Volume
Avg volume
PT. Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk (SCCO) atau disingkat SUCACO bergerak di bidang produsen kabel. Produknya meliputi kabel telekomunikasi, kabel listrik dan kabel enamel. Produksi perusahaan ini dijual di pasar lokal dan ekspor. Perseroan memasarkan produknya kepada swasta melalui distributor perseroan disamping juga kepada PLN dan proyek. Perusahaan memulai produksi komersialnya pada tahun 1972.
Trading Recap
April W4 - Mei W1
Sell
$CNMA
Akhirnya bisa keluar dari CNMA setelah FL sebulanan lebih. Gpp cuman 1% + Deviden, yang penting ga bikin pikiran
$ASSA
TP di ASSA 23%nan, kalau dilihat sih bisa naek lagi, berita nya dah sering nongol sana sini.
$SCCO dan SPTO
Sudah melebihi target, target awal cuman 5% cuman klo dikasih lebih ya terima kasih 😂😂
*Disclamer ON
Bukan ajakan beli/jual saham apapun
Setiap Keputusan Menjadi Tanggung Jawab Masing-Masing
1/4
$SCCO ngasih dividennya kecil, saham kurang likuid.. Sebenarnya termasuk kebutuhan pokok selama listrik masih dipake orang2, tapi ya nggak rutin dibeli tiap saat juga sih hehehe
$SCCO Jual Kabel Tidak Pernah Sesulit Ini?
Lanjutan analisis dari postingan sebelumnya tentang LK SCCO di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Laba SCCO tahun 2024 melesat bak roket bukan karena mereka menemukan kabel yang bisa nyetrum cuan langsung ke kas perusahaan, tapi karena kombinasi beberapa hal yang secara teknis sah, tapi kalau dibedah lebih dalam… yah, ada cerita lain di balik angka yang kinclong itu. Pertama-tama, pendapatan SCCO naik 19% ke Rp 6,94 triliun—kayaknya seluruh proyek kabel di Indonesia mulai dari PLN sampai tukang bangunan pinggir jalan beli kabel dari mereka. Kabel domestik laris manis, ekspor pun naik 26%. Tapi tentu kita tahu, kalau revenue doang yang naik tanpa efisiensi, itu kayak gaji naik tapi jajan makin boros. Untungnya, SCCO bisa menekan beban pokok sehingga margin kotor malah naik dari 8,2% ke 8,6%. Bahan baku tembaga dan aluminium memang naik, tapi SCCO berhasil naikin harga jual lebih cepat. Salut buat tim marketing yang bisa jual kabel mahal tanpa bikin pelanggan lari. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Tapi tunggu dulu, bukan cuma itu. Ada juga suntikan laba dari anak emas mereka—PT Tembaga Mulia Semanan—yang nyetor Rp 47,8 miliar ke kantong laba. Ini sih bukan jualan kabel, tapi semacam bonus dari punya saudara yang sukses. Yang lebih menarik lagi, SCCO tahun ini juga untung selisih kurs, beda dari tahun lalu yang rugi. Jadi kalau tahun lalu dolar bikin sakit kepala, sekarang malah jadi penyelamat. Beban lain-lain? Yah… walaupun netonya minus Rp 31,6 miliar, itu dianggap “angin lalu” karena katanya terdiri dari rugi pelepasan aset dan impairment kecil. Kecil katanya, tapi ya lumayan juga sih buat beli beberapa kilometer kabel.
Sekarang kita ngomongin neraca—yang kalau dibaca cepat bisa bikin orang investor tergoda ngelamar saham ini. Aset SCCO naik jadi Rp 5,7 triliun, dan yang bikin angka itu makin seksi adalah adanya revaluasi aset tetap sebesar Rp 200 miliar. Bahasa kasarnya: nilai pabrik dinaikkan berdasarkan penilai independen, bukan karena pabriknya disulap jadi pabrik AI atau robotik. Kas naik dikit ke Rp 824 miliar, sementara persediaan naik 9% jadi Rp 646 miliar. Nah, yang bikin dahi mengernyit adalah piutang yang naik ke Rp 609 miliar. Dari angka itu, Rp 432 miliarnya (alias 71%) adalah piutang ke pihak berelasi. Singkatnya: SCCO jualan kabel ke perusahaan satu grup, belum dibayar, dan dicatat sebagai piutang. Istilah gampangnya: jualan ke keluarga sendiri, tapi tagihannya ngendon 108 hari. Kalau ini bukan sinyal bahaya, kita perlu ganti definisi risiko. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Utang usaha malah turun drastis 40% jadi Rp 145 miliar. Bisa jadi mereka udah lunasin tagihan, atau mungkin pemasok udah males ngasih tempo. Yang jelas, total liabilitas turun jadi Rp 332 miliar—kelihatan sehat, tapi hati-hati, bisa jadi ini bukan karena manajemen jago, tapi karena belanja ditahan atau supplier udah ogah kasih utang. Ekuitas naik ke Rp 5,37 triliun, tapi sebagian besar karena laba ditahan dan surplus revaluasi, bukan karena hasil keringat murni.
