Volume
Avg volume
PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR) didirikan pada tanggal 18 Juni 1962. Perseroan adalah salah satu perusahaan publik produk konsumen berbasis kelapa sawit yang terintegrasi dan terkemuka di Indonesia. Aktivitas utama Perseroan dimulai dari penanaman dan pemanenan pohon kelapa sawit, pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi minyak sawit (CPO) dan inti sawit (PK), pemrosesan CPO menjadi produk industri dan konsumen seperti minyak goreng, margarin dan shortening, serta perdagangan produk berbasis kelapa sawit ke seluruh dunia. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1962. Salah satu produknya ... Read More
$SMAR
Menghitung skor investasi untuk saham PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMART) dapat dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa aspek fundamental, valuasi, dan risiko. Berikut adalah analisis menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif:
I. Kriteria Penilaian
A. Kinerja Keuangan (40%)
1. Pertumbuhan Pendapatan (15%):
Pendapatan Q3 2024 tumbuh 15% YoY.
Skor: 4/5 (Pertumbuhan stabil).
2. Laba Bersih (15%):
Laba bersih Q3 2024 meningkat hampir 2x lipat YoY.
Skor: 5/5 (Pertumbuhan signifikan).
3. Margin Laba Bersih (10%):
Margin laba bersih sekitar 1,8% pada Q3 2024.
Skor: 3/5 (Rendah untuk industri agribisnis, meski ada potensi kenaikan).
B. Valuasi (30%)
1. P/E Ratio (15%):
Harga pasar saat ini (P/E ~7,5x) lebih rendah dibanding rata-rata industri (~10x).
Skor: 4/5 (Undervaluasi).
2. P/BV Ratio (15%):
P/BV ~0,52x, jauh di bawah nilai wajar 1x.
Skor: 5/5 (Sangat undervaluasi).
C. Prospek Industri dan Kebijakan (20%)
1. Dampak B40 (10%):
Implementasi B40 akan meningkatkan permintaan biodiesel dan mendukung pendapatan.
Skor: 5/5 (Positif untuk jangka panjang).
2. Risiko Harga CPO (10%):
Ketergantungan tinggi pada harga CPO dan kebijakan pemerintah.
Skor: 3/5 (Tinggi volatilitas).
D. Risiko Likuiditas Saham (10%)
1. Volume Perdagangan (5%):
Saham SMART cenderung memiliki likuiditas moderat.
Skor: 3/5 (Bukan saham yang sangat likuid).
2. Ketergantungan pada Kebijakan Pemerintah (5%):
Implementasi kebijakan seperti subsidi B40 sangat memengaruhi kinerja.
Skor: 3/5.
II. Interpretasi Skor
Skor 4,05/5 menunjukkan bahwa saham SMART adalah investasi menarik, terutama untuk investor dengan toleransi terhadap volatilitas harga CPO dan ketergantungan pada kebijakan pemerintah.
Potensi keuntungan berasal dari undervaluasi saham dan prospek positif dari program B40.
Risiko utama adalah volatilitas harga CPO dan ketergantungan pada kebijakan subsidi.
$SMAR
1. Nilai Wajar Berdasarkan P/E
EPS Tahunan (disetahunkan dari Q3 2024): Rp 481.
P/E Ratio yang Digunakan:
8x: Rp 3.848
10x: Rp 4.810
12x: Rp 5.772
Kesimpulan:
Berdasarkan P/E, nilai wajar berada di kisaran Rp 3.848 - Rp 5.772 tergantung pada P/E Ratio yang digunakan.
2. Nilai Wajar Berdasarkan P/BV
Book Value per Share (BVPS): Rp 7.013 (berdasarkan ekuitas yang disetahunkan).
P/BV Ratio yang Digunakan:
0,8x: Rp 5.610
1x: Rp 7.013
1,5x: Rp 10.520
Kesimpulan:
Berdasarkan P/BV, nilai wajar berada di kisaran Rp 5.610 - Rp 10.520 tergantung pada P/BV Ratio yang digunakan.
Kesimpulan Umum
Saham SMART berpotensi undervalued berdasarkan kedua metode valuasi.
Jika fokus pada pertumbuhan laba dan stabilitas industri, metode P/E (10x) memberikan nilai wajar sekitar Rp 4.810.
Jika mempertimbangkan nilai ekuitas, metode P/BV (1x) menunjukkan nilai wajar sekitar Rp 7.013.
DYOR
📊 Harga CPO Terdongkrak: Apa Faktor Pendorongnya?
