indikator notasi khusus
Perusahaan memiliki Notasi Khusus
X

775

0.00

(0.00%)

Today

0

Volume

Company Background

PT Solusi Bangun Indonesia Tbk adalah sebuah perusahaan publik Indonesia dimana mayoritas sahamnya (83,27%) dimiliki dan dikelola oleh PT Semen Indonesia Industri Bangunan (SIIB) – bagian dari Semen Indonesia Group- produsen semen terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. PT Solusi Bangun Indonesia Tbk menjalankan usaha yang terintegrasi dari semen, beton siap pakai, dan produksi agregat. Perseroan mengoperasikan empat pabrik semen di Narogong (Jawa Barat), Cilacap (Jawa Tengah), Tuban (Jawa Timur), dan Lhoknga (Aceh), dengan total kapasitas 14,8 juta ton semen per tahun, dan mempekerjakan lebih dari 2,400 orang. PT Solusi Bang... Read More

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$SMCB Dirut utama jebolan $UNVR dan $GOTO Danantara circle ...niii https://cutt.ly/4rJh5LuI

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

https://cutt.ly/urJt8oa2

semoga semakin moncer by DANANTARA

$SMCB $SMGR $BBRI

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$SMCB

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Jakarta, CNBC Indonesia — Tahun ini Indonesia memasuki usia ke 80 tahun. Namun ternyata kegiatan pasar modal telah berlangsung jauh dari usia tersebut, lebih dari 100 tahun lalu.
Pada awalnya bursa efek dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda di Batavia. Namun kegiatan perdagangan terus terganggu...

www.cnbcindonesia.com

www.cnbcindonesia.com

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@KangSuhadi apakah mungkin mau masuk lewat RI yang akan d gelar buat free float $SMCB

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$WIRG bapak bersin sedang beraksi menyiram bensin untuk menancapkan kembali hegemoninya mengeruk hasil dari pasar keuangan Wakanda. Setelah menelan kerugian mendalam hingga menjual rumahnya di Swiss akibat kalah lotere mencalonkan adiknya, kini bapak bersin itu sudah berjaya dan mulai satu per satu membuka katu trufnya. Ingatan saya kembali ke tahun tahun awal BEJ berdiri, tatkala itu index masih 400 perak dan Pak Bersin ini salah satu petinggi di Merryl Lych. Aksi koboinya di dunia keuangan tidak diragukan lagi, $SMCB menjadi saham pertama yang ipo pertama pada saat itu dan Pak Bersin-lah yang menjadi sosok di balik M&A pertama yang terjadi di Wakanda. Setahun lagi kita akan melihat orkestrasi permainan harga yang spektakuler dari tim enternya

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@StockbitReports $SMCB DIRUTnya jebolan $UNVR $GOTO


DANANTARA circle

selamat bertugas semoga amanah membangun negeri semakin kokoh

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$SMGR $SMCB $SMBR
Tailwind.

🌬🌬🌬

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

IDXChannel - Pasar modal Indonesia resmi diaktifkan kembali pada 10 Agustus 1977 oleh Presiden Soeharto.
Momentum bersejarah ini sekaligus menandai pencatatan perdana PT Semen Cibinong di Bursa Efek Jakarta, menjadikannya emiten pertama setelah pasar modal vakum selama dua dekade.
Kini perusahaan te...

www.idxchannel.com

www.idxchannel.com

@skydrugz27 utk $SMCB LK lagi di audit utk corporate action

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$SMCB ada senior saham yang sudah melintang lama bilang bahwa bluecheap bisa kena FCA...giliran di suruh sebutin mana yg kena FCA , malah balik tanya suruh jawab smcb bluecheap bukan? 😂😂..aku harus jawab apa donk nih??

owh iya kabar nya id saya sudah di blokirnya 🤭 #letsplay

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$SMGR LK Q2 2025: Mengapa Labanya Membusuk?

