


Volume
Avg volume
PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk bergerak di bidang perdagangan umum yang menjual berbagai macam barang seperti pakaian, aksesoris, tas, sepatu, kosmetik dan produk-produk kebutuhan sehari-hari melalui gerai serba ada (Department Store) milik Perusahaan diantaranya 'Ramayana', 'Robinson', dan 'Cahaya'. Saat ini, Ramayana mengoperasikan 119 toko di 54 kota besar di seluruh Indonesia
Discretionary Income dan Net Debt: Dua Metrik paling Underrated
Salah satu perdebatan ekonomi yang paling sering diramaikan di jagat maya adalah bagaimana kita menentukan siapa kelas menengah, siapa calon kelas menengah (aspiring middle class), dll.
World Bank misalnya, membagi jadi high income, middle income, low income, kata kuncinya di sini adalah income. Jadi yang mereka sensus adalah penghasilan rumah tangga per kapita
Tapi lain bagi BPS. BPS biasa menggunakan pengeluaran rumah tangga rata-rata per capita, jadi kata kuncinya di sini adalah pengeluaran.
Masing-masing punya argumen. Argumen world bank, karena pengeluaran adalah variabel kontrol yang lebih bebas daripada penghasilan. Misalnya seseorang gajinya 50 juta, tapi hidup sangat frugal hanya 2,5 juta, memasukkan dia ke dalam calon kelas menengah (aspiring middle class), apakah pantas?
Argumen BPS ada dua:
1. Pekerja formal di Indonesia tidak pernah mencapai 40%, artinya mayoritas angkatan kerja di Indonesia bekerja di sektor non formal atau gig workers, yang sulit untuk di-track penghasilannya, dan hampir selalu fluktuatif, lebih fluktuatif daripada saham gorengan
2. Cash flow TIDAK memutar roda perekonomian sampai ia dibelanjakan sebagai konsumsi. Jadi lumayan pointless mengukur sesuatu yang nggak berdampak pada skala perputaran ekonomi
Lalu datanglah institusi yang tidak punya otoritas, yaitu media, dalam hal ini Kompas. Kompas mencoba mengambil best of both worlds: discretionary income. Discretionary income adalah selisih dari penghasilan dengan pengeluaran, inilah yang mereka gunakan untuk menggaris kelas menengah dan calon kelas menengah. Metrik ini tidak resmi, tidak popular, padahal sebenarnya sangat powerful
Begitu pula dalam analisis lapkeu perusahaan. Salah satu goal yang paling sering dicari adalah seberapa mampu perusahaan untuk ekspansi DAN memanjakan shareholders sekaligus di masa sulit
Ada yang screening mulai dari perusahaan yang nggak punya, atau nyaris nggak punya utang. Argumen mereka, kalau mereka bisa tumbuh double digit tanpa utang, berarti kalau suatu hari ada black swan yang menghalangi mereka dari ekspansi, mereka tidak perlu jual aset untuk bayar dividen, dan tidak terpengaruh oleh suku bunga
Ada juga yang screening mulai dari perusahaan yang cash equivalents-nya, retained earnings, atau, "laba yang belum ditentukan penggunaannya," paling jumbo. Argumen mereka, dengan cash sebanyak itu, mereka bisa reinvest untuk project yang ambisius, bisa bayar dividen berkali-kali lipat labanya (payout ratio >500% misalnya) saat masa sulit, dan bisa memutuskan untuk melunasi semua utangnya saat suku bunga naik
Di pojok belakang ruangan, ada screener yang disediakan oleh stockbit, yang mengambil best of both worlds, tapi jarang ada yang tahu: net debt. Formulanya sederhana, net debt = cash equivalents - utang. Sebuah perusahaan bisa cash rich, tapi seberapa rich setelah memperhitungkan utang-utangnya? Sebuah perusahaan bisa nggak punya utang, tapi berapa cash equivalent yang mereka tumpuk dengan tidak punya utang itu?
Ini hanya salah satu saja metrik yang suka saya pakai, di samping 1001 metrik lain dari mulai valuasi, yield dividen, volatilitas, growth, dan pastinya due diligence kualitatif seperti GCG
Misalnya $IPCC, awalnya saya gelisah melihat kenapa mereka lebih menumpuk cash sebanyak itu daripada reinvestasi, baik ekspansi maupun R&D, sampai saya silaturahim ke rumah Bulek saya yang pensiunan Pelindo, dan beliau menceritakan dilema keputusan manajemen Pelindo dari dekade ke dekade, dan gimana strategi yang mereka ambil. Dari situ saya baru paham gimana horizon bisnisnya
Atau $SMSM yang dibilang sunset karena EV, atau $RALS yang dibilang sunset karena e-commerce. Mereka semua bisa pivot ke revenue sources baru kalau mereka mau, hanya saja mereka lakukan itu secara incremental dan strategis, bukan FOMO langsung ambil principal EV sebanyak-banyaknya padahal di Tiongkoknya sana kalah bersaing dan bisa gulung tikar kapan saja, atau FOMO langsung bikin platform e-commerce sendiri padahal pemain-pemain status quo-nya saja masih pada sibuk bakar duit tanpa profitabilitas
Bisa jadi perusahaan punya strategi manajemen yang ambisius, tapi mereka gak punya sumber daya internal sehingga memilih memakai utang. Bisa jadi perusahaan punya laba bersih segunung tanpa butuh modal besar, tapi manajemennya ada di zona nyaman dia nggak merencanakan untuk ekspansi
Yang kita cari adalah best of both worlds:
1. Manajemennya punya strategi yang matang, bukan FOMO
2. Perusahaan punya modal dan sumber daya internal yang lebih dari cukup untuk mewujudkan ambisi-ambisi mereka

$RALS otw TERBANG ke langit ke-7. Yg mau ikut, pegangan Ya. Buat biaya Liburan akhir taon juga bisa dipersiapkan dari sekarang

Ada yang tau sudah berapa tahun $RALS "nyangkut" di $BLTA ?
Update:
Saya baru cek, ternyata saham BLTA mulai muncul di LK nya RALS sejak tahun 2017.
1/3



apakah akan mengikuti jejak $SSTM yg sektornya sama? terlebih momen libur panjang dan natal akan segera tiba. Emiten semacam $RALS juga punya potensi
Kemanakah akan berlabuh $ACRO?
$ERAA Buat yg percaya aja, skrng wktnya nabung, sabar nabung, kumpulin terus, jgn dijual, Juli bakal k 500, kenaikan dari 415-500 itu 17%, profit setara 3% lebih per bulan jika dihitung dari skrng, jauh lebih besar dari bunga deposito yg cm 6% per tahun.. $AMRT $RALS
$RALS https://cutt.ly/Jty0L8hl
$LPPF dan $RALS emiten retail yang cocok banget buat pecinta obligasi pemerintah atau deposito yg mau pivot tanpa harus menanggung risiko tinggi (di harga per 1 des 2025)
Beli di minggu ini.. keep 5-6 bulan, bisa lah dividen range 10-15%. Atau lepas kalau capital gain sudah melebihi keserakahan masing-masing.
Yg kenal bang hotman paris, katanya ngeluh kan yield deposito berkurang milyaran.. akum lah ini 2 barang pelan2, mau hantam juga boleh.. barangkali minat masuk daftar pemilik saham π
$IHSG Bisnis $RALS memang lagi lesu. Tapi, mereka masih mampu bertahan hidup dengan strategi keuangan yang menarik. Apa itu?
Segmen ritel menengah ke bawah memang sangat sensitif dengan kondisi ekonomi. Kalau lagi slowdown, ya daya beli urun signifikan. Kinerja RALS turun, banyak gerai juga ditutup karena gak cuan.
Meski begitu ada yang menarik, RALS ini memupuk cash-nya ke berbagai investasi mulai dari deposito, SBN, ada sebagian kecil ke saham, tapi sahamnya $BLTA haha.
Namun, dari pendapatan non-operasional itu saja sudah membantu banget laba bersih RALS hingga terjaga di Rp200 miliaran per Q3/2025, yang mana 70% laba bersih ada kontribusi dari bunga deposito, kupon SBN, dan pendapatan sewa.
Lalu, dengan kondisi begini, seberapa menarik saham RALS? simak ulasannya di sini: https://cutt.ly/3tymW3uZ

Ramayana Lestari Sentosa Tbk - RALS
Laporan Keuangan
- Neraca Keuangan
- Laporan Laba Rugi
- Laporan Arus Kas
- Laporan Perubahan Ekuitas
Kunjungi dan follow kami untuk laporan lengkap fundamental emiten!
$RALS
1/4




Dikarenakan $BUKA sudah masuk ke segmen ritel, harusnya $RALS bisa jadi opsi menarik untuk diakuisisi, market cap masih dibawah 5T, balance sheet sehat, dan bagi dividen juga.. RALS ini ternyata juga punya 150an toko di seluruh indonesia sementara Matahari $LPPF punya 140an ..mirip2 lah... bedanya RALS punya cash on hand jauh lebih besar dari LPPF .. Bukalapak cukup akuisisi 51%, lalu bajak orang2 dari MAPI wkwkwk ..