Volume
PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex atau Perseroan) berawal dari sebuah perusahaan perdagangan tradisional yang menjual produk tekstil bernama “Sri Redjeki” yang berada di Pasar Klewer, Solo, yang didirikan oleh H. M. Lukminto pada 1966. Sritex berkembang dengan memproduksi kain yang dikelantang dan dicelup di pabrik pertama yang dibangun di Baturono, Solo, pada 1968. Pada 1978, “Sri Redjeki” secara resmi berubah menjadi PT Sri Rejeki Isman. Saat ini, Sritex telah menjadi produsen tekstil-garmen terintegrasi dengan empat lini produksi mulai dari pemintalan, penenunan, pencetakan, pencelupan, dan garmen. Produk yang dihasilkan ant... Read More
dulu kurang bagus apa $BATA $SRIL. gk pernah rugi. ihsg mah kaya hutan, jgn asal makan kalau gk mau keracunan.
gue baru tau LKH beli saham $SRIL padahal margin nya tipis perusahaan ini, dan loh nyangkut di saham Sril
$PGAS
🌷Investment approach
ini pertanyaan basically yang paling sering ditanyakan. Bahkan semua akan kompak menjawab dengan berbagai macam teori yang telah kita pelajari. Bagaimana pendekatan terbaik dalam berinvestasi? Khususnya investasi saham?
Sering kali kita baca ulasan :
Jika valuasi (PER, PBV, EPS) murah maka beli
Jika ada news maka beli
Jika LK cantik maka beli
jika dividen >10% maka beli
Jika tidak ada hutang maka beli
Jika harga terus turun maka beli
Kemudian reaksi yang sering kita baca antara lain
"Gaas, serok, BLA BLA"
Ada beberapa situasi yang yang paling sering kita jumpai, yaitu herding bias (silahkan google atau gunakan chatgpt untuk mendapatkan informasi tentang bias ini)
Ketika seperti saham $BBRI yang harga nya terus turun dan anda mulai panik lalu chat sana sini untuk memperkuat conviction anda.
Kemudian ada lagi situasi disaat news keluar dan anda fomo lalu gaas all in saham tenyata entry diharga atas dan diguyur pasar Krn ada pihak yang memanfaatkan situasi ini untuk exit contoh yang pernah saya temukan beberapa teman yang all in $LEAD saat fenomena aksi korporasi di akhir tahun 2024 kemaren di diharga > Rp. 145. Kenapa saya mencontohkan lead karena saat harga lead terus menerus turun setelah itu dan chat saya rame yang meminta saran saya harus apa dengan saham ini. 🤭
Meskipun saham ini salah satu didalam portofolio saya, namun tentu opini saya tentang saham ini akan berbeda dikarenakan perbedaan posisi dan porsi juga. Nah, opini saya lebih subjektif saja dengan pendekatan pshicologys method lebih tepat dari sudut pandang saya.
Ada lagi yang terjadi yaitu fenomena Saat LK cantik dan anda entry diharga yang udh tinggi. Sementara dimensi lain orang sudah membaca kinerja perusahaan ini beberapa kurun waktu sebelumnya dan siap untuk mengalihkan ke emiten yang belum dilirik pasar. Ada yang lebih dulu selangkah dalam mengambil keputusan dan ini biasa dilakukan oleh oleh smart money.
Contoh lain yang tidak kalah banyak juga suatu emiten melakukan Rups dan memutuskan memberikan deviden yang sangat menggiurkan dan harga saham langsung melonjak lalu anda masuk untuk mendapatkan deviden dan keluar saat ex date. Ternyata tidak sedikit yang kalah cepat untuk keluar yang berujung terkena deviden trap. Ini biasanya terjadi bagi anda yang mengambil keputusan untuk jangka pendek.
Saham yang tidak ada hutang wajib masuk dalam portofolio. Ini mengindikasikan bahwa perusahaan ini sehat. Ya tidak salah dengan pernyataan diatas. Namun hutang tidak selalu buruk ketika mereka menempatkan hutang sabagai alat untuk ekspansi dengan bunga yang tidak besar.
