengetahuan. If you love to learn, you'd sooner be my favorite person.

Selayaknya budak corporate, saya ada akun LinkedIn. Kelakuan orang-orang di LinkedIn tuh macem-macem ya :

Ada yg narsis. Ada yg berbagi ilmu. Ada yg sibuk pansos. Ada yg ngemis job. Ada yg humble bragging. Ada yg stalking top manajemen perusahaan sebelum beli sahamnya 🫣🫣

... Yeah I admit, I stalk people on LinkedIn.

Stalking lewat LinkedIn itu bagian dari due diligence. Selayaknya beli barang, kita harus tau dulu apa yg kita beli.

Buat saya, lapkeu tuh cukup dibaca aja. Saya kurang suka baca angka. Angka itu medium yg mudah untuk dipakai berbohong, a good tool for intellectually dishonest people. Saya lebih suka menilai pakai perasaan. Selama lapkeunya tidak mencurigakan, ya sudah. Setelah penilaian kuantitatif, lanjut ke kualitatif.

Waktu saya beli saham pertama saya, saya bandingin saham A dan B. Secara angka, performa 11:12. Plek ketiplek. Dilemma dong saya. Pilih yg mana nih. Duit terbatas, cuma bisa pilih salah satu.

Cusss saya ke LinkedIn. Kepoin para top manajemen A dan B.

Saya pilih saham A karena CEOnya kerjanya cuma baca-baca aja. Jarang komen. Tidak pansos. Sesekali nge-like postingan (edukatif!) yang dia suka.

Saya mikir. Ini bapak-bapak usia pensiun. Perusahaan relatively sudah mature. Karir dah mentok (di atas langit hanya ada atmosfer πŸ˜‚πŸ˜‚). Tapi dia aktif di LinkedIn, murni buat belajar. This person loves to learn!

Saya langsung close LinkedIn, open stockbit, ambil keputusan.

Kalau saya punya perusahaan, I want the person leading the company to be like bapak Mosfly Ang of $STAA.

Saya percaya, penghargaan terhadap ilmu adalah investasi terbesar seorang manusia. ROI tinggi, modal minimal.

Disclaimer: bukan ajakan membeli, melainkan ajakan untuk semangat belajar. Studying for studying's sake!


$IHSG

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Di kondisi dunia yg tidak stabil, menurut gw hanya ada 2 tips selamat dan bisa tetap cuan setiap bulan untuk sekarang:
1. Emiten yg ijo langsung TP, berapapun itu, syukur-syukur sesuai target.
2. Puter kembali uangnya dengan membeli cicil emiten yg lagi turun, tapi yg ada kesempatan naiknya (bisa liat di chartnya).

Itu menurut gw, mungkin ada tambahan dari kalian? bisa komen di bawah hehe

$BRIS $BRMS $STAA

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Kemana nih arahnya?
$STAA $TAPG
😁😁😁

Waiting for EPS Q2-2025 CPO Stocks :
$TAPG
$DSNG
$STAA

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Tentang $STAA dan Israel

Pertanyaan salah satu user Stockbit bukan di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Kalau bicara soal konflik Iran–Israel dan dampaknya ke pasar minyak dunia, reaksi pasar bisa dibilang cepat panik, tapi juga cepat pulih. Begitu muncul kabar bahwa Israel menyerang fasilitas militer dan infrastruktur nuklir Iran di pertengahan 2025, harga minyak Brent langsung terbang ke US$81 per barel, naik sekitar 10% dari posisi pekan sebelumnya. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Pasar langsung bereaksi karena jalur ekspor utama, Selat Hormuz, jadi pusat perhatian. Jalur sempit ini membawa lebih dari 20% pasokan minyak global setiap hari. Jadi, kalau sampai ditutup, dampaknya bakal luar biasa ke seluruh rantai pasok energi dunia. Tapi yang terjadi, hanya berselang beberapa hari, diumumkan gencatan senjata, dan harga minyak langsung nyungsep lagi ke US$68, bahkan sempat menyentuh US$65. Pasar bereaksi seolah tidak jadi panik dan harga kembali ke level normal.

Pertanyaannya, apakah konflik singkat itu benar-benar berdampak besar ke komoditas lain seperti CPO. Jawaban singkatnya, enggak juga. Meski secara teori ada kaitan karena CPO bisa dipakai buat bahan bakar nabati biodiesel, kenyataannya harga CPO jauh lebih ditentukan oleh faktor-faktor regional seperti pasokan dari Indonesia dan Malaysia, kebijakan ekspor, serta program biodiesel dalam negeri. Data Q1 2025 nunjukin harga CPO milik STAA naik 20,5% YoY ke Rp14630 per kg. Tapi lonjakan itu bukan karena perang Iran–Israel, melainkan karena tight supply, implementasi B35, dan cuaca yang kurang bersahabat. Jadi, konflik di Timur Tengah belum jadi penggerak utama bagi pasar CPO. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx

Yang lebih terasa justru efek tidak langsung lewat inflasi biaya energi. Ketika harga minyak mentah naik, biaya logistik, pupuk, dan bahan bakar untuk alat berat juga ikut naik. Ini yang pelan-pelan bisa menggerus margin perusahaan sawit. Tapi STAA berhasil menunjukkan ketahanan operasional yang solid. Mereka bisa cetak laba Rp1,45 triliun di 2024, naik 88% dari tahun sebelumnya. Dan di Q1 2025, laba mereka tetap naik 54,2% YoY jadi Rp304,7 miliar. Rahasianya ada di produktivitas. Produksi TBS naik 9,7%, yield kebun naik 8,8%, dan output CPO naik 10,1%. Margin EBITDA mereka juga kuat di angka 32,6%. Artinya, meskipun biaya naik, mereka tetap bisa jaga profitabilitas lewat efisiensi.

Strategi ekspansi mereka juga kelihatan matang. Refinery baru di Dumai yang berkapasitas 2000 ton per hari ditargetkan mulai beroperasi di 2025, dengan kontribusi produk turunan seperti RBD Olein dan Stearin yang bisa menyumbang sampai 35% penjualan. Selain itu, dua PKS baru di Kalimantan Tengah dan Sumatera Selatan juga lagi dibangun. Yang menarik, mereka tidak asal buka lahan baru. Fokusnya ke akuisisi kebun produktif yang sudah beroperasi. Ini penting untuk jaga reputasi ESG dan menghindari konflik lahan atau tekanan dari investor institusional yang makin ketat soal isu lingkungan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Struktur kepemilikan STAA juga khas untuk perusahaan berbasis keluarga. PT Malibu Indah Lestari 36,69% dan PT Kedaton Perkasa 28,87% jadi dua pemegang saham terbesar, dan keduanya masih dalam lingkaran keluarga pendiri, mendiang Suito Widjaja. Figur sentral sekarang adalah Suwandi Widjaja sebagai Komisaris Utama, yang juga anak dari pendiri. Ia memegang peran penting dalam arah strategi besar, mulai dari hilirisasi sampai ekspansi kebun. Sementara urusan operasional sehari-hari dijalankan oleh Mosfly Ang, seorang profesional non keluarga yang sudah membawa STAA dari perusahaan keluarga jadi emiten publik sejak IPO 2022. Keseimbangan antara profesionalisme dan kontrol keluarga ini yang jadi ciri khas STAA.

Sejak pertengahan 2025, STAA menjalankan program buyback senilai Rp200 miliar, dengan sebagian besar saham nanti dialokasikan untuk ESOP, program saham karyawan. Harga maksimal buyback ditetapkan di Rp900 per saham, jadi bisa menjadi semacam bantalan bawah harga di pasar. Ini juga memberi sinyal positif buat investor bahwa manajemen percaya diri dengan valuasi sahamnya. Secara angka, valuasi STAA masih relatif murah. P E ratio mereka di sekitar 6,97x, PBV 1,63x, dan dividend yield tembus 7,19% berdasarkan dividen Rp55 per saham dari laba 2024. Dibandingkan rata-rata sektor sawit yang cuma 3 sampai 4%, yield ini termasuk sangat menarik. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Tapi bukan berarti semuanya aman. Free float mereka cuma 16,75%, artinya saham ini bisa gampang goyang kalau ada aksi jual besar dari pemegang mayoritas. Selain itu, walaupun mereka kuat di pasar domestik 95,5% penjualan dalam negeri, tetap ada risiko dari fluktuasi harga CPO global. Kalau harga CPO tiba-tiba drop karena permintaan lesu atau pasokan membanjir, laba bisa kena langsung. Dan kalau konflik Iran–Israel ternyata bereskalasi di masa depan, misalnya sampai ke titik penutupan Selat Hormuz, harga energi bisa melonjak drastis. Dampaknya bukan cuma ke biaya produksi, tapi bisa merambat ke inflasi nasional, pelemahan rupiah, dan naiknya biaya pendanaan. Itu jadi skenario risiko terburuk.

Selama Hormuz tetap terbuka dan pasar energi tidak terguncang terlalu dalam, faktor utama penentu kinerja STAA tetap datang dari dalam, yaitu produktivitas kebun, efisiensi operasional, dan strategi hilirisasi. Kalaupun ada tekanan dari sisi biaya, manajemen masih punya ruang untuk manuver lewat pengendalian cost dan peningkatan yield. Ditambah lagi, warisan Suito Widjaja lewat Suito Widjaja Foundation SWF menjaga hubungan STAA dengan komunitas lokal lewat program beasiswa, sekolah gratis, dan bantuan sosial. Ini penting untuk menjaga keberlanjutan operasi, terutama di daerah-daerah terpencil. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Konflik Iran–Israel saat ini belum jadi pemicu besar buat harga CPO atau kinerja STAA. Dampaknya lebih ke potensi jangka panjang yang masih belum terwujud. Sementara itu, faktor-faktor internal seperti efisiensi produksi, pasar domestik, strategi hilirisasi, dan pengelolaan modal tetap jadi penentu utama arah laba perusahaan. Kalau harga CPO bertahan di atas Rp13000 per kg dan hilirisasi jalan mulus, bukan tidak mungkin STAA cetak rekor laba baru di 2025 sampai 2026. Tapi kalau global shock benar-benar terjadi, seperti penutupan Hormuz atau stagflasi global, maka daya tahan struktur keuangan dan disiplin eksekusi manajemen akan diuji sepenuhnya. Untuk saat ini, STAA tetap layak diposisikan sebagai saham defensif berbasis komoditas dengan prospek bagus selama manajemen tetap menjaga efisiensi dan disiplin ekspansi.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...

1/10

testestestestestestestestestes
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BJTM avg 490 - 150 lot
$STAA avg 770 - 110 lot

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$STAA Ayoo ke 840

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@genn salty amat bang wkwk.

tapi ini menarik sih. keliatan ada perbedaan pendapat mengenai "shareholder value" antara kamu dan $STAA.

saya sendiri setuju sih kalau lebih penting buat mengkomunikasikan soal STAOF daripada kambing wkwk. karena saya juga menekankan ke productive value, bukan sekedar berita yg feel good doang. alasan saya sebagai shareholder beli sahamnya juga kan karena productive value ini. ditawarin kambing ya gamasuk 🐐🐐

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@EkiLesmana nunggu LK Q2 dulu ajalaaah jgn gegabah. udah ane bahas panjang lebar soal STAOF ini.

harusnya bagus karena CPOnya (bahan baku) dari internal semua. refinery2 yg lain ini kinerjanya lg jelek karena harga CPO relatif tinggi, dan mereka kapasitasnya gede jd banyak beli dari petani luar buat bahan bakunya.

harga Q1 kemarin masih tinggi, tapi $STAA milih untuk nimbun buat bahan baku STAOF, gak dijual aja keluar. akhirnya sales gak setinggi Q4 kemarin, tp Q2 STAOF udah ada penjualan.

STAA ambil bahan baku dari lahan mereka sendiri, dan kalo bs ekspor, mereka bisa dapat selisih value addednya lebih gede.

tapi apalah saya nih, mending posting kambing kurban lagi πŸ˜‚

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$STAA screenshot dari story instagram STAA

1/2

testes
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$STAA avgdown lah

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

βž– Terlepas dari apapun diklaim sebagai keberhasilannya, tapi moga emang perangnya beneran berhenti.

$BRENT $STAA $LSIP

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Dari tengah malam pada ribut soal Minyak OIL dan $BRENT yang tiba-tiba anjlok.
kita holder emiten CPO yang sejak April kemaren harganya di geprek selow-selow aja ya kan 😁
Saat ukraina vs rusia, India vs pakistan, israel+donal bebek vs iran, namun Pohon Kelapa Sawit kita tetap di panen karena itu salah satu komoditi utama Indonesia (yang Timothy si mulut racun tidak pahami, if you know what i mean)
Tetap semangat tambah muatan kawan-kawan $TAPG $STAA

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@alfadhino siapp bang. Saya jg lebih mantau $STAA di cpo ini

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@diokevin kalau menurut saya lebih bagus $STAA dari pada $DSNG

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Apa pribahasa $CPO yang mengatakan "Tidak dapat $TAPG, $STAA pun jadi"
🀣🀣🀣

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$STAA $CPO

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$STAA top lah, bagus nih πŸ‘πŸ½

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

❌ Akun Telegram Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei, me-repost video komentar bahwa Iran akan membalas jika US terlibat dalam serangan.

Respon ini menunjukkan intensi Iran untuk membalas, belum ada sinyal untuk menerima deal mengakhiri perang.

βž– Dilaporkan juga oleh kantor berita Iran, bahwa tidak ada material radioaktif di 3 situs yang diserang US.

Diduga Iran sudah memindahkan material uranium dari fasilitas tersebut sebelum serangan bom datang.

https://cutt.ly/srEdysrD

$IHSG $ELSA $STAA

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

namanya juga mau buyback , jelas donk management $STAA nya pengen harganya diskon dulu baru tuh buyback,,

kutunggu dirimu di 400 :D

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$STAA buyback bisa gimmick, sudah berapa hari sejak buyback. DR belum sekalipun net buy.

mending share gambar kambing lagi gasi?

😁😁😁

siap kena tato warning

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@owennath kalo pesaingnya seperti $STAA gmna om

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$STAA Emiten yang sangat menarik untuk dikoleksi. wong PSP nya aja beli di harga 875, kok diharga 780 malah ragu buat beli? 😁

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$STAA telah sukses menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 11 Juni 2025. Agenda rapat, termasuk persetujuan pembelian kembali saham (buyback), berlangsung dengan lancar dan menjadi momen penting dalam memperkuat arah strategis perusahaan ke depan.

$STAA

2013-2025 Stockbit Β·AboutΒ·ContactHelpΒ·House RulesΒ·TermsΒ·Privacy