Volume
Avg volume
PT Roda Vivatex Tbk merupakan perusahaan yang menyewakan gedung perkantoran melalui anak usahanya. Gedung perkantorannya antara lain adalah RDTX Tower, Menara Standard Chartered, dan Menara PHE. Perseroan mulai berproduksi secara komersial usaha industri tekstil (kain) pada tahun 1983 dan saat ini kegiatan-kegiatan usaha industri tekstil (kain) telah dihentikan operasinya terhitung sejak Juli 2014. Saat ini aktivitas Perseroan meliputi investasi dalam saham entitas anak yang bergerak dalam bidang penyewaan ruang perkantoran.
Dalam keriuhan masalah emiten Sri Rejeki Isman alias Sritex (SRIL) beberapa waktu terakhir, salah seorang influencer investasi membuat sebuah “tantangan” yang ia post di Instagram.
Sebenernya bukan “tantangan” sih, cuma mempertanyakan kenapa tidak ada yang membahas emiten yang satu ini, yang merupakan emiten yang sukses keluar dari bisnis tekstil ke sektor lain yang juga merupakan mainan dari pemain sektor tekstil - properti. Keluar disini bener bener keluar ya, dan berubah bisnisnya ke bisnis baru ini.
Emiten ini bukan nama yang terkenal banget di telinga pelaku pasar, namun nama ini beberapa kali dibicarakan di lingkup kecil forum forum atau grup saham. Ini dipengaruhi karena memang emiten ini ngga sibuk bikin berita di media ekonomi bisnis terkenal, ngga sibuk bikin aksi korporasi macem macem, dan cenderung “lempeng” di jalurnya. Kalau boleh dibilang, emiten ini tergolong konservatif, dan ini yang mungkin membuat mereka benar benar mencoba keluar dari sektor tekstil 10 tahun lalu. Mereka sudah tahu diri.
Ini adalah cerita dari emiten Roda Vivatex (RDTX).
========
Meski saya baru beberapa tahun ini mengenal nama RDTX, ternyata saya sudah pernah tahu salah satu proyek mereka yang lokasinya tidak jauh dari rumah saya terdahulu. Proyek mereka tersebut adalah PHE Tower di Jl TB Simatupang, Jakarta Selatan. Lokasinya mengarah ke Lenteng Agung/Kebagusan. Saya tahu proyek ini sekitar 2012, tahun dimana saat itu keluarga saya mulai pindah rumah ke sekitaran Kebagusan tersebut.
Awalnya saya bukan hanya ngga tahu ini proyeknya siapa, tapi saya juga ngga tahu ini PHE ini apaan. Saya pikir cuma nama gedung biasa, tanpa arti apapun. Sampai akhirnya saya tahu bahwa PHE ini adalah salah satu anak usaha/subholdingnya Pertamina, Pertamina Hulu Energi - yang pernah disebut sebut akan IPO. Jadi, gedung ini adalah kantor pusat dari PHE. Pada saat itu, daerah TB Simatupang definisi berubah dari hanya sekadar wilayah perlintasan Jakarta Selatan ke Jakarta Timur, menuju ke Bogor, dengan sedikit sekali gedung kantor dan hanya dikenal karena Lebak Bulus-Pondok Indah-Fatmawati-Antasari-Pasar Minggu, menjadi New CBD (Central Business District) baru di Jakarta.