Harga kontrak CPO melonjak di Bursa Malaysia Derivatives (BMD), didukung ekspektasi penurunan produksi. Februari 2025 tercatat naik ke 4.470 Ringgit Malaysia per ton. Namun, pelemahan ekspor ke India dan China serta aksi ambil untung membatasi kenaikan. Apakah tren ini bertahan? Simak level support di 4.150 Ringgit dan resistance di 4.300 Ringgit! 🛢️ Klik untuk baca analisis lengkapnya.
https://cutt.ly/ue3MjbQj
$AALI $SMAR $RATU
https://cutt.ly/Qe3p97HQ
$TAPG $SMAR $DSNG
📈 Kemenangan Indonesia di WTO: Masa Depan Kelapa Sawit Cerah!
Indonesia akhirnya memenangkan sengketa melawan Uni Eropa di WTO terkait diskriminasi kelapa sawit! 🌍🌴 Langkah ini tak hanya melindungi ekspor sawit Indonesia senilai triliunan rupiah, tapi juga memberikan sinyal kuat bahwa aturan perdagangan internasional harus adil. Apa dampaknya bagi sektor sawit dan saham terkait? 🔍
Baca selengkapnya di sini:
https://cutt.ly/we954CuR
$AALI $SMAR $BREN
📉 Harga CPO tertekan lagi! Tren pelemahan ini makin terasa di pasar global akibat faktor tekanan permintaan dari negara-negara konsumen utama. Apakah ini sinyal untuk strategi baru dalam portofolio Anda? 🌎 Simak ulasan lengkapnya untuk memahami bagaimana dinamika ini dapat memengaruhi investasi Anda: baca selengkapnya. 💡 📊
https://cutt.ly/he98rY86
$AALI $TAPG $SMAR
B40 MULAI JALAN, SIAPA YANG UNTUNG?
Program biodiesel B40 resmi meluncur sejak awal tahun dan digadang-gadang bisa menghemat devisa hingga Rp147,5 triliun. Tapi, di balik ambisi besar ini, ada tantangan distribusi dan kesiapan industri yang masih jadi PR. Di sinilah peran APROBI sebagai mitra pemerintah dalam mengembangkan dan menguji coba sektor biofuel. Selain memastikan suplai lancar, asosiasi ini juga menjaga industri tetap kompetitif di pasar.
Menariknya, tiga anggota APROBI yang sudah melantai di bursa, yakni $SMAR, $JARR, dan $TBLA. Ketiga emiten sawit ini berperan vital dalam eksekusi B40. Pertanyaannya, apakah mereka bakal jadi pemenang dalam reli biodiesel ini? Baca selengkapnya: https://cutt.ly/We9R0APh
Rilis data inflasi India
✔️ Inflation Rate YoY Dec = 5,22% (vs previous 5,48%, vs consensus 5,30%)
✔️ Inflation Rate MoM Dec = -0,56% (vs previous -0,15%)
Inflasi tahunan India turun di bawah ekspektasi, disertai deflasi bulanan yang terjadi lebih dalam dari bulan sebelumnya.
Kondisi ini menunjukkan tekanan harga yang mereda sehingga bisa mendukung terjaganya daya beli di tengah tingkat inflasi yang masih tinggi.
$INDY $SMAR $BYAN
yang masih banyak dana bingung mau masuk mana bisa dipertimbangkan ke emiten ini
$TOBA $SMAR $MBAP KKGI ITMG GEMS IKBI
mumpung dibawah, Tp SL suka2 kalian
#DWOYR#
$YOII
ini rame juga yah, kirain sepi,
sepertinya ijo nih nanti
semangat para holder iponya
random tag $SMAR $IATA
Potensi CPO dan Pungutan Baru
Kebijakan baru soal kenaikan pungutan ekspor CPO menjadi 10% di tahun 2025 ini sebenarnya muncul di tengah dinamika industri sawit kita yang sedang berusaha beradaptasi dengan segala macam tekanan, baik dari sisi pasar global maupun kebijakan domestik. Kalau kita lihat perjalanan di tahun 2024, ekspor minyak sawit sempat mengalami penurunan nilai, misalnya pada November 2024 nilainya sekitar USD 2,09 miliar, turun dari USD 2,37 miliar di bulan sebelumnya. Volume ekspornya juga ikut turun dari 2,33 juta ton menjadi 1,91 juta ton. Tapi anehnya, harga referensi CPO global justru naik dari USD 1.015,75 per ton di Oktober 2024 menjadi USD 1.090,05 per ton di November 2024. Ini menunjukkan bahwa industri kita kadang dapat “angin segar” di satu sisi (harga naik), tapi di sisi lain justru kalah bersaing atau permintaan turun sehingga volume ekspor ikut menurun.