Terakhir persepsi tentang Harga turun terus maka beli. Sesederhana itukan pemikiran kita? Padahal banyak alasan mengapa harga tersebut dibuang pasar. Contoh nya saham yang akan pailit seperti $SRIL. Bagaimana bisa keputusan berinvestasi diemiten tersebut dapat kita terapkan pada kondisi seperti ini.
Memilih saham berarti memberi kesempatan kepada anda untuk bereksperimen.
Investment approach tidak selalu bisa dijabarkan dalam matematis.
Metode yang terbaik untuk untuk berinvestasi adalah metode yang membuat anda survive dipasar modal terlihat dari growth asset pribadi anda. Bukan yang membuat anda hilang kendali atas uang anda sehingga anda survive dengan menelan kerugian Tampa perhitungan.
===================================
Apa yang harus anda ketahui dan pelajari agar di pasar modal?
Sesuai dengan pengalaman saya pribadi wajibnya kita tau sisi gelap dan sisi terang nya pasar modal itu sendiri
=> Manipulasi harga saham
Bagaimana ciri ciri nya
• pump and dump
Lalu bagaimana berada pada situasi seperti ini?
Analisa kembali kinerja perusahaan
=> Keluar berita berita baik yang terus digoreng.
Bagaimana ciri ciri nya
• Berita yang diangkat semakin liar Tampa terbukti secara data dan fakta dilapangan
Sikap apa yang perlu anda ambil?
• Membuktikan keakuratan suatu berita dengan mencari bukti valid terhadap berita yang beredar.
=>Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah bentuk dari kinerja keuangan keuangan perusahaan yang telah terjadi yang arti nya kinerja perusahaan beberapa waktu sebelumnya dan tergambar dalam laporan keuangan.
Namun laporan keuangan dapat pula di percantik yang tidak dapat kita artikan hanya dengan melihat angka matematis saja.
Nah disini persoalannya. Setiap angka memiliki makna, memiliki rahasia.
Bagaimana agar anda mengetahui rahasia tersembunyi dalam angka tersebut? Lihat pada catatan kaki. Banyak hidden yang tersurat didalam nya.
Ini point penting, karena bisa jadi laporan keuangan yang jelek justru menyimpan hidden gems yang tidak dapat terbaca sehingga akan terlihat seolah2 valuasi yang mahal
=> Yang terakhir adalah. Harga yang terus turun, Saham yang dibuang pasar.
Saya juga pemburu saham tipe ini. Namun perlu digaris bawahi tidak semua saham yang dibuang pasar adalah saham yang layak untuk di kita tekan tombol buy seperti saham SRIL yang saya sebutkan diatas.
Saham yang cocok untuk diburu dengan kondisi seperti ini adalah saham yang bukan karena kesalahan kinerja internal perusahaan melain ada nya faktor lainnya seperti geopolitik, bencana alam, dan keadaan ekonomi global.
Bagaimana cara agar tidak terjebak dengan kata sakti makin turun makin serok?
Cari informasi akurat dan valid tentang keadaan perusahaan tersebut.
Menurut saya "the best Investment approach" adalah ketika anda menemukan alasan anda untuk survive dipasar modal Tampa kehilangan kendali atas diri dan uang anda.
Happy investing ♥️
NB : bukan ajakan jual/beli saham
Kejanggalan Dalam Laporan Keuangan PT Sri Rejeki Isman Tbk ( $SRIL ) Sejak Priode 2021
Baca Selengkapnya: https://cutt.ly/IrbKLBon
$IHSG $BTC
$SRIL Yg saya tidak paham di sini, saat Pailit, Berdasarkan data di Stockbit, PT HUDDLESTON INDONESIA masih memiliki 59% saham. Apa ini artinya ??? Tapi ketika dicari di data AHU, data tidak ditemukan ! Jika mereka mau kabur sekalian, kan mending mereka jualan dulu sampai saham mereka habis tinggal 10% misalnya. Tapi ini mereka masih hold 59%. Atau 59% itu murni investor juga ????, pengelolanya udah kabur dari PT HUDDLESTON INDONESIA ??? Mohon Para Suhu untuk bantu analisis untuk Pencerahan. Terimakasih.
