Volume
Avg volume
PT Palma Serasih Tbk (PSGO) didirikan pada 3 Juni 2008 dan merupakan perusahaan holding yang bergerak di bidang perkebunan dan industri pengolahan minyak kelapa sawit melalui entitas anak. Perusahaan mulai melantai di Bursa Efek Indonesia pada 25 November 2019. Dengan mengelola area tanam seluas 27.631 hektare di Kalimantan Timur serta mengoperasikan dua pabrik kelapa sawit berkapasitas total 150 ton per jam, Palma Serasih menghasilkan produk utama berupa Minyak Kelapa Sawit (MKS) dan Inti Kelapa Sawit (IKS). Fokus utama Perseroan saat ini adalah meningkatkan efektivitas dan produktivitas melalui praktik berkelanjutan yang menge... Read More
Pinter banget empat harian ini dijaga di harga 206, akum nya diam diam ga menimbulkan kehebohan ritel
$PSGO
$WMUU $PSGO $BBCA
https://cutt.ly/jrVkGnyB
$PSGO LK Q2 2025: Makin Kokoh, Sengketa Pajak dan Konsentrasi Pelanggan Tertutup Mesin Kas Super Kencang dengan Arus Kas Deras, Utang Terkendali, Fundamental Sehat, Dari Sawit Jadi Duit Buktikan Laba Bukan Hanya Angka di Atas Kertas, Produktivitas Karyawan Naik 82% Jadi Senjata Efisiensi, Revenue Tumbuh 35% dan Laba 46% Menarik Meski Ada Awan Gelap Pajak
Request member External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
PT Palma Serasih Tbk atau PSGO lahir di Jakarta Selatan pada 3 Juni 2008 dan langsung beroperasi komersial di tahun yang sama. Tahun 2019 perusahaan resmi masuk Bursa Efek Indonesia dengan 2,85 miliar saham di harga perdana Rp105. PSGO bergerak sebagai holding, konsultasi manajemen, dan perdagangan, tapi fokus utama ada di perkebunan kelapa sawit dan pengolahannya. Kantor pusatnya di Graha Arda, Jakarta Selatan. Kendali perusahaan dipegang oleh PT Jalinankasih Sesama dengan 45,02% saham, disusul PT Serasih Holdico 35,01%, Budiono Tanbun yang juga Direktur Utama 8,49%, dan sisanya 11,48% publik. Dewan Komisaris dipimpin Bungaran Saragih dengan Martusin Yapriadi dan Dikdik Sugiharto, sementara Direksi dipimpin Budiono Tanbun dengan Elisabeth Priska Chairil sebagai Wakil Direktur Utama serta Johanes Gosal dan beberapa nama lain. Hingga Juni 2025 perusahaan punya 3.805 karyawan tetap. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Masalah utama PSGO ada di dua hal. Pertama sengketa pajak yang dialami anak usaha NUSA, AE, dan GPM. Nilainya memang tidak membuat perusahaan kolaps, tetapi kasus seperti BPHTB Rp6,79 miliar di NUSA yang sudah sampai Mahkamah Agung tetap menciptakan ketidakpastian. Kedua konsentrasi pelanggan yang tinggi, di mana tiga pelanggan besar menyumbang hampir 70% penjualan. Jika salah satu bermasalah, pendapatan bisa langsung tertekan. Namun kelemahan itu masih bisa tertutupi. PSGO punya keunggulan kuat di arus kas operasi, kualitas laba yang nyata berbasis kas, pengendalian utang yang makin rapi, serta produktivitas karyawan yang melonjak.
Total aset PSGO per Juni 2025 Rp3,88 triliun dengan kas dan bank sebagai komponen terbesar Rp1,12 triliun, disusul aset tetap Rp1,11 triliun dan tanaman menghasilkan Rp999,84 miliar. Liabilitas Rp1,38 triliun dengan utang bank mendominasi Rp1,08 triliun. Komposisi ini masih aman karena modal kerja bersih sekitar Rp1 triliun. Revenue terbesar berasal dari minyak kelapa sawit Rp1,17 triliun, sisanya dari inti sawit, sehingga total penjualan neto Rp1,28 triliun, naik 35,24% dibanding 2024. Laba bersih melonjak 45,69% menjadi Rp213,56 miliar.Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kas dari pelanggan yang masuk Rp1,27 triliun, sejalan dengan penagihan piutang yang makin efektif karena piutang pihak ketiga turun dari Rp140,06 miliar ke Rp105,21 miliar. Gross Profit Margin atau margin laba kotor naik tipis dari 29,99% ke 30,14%, Operating Profit Margin atau margin laba usaha turun sedikit dari 22,72% ke 22,46% karena beban administrasi naik, Net Profit Margin atau margin laba bersih naik dari 15,45% ke 16,65%. Cash Flow from Operations Margin atau margin arus kas operasi melonjak ke 27,92% dari 20,46%, sedangkan Free Cash Flow Margin atau margin arus kas bebas melesat dari 13,50% ke 22,81%.