Diskusi hari ini di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) saat ini sedang berada di titik kritis yang menentukan arah nasib jangka menengahnya. Secara kas, perusahaan ini masih cukup kuat. Tapi secara profitabilitas, kondisi semester I 2025 sudah masuk kategori lampu kuning menyala terang. Pendapatan bersih turun 4,89% dari Rp16,4 triliun jadi Rp15,6 triliun. Sementara beban pokok penjualan hanya turun tipis 0,64%. Efek dominonya langsung terasa ke margin kotor yang tergerus signifikan. Gross profit ambles 18,72% jadi tinggal Rp3,13 triliun. Artinya, setiap rupiah yang masuk dari penjualan memberikan keuntungan lebih kecil daripada sebelumnya. Ini bukan sekadar penurunan penjualan biasa, tapi sudah kena di jantung efisiensi operasional. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx

Efek paling brutalnya terasa di bottom line. Laba sebelum pajak anjlok 78,25% jadi hanya Rp155 miliar. Setelah pajak, laba bersih tinggal tersisa Rp38 miliar, turun tajam dari Rp503 miliar tahun lalu. Ini penurunan 92,41%. Bahkan total laba komprehensif berubah arah dari untung Rp574 miliar jadi rugi Rp39 miliar. Penyebabnya bukan hanya pendapatan yang lesu, tapi juga beban lain-lain yang meledak 9 kali lipat dari Rp10 miliar jadi Rp96 miliar. Di dalamnya ada rugi kurs Rp10,6 miliar yang tahun lalu masih untung Rp30 miliar, ditambah akun lain-lain bersih yang bengkak dari Rp52 miliar ke Rp90 miliar. Ini semua menunjukkan manajemen belum berhasil meredam fluktuasi eksternal dan biaya tidak terduga.

Tapi yang bikin geleng-geleng adalah kondisi kas justru membaik. CFO atau arus kas operasi malah naik 14,91% jadi Rp1,17 triliun. Lebih mengejutkan lagi, Free Cash Flow-nya naik dua kali lipat dari Rp421 miliar jadi Rp846 miliar. Kok bisa? Jawabannya ada pada dua hal utama. Pertama, pembayaran bunga dan pajak jauh lebih kecil. Biaya bunga tunai turun dari Rp676 miliar ke Rp416 miliar. Pajak yang dibayar juga turun dari Rp450 miliar ke Rp293 miliar. Kedua, mereka menahan ekspansi. Capex ditekan dari Rp601 miliar jadi Rp328 miliar. Jadi kas tetap masuk dari pelanggan, tapi uang keluar ditahan sekuat mungkin. Strategi ini menyelamatkan likuiditas jangka pendek, tapi tidak bisa jadi andalan jangka panjang kalau profit tidak pulih.

Struktur utang juga mulai menunjukkan pergeseran yang perlu diperhatikan. Utang jangka pendek naik 169% jadi Rp1,56 triliun. Current maturity dari pinjaman jangka panjang dan obligasi juga naik signifikan. Ini artinya beban pembayaran utang dalam 12 bulan ke depan akan jauh lebih besar. Meskipun rasio lancar masih di atas 1, dari 1,25x jadi 1,08x, tren penurunan ini menandakan bantalan likuiditas makin tipis. Kalau pendapatan makin lemah atau kas masuk terganggu, posisi ini bisa jadi rawan. Apalagi kalau refinancing tidak berjalan mulus.Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Segmen bisnisnya juga menunjukkan gambaran yang jelas. Segmen utama, yaitu produksi semen, pendapatannya turun 6,75% dan labanya turun 54% dari Rp1,27 triliun jadi Rp583 miliar. Segmen non-semen malah berbalik dari untung Rp3,8 miliar jadi rugi Rp71 miliar. Jadi, dua-duanya lagi tidak perform. Pendapatan dari anak usaha luar negeri, seperti di Vietnam, tidak cukup kuat menopang. Bahkan efek translasi dari operasi luar negeri menyumbang rugi kurs komprehensif Rp97 miliar yang ikut menyeret laba komprehensif ke zona merah. Di sisi lain, penjualan ekspor dan kontribusi luar negeri cuma menyumbang 14% dari total revenue. Jadi dominasi pasar lokal masih sangat kuat, dan ketika pasar domestik lesu, kinerja keseluruhan ikut terguncang.

Yang juga cukup mencemaskan adalah posisi anak usaha $SMCB yang kena teguran dari BEI karena free float publiknya di bawah 7,5%. Kalau dalam 24 bulan tidak diperbaiki, bisa disuspensi bahkan delisting. Ini tidak hanya soal aturan teknis bursa, tapi juga sinyal kepercayaan pasar terhadap tata kelola grup. Manajemen bilang ini tidak akan mengganggu operasional, tapi persepsi pasar bisa berbeda. Apalagi kalau kondisi ini dibiarkan terlalu lama tanpa solusi konkret.