$SRIL SRITEX adalah pelajaran berharga bagi investor. Belajarlah dari Perusahaan2 Pailit. Teliti laporan keuangnnya. Analisislah. Bukan cumen menganalisis Perusahaan yang dikenal sebagai Perusahaan Sukses dan Sehat. Itu juga menunjukkan kinerja Jaminan Mutu OJK dan BEI dan Akuntan Publik. Jika mereka melaporkan apa adanya dan melakukan warning yg bermanfaat bagi investor, artinya kinerja Lembaga2 itu sudah bagus dan bisa dipercaya, Trusted, Amanah. Ini hal penting sekali. Jika ini bobol, bobol lah susu sebelanga.
Menjelang Lebaran lalu, sebuah pemandangan dramatis viral di media sosial.
Bertempat di lokasi pabrik Sri Rejeki Isman (SRIL), karyawan Sritex bersama dengan pimpinan - alias pemiliknya - berkumpul bersama dan menangis bersama tanda perpisahan alias PHK sepenuhnya. Sang Komisaris Utama pun juga ikut menangis saat itu. Ceritanya, Sritex saat itu diputus pailit, dengan segala akibatnya, karena kesepakatan PKPU sebelumnya digugat kembali oleh krediturnya - biasanya sih ini mentok hubungannya antara kreditur dan debiturnya (dalam hal ini Sritex) - dan gugatan yang sudah sampai ke Mahkamah Agung akhirnya mentah. Manajemen Sritex kalah dan saat itu dalam keterbukaan informasi, mereka menyebut masih mengupayakan tindak lanjut, namun yang terjadi malah situasi dramatis itu.
Situasi Sritex yang sempat menuai perhatian pemerintah, sampai diwacanakan upaya penyelesaian dan penyelamatan, hingga kini belum jelas. Sempat ada isu bahwa aset aset Sritex akan dijalankan oleh investor baru, tapi hingga kini juga belum jelas.
Situasi masih ngga jelas, baru baru ini plot twist malah muncul. Kejaksaan Agung mendeteksi penyalahgunaan kredit bank BUMN kepada Sritex, yang kemudian disebut sebagai korupsi - meski Sritex bukanlah milik pemerintah. Sang Direktur Utama, yang masih bersaudara dengan Komisaris Utama, kemudian ditahan oleh Kejaksaan, bersama beberapa pihak lain.
Sisi lain, setelah pada laporan keuangan 2024 Pan Brothers (PBRX) akhirnya ekuitas negatif - setelah bertahan ekuitas positif dengan modal kerja negatif sepanjang 2020-2024, secara “ajaib” pada laporan keuangan kuartal 1 2025 PBRX kembali memperoleh ekuitas positif. Padahal, PBRX menghadapi masalah serupa dengan Sritex dan banyak perusahaan tekstil serupa di beberapa tahun ini. Kok bisa?
Ini adalah cerita bumi dan langit antara kedua emiten terkemuka di bidang tekstil ini.
======
Oke, sebelumnya saya bikin beberapa paragraf penjelasan sebelum masuk ke topik kali ini.
Mungkin ada keheranan kenapa Sritex, bukan BUMN atau lembaga pemerintah, kok kena kasus korupsi?
Jawabannya karena korupsi bukan hanya terjadi di apapun yang berkaitan dengan pemerintahan. Swasta dikira ngga ada korupsi? Ada. Tapi ngga heboh beritanya kayak pemerintah. Selain itu, penyelesaiannya biasanya antara pidana dan perdata atau salah satunya. Swasta cenderung no drama, sehingga kalau sudah ada kasus, karyawan terlibat atau manajemen terlibat akan langsung dipecat. Contoh yang saya ingat adalah ketika ada penyelewengan dana di emiten ritel elektronik Electronic City (ECII) yang menyeret beberapa manajemen dan salah satu pemilik emiten ini. Setelah penyelidikan internal, manajemen yang diduga terlibat dipecat dan digantikan dengan dewan Komisaris untuk sementara, sebelum digelar RUPS untuk menetapkan manajemen definitif. Kasus ini sudah selesai dengan settlement menggunakan aset dan pengembalian dana ke perusahaan.