Pertumbuhan margin ini memberi sinyal penting. CFO margin naik 36,46%, jauh lebih cepat dibanding NPM 7,77%, OPM -1,14%, dan GPM 0,50%. Tidak ada mismatch, justru kas tumbuh lebih cepat dari laba, menandakan kualitas laba makin kuat. Capex atau belanja modal stabil Rp65,60 miliar, tapi rasio capex terhadap laba turun ke 0,31x dari 0,45x, terhadap CFO turun ke 0,18x dari 0,34x, terhadap revenue turun ke 0,05x dari 0,07x. Artinya investasi relatif sama tetapi hasilnya jauh lebih besar, menunjukkan efisiensi modal.
Utang juga terkendali. Rasio utang terhadap laba turun ke 5,23x dari 8,40x, terhadap CFO ke 3,12x dari 6,35x, dan terhadap FCF ke 3,82x dari 9,62x. Penurunan 38% sampai 60% menegaskan kapasitas bayar utang membaik. Beban bunga bank ikut turun dari Rp50,12 miliar ke Rp40,50 miliar, membuat beban keuangan bersih susut ke Rp43,77 miliar.
Kualitas laba makin solid dengan CFO terhadap laba naik ke 1,68x dari 1,32x dan FCF terhadap laba naik ke 1,37x dari 0,87x. Semua rasio di atas 1x artinya laba akuntansi benar-benar didukung kas. Produktivitas per karyawan juga tumbuh seragam. Revenue per karyawan naik ke Rp337,16 juta dari Rp252,70 juta, laba per karyawan ke Rp56,13 juta dari Rp39,05 juta, kas dari pelanggan per karyawan ke Rp333,88 juta dari Rp231,43 juta, CFO per karyawan ke Rp94,13 juta dari Rp51,70 juta.Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Arus kas semester 1 2025 turun Rp42,82 miliar bukan karena operasi lemah, melainkan karena strategi disiplin membayar pinjaman Rp106,29 miliar dan dividen Rp150,80 miliar. CFO sendiri Rp358,17 miliar atau naik 84,55% dari Rp194,08 miliar. Investasi Rp80,39 miliar disalurkan untuk aset tetap dan pembibitan, sedangkan aktivitas pendanaan keluar Rp320,59 miliar. Keputusan ini menandakan manajemen berfokus memperkuat neraca dan memberi nilai ke pemegang saham.
Kas besar di aset selaras dengan arus kas operasi yang melimpah. Utang makin ringan terhadap laba dan kas. Piutang turun meski penjualan naik, tanda siklus modal kerja sehat. Capex stabil namun produktivitas meningkat. Hasil akhirnya margin laba bersih naik, margin kas meledak, produktivitas karyawan lebih tinggi, dan risiko finansial turun.
Jadi meski PSGO masih harus menghadapi awan gelap sengketa pajak dan ketergantungan pelanggan besar, pondasi keuangan yang kuat dan mesin kas yang kencang membuat perusahaan tetap solid. Data margin, rasio, dan produktivitas yang konsisten membuktikan kondisi ini bagus. Prospek jangka panjangnya menarik selama manajemen mampu menjaga diversifikasi pelanggan dan menyelesaikan sengketa pajak tanpa pukulan besar. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau kita lihat PSGO di harga Rp 206 per lembar dengan laporan keuangan interim Juni 2025 yang sudah di-annualisasi, gambarnya cukup jelas. Market cap perusahaan ada di Rp 3,88 Triliun, sementara laba bersih yang bisa diatribusikan ke pemilik entitas induk mencapai Rp 427,1 Miliar setahun. Dibanding tahun lalu yang hanya Rp 293,1 Miliar, artinya laba melonjak 45,61% dalam setahun, pertumbuhan yang sangat sehat untuk sektor sawit. Revenue pun besar, Rp 2,56 Triliun, dengan margin kas yang kuat. Dari sisi kas, PSGO punya Rp 1,12 Triliun, hampir sama dengan total utang Rp 1,116 Triliun, sehingga net debt mereka malah negatif Rp 2,37 Miliar. Artinya perusahaan lebih kaya kas dibandingkan utangnya, kondisi yang jarang untuk emiten perkebunan.
Valuasi dari sisi PER cukup murah, hanya 9,09x. Dengan EPS Rp 22,66, PEG ratio mereka hanya 0,20x, tanda undervalued parah kalau memang pertumbuhan laba bisa sustain. PBV ada di 1,55x, agak premium dibanding nilai bukunya Rp 132,89 per saham, tapi masih wajar untuk perusahaan yang sudah mencetak laba tinggi. Kalau kita lihat ke tangible book value, setelah mengurangi aset tak berwujud dan goodwill, TBV per share Rp 131,95, sehingga P/TBV 1,56x. NAV per share identik dengan BV, jadi tidak ada gap besar. Dengan kata lain, pasar memang memberi valuasi premium terhadap aset mereka, tapi bukan yang berlebihan.
Kalau beralih ke kas, metrik P/CFO 5,42x dan P/FCF 6,31x menandakan harga saham relatif murah dibanding kas yