Volume
Avg volume
PT Soechi Lines Tbk bergerak dalam bidang perdagangan impor dan ekspor, jasa konsultasi, pembangunan, transportasi, percetakan, pertanian, perbengkelan dan industri lainnya. Saat ini, Perusahaan bergerak di bidang jasa konsultasi manajemen sedangkan Entitas Anak bergerak di bidang pelayaran dan pembangunan kapal. Perusahaan tergabung dalam Grup Soechi dan entitas induk terakhir adalah PT Soechi Group.
Aku sdh lama memantau $SOCI, mungkin ada 2 tahun an. Emiten transportasi laut yang bisa dikatakan pionir dan terbesar di Indonesia. Harga sahamnya sangat murah, dengan PE dibawah 5 dan PER dibawah 0,5. Namun dua tahun terakhir volume perdagangan sangat rendah dan harga saham hanya bergerak statis di range 160-200.
Walau demikian, di Agustus ini aku melihat ada sedikit pergerakan, pelan pelan naik, 1 dua tik secara berkala. Pertanda apakah ini??
gile bener. logika darimana kalau $HUMI harganya di atas $SOCI? itulah bedanya saham ada yg bandarin dan saham PVP retail doang. bandarmologi is the ultimate school of stock trading masa kini..
Pembagian Kue dari US dan bersih bersih mafia migas di Singapore, kita import minyak dan gas jadi beralih dari Singapore ke US dan pada butuh kapal tanker, seni berpikir yang cukup indah. DYOR dan bukan ajakan jual atau beli (terimakasih atas pemikirannya @bennix)
$HUMI $SMDR dan $SOCI
@buffet77 $CBRE kenapa market cap harus sama dengan aset? kemahalan. karena yg akan dibeli kapal besar, silahkan bandingkan marcap/aset dengan $SOCI $SMDR dan market cap juga harusnya dipengaruhi dengan margin dan dividend.
@Patihh lu ngerti rasio ga sih?
ya iya lucu.. tpma itu kapal tug yg margin dan dividen mereka tebal. klo mau bandingin $CBRE ya sama $SMDR klo ga $SOCI. klo mau gacha mah ga usah dipeduliin.. ga perlu dibanding2 juga. dalam satu sektor saja beda rasio dividen maka rasio marcap ke asetnya juga akan berbeda.
udah untung gw bandinginnya sama smdr yg masih bagi dividen.. klo dengan kapal2an yg ga bagi dividen lebih kacau lagi harga cbre untuk saat ini.
$PSAT LK Q2 2025: Pasca IPO
Sesuatu yang baru, seperti perusahaan yang baru masuk bursa, seringkali terlihat menarik. Prospektus yang bagus dan janji ekspansi membuat banyak orang bersemangat, seolah kita semua akan ikut untung besar. PT Pancaran Samudera Transport Tbk (PSAT) juga datang dengan cerita yang sama. Sebagai perusahaan pelayaran yang butuh banyak modal, dana IPO jelas sangat membantu. Tapi, tugas kita sebagai investor adalah melihat lebih teliti ke dalam laporannya. Saat kita bedah laporan keuangan PSAT, muncul pertanyaan sederhana: kita sebagai investor publik, dapat apa?
Sebelum lanjut, kita perlu tahu siapa pemilik perusahaan ini. Sebelum IPO, PSAT dikuasai oleh PT Profitama Hasil Indah dan PT Surya Mitra Pancaran, yang keduanya dimiliki oleh PT Pancaran Harapan Integra. Sebelum menjual saham ke publik, mereka melakukan langkah yang biasa dilakukan, seperti mengubah status perusahaan menjadi Tbk dan memecah nilai saham agar harganya terlihat lebih murah bagi investor ritel. Ini permainan biasa. Namun, keputusan penting justru diambil diam-diam, yang efeknya baru kelihatan di laporan arus kas. Keputusan inilah yang ternyata berbeda dari cerita yang disampaikan ke publik.
Inilah bagian paling penting dari ceritanya. Perusahaan yang baru saja bilang butuh uang untuk tumbuh, malah melakukan sebaliknya. Laporan keuangan Juni 2025 menunjukkan perusahaan membayar dividen tunai sebesar Rp 100 miliar. Langkah cerdik ini membuat uang kas perusahaan anjlok dari Rp 182,9 miliar menjadi hanya Rp 26,6 miliar dalam enam bulan. Ini bukan kebetulan, tapi sudah menjadi pola. Setahun sebelumnya, pemilik lama sudah dapat dividen besar senilai lebih dari Rp 400 miliar. Ini adalah cara memindahkan uang yang sangat efisien. Dana dari investor publik masuk, sebagiannya langsung keluar lagi ke kantong pemilik lama. Pertanyaannya bukan soal aturannya, tapi soal berpihak ke siapa.
Kinerja perusahaan juga terlihat bagus dari luar, tapi sebenarnya ada masalah. Orang-orang mungkin kagum karena pendapatannya naik hampir 30% menjadi Rp 545 miliar. Tapi kalau kita lihat lebih teliti, laba bersihnya justru turun dari Rp 78,5 miliar menjadi Rp 73,4 miliar. Kenapa? Biaya utamanya membengkak dari Rp 299 miliar menjadi Rp 410 miliar, terutama karena biaya "Sewa kapal jangka pendek" yang naik lebih dari dua kali lipat menjadi Rp 142,5 miliar. Anehnya, perusahaan yang bilang mau menambah kapal sendiri, praktiknya malah semakin boros menyewa kapal orang lain, dan itu membuat laba mereka berkurang.
Ini menunjukkan masalah utama dari cara bisnis PSAT. Mereka terjebak dalam dua pilihan sulit. Untuk tumbuh, mereka harus punya banyak aset sendiri, seperti kapal, dan mereka memang sedang belanja modal sebesar Rp 95,5 miliar. Tapi untuk mengejar pendapatan sekarang, mereka terpaksa banyak menyewa kapal, yang ternyata sangat boros dan membuat margin keuntungan menipis. Pendapatan naik kencang, tapi keuntungannya tipis. Apakah kapal-kapal baru yang dibeli nanti bisa menghasilkan untung yang cukup untuk menutupi biaya sewa yang mahal saat ini?
Jadi, kita perlu berpikir. Pasar saham adalah pertarungan antara cerita dan kenyataan. Cerita IPO PSAT adalah soal masa depan yang bagus. Kenyataannya di laporan keuangan adalah soal masa sekarang, di mana pemilik lama sudah untung duluan, sementara investor publik harus menghadapi kenyataan laba yang seret. Para pemilik lama sepertinya sudah mencapai tujuan mereka. Bagi kita, investor publik, perjalanan ini baru saja mulai, dan kondisi ke depan mungkin tidak sebagus yang diceritakan.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Tag: $SOCI $TPMA
$HUMI berlayar kapalnya, $SOCI kehabisan BBM gak bisa berlayar, tunggu datang suplay BBM kata owner nya baru berlayar