Sebagai akibat perubahan status menjadi New CBD, sejak saat itu hingga setidaknya saat ini, wilayah tersebut ramai oleh pembangunan gedung dan proyek proyek properti baru (serta makin macet wkwkwkwk). Pembangunan gedung kantor yang dilakukan oleh emiten Tbk sepanjang areal tersebut, misalnya oleh Ratu Prabu Energi (ARTI) melalui Ratu Prabu 1 dan 2, Intiland (DILD) melalui South Quarter, Grup Total Bangun Persada (TOTL) melalui GKM Green Tower (usaha patungan) dan RDTX ini dengan PHE Tower. Nama terkenal lain yang juga memanfaatkan peluang ini, misalnya adalah Agung Sedayu dengan Fatmawati City Center yang memanfaatkan akses langsung ke jalan TB Simatupang tersebut, grup media-entertainment-lifestyle MRA (yang dimiliki keluarga (Alm) Ibnu Sutowo, mantan Direktur Utama Pertamina yang kontroversial itu) yang membangun kantor pusat mereka disana, grup Metropolitan (tapi proyek ini tidak masuk Metropolitan Land - MTLA) yang bikin gedung kantor, Sinarmas-Aeon dengan proyek superblok-mal Aeon di Lenteng Agung dan Tokyu Land asal Jepang yang bikin apartemen di sekitaran gedungnya Metropolitan.
Kembali ke PHE Tower. Akhirnya saya hanya bisa melihat dari luar gedung ini, hingga keluarga saya pindah ke tempat yang lain. Namun, saya kemudian berkesempatan masuk di proyek RDTX yang lain, yang lokasinya di Kuningan, Jakarta Selatan. Gedung itu adalah RDTX Square (d/h Menara Standard Chartered). Itupun karena 2 kali diundang kopdar atau kopi daratnya Stockbit hehehehehe ~ Gedung ini posisinya cukup menarik, menuju persimpangan ke Jend Sudirman dan ke area Tanah Abang.
Namun, proyek RDTX ini masih ada 2 lagi. Proyek pertama RDTX adalah proyek Mandiri Inhealth Tower (d/h Menara Bank Danamon). Proyek ini secara akurat memang posisinya di Mega Kuningan dan sempat cukup lama jadi kantor pusatnya Bank Danamon (BDMN). Sementara proyek paling akhir mereka, yang sudah jadi beberapa tahun lalu adalah RDTX Place, yang bertetangga dengan Lotte Shopping Avenue/Ciputra World Jakarta 1. Total ada 4 proyek yang mereka buat sejak 2002.
Namun, mereka memulai bisnis mereka justru dari sektor tekstil. RDTX berdiri sejak 1980 dan melakukan produksi pada 1983. Pabrik pertama mereka ada di Citeureup, Jawa Barat. Kemudian mereka memperbesar bisnis, melalui IPO di lantai bursa pada 1990 dan membuat fasilitas produksi baru di Karawang, Jawa Barat. Pada tahun 2002, mereka membangun proyek properti mereka yang pertama (alias Mandiri Inhealth Tower) sebagai bentuk diversifikasi. Hal ini dilanjutkan pada tahun 2008, melalui proyek kedua (alias RDTX Square), proyek ketiga di 2012 (alias PHE Tower) dan proyek keempat di 2017 (alias RDTX Place).
Dalam periode ekspansi properti ini, manajemen RDTX kemudian mengevaluasi bisnis tekstil mereka, dan mulai mengurangi porsi bisnis ini. Tahun 2010, mereka menjual pabrik di Karawang dan empat tahun kemudian mereka menutup pabrik di Citeureup. Sejak saat itu, mereka berfokus di sektor properti. Alasan evaluasi tersebut, karena beban bisnis tekstil yang tidak seimbang dengan prospek bisnisnya, dimana mereka mulai lebih sering mengalami kerugian. Apalagi, saat itu sudah mulai berkembang tekstil impor, terutama dari Tiongkok.
Keputusan yang rasanya tepat. Sejak saat itu, RDTX relatif memiliki kinerja yang mumpuni. Bisnisnya 100% bergantung pada sewa ruangan kantor melalui 4 gedung yang ada saat ini, sehingga ini membantu mereka untuk memperoleh pendapatan yang stabil. Pendapatan yang stabil ini definisi beneran stabil, karena pendapatannya (sebelum 2022) rata rata sekitar Rp 300-400 milyar. Setelah 2022, pendapatan mereka meningkat ke level Rp 500 milyaran, karena peningkatan tenancy rate dari RDTX Place, meski data per 2023 lalu masih menjadi yang paling rendah diantara 4 gedung lainnya (58% terisi).