Yang lain, di swasta umumnya mereka ada prosedur atau SOP dan seperangkat aturan yang membentengi diri dari potensi korupsi. Hal ini secara konsekuen dijalankan, dan memang harus dijalankan karena kalau ngga ancamannya dipecat dan dipenjara langsung tanpa ampun. Tentu ini akan bikin mikir mikir, karena akan jauh lebih sulit cari duit dan pekerjaan.
Lalu, Sritex ini kena kasus bukan karena masalah Sritex secara internal, tapi karena ada keterkaitan dengan bank BUMN. Kerugian negara berpotensi terjadi disini. Sama seperti halnya dulu ada kasus korupsi korporasi yang melibatkan emiten konstruksi Duta Graha Indah (DGIK) - kini Nusa Konstruksi Enjiniring - yang terlibat dalam kasus korupsi berkaitan dengan pembangunan proyek pemerintah - RS milik universitas negeri, Universitas Udayana. Ini ada kerugian negara. Jika isunya secara internal semata, tentu penyelesaiannya akan ke kepolisian atau pengadilan. Begitu ya.
Yang lain, kasus Sritex ini (jika memang benar ada korupsi), bukan berarti meminggirkan bahwa sektor TPT atau tekstil di Indonesia bener bener sedang menghadapi masalah sejak beberapa tahun ini. Masalah Sritex dan masalah sektor ini harus dipisahkan, sehingga kita bisa menaruh perhatian pada masing-masing masalah. Bukan berarti karena ada masalah Sritex, pemain tekstil lain ngga ada masalah - atau bahkan kita langsung menjudge bahwa masalah Sritex juga dilakukan pemain lain. Seperti yang saya bilang, jikapun memang pemain lain kelakuannya mirip, yang penting berkaitan dengan pemerintah atau ngga? Kalau berkaitan, kita bisa ketemu kasus serupa, tapi dengan spotlight pemberitaan berbeda, tapi kalau ngga ya masalahnya cuma jadi masalah internal.
Jadi, Sritex ini memang sama sama bermasalah dengan pemain lain, akibat impor tekstil ilegal dan kondisi ekonomi secara global, namun masalah internal seperti ini memperberat kondisi mereka untuk bangkit. Akhirnya, bisa dipahami mengapa upaya penyelamatan yang dibantu pemerintah ngga bisa jalan.
Kembali ke laptop.
Sritex atau SRIL ini sebenernya sudah pernah saya bahas secara umum masalahnya di konten saya awal tahun 2024 lalu. Bro and sis bisa baca ceritanya secara lengkap di s .id/sritexplbk. Dalam akhir postingan tersebut, saya menulis “harapan” bahwa “situasi nampak bisa dikendalikan dengan baik dan bisnis berjalan seperti biasanya”, yang sayangnya justru tidak berjalan mulus. Situasi makin memburuk karena kondisi ekonomi, terutama pasar ekspor, masih macet. Sementara penggalangan dana yang diharapkan manajemen tidak lancar, yang nampaknya karena kebutuhan permodalan yang besar - sekadar merestart ekuitas kembali ke positif butuh minimal Rp 16 Triliun (+/- USD 1 milyar), belum termasuk kebutuhan modal kerja untuk menyambung produksi setidaknya beberapa bulan hingga setahun awal. Kalau situasinya secara sektoral oke sih mending, gampang cari investor. Lah kalau kondisinya kayak sekarang? Belum lagi kasus perusahaan tekstil Delta Merlin beberapa tahun lalu makin bikin citra tekstil secara sektoral suram.
Yang jadi lebih sulit, PKPU (Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang) yang telah disepakati pada 2022 tidak ada satupun yang dikonversi jadi saham, hanya perubahan penjadwalan pembayaran hutang maupun syarat syaratnya - hutang usaha dan hutang bank. Situasi akan nampak agak mudah kalau sudah ada kesepakatan perubahan jadi saham. Jadilah Sritex kejepit, dan kasus hukum ini bakal makin mempersulit upaya kebangkitannya.