Dari sisi risiko, SMGR terpapar risiko nilai tukar, suku bunga, dan harga batubara sebagai komponen utama biaya produksi. Manajemen mengungkap bahwa pelemahan 5% kurs rupiah terhadap dolar akan memotong laba bersih sekitar Rp24 miliar. Risiko ini sudah terjadi di semester I 2025. Selain itu, sensitivitas terhadap perubahan bunga juga tinggi. Kenaikan 1% suku bunga akan mengurangi laba bersih sekitar Rp70 miliar. Meskipun biaya bunga tunai tahun ini turun, sebagian besar utangnya bersifat mengambang. Jadi kalau tren suku bunga global naik lagi, beban ini bisa kembali meningkat. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx

Manajemen masih memegang kendali atas covenant bank, baik dari rasio current ratio minimal 1x, maupun debt to equity yang maksimal 2,5x. Saat ini rasio debt to equity mereka 0,26x, artinya masih jauh di bawah ambang batas. Tapi yang jadi peringatan adalah kenaikan porsi utang jangka pendek. Kalau ini tidak ditangani, bisa menekan fleksibilitas keuangan dalam waktu dekat. Apalagi kalau penurunan laba ini berlanjut hingga semester II.

Kebijakan pembagian dividen juga jadi sorotan. Meski laba bersih turun tajam, SMGR tetap membayar dividen lebih besar dari tahun lalu, naik dari Rp572 miliar jadi Rp649 miliar. Ini patut dipertanyakan. Apakah karena tekanan dari pemerintah sebagai pemegang saham utama? Ataukah ingin jaga citra stabilitas dividen? Yang jelas, ini menggerus saldo laba dan bisa jadi tidak sustainable kalau profit tidak segera pulih. Bahkan sudah muncul akun saham treasuri sebesar Rp35 miliar dari buyback awal yang dilakukan. Kalau tidak hati-hati, kas bisa terkuras bukan untuk investasi atau bayar utang, tapi hanya untuk jaga penampilan.

Dari seluruh gambaran ini, SMGR sedang tidak sekarat, tapi sedang dalam kondisi kehilangan stamina. Profit turun drastis, beban lain-lain meledak, dan segmen non-semen yang diharapkan jadi penopang malah ikut rugi. Tapi mereka masih punya modal kerja positif, free cash flow kuat, dan pengelolaan kas yang efisien. Ini yang membuat mereka tetap berdiri stabil di tengah tekanan. Tapi modal ini hanya bisa bertahan sebentar. Kalau profit tidak kembali naik, efisiensi biaya dan penghematan kas tidak akan cukup menutup kebutuhan operasional dan pembayaran utang yang kian dekat.

Resep penyembuhan utamanya jelas. Pertama, kembalikan margin kotor. Entah lewat efisiensi produksi, optimalisasi harga jual, atau strategi distribusi yang lebih agresif. Kedua, tekan beban lain-lain. Rugi kurs harus dikelola lebih disiplin lewat lindung nilai, dan pos “others-net” harus dibuka transparan untuk tahu sumber sebenarnya. Ketiga, perbaiki struktur utang agar tidak semua menumpuk di jangka pendek. Keempat, evaluasi ulang kebijakan dividen dan alokasi kas, agar tidak hanya menjaga kepentingan pemegang saham, tapi juga menjaga kelangsungan usaha. Dan terakhir, segera bereskan masalah SBI (SMCB) agar tidak jadi bom waktu dari sisi regulasi. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Jadi seberapa parah? Secara profit, ini parah. Secara arus kas, masih kuat. Tapi kekuatan kas tidak bisa terus-menerus menutupi kelemahan bisnis inti. SMGR harus segera balikkan arah strategi sebelum semua kekuatan cadangan ini habis dimakan waktu dan tekanan operasional. Jika tidak, potensi jangka panjang perusahaan akan terkikis perlahan. Tapi jika turnaround dilakukan tepat dan cepat, SMGR masih punya peluang besar untuk rebound sebagai market leader yang efisien, sehat, dan berkelanjutan.