Yang lain, 3 dari 4 gedungnya sempat memiliki anchor tenant yang menguasai minimal setengah - bahkan 100% - space dari Gedung yang tersedia. Namun, kini hanya ada 2 dari 4 gedung yang masih memiliki anchor tenant, karena Standard Chartered memilih hengkang ke gedung World Trade Center - alias tetangganya RDTX Square. Dua gedung tersebut adalah PHE Tower yang full 100% terisi dan Mandiri Inhealth Tower yang terisi 83%. RDTX Square, yang ditinggalkan Standard Chartered pun masih bisa mempertahankan di level 85% terisi.
Yang unik, dalam pengembangan gedung terakhir RDTX (RDTX Place), mereka sama sekali tidak menggunakan hutang bank dalam proses pembangunannya. Terakhir mereka menggunakan hutang bank untuk pengembangan gedung kedua dan ketiga. Untuk gedung ini, mereka menggandeng TOTL sebagai kontraktor utama. Posisi mereka saat ini - sama halnya dengan TOTL - memiliki cash dan investasi yang memadai, alias net cash dan profitabilitasnya tinggi karena model bisnisnya yang sudah solid. Situasi ini jugalah yang membuat mereka bisa membagi dividen, setidaknya 5 tahun terakhir, yang terus meningkat hingga pada dividen tahun buku 2023 mencapai 100% laba bersih.
Apa selanjutnya? Tentu saja kita perlu memantau kinerja keempat gedung ini, untuk bisa mempertahankan tenancy ratio di tengah persaingan antar gedung kantor Jakarta yang oversupply saat ini. Selain itu, dengan keberadaan sejumlah land bank di sejumlah tempat, yaitu di area Casablanca-Jakarta Selatan, Badung-Bali dan BSD-Tangerang, patut ditunggu apa yang akan mereka lakukan dengan tanah tanah ini. Ekspansi lanjutan mereka bisa membuat emiten ini menjadi lebih menarik lagi.
Let's see ~
Bacaan menarik soal saham, investasi dan bisnis lainnya, cek Instagram, TikTok dan Threads @plbk.investasi. Cek juga tulisan lainnya di s. id / plbkrinaliando.
$IHSG $RDTX $CTRA $SRIL $PWON
1/2
$RDTX 30 Oct 24
Shareholder : Sutiadi Widjaja
Type : Local
Bought : +30,000 (+0.01%)
Current : 114,152,600 (42.47%)
Previous : 114,122,600 (42.46%)
Saham Properti yang Sudah Rilis Laporan Keuangan YTD Q3 2024
Dari data sektor properti yang telah merilis Laporan Keuangan Q3 2024, kita memiliki total 16 saham dari 92 ekuitas yang dianalisis per tanggal 29 Oktober 2024. Dari 16 saham tersebut, 11 mencatatkan laba positif, sementara 5 mengalami kerugian. Not bad lah kalau versi Pak Toto https://bit.ly/45FDAJu
Sejauh ini $PWON menjadi saham dengan laba bersih tertinggi, mencatatkan 1.66 Triliun ✅, menunjukkan kekuatan dalam operasional dan ketahanan di pasar properti. Kelebihan dari laba besar ini ditambah dengan dividend yield sebesar 1.88% ✅, menarik bagi investor yang fokus pada dividen. Kelebihannya adalah jumlah investor yang sedikit berkurang, yaitu -4.04% ✅, yang sebetulnya lebih mencerminkan kestabilan kepemilikan saham dibandingkan pelepasan yang masif. https://bit.ly/3YGX6Dc
Sebaliknya, $PPRO mengalami kerugian terbesar, dengan laba bersih -720.24 Miliar ❌. Angka ini menunjukkan tantangan serius dalam operasional perusahaan. Kelebihannya adalah valuasi saham yang rendah, dengan PBV 0.66 ✅, menarik bagi investor yang melihat potensi rebound di masa depan. Namun, investor perlu memperhatikan risiko kerugian besar yang bisa terus membebani keuangan perusahaan.