Jauh sebelum ekuitas negatif Sritex di 2021 dan masalah masalah sekarang ini, sebenernya sudah ada asumsi “bau amis” yang disebut di forum saham - dimana ini murni berkaitan dengan laporan keuangannya. Salah satunya berkaitan dengan pertanyaan besar : “laba terus terusan tiap tahun - dan bagi dividen meski kecil kecilan, tapi kok pinjamannya nambah terus terusan ya?”. Ada kecenderungan “sulit” mengendalikan pinjaman berbunga/pinjaman bank yang mendominasi liabilitas Sritex selama ini. Namun, yang tidak disangka memang adalah kasus hukum ini, yang disebut berkaitan dengan penyalahgunaan pinjaman Sritex yang kemungkinan digunakan untuk kepentingan pribadi dari pemiliknya. Karena ini masih mentah, dan belum ada peradilan terkait dengan hal ini, maka saya memilih menghindari membahas soal ini.
Asumsi saya masih positif, bahwa ini semua berawal dari kesalahan strategi di masa silam. Tapi apakah asumsi ini akan hanya berhenti disini saja? Hmm ~
Satu sisi, emiten tekstil lainnya yaitu Pan Brothers (PBRX) mencatat “keajaiban”. Ini setelah drama panjang sejak 2020 lalu, dimana manajemen PBRX mulai mengeluhkan tekanan bisnis akibat tantangan ekonomi dan pasar ekspor - meski masih mencatat kenaikan pendapatan dan masih bisa untung tipis tipis. Pada 2024 lalu, manajemen PBRX pun akhirnya menyerah pada keadaan. Upaya restrukturisasi hutang yang sudah dijalankan, namun agak buntu karena kondisi pasar dan masih menghadapi gugatan berulang dari salah satu kreditur, pun “memaksa” mereka mereset bisnis, sehingga sejumlah pos di aset harus dicadangkan/dihapus dan menyebabkan kerugian pertama dalam 10 tahun terakhir. Kerugian ini membuat mereka akhirnya menghadapi ekuitas negatif USD 121 juta (+/- Rp 2 Triliun)
(soal PBRX, bro and sis bisa baca ceritanya di s .id/panbrothersplbk)
Namun ekuitas negatif ini hanya berlangsung 1 kuartal saja. Secara “ajaib”, ekuitas PBRX kembali ke angka positif USD 147 juta (+/- Rp 2,3 Triliun) per laporan keuangan kuartal 1 2025, meski ini hanya sekitar setengah dari ekuitas PBRX di tahun 2023 yaitu positif USD 330 juta (sekitar Rp 5 Triliunan). Ada apa? Jawabannya karena adanya putusan PKPU yang efektif dijalankan 3 Januari 2025, dimana dalam putusan tersebut ada sebagian hutang PBRX yang akan dikonversi jadi ekuitas, dan sisanya dijadwalkan ulang waktu pembayaran maupun bunga yang dikenakan. Disebut akan, karena formatnya (saat tulisan ini dibuat) masih dalam bentuk Obligasi Wajib Konversi (OWK), sehingga ini menyebabkan adanya pos baru di ekuitas yaitu komponen ekuitas lainnya, yang berasal dari OWK ini dan secara otomatis memperbaiki ekuitas PBRX jadi positif kembali.
Meski sudah mulai tercapai kesepakatan restrukturisasi yang baru, namun demikian kinerja PBRX masih terus menghadapi tekanan sejak 2023, dimana penurunan pendapatan masih harus dialami. Pada kuartal 1 2025 ini saja, PBRX masih menghadapi penurunan pendapatan dari USD 92 juta menjadi USD 51 juta (sekitar Rp 1,47 Triliun jadi Rp 810 Milyar). Meski ada kenaikan laba bersih akibat penyesuaian restrukturisasi yang baru, namun demikian PBRX menghadapi kerugian usaha USD 1,9 juta (versus keuntungan usaha di kuartal 1 2024 USD 5 juta atau dalam Rupiah rugi Rp 30 Milyar vs untung Rp 81 Milyar).
Kondisi ini, tentu saja, semakin membuktikan bahwa kondisi industri tekstil di Indonesia masih bermasalah dan sangat membutuhkan perhatian pemerintah untuk bisa mendukung mereka, di luar apa yang terjadi pada Sritex sekarang. Let's see ~
Bacaan menarik soal saham, investasi dan bisnis lainnya, cek Instagram, TikTok dan Threads @plbk.investasi, serta Twitter/X @plbkinvestasi. Cek juga tulisan lainnya di s. id / plbkrinaliando.