Sekarang kita buka lembar paling jujur dari laporan keuangan: arus kas. Ternyata, arus kas dari operasi hanya Rp 193 miliar—padahal laba bersih Rp 294 miliar. Artinya, sekitar Rp 100 miliar dari “laba” itu masih nyangkut di piutang, persediaan, atau utang pajak. SCCO memang punya laba di atas kertas, tapi duitnya belum tentu ada di kas. Dan jangan salah, capex mereka tahun ini Rp 103 miliar, jadi arus kas masuk hampir habis buat belanja modal. Kalau tahun depan piutang makin ngendon dan penjualan stagnan, kas bisa ngos-ngosan. Tapi nggak usah khawatir, masih ada revaluasi buat nutupin.
Apakah labanya sustainable? Sebagian besar sih masih dari operasi jual kabel. Laba asosiasi dan pos non-core lain nggak dominan. Jadi, sejauh harga tembaga nggak naik liar dan permintaan tetap stabil, ya labanya bisa dibilang berkelanjutan. Tapi jangan tutup mata juga: ada beberapa red flag. Misalnya, 72% bahan baku tembaga dibeli dari satu perusahaan berelasi. Kalau pabrik itu kebakaran atau sekadar ngambek, bisa bikin produksi SCCO lumpuh. Lalu ada juga urusan gaji manajemen: naik hampir dua kali lipat jadi Rp 36,9 miliar, setara 12% dari laba. Mereka memang berhasil cetak laba, tapi kayaknya bonusnya lebih cepat cair dibanding piutang. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Jadi, kalau SCCO mau tetap eksis tanpa drama keuangan, mereka harus mulai disiplin. Pertama, jangan biarkan piutang berelasi numpuk—kasih batas maksimal tempo, misalnya 60 hari. Kedua, diversifikasi supplier bahan baku, jangan terlalu manja sama satu entitas. Ketiga, kendalikan persediaan biar nggak jadi barang rongsokan yang ditulis ulang tahun depan. Keempat, tahan nafsu menaikkan gaji manajemen kalau kas belum setara laba. Terakhir, gunakan kas Rp 824 miliar buat investasi produktif, bukan buat pamer lewat surplus revaluasi. Karena kita tahu, laba yang keren di kertas tapi seret di kas itu seperti kabel yang tampak kuat tapi isinya kawat tipis. Sekali korslet, bisa gosong semua.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$AMMN $MDKA
1/2
➖ Pemerintah Indonesia masih kerja, walaupun di akhir pekan penghujung libur lebaran ini.
Presiden Prabowo melawat ke Malaysia menemui PM Anwar Ibrahim hari ini (6/4).
Selain silaturahmi Lebaran, tapi juga sebagai tindak lanjut koordinasi langkah bersama negara ASEAN menghadapi kebijakan tarif Trump dalam kerangka dialog ASEAN - AS.
Malaysia saat ini adalah ketua ASEAN.
$IHSG $SMAR $SCCO
Rilis data neraca perdagangan Indonesia Feb 2025 oleh BPS
https://cutt.ly/driPONuj
✔️ Ekspor Feb = USD 21,98 miliar.
Naik +2,58% mtm dan +14,05% yoy.
Lebih tinggi dari ekspektasi +9,1% yoy dan lebih tinggi dari capaian Jan 2025 +4,56% yoy.
✔️ Ekspor kumulatif Jan-Feb = USD 43,41 miliar.
Naik +9,16% yoy.
➖ Impor Feb = USD 18,86 miliar.
Naik +5,18 mtm dan +2,30% yoy.
Lebih tinggi dari ekspektasi +0,6% yoy, dan lebih tinggi dari Jan 2025 yang terkontraksi -2,73% yoy.
✔️ Impor kumulatif Jan-Feb = USD 36,80 miliar.
Turun -0,36% yoy.
✔️ Neraca Perdagangan Feb = Surplus USD 3,12 miliar.
Turun USD -0,38 miliar mtm dari Jan 2025, namun naik USD +2,28 miliar yoy dari Feb 2024.
Lebih tinggi dari ekspektasi surplus USD 2,45 miliar.
Capaian ini merupakan surplus bulan ke-58 berturut-turut.
✔️ Neraca Perdagangan kumulatif Jan-Feb = Surplus USD 6,61 miliar.
Naik USD +3,78 miliar yoy dari Jan-Feb 2024.
...........................
Ekspor Indonesia masih tumbuh solid di tengah tingginya ketidakpastian global.
Capaian ini pun justru meningkat dari kondisi tahun lalu.
Di sisi lain nilai impor di Februari tumbuh setelah terkontraksi pada Januari, mengindikasikan demand konsumsi dan aktivitas produksi domestik Indonesia tetap terjaga.
Walaupun secara ytd kumulatif impor masih turun dibandingkan Jan-Feb 2024, menandakan ketergantungan impor bisa ditekan.
Surplus neraca dagang Indonesia Feb 2025 pun masih cukup besar, walaupun sedikit menurun dari Jan 2025.
Kondisi ini mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia.
$SCCO $JECC $ISSP