Dari segi valuasi, MSIE memiliki PBV paling rendah, yaitu 0.15 ✅, menunjukkan bahwa saham ini undervalued dibandingkan asetnya. Ini sangat menarik bagi investor value yang mencari harga rendah dengan potensi kenaikan. Kekurangannya, PER-nya cukup tinggi di 57.46 ❌, yang dapat menjadi risiko bagi investor jika laba perusahaan tidak mampu menyesuaikan dengan valuasi tersebut. Secara keseluruhan, MSIE menawarkan peluang namun tetap disertai risiko jika laba tidak tumbuh. https://bit.ly/3YGX6Dc
Sebaliknya, BBSS mencatatkan PBV tertinggi di 4.20 ❌, yang menunjukkan valuasi mahal. Kekurangannya, valuasi ini tidak sejalan dengan performa, karena BBSS mencatatkan kerugian -0.64 Miliar ❌. Kelebihan kecilnya adalah potensi apresiasi harga jika kinerja perusahaan membaik, namun dengan risiko fluktuasi harga yang lebih besar, menjadikannya pilihan yang spekulatif bagi investor.
PER terendah dalam data ini dimiliki oleh $CSIS, yang mencatatkan angka 5.10 ✅, menunjukkan valuasi murah yang menarik bagi investor yang menginginkan potensi upside. Ditambah dengan pertumbuhan laba yang luar biasa sebesar 1,056.33% ✅, CSIS menjadi daya tarik besar untuk investor bertumbuh. Kekurangannya, CSIS tidak membagikan dividen ❌, yang mungkin kurang cocok bagi investor yang mencari penghasilan pasif.
Di sisi lain, ATAP memiliki PER tertinggi, yaitu 466.44 ❌, yang menunjukkan valuasi sangat mahal. Ini mengindikasikan risiko tinggi karena saham ini mungkin overvalued dibandingkan laba yang dihasilkan. Namun, laba bersihnya tetap positif di 56.28 Miliar ✅, yang menunjukkan stabilitas dasar perusahaan. Bagi investor yang nyaman dengan risiko tinggi, ATAP bisa menjadi opsi pertumbuhan jangka panjang.
Beralih ke pertumbuhan laba, CSIS mencatatkan pertumbuhan tertinggi sebesar 1,056.33% ✅, menunjukkan peningkatan signifikan dalam profitabilitas. Saham ini menjadi sangat menarik bagi investor yang menginginkan pertumbuhan signifikan. Kekurangannya, CSIS tidak memberikan dividen ❌, sehingga kurang menarik bagi mereka yang mencari pendapatan dividen secara rutin. Meskipun demikian, CSIS menunjukkan potensi ekspansi jangka panjang.
Sebaliknya, PPRO mengalami penurunan laba terbesar dengan -517.52% ❌, yang menjadi indikator utama adanya tantangan berat dalam profitabilitas. Kekurangannya, dengan kerugian sebesar ini, perusahaan mungkin perlu restrukturisasi atau langkah penyesuaian untuk pulih. Kelebihannya, valuasinya murah dengan PBV 0.66 ✅, namun risiko tetap tinggi mengingat angka kerugian yang cukup besar.
Dalam hal dividend yield, $RDTX menjadi yang paling unggul dengan yield 12.08% ✅, yang sangat menarik bagi investor yang mencari pendapatan pasif. Kelebihannya adalah pengembalian dividen yang tinggi, menambah daya tarik untuk investor jangka panjang. Kekurangannya, pertumbuhan laba RDTX tercatat negatif -7.94% ❌, yang bisa menjadi tantangan dalam keberlanjutan dividen di masa mendatang.