$SRIL $PBRX $BBNI
1/2
$SRIL sengaja di suspend biar dantara atau pemerintah bisa masuk duluan, sisanya ritel baru boleh masuk.
$JATI manfaatnya apa ya kena suspend sampai ada yg berbulan-bulan ?sdh kaya melanggar hukum. (niat mau ngelindungi investor liat $SRIL $TECH )
@Syirvi Bagus MTFN Borong All in Kak, Semangat
Equitas Negatif
Hutang Segede Gaban Bentar lagi nyusul $SRIL xixi
SRITEX: Terjerat Nafsu Utang, Terpuruk di Jurang Krisis
Akhirnya, kabar bangkrutnya SRITEX resmi jadi kenyataan. Dan jujur saja, ini bukan hal yang benar-benar mengejutkan bagi sebagian orang yang sudah lama memantau kondisi keuangannya. Pemikiran saya adalah: perusahaan dengan utang yang jauh lebih besar dari modalnya pasti akan keteteran kalau ada badai sedikit saja. Dan terbukti pada kasus Sritex. Ketika badai itu datang akhirnya SRITEX roboh.
$SRIL $IHSG
https://cutt.ly/CrvEMsW4
*SRITEX*
Kasus kredit macet yang terjadi pada Bank DKI (dan disinyalir terjadi dibbrp bank umum daerah/swasta lainnya??) yang melibatkan PT. Sritex yang selaku debitur, terkhusus peran mantan Dirut Sritex; ISL (Mantan Direktur Utama perseroan) sebenarnya patut diperiksa pula petinggi2 perseroan lainnya, dalam hal ini direktur dan komisaris yang juga nota bene adalah anggota Keluarga besar Lukminto sendiri (dalam satu garis semenda (saudara kandung, ipar, dlsb) krn ini merupakan salah satu kejahatan TIPIBANK pun pidana yg terstruktur dan "disengaja" yang memang patut di usut dan diselesaikan hingga tuntas.
tidak sampai disitu; apabila kita cermati dalam penjelasan di hampir semua Laporan Keuangan yang dirilis/dipublikasikan di website BEI, adanya ekspansi berupa pembelian anak perusahaan, bahan baku dan juga asset2 perusahaan lain selama masa kepemimpinan ISL yg patut juga di audit dan diusut kembali krn menjadi tanda tanya besar mengapa bisa dilakukan pembelian yg penuh dengan kepentingan pribadi (conflict of interest) ke anak perusahaan2/aset pribadi oleh manajemen PT. Sri Rejeki Isman, Tbk ditengah kondisi keuangan dan operasional perseroan yg tdk baik2 saja, bahkan disinyakir dengan harga yang terlalu tinggi pdhl merupakan milik ISL selaku direksi dan juga milik keluarga besar Lukminto itu sendiri.
ini patut diduga sebagai upaya mengalihkan kekayaaan perseroan yang adalah milik publik sbg pemegang saham lainnya ke kantong2 pribadi ISL beserta keluarga, yang mana tindakan ini mrpkn kejahatan pula dalam dunia Investasi, dan akhirnya merugikan lebih dari 45ribu investor publik yangbada di Bursa Efek Indonesia.
kasihan para investor, khsusnya ritel yang ada di Sritex yang terkesan dirampok oleh manajemen SRIL melalui cara2 diatas hingga dibiarkan/ sengaja di pailitkan krn perseroan sudah tidak memikiki "daging lagi" selain dari tulang2 (bc Hutang dan kewajiban) yang sangat besar.
saya pribadi punya investasi di SRIL ini sejaknl tahun 2019 dgn nilai yg tdk sedikit jumlahnya sbg investor ritel. 😪
Semoga pihak2 terkait khsusunya BEI, OJK, Tipikor maupun Kejagung bisa hadir demi menyelamatkan modal saham para investor ritel di SRIL.