Sempat ada kebijakan penurunan tarif pungutan ekspor menjadi 7,5% sejak September 2024 (berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62 Tahun 2024), yang sebenarnya diharapkan bisa bikin CPO Indonesia lebih kompetitif di pasar internasional. Dulu tarifnya mendekati 11%, jadi penurunan ini cukup signifikan untuk menurunkan biaya bagi eksportir. Nyatanya, perusahaan besar seperti $LSIP Astra Agro Lestari (AALI) dan Sinar Mas Agro Resources and Technology (SMART) mendapat ruang napas untuk meningkatkan margin mereka. Di tengah segala tantangan, dukungan dari kebijakan pungutan ekspor yang lebih rendah sebenarnya bermanfaat untuk menjaga daya saing. Namun, kebijakan ini akan berubah drastis di Januari 2025, karena pemerintah mau menaikkan tarif pungutan ekspor CPO jadi 10%. Alasan utamanya adalah buat mendukung program biodiesel B40, di mana dana pungutan ekspor itu dipakai untuk memberi insentif biodiesel lewat Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Upgrade skill sawit https://bit.ly/3YGX6Dc
Kalau kita bandingkan, pungutan 7,5% yang berlaku tahun 2024 memang terbukti cukup membantu ekspor, tapi di sisi lain pemerintah butuh dana besar untuk lanjut ke tahap B40. Tahun 2024 aja, subsidi biodiesel konon sudah menembus Rp26,23 triliun, dan pasti butuh lebih banyak dana lagi pas implementasi B40 yang konsumsi CPO-nya lebih besar. Itulah kenapa naiknya pungutan ekspor dianggap solusi mengumpulkan pundi-pundi buat subsidi. Namun, kenaikan pungutan dari 7,5% ke 10% ini juga bukan tanpa risiko. Dengan harga referensi CPO global untuk Januari 2025 di kisaran USD 1.059,54 per ton—sedikit turun dari Desember yang USD 1.071,67—biaya tambahan sebesar 10% berarti eksportir harus membayar sekitar USD 105,95 per ton (dibanding sebelumnya sekitar USD 79,47 per ton). Imbasnya, daya saing produk kita bisa menurun, apalagi Malaysia terus menekan biaya produksi mereka. Jadi bisa dibilang, kebijakan ini sedikit “menggerus” margin eksportir dan mempersempit peluang mereka di pasar internasional.
Dari perspektif petani, terutama mereka yang tergabung di Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS), kebijakan pungutan ekspor yang naik ini cukup bikin was-was. Soalnya, kalau beban pungutan ekspor meningkat, perusahaan sering memotong harga tandan buah segar (TBS) yang mereka beli dari petani. SPKS memprediksi bisa turun Rp300 sampai Rp500 per kilogram. Buat petani, angka itu lumayan besar, karena bakal berpengaruh ke kemampuan mereka beli pupuk dan merawat kebun. Kalau kebun nggak keurus, produktivitas turun, pasokan buat biodiesel pun bisa ikut terpengaruh. Selain itu, SPKS juga menyoroti soal penyaluran dana pungutan yang katanya 90% dipakai buat subsidi perusahaan biodiesel, sedangkan petani masih merasa dapat porsi kecil. Padahal, kalau mau menjaga kualitas suplai bahan baku, petani juga harus diberi insentif atau minimal dukungan supaya kebunnya tetap produktif.
Di sisi lain, pemerintah bersikukuh kebijakan ini penting buat jaga keberlanjutan biodiesel B40. Kalau program B40 bisa lancar, kita nggak bergantung terus sama impor bahan bakar fosil, dan ini sejalan dengan komitmen transisi energi menuju energi terbarukan. Perusahaan besar seperti $TBLA dan $SMAR juga diuntungkan kalau kebijakan B40 berjalan, karena konsumsi domestik CPO bakal meroket, sehingga mereka bisa kurang pusing soal pasar ekspor yang fluktuatif. Apalagi, sepanjang 2024, ekspor CPO sering goyang akibat tekanan pasar Eropa dan berbagai isu lingkungan. Kalau pasar domestik kuat, setidaknya ada jaminan permintaan yang stabil. Namun, tetap aja, kenaikan pungutan ekspor ini berisiko menurunkan daya saing global. Dan jangan lupa, isu lingkungan dari Uni Eropa belum selesai. Tekanan ESG (Environmental, Social, and Governance) tetap menjadi tantangan besar, sehingga mau tidak mau praktik perkebunan kita harus lebih berkelanjutan agar bisa menjaga reputasi di mata pembeli internasional.