Di sisi lain, banyak saham seperti ATAP dan GRIA tidak menawarkan dividend yield ❌, yang bisa menjadi kelemahan bagi investor dividen. Namun, bagi investor yang fokus pada pertumbuhan atau spekulasi, saham-saham ini tetap memiliki daya tarik tersendiri, terutama jika melihat potensi rebound di masa mendatang.
Rincian:
1. CSIS: Harga 56, PBV 0.43 ✅, PER 5.10 ✅, Laba Bersih (YTD) 10.76 Miliar ✅, FCF TTM 8.35 Miliar ✅, Pertumbuhan Laba 1,056.33% ✅, Dividend Yield - ❌, Perubahan Investor -0.97% ✅
2. BSBK: Harga 59, PBV 0.86 ✅, PER 17.88 ✅, Laba Bersih (YTD) 62.11 Miliar ✅, FCF TTM 161.27 Miliar ✅, Pertumbuhan Laba 226.73% ✅, Dividend Yield 1.69% ✅, Perubahan Investor 2.57% ❌
3. PAMG: Harga 52, PBV 0.38 ✅, PER 188.57 ❌, Laba Bersih (YTD) 646.32 Miliar ✅, FCF TTM -3.67 Miliar ❌, Pertumbuhan Laba 150.63% ✅, Dividend Yield - ❌, Perubahan Investor -12.17% ✅
4. $CITY: Harga 137, PBV 0.86 ✅, PER 155.01 ❌, Laba Bersih (YTD) 3.58 Miliar ✅, FCF TTM -9.14 Miliar ❌, Pertumbuhan Laba 119.20% ✅, Dividend Yield - ❌, Perubahan Investor -8.46% ✅
5. PWON: Harga 478, PBV 1.13 ✅, PER 10.38 ✅, Laba Bersih (YTD) 1.66 Triliun ✅, FCF TTM 1.67 Triliun ✅, Pertumbuhan Laba 11.79% ✅, Dividend Yield 1.88% ✅, Perubahan Investor -4.04% ✅
https://bit.ly/3YGX6Dc
6. GRIA: Harga 144, PBV 2.74 ❌, PER 278.59 ❌, Laba Bersih (YTD) 2.86 Miliar ✅, FCF TTM -37.97 Miliar ❌, Pertumbuhan Laba 6.56% ✅, Dividend Yield - ❌, Perubahan Investor -46.97% ✅
7. RDTX: Harga 15,150, PBV 1.36 ✅, PER 15.00 ✅, Laba Bersih (YTD) 203.61 Miliar ✅, FCF TTM 378.19 Miliar ✅, Pertumbuhan Laba -7.94% ❌, Dividend Yield 12.08% ✅, Perubahan Investor 0.28% ❌
8. PLIN: Harga 2,640, PBV 0.86 ✅, PER 17.32 ✅, Laba Bersih (YTD) 270.59 Miliar ✅, FCF TTM 542.00 Miliar ✅, Pertumbuhan Laba -1.28% ❌, Dividend Yield 5.76% ✅, Perubahan Investor -0.94% ✅ https://bit.ly/3YGX6Dc
9. ADCP: Harga 50, PBV 0.43 ✅, PER 27.54 ❌, Laba Bersih (YTD) 30.25 Miliar ✅, FCF TTM -193.17 Miliar ❌, Pertumbuhan Laba 15.20% ✅, Dividend Yield - ❌, Perubahan Investor -2.19% ✅
10. MSIE: Harga 12, PBV 0.15 ✅, PER 57.46 ❌, Laba Bersih (YTD) 228.68 Miliar ✅, FCF TTM -8.52 Miliar ❌, Pertumbuhan Laba -80.78% ❌, Dividend Yield - ❌, Perubahan Investor 1.19% ❌
11. ATAP: Harga 28, PBV 0.44 ✅, PER 466.44 ❌, Laba Bersih (YTD) 56.28 Miliar ✅, FCF TTM 77.35 Miliar ✅, Pertumbuhan Laba -83.37% ❌, Dividend Yield - ❌, Perubahan Investor 0.55% ❌