Apakah LK SMGR dikorupsi? Saya tidak mau menuduh tapi sejauh ini sih LK SMGR tidak mengandung indikasi, apalagi bukti eksplisit tentang adanya praktik korupsi. Tidak ditemukan satu pun kalimat atau catatan yang mengarah pada dugaan penyelewengan dana, manipulasi transaksi, atau penyalahgunaan kekuasaan yang biasanya jadi indikator utama dalam kasus korupsi. Memang ada beberapa elemen yang secara prinsip akuntansi dan tata kelola perlu dicermati, seperti status unaudited, keberadaan transaksi dengan pihak berelasi, dan keterlibatan dalam sengketa hukum. Tapi semua itu disampaikan secara terbuka, dan tidak menunjukkan adanya pelanggaran atau motif yang merugikan pemegang saham maupun negara sebagai pemilik utama. Asas praduga tidak bersalah. Saya tidak mau asal nuduh, nanti kena somasi. 🗿

Pertama, laporan keuangan interim per 30 Juni 2025 secara eksplisit disebutkan sebagai unaudited. Ini adalah hal yang wajar karena umumnya laporan semesteran tidak wajib diaudit penuh, dan proses audit biasanya dilakukan untuk laporan tahunan. Meski begitu, status unaudited tetap berarti belum ada jaminan atau konfirmasi dari auditor independen mengenai kewajaran penyajian laporan tersebut. Namun absennya audit tidak secara otomatis berarti ada potensi fraud atau korupsi, selama pengungkapan datanya tetap konsisten dan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia.

Kedua, SMGR sedang terlibat dua kasus hukum yang masing-masing berkaitan dengan tanah. Dalam kasus Bangkalan, perusahaan berstatus sebagai tergugat atas klaim kepemilikan tanah seluas 0,635 hektare. Tapi perusahaan menyatakan bahwa lahan yang disengketakan bukan bagian dari aset miliknya, sehingga dampak terhadap keuangan dan operasional dinilai nihil. Di kasus Rembang, SMGR justru menjadi pihak penggugat terhadap kantor pertanahan kabupaten terkait status hak pakai. Prosesnya masih berjalan sampai kasasi di Mahkamah Agung. Kedua perkara ini bersifat administratif, dan tidak berkaitan dengan penyimpangan dana atau penyuapan, sehingga tidak bisa ditarik sebagai indikator adanya korupsi di tubuh SMGR.

Ketiga, jumlah dan nilai transaksi dengan pihak berelasi memang besar, sebagaimana lumrah terjadi di entitas BUMN yang berada dalam ekosistem yang saling terhubung. Dalam laporan keuangan, pihak berelasi SMGR mencakup pemegang saham utama seperti PT Danantara, berbagai BUMN lain yang berada di bawah satu pengendalian pemerintah, entitas asosiasi, ventura bersama, serta personel manajemen kunci. Transaksi dengan pihak-pihak ini mencakup penjualan semen, pembelian batubara dan listrik, pinjaman bank, pengangkutan logistik, hingga pembayaran jasa konsultasi dan manajemen. Semuanya dijabarkan cukup rinci dalam catatan laporan keuangan, lengkap dengan proporsi nilainya terhadap total pendapatan maupun total beban. Tidak ada satu pun catatan yang menyatakan transaksi tersebut fiktif, tidak wajar, atau menyalahi aturan yang berlaku. Bahkan ada pengungkapan bahwa transaksi tersebut diungkapkan terlepas dari apakah dilakukan dengan syarat yang sebanding dengan pihak ketiga atau tidak. Artinya, keterbukaan tetap dijaga, dan tidak ditemukan upaya menyembunyikan relasi atau nilai transaksi.

Keempat, tanggung jawab atas laporan keuangan sepenuhnya diakui oleh manajemen. Tidak ada pernyataan penyangkalan atau klausul limitasi tanggung jawab yang biasanya muncul ketika manajemen tidak yakin terhadap integritas atau keandalan laporan. Ini menjadi salah satu dasar bahwa secara internal, proses penyusunan laporan masih berjalan sesuai dengan prinsip tata kelola perusahaan yang sehat.