Yang menarik, walaupun pemerintah sedang all-out mendorong biodiesel, fluktuasi harga CPO global akan tetap jadi penentu banyak hal. Di akhir 2024, harga CPO sempat naik ke kisaran USD 1.090,05 per ton, tapi di Januari 2025 malah sedikit turun ke USD 1.059,54. Nggak menutup kemungkinan ke depan harganya akan terus bergejolak, tergantung situasi permintaan, kondisi geopolitik, maupun kebijakan lingkungan dunia. Kalau kita bicara potensi, Indonesia masih di posisi kuat banget di pasar sawit, dengan perusahaan-perusahaan besar yang bisa menunjang kapasitas produksi. Tapi tekanan biaya produksi, seperti pupuk dan energi, bakal terus mengintai. Petani, sebagai ujung tombak, juga kudu diperhatikan kesejahteraannya. Kalau kita mau program B40 berhasil, jangan sampai petani malah terbebani, lalu produktivitas anjlok. Malah rugi sendiri, kan?
Karena itu, ke depan, kuncinya adalah gimana pemerintah bisa mengelola dana pungutan ini dengan transparan dan tetap menjembatani kepentingan petani serta industri besar. Kalau alokasi dananya adil, petani bisa dapat dukungan peremajaan kebun, peningkatan produktivitas, dan berbagai program kesejahteraan lain. Dengan begitu, ketika B40 berjalan, pasokan CPO nggak cuma stabil, tapi juga punya kualitas yang bagus. Di sisi lain, pemerintah juga perlu terus meyakinkan pasar internasional bahwa kita serius memperbaiki tata kelola sawit, termasuk dengan sertifikasi ISPO. Soalnya, salah satu isu yang bikin pasar Eropa “rehat” dari sawit kita adalah soal keberlanjutan lingkungan. Upgrade skill ESG https://bit.ly/3YGX6Dc
Pada akhirnya, kebijakan pungutan ekspor 10% ini layaknya pisau bermata dua. Di satu sisi, ini akan membantu pendanaan biodiesel, sekaligus menekan ketergantungan pada pasar ekspor yang fluktuatif. Tapi di sisi lain, beban tambahan ini dikhawatirkan menurunkan daya saing, bahkan memukul petani kecil lewat penurunan harga TBS. Masa depan industri sawit Indonesia memang besar potensinya, terbukti dari nilai ekspor yang masih cukup tinggi dan program biodiesel yang ambisius. Tapi tentu segala langkah harus diimbangi dengan kepedulian terhadap petani dan upaya mempertahankan pasar luar negeri. Kalau pemerintah dan pelaku industri bisa menemukan keseimbangan yang pas antara menyejahterakan petani, menjaga daya saing global, dan mengembangkan energi terbarukan, maka kenaikan pungutan ekspor ini mungkin jadi keputusan strategis. Namun, kalau pengelolaan dana tidak transparan, petani diabaikan, dan ekspor semakin kesulitan, industri sawit kita berpotensi masuk ke situasi serba rumit. Jadi, mari kita berharap kebijakan ini diiringi eksekusi yang matang, sehingga industri sawit nasional benar-benar bisa melaju kencang dengan tetap menjaga keseimbangan berbagai kepentingan.
Petani protes karena khawatir beban pungutan ekspor CPO yang lebih tinggi akan bikin harga tandan buah segar (TBS) turun, sehingga pendapatan mereka berkurang dan biaya untuk perawatan kebun jadi terbatas. Sementara itu, pemerintah tetap ingin menaikkan pungutan karena butuh dana lebih besar untuk menjalankan program biodiesel B40 dan mendorong transisi energi ke bahan bakar terbarukan. Melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), pungutan ekspor yang lebih tinggi ini diharapkan bisa menutupi subsidi biodiesel yang terus meningkat. Jadi, meskipun petani merasa keberatan karena harganya bisa ditekan oleh perusahaan pembeli TBS, pemerintah menilai kebijakan ini penting untuk menjaga keberlanjutan program biodiesel dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138 (caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Jangan lupa kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://bit.ly/44osZSV
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/3
https://cutt.ly/Le0yRxVJ $TBLA $JARR $SMAR
mumpung minggu depan $SMAR mau RUPS, ada yang kehadiran RUPS nya mau dikuasakan ke saya😀😀? nanti saya bantu review RUPS sama Souvenirnya
Udah tau $AALI $SMAR sama beberapa emiten sawit lainnya sekarang lagi digugat sama asing krn ga ngikutin prinsip ESG yang salah satunya ada rules anti deforestasi, eh malah ditambah statement ginian 🤧
Saham² yang Equity > Rp 200 Bio dan Public/Floating Shares < 10% :
1. $HMSP
2. $SMAR
3. $DVLA
4. EPMT
5. PSAB
Sesuai ketentuan Oct 2025 limit minimum Floating Shares 10% untuk IDX30, LQ45 dan IDX80
Jika belum tercapai maka bisa masuk FCA (Full Call Auction).