12. BAPI: Harga 20, PBV 0.26 ✅, PER -56.17 ❌, Laba Bersih (YTD) -1.49 Miliar ❌, FCF TTM 2.75 Miliar ✅, Pertumbuhan Laba -61.77% ❌, Dividend Yield - ❌, Perubahan Investor -
13. BBSS: Harga 216, PBV 4.20 ❌, PER -1,216.02 ❌, Laba Bersih (YTD) -0.64 Miliar ❌, FCF TTM -0.91 Miliar ❌, Pertumbuhan Laba 45.01% ✅, Dividend Yield - ❌, Perubahan Investor -7.09% ✅
14. KBAG: Harga 19, PBV 0.37 ✅, PER -8.27 ❌, Laba Bersih (YTD) -12.32 Miliar ❌, FCF TTM 14.64 Miliar ✅, Pertumbuhan Laba -363.70% ❌, Dividend Yield - ❌, Perubahan Investor -1.33% ✅
15. PPRO: Harga 21, PBV 0.66 ✅, PER -1.35 ❌, Laba Bersih (YTD) -720.24 Miliar ❌, FCF TTM -300.40 Miliar ❌, Pertumbuhan Laba -517.52% ❌, Dividend Yield - ❌, Perubahan Investor -0.74% ✅ https://bit.ly/3YGX6Dc
16. IPAC: Harga 96, PBV 2.55 ❌, PER -59.47 ❌, Laba Bersih (YTD) -1.04 Miliar ❌, FCF TTM 4.18 Miliar ✅, Pertumbuhan Laba -283.05% ❌, Dividend Yield - ❌, Perubahan Investor 0.39% ❌
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
(caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Dan jangan lupa kunjungi Pintarsaham di sini
https://bit.ly/3QtahWa
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://bit.ly/3YGX6Dc
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
https://bit.ly/44osZSV
https://bit.ly/47hnUgG
https://bit.ly/47eBu4b
https://bit.ly/3LsxlQJ
1/2
@yansenferero Makasih Bang. memang itu terjadi kalau isian lots tiap kolom tidak merata. bahkan sering di jumpai ada emiten yg kolom nya tak ada isi.. Dulu saya pernah lihat di $LPGI juga $RDTX👍
#Belajar lagi, belajar DMR (Do My Research)
Belajar mau investing by screening awal Dividen dulu, abis itu, mau lanjut screening, cari harganya.
Yang mau ambiiiil ini jadi referensi, silahkaaan. Tapiiii, belom cukup sampe situ aja, DYOR lagi, sebelum mutusin mana yang mau dibeli.
Diluar sana mungkin ini bayar. Apa lagi maren pen tau kek gini dari grup tele, disuru subscreb 3 jeti 🥲.
Aku ga papaaa, belajar sendiri dari floating loss sekarang aja.
$BRIS $ITMG $UNTR $RDTX
# 💡 Nyangkut gaes? kebiasaan banget sih.
Kondisi transaksi saham ini sempat mengalami peningkatan signifikan memancing likuiditas, namun dibawa longsor lebih dalam dari -10% dalam satu hari perdagangan. Evaluasi data perdagangan tanggal 18 Okt 2024.
$RDTX
📉 Pada hari terakhir perdagangan, saham RDTX longsor -10,62% dari harga tertinggi 16.250 pada satu hari perdagangan mencapai harga terendah 14.525. Meskipun demikian, harga saham RDTX sempat meningkat 8,33% dari penutupan hari sebelumnya.