Kalau pakai asas praduga tak bersalah sih kelihatannya tidak ada tanda-tanda, apalagi bukti eksplisit, bahwa PT Semen Indonesia Tbk maupun anak-anak usahanya melakukan praktik korupsi dalam periode yang dilaporkan. Meskipun tetap ada ruang untuk pengawasan dan kehati-hatian, terutama karena laporan semesterannya belum diaudit dan karena tingginya keterlibatan pihak berelasi dalam transaksi bisnis, tapi semua itu masih dalam koridor yang normal untuk perusahaan skala besar milik negara. Tidak ada celah yang secara akuntansi maupun hukum bisa digunakan untuk menyimpulkan adanya fraud atau korupsi dari laporan yang disediakan. Jadi, untuk sementara, tidak ada yang mencurigakan di laporan ini. Kalau mau curiga, boleh aja tapi saya tidak mau menuduh kalau belum ada audit investigatif. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx

LK SMGR menunjukkan kondisi yang cukup kontras antara anjloknya laba bersih dan meningkatnya arus kas dari aktivitas operasi. Laba bersih mereka hanya tercatat sebesar Rp37,9 miliar, turun sangat tajam dari Rp503,5 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini sebesar Rp465 miliar lebih. Tapi menariknya, arus kas bersih dari operasi justru meningkat dari Rp1,02 triliun menjadi Rp1,17 triliun atau naik sekitar Rp152 miliar. Muncul pertanyaan logis, bagaimana bisa laba turun drastis, tapi kas justru meningkat?

Jawabannya terletak pada perbedaan antara basis akrual yang digunakan dalam laporan laba rugi dan basis kas yang digunakan dalam laporan arus kas. Laba mencatat pendapatan dan beban saat terjadi, bukan saat kas berpindah tangan. Sementara arus kas hanya menghitung uang yang benar-benar keluar masuk. Dalam kasus SMGR, laba turun karena ada kombinasi dari penurunan penjualan sebesar Rp802 miliar dan ledakan beban lain-lain dari Rp10 miliar menjadi Rp96 miliar. Salah satu penyebab besar adalah selisih kurs. Tahun lalu mereka untung Rp30 miliar dari kurs, tahun ini malah rugi Rp10,6 miliar. Itu saja sudah menggeser laba sekitar Rp40 miliar. Selain itu, akun other-net juga naik drastis, yang menunjukkan tekanan non-operasional semakin tinggi.

Di sisi lain, arus kas membaik karena dua hal utama. Pertama, pembayaran pajak penghasilan badan turun signifikan, dari Rp450 miliar ke Rp293 miliar. Ini sejalan dengan penurunan laba kena pajak, sehingga beban pajak ikut turun. Kedua, pembayaran bunga juga turun dari Rp676 miliar ke Rp416 miliar. Kombinasi penghematan kas ini menyumbang lebih dari Rp400 miliar untuk mengimbangi dampak negatif dari laba yang menyusut. Jadi secara kas, SMGR justru lebih sehat dibanding tahun lalu meskipun laba bersihnya jauh lebih rendah.

Dari sisi neraca, ada dinamika menarik yang ikut berpengaruh ke arus kas. Piutang usaha turun dari Rp5,13 triliun ke Rp4,6 triliun. Ini menunjukkan peningkatan kolektibilitas atau penurunan penjualan kredit. Perubahan ini memberikan kas masuk sekitar Rp531 miliar, yang memperkuat arus kas operasi. Sebaliknya, utang usaha justru turun Rp327 miliar, yang berarti ada lebih banyak pembayaran ke pemasok. Ini biasanya menurunkan kas. Tapi anehnya, kas keluar ke pemasok justru tercatat menurun. Ini bisa dijelaskan dengan beberapa kemungkinan, seperti pembelian bahan baku secara kredit, perubahan nilai persediaan, atau pengelolaan jadwal pembayaran yang lebih efisien.Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Persediaan sendiri naik dari Rp5,19 triliun ke Rp5,78 triliun atau naik Rp591 miliar. Kenaikan ini seharusnya menyedot kas, tapi dampaknya bisa tertutupi oleh penghematan di pos pajak dan bunga. Ini memperlihatkan bahwa struktur kas SMGR saat ini masih cukup kuat dan likuiditas masih terjaga.