So apa yang akan dilakukan oleh emiten yang belum memenuhi criteria :
A. Refloating ke market agar floating shares = 10%
B. Go Private
Adakah dari saham² tersebut yang memilih GO PRIVATE ?
🤔🤫🥳
1/5
Perusahaan Sawit Mana Yang Terlibat Langsung dengan Biodiesel?
Pertanyaan salah satu user Stockbit di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Untuk menjawab pertanyaan ini maka kita perlu lihat Peraturan Menteri ESDM. Daftar pemasok dan alokasi biodiesel berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 205.K/EK.05/DJE/2022:
1. Penyaluran ke PT Pertamina Patra Niaga (Total: 10.100.258 kl):
PT Batara Elok Semesta Terpadu: 413.689 kl
PT Ciliandra Perkasa: 287.356 kl
PT Eco Prima Energi: 484.600 kl
PT Energi Unggul Persada: 820.770 kl
PT Intibenua Perkasatama: 291.343 kl
PT Jhonlin Agro Raya $JARR: 250.206 kl
PT Kutai Refinery Nusantara: 609.002 kl
PT LDC Indonesia: 236.548 kl
PT Multimas Nabati Asahan: 338.642 kl
PT Multi Nabati Sulawesi: 229.528 kl
PT Musim Mas: 1.008.963 kl
PT Pelita Agung Agrindustri: 613.270 kl
PT Permata Hijau Palm Oleo: 417.241 kl
PT Sari Dumai Oleo: 405.516 kl
PT Sari Dumai Sejati: 593.699 kl
PT Sinarmas Bio Energy: 302.442 kl
PT SMART Tbk $SMAR: 127.500 kl
PT Sukajadi Sawit Mekar: 259.478 kl
PT Tunas Baru Lampung $TBLA: 128.220 kl
PT Wilmar Bioenergi Indonesia: 904.882 kl
PT Wilmar Nabati Indonesia: 1.377.363 kl
2. Penyaluran ke PT Kilang Pertamina Internasional (Total: 540.512 kl):
PT Multi Nabati Sulawesi: 63.389 kl
PT Pelita Agung Agrindustri: 117.445 kl
PT Tunas Baru Lampung: 250.995 kl
PT Wilmar Bioenergi Indonesia: 108.683 kl
3. Penyaluran ke PT AKR Corporindo Tbk AKRA (Total: 899.125 kl):
PT Batara Elok Semesta Terpadu: 5.903 kl
PT Jhonlin Agro Raya: 84.042 kl
PT Kutai Refinery Nusantara: 232.613 kl
PT Multi Nabati Sulawesi: 61.593 kl
PT Musim Mas: 12.112 kl
PT Sinarmas Bio Energy: 35.991 kl
PT SMART Tbk: 254.711 kl
PT Sukajadi Sawit Mekar: 25.751 kl
PT Tunas Baru Lampung: 23.083 kl
PT Wilmar Bioenergi Indonesia: 88.842 kl
PT Wilmar Nabati Indonesia: 74.486 kl
Harus cek peraturan 2024 dan 2025 karena formasi bisa berubah.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
(caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Dan jangan lupa kunjungi Pintarsaham di sini
https://bit.ly/3QtahWa
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://bit.ly/3YGX6Dc
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
https://bit.ly/44osZSV
https://bit.ly/47hnUgG
https://bit.ly/47eBu4b
https://bit.ly/3LsxlQJ
1/2
@StockbitReports $FREN $FREN-W2 expiry date nya waran waktu diterbitkan , dijual dan dibeli, itu kesepakatan nya tidak seperti berita ini yang hanya beri waktu 3 bulan.
harusnya konversi saja jadi excl-w dengan rasio konversi sesuai hitungan appraisal dan waran fren tsb masi bisa dalam masa trading sampai 2026(?)
siap siap class action nih ?
cmiiw
$EXCL $SMAR $DSSA