📈 Pada saat penutupan, saham RDTX mengalami penguatan 🔼, dari 15.000 menjadi 15.100 atau naik 🔼 sebesar 0,67%.
🛒 Asing menjual RDTX dengan volume sebesar 400 atau 1,75%, yang berpotensi ikut melongsorkan harga. Meski demikian, asing masih mencatatkan pembelian sebesar 100 atau 0,44% , atau membeli tipis-tipis saja ⛔️ yang berpotensi untuk membantu memainkan harga. Jadi yang jualan banyak siapa ya gaes?
$LPPF
📉 Pada hari terakhir perdagangan, saham LPPF longsor -14,56% dari harga tertinggi 1.855 pada satu hari perdagangan mencapai harga terendah 1.585. Meskipun demikian, harga saham LPPF sempat meningkat 15,58% dari penutupan hari sebelumnya.
📈 Pada saat penutupan, saham LPPF mengalami penguatan 🔼, dari 1.605 menjadi 1.735 atau naik 🔼 sebesar 8,10%.
🛒 Asing menjual LPPF dengan volume sebesar 3.244.300 atau 16,68%, yang berpotensi ikut melongsorkan harga. Meski demikian, asing masih mencatatkan pembelian sebesar 2.344.200 atau 12,05% , atau membeli tipis-tipis saja ⛔️ yang berpotensi untuk membantu memainkan harga. Jadi yang jualan banyak siapa ya gaes?
Ingat!!
1. Catatan ini tidak ada maksud ngeledek, cuma ngingetin diri sendiri. Bahwa fomo itu nyata dan jangan sampai punya pikiran pendek.
2. Tradinglah dengan terukur supaya dapat cuan teratur, tidak grusa-grusu supaya cutloss bukan menjadi penentu.
3. Catatan ini hanya info singkat dan bukan untuk bikin kesel apa lagi ngumpat.
© 2024, made with ☕️ for better data mining.
Pergerakan harga saham: https://stockbit.com/post/15454107
Cara beli harga murah: https://stockbit.com/post/15639981
Indikator penghasil cuan: https://stockbit.com/post/15562346
Satu indikator dapat harga murah dengan resiko rendah: https://stockbit.com/post/15530229
Mau ngeselin atau ada yang menggelitik dari catatan ini, tetap beri saya semangat dengan "LIKE" dan "FOLLOW"
The most important things to do if you find yourself in a hole is to stop digging.
-Warrent Buffet-
Random tag :
$RDTX $TAPG $MFMI $TCPI
Bersyukur selalu masih bisa tumbuh seiring penguatan IHSG hari ini semua butuh proses kesabaran tidak ada yang instan dalam berinvestasi, sesuaikan dengan resiko yang bisa kita tanggung jangan ikut-ikutan beli saat harga turun dengan potensi laba tumbuh tetap lah berdampak bagi sesama hidup sederhana nikmati hasil dividen bila ada dengan penuh ucapan syukur, karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang 💪 $AMMN, $PANI, $RDTX, $ICBP, $BBCA, GEMS, BREN
$RDTX 12 Sep 24
Shareholder : Turniady Widjaja
Type : Local
Bought : +100 (0.00%)
Current : 50,384,400 (18.74%)
Previous : 50,384,300 (18.74%)
$RDTX 10 Sep 24
Shareholder : Turniady Widjaja
Type : Local
Bought : +900 (0.00%)
Current : 50,384,300 (18.74%)
Previous : 50,383,400 (18.74%)
$RDTX 04 Sep 24
Shareholder : Sutiadi Widjaja
Type : Local
Bought : +5,000 (+0.01%)
Current : 114,122,600 (42.46%)
Previous : 114,117,600 (42.45%)
$RDTX 23 Aug 24
Shareholder : Sutiadi Widjaja
Type : Local
Bought : +6,900 (0.00%)
Current : 114,117,600 (42.45%)
Previous : 114,110,700 (42.45%)