Apakah semua ini berarti ada manipulasi? Jawabannya belum tentu. Kalau mau berpikir positif, sekian ini tidak ada indikasi atau bukti eksplisit tentang manipulasi keuangan. Semua penurunan dan kenaikan bisa dijelaskan secara logis lewat prinsip dasar akuntansi dan pengelolaan kas. Laporan keuangan ini memang belum diaudit, tapi itu lazim untuk laporan interim semesteran. Manajemen juga menyatakan tanggung jawab penuh atas penyajian laporan sesuai standar yang berlaku. Transaksi dengan pihak berelasi dan perjanjian pendanaan juga dijelaskan secara rinci, termasuk mekanisme supplier financing di mana beban bunga ditanggung oleh pemasok, bukan perusahaan. Kalau mau berpikir negatif ya bisa saja ini manipulasi. Tinggal pilih mau berpikir positif atau negatif.

Disparitas antara laba dan kas ini belum tentu merupakan tanda adanya penyimpangan. Ini justru contoh klasik bagaimana laba bisa turun akibat tekanan non-operasional, sementara kas tetap stabil atau bahkan meningkat karena efisiensi pembayaran dan manajemen modal kerja yang baik. SMGR punya tantangan besar dalam mengembalikan profitabilitas, tapi dari sisi kas mereka masih punya ruang bernapas yang cukup. Selama mereka bisa mengendalikan beban lain-lain dan menjaga efisiensi, maka kas yang kuat ini bisa jadi senjata utama untuk pemulihan di paruh kedua tahun 2025.Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx

Harga saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) saat ini berada di level Rp2.520 per lembar, dan jika kita bandingkan dengan kinerja keuangannya untuk semester I 2025, terlihat adanya mismatch yang cukup mencolok antara kapitalisasi pasar dan realisasi kinerja laba. Total saham beredar tercatat sebesar 6,75 miliar lembar, sehingga kapitalisasi pasarnya sekitar Rp17 triliun. Namun jika kita bandingkan kapitalisasi tersebut dengan laba bersih yang hanya Rp39,9 miliar untuk enam bulan pertama 2025, atau setara dengan EPS sekitar Rp5,92 yang jika disetahunkan menjadi Rp11,84, maka PER-nya membengkak sangat tinggi menjadi 212,84 kali. PER seperti ini sudah masuk kategori valuasi yang tidak masuk akal jika mengacu pada standar industri manufaktur atau konstruksi. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Dibandingkan tahun lalu, EPS SMGR tercatat sekitar Rp148,56 per saham, yang berarti PER tahun lalu hanya sekitar 17 kali. Artinya, valuasi PER melonjak bukan karena harga saham naik, melainkan karena laba bersihnya ambruk. Dari sisi ini saja sudah jelas bahwa valuasi PER saat ini tidak mencerminkan kondisi fundamental yang sehat.

Namun, menariknya, indikator lain seperti PBV justru menunjukkan sebaliknya. Dengan ekuitas sebesar Rp43 triliun dan jumlah saham beredar yang sama, maka book value per saham SMGR mencapai Rp6.380. Artinya, saham ini sekarang diperdagangkan dengan diskon besar terhadap nilai bukunya, dengan PBV hanya 0,395 kali. Kalau kita keluarkan goodwill dan aset tak berwujud, tangible book value per saham adalah Rp5.866. Jadi meskipun PER sangat tinggi, PBV-nya justru sangat rendah. Ini situasi yang khas ketika laba jatuh tapi kas dan aset masih relatif stabil.

Kalau kita lihat sisi cashflow, arus kas operasi SMGR untuk semester I 2025 mencapai Rp1,17 triliun. Jika disetahunkan, berarti sekitar Rp2,35 triliun, atau setara Rp348 per saham. Dengan harga sekarang, rasio P/CFO menjadi sekitar 7,24 kali. Ini sebenarnya masih cukup sehat, menunjukkan bahwa perusahaan masih bisa menghasilkan arus kas operasi meskipun laba akuntansinya minim. Free Cash Flow mereka bahkan lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya, yakni Rp845 miliar untuk semester I 2025, yang disetahunkan jadi Rp1,69 triliun atau Rp250 per saham. Valuasi P/FCF sekitar 10 kali. Angka ini justru mendekati area yang menarik secara kas, dan bertolak belakang dengan PER yang nyaris 200 kali.Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx

Dari sudut pandang enterprise value, jika kita hitung EV dengan menambahkan utang berbunga sebesar Rp11,4 triliun, kepentingan non-pengendali Rp4,4 triliun, lalu dikurangi kas Rp4 triliun dan investasi jangka pendek Rp57 miliar, maka total EV SMGR sekitar Rp28,7 triliun. Dibandingkan dengan EBITDA setahunan Rp4,34 triliun, maka EV/EBITDA sekitar 6,6 kali. Ini tergolong moderat, cukup wajar untuk sektor industri padat modal seperti semen. Tapi kalau dibandingkan EBIT, yang cuma Rp1,16 triliun disetahunkan, maka EV/EBIT menjadi 24,73 kali. Ini sangat tinggi karena EBIT-nya sedang tertekan oleh beban kurs dan item lain-lain yang membengkak.

Dari sisi revenue, total penjualan semester I 2025 adalah Rp15,6 triliun, disetahunkan menjadi Rp31,2 triliun. EV/Sales sekitar 0,92 kali, dan P/S sekitar 0,55 kali. Ini menunjukkan valuasi yang sangat konservatif terhadap pendapatan. Apalagi SMGR adalah pemimpin pasar semen nasional. Jadi kombinasi rasio EV/Sales di bawah 1 dan PBV di bawah 0,5 menandakan pasar sedang sangat skeptis terhadap prospek pertumbuhan dan profitabilitas jangka pendek perusahaan.

Yield dividen SMGR berdasarkan dividen tahun lalu sekitar Rp96 per saham, yang menghasilkan dividend yield sebesar 3,81% dari harga saat ini. Tapi payout ratio-nya mencapai 90%. Ini tidak sustainable kalau laba ke depan tetap lemah. Perusahaan bisa terpaksa memotong dividen atau bahkan menunda pembagian, jika tidak ingin menggerus modal lebih jauh.

Valuasi ideal PBV yang wajar untuk perusahaan besar dan mapan biasanya 1 kali. Dengan BVPS Rp6.380, maka harga idealnya berada di level Rp6.380 per saham. Untuk mencapainya, harga saham harus naik 153% dari posisi sekarang. Tapi jelas bahwa pasar tidak akan memberikan valuasi itu jika profitabilitas tidak pulih. Yang membuat saham ini terdiskon besar adalah penurunan laba, margin yang tergerus, serta sentimen negatif terhadap industri semen secara umum.Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Apa yang harus dilakukan agar harga bisa mendekati valuasi ideal? Jawabannya sederhana di atas kertas, tapi sulit dalam eksekusi. Perusahaan harus meningkatkan pendapatan, memperbaiki margin, dan mengendalikan beban non-operasional seperti selisih kurs. Beban ini sangat menggerus laba padahal tidak melibatkan arus kas. SMGR juga harus bisa memanfaatkan kas yang ada secara efisien, baik untuk ekspansi pasar, efisiensi biaya produksi, atau inovasi produk seperti beton pracetak, bahan bangunan modular, atau layanan konstruksi terintegrasi. Selain itu, komunikasi manajemen ke pasar juga penting. Investor perlu diyakinkan bahwa penurunan laba ini hanya sementara dan perusahaan punya strategi konkret untuk membalikkan keadaan.

Kalau itu gagal? Maka harga saham bisa tetap stuck di bawah nilai buku atau bahkan turun lebih jauh. Valuasi rendah yang berkepanjangan bisa mengundang tekanan dari investor institusi, pemegang saham minoritas, atau bahkan potensi akuisisi dari pihak eksternal. Perusahaan dengan valuasi 0,4 kali PBV dan aset nyata sebesar SMGR bisa jadi target yang menarik bagi investor asing atau private equity yang ingin membeli murah lalu restrukturisasi.

Valuasi SMGR saat ini mencerminkan pesimisme pasar terhadap kemampuan perusahaan menghasilkan profit yang stabil. Tapi sisi positifnya, kas dan arus kas tetap kuat. Jadi jika ada turnaround dari sisi margin, pengendalian beban kurs, dan stabilisasi pendapatan, maka saham ini punya potensi untuk recovery signifikan. Tapi semua itu kembali ke pertanyaan utama: apakah manajemen mampu mengembalikan profitabilitas? Jika ya, maka valuasi sekarang adalah peluang. Jika tidak, maka valuasi murah ini bisa bertahan lama, dan menjadi perangkap nilai bagi investor yang hanya melihat angka PBV atau P/FCF tanpa memperhatikan konteks laba bersih yang terus tertekan.Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$SMBR

Read more...