$SRIL $IHSG
Kinerja Keuangan 2024 dan Kasus Sritex, Tuas Rem IPO Bank DKI?
https://cutt.ly/yrvuizAo
$SRIL Tahun 2021 masih untung 2022 langsung rugi 15T. Gimana ceritanya Akuntan publik terlihat tdk JUJUR
siap2 pengusaha yang gak bisa bayar hutang ke bank negara $BBRI $BJBR bisa ditangkap seperti bosnya $SRIL , *kalau udah dpt pinjaman ya dipakai untuk menyehatkan perusahaan
Salah satu misteri dan paradox terbesar di market adalah yang sudah naik banyak dan kelihatan mahal masih bisa naik dan menjadi semakin mahal, sementara yang sudah turun banyak dan kelihatan murah masih bisa turun dan menjadi semakin murahan.
William O'Neill, trader termuda yang pernah mendapatkan kursi trading di New York Stock Exchange.
Males tag sahamnya apa karena kemaren2 udah share info A1 yang bahkan beberapa belum keluar di bloomberg terminal 400 juta setahun, tapi masih diserang centang ijo yang jualan stockpick 5juta setaon (dan tidak laku). Sementara sahamnya masih naik terus.
FYI ketika saya full muatan di Antam, Antam naik 1 tick saya dapet berkali2 lipat dari 5 juta itu.
Tapi ukuran saya jauh di bawah itu untuk saya mesti dosa pompom exit liquidity, transaksinya aja sehari 1 triliun terus. Mau buang ya buang aja susahnya apa coba? Bisa centang ijo jualan stockpick tapi kok oon banget.
Jadi saya rasa saya ga perlu ladeni, kata penguji conviction sekaligus tangan kiri bandar Bamzatmologi ini teramat sangat tidak penting sekali dan di bawah level saya.
Level saya itu gibahin owner gabener kayak $SRIL.
Gibahin manajemen gabener kayak $NICL kalian mestinya tuh KERJA amanah sama kami investor, bukan kecewa karena saham kalian disuspen.
Underwriter $DKHH semoga pintu rejeki kalian dibukakan selebar2nya oleh Tuhan YME sehingga ga perlu lagi nerima kerjaan IPO exit strategy kek gini lagi sampe akhir jaman.
mantep $BJBR kasus korupsinya udah kasus kredit $SRIL udah ok,di tunggu kelanjutannya,menjadi bank daerah yang solid..Senin mudah2 turun biar bisa serok kwkwkwkkwkwokk
Kejaksaan Agung menetapkan Iwan Setiawan Lukminto, Komisaris Utama PT Sri Rejeki Isman Tbk. (SRIL) atau Sritex, sebagai tersangka kasus dugaan korupsi penyalahgunaan kredit. Penetapan ini terkait penggunaan dana pinjaman yang tidak sesuai peruntukannya. Dana yang seharusnya digunakan untuk modal kerja diduga dialihkan untuk membayar utang perusahaan dan membeli aset tidak produktif, seperti tanah di Yogyakarta dan Solo.
Seiring dengan proses hukum tersebut, Bursa Efek Indonesia (BEI) menyampaikan bahwa saham SRIL berpotensi di-delisting karena telah disuspensi lebih dari 24 bulan dan perusahaan dinyatakan pailit. Proses delisting ini mengacu pada ketentuan III.1.3 Peraturan Bursa nomor I-N. BEI juga menyatakan telah berkoordinasi dengan OJK terkait perubahan status Sritex dari perusahaan terbuka menjadi perusahaan tertutup sesuai POJK 45 Tahun 2024.
Karena Sritex telah pailit, tanggung jawab pengelolaan perusahaan kini berada di tangan kurator. Oleh sebab itu, BEI telah meminta penjelasan kepada kurator terkait penetapan tersangka terhadap Iwan Setiawan Lukminto. Sebelumnya, Iwan menjabat sebagai Direktur Utama SRIL selama periode 2014 hingga 2022.
Sumber: Bisniscom
$SRIL
Kredit ratusan miliar dari $BJBR ke $SRIL cair mulus, padahal laporan keuangan Sritex udah megap-megap.
Analisa risikonya? Mungkin pakai feeling. Agunannya? Entahlah.
Uangnya? Bukan buat produksi, tapi buat beli tanah dan bayar utang lama 😂
Hebat…
Saat publik makin susah dapat akses permodalan, justru perusahaan bermasalah bisa pijak bank daerah buat bertahan sambil seret uang rakyat juga.