1/6

testestestestestes
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@Timjer memang sengaja.

pengendali $SMBR ya $SMGR dgn 75% kepemilikan, (pun, dari 25% sisanya ada sekitar 10-12% hasil karya Ben-Cok bersama2 dgn --sensor-- nguras uang ra'jat), kapasitas dan kekuatan SMBR pun hanya sekitar 6-8% dari seluruh kekuatan SMGR.

SMBR dapat "rezeki" dari pengorbanan Abang-Abangnya, namely Semen Padang dan $SMCB supaya bisa tampil cantik di rumahnya sendiri.

@bankertruk ternyata deviden $SMCB 6.66% ( 41.idr ) lebih tinggi daripada deposito

tes tes tes ....

$HERO $SMCB

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$SMCB

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@budirere Bbrp kontraktor pada tetap milih ambil proyek padahal bakal dibayarnya telat daripada alat beratnya disita bank karena nganggur ga dipake 🫣 $INTP $SMGR $SMCB

Belum lagi... stok semen makin menumpuk perputaran stok barang ga selancar sblm 2024

kejam banget bursa efek israel. duit gw ditahan berbulan² (suspend) di $SMCB. dosa gw hanya karena berusaha cuan atau gacor dari saham. ga pernah di buka2. dzalimnya kronis.

laper tapi ga ada duit. uang gw ditahan berbulan² sama bursa efek israel.

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Fun fact: Industri semen Indonesia sedang mengalami "double whammy" yang brutal.

Volume Juni 2025 diprediksi turun 1% year-on-year.

Semester pertama 2025? Juga suram dengan penurunan 0.9%.

Konsumen lemah.

Belanja pemerintah juga lesu.

Tapi tunggu dulu...

Pola historis menunjukkan hal menarik.

Tahun pertama pasca-pemilu selalu begini.

Pencairan anggaran lambat, lalu mengejar di tahun berikutnya.

Apakah 2H25 akan berbeda?

Kemungkinan ada sedikit pemulihan.

Belanja pemerintah semester kedua biasanya naik.

Hari kerja lebih banyak: 128 hari vs 109 hari.

Seasonal pattern juga mendukung.

Tapi jangan terlalu optimis.

Fokus anggaran bergeser ke ketahanan pangan.

Program 3 juta rumah masih belum jelas.

Dampak ke saham mungkin terbatas.

Pasar makin sensitif harga.

Relevansi brand memudar.

Distribusi efisien = kunci market share.

Bahan bakar alternatif bisa jadi game changer.

Mengurangi ketergantungan batubara.

Setiap 1% perubahan harga batubara = dampak 10-15 bps pada margin.

Valuasi menarik tapi oversupply masih menghantui.

$INTP vs $SMGR?

INTP lebih unggul dalam:

Adopsi bahan bakar alternatif

ROIC/WACC yang lebih baik

Distribusi yang lebih solid

Ini semua belum mempertimbangkan kebijakan ODOL, makro lemah, hujan berlebih.

Industri semen: bukan tentang growth story, tapi survival story.

$SMCB
____
Follow & Like biar yang lain bisa dapat manfaat juga ^^

Cek link bio untuk join VIP Membership Saham Bagger.

Kamu bisa dapetin akses analisa saham mingguan, dashboard data 800+ saham, Watchlist Momentum investing terbaik saat ini: https://cutt.ly/EetQOBGO

Kalo mau ebook gratis, klik link nya diatas, join newsletter analisa saham bareng ribuan subscriber lain☝🏻
___
Stockbit External Community

Saya seorang Momentum Investor yang fokus di Fundamental first lalu technical analysis secara quantitative.

Mau ikutan perjalanan investasi saya?

❤️ Join External Community, masukkan kode: A39716
https://stockbit.com/community

Read more...

1/2

testes
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

wuih ada apa ini $SMCB?

jangan bilang cuman mo ganti direksi ye 🤕

go private kek,

atawa pp kek biar free float naik dan gembok dibuka satpam.. 🤭

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$SMCB

$BPFI

$CRAB

part 2 (6/6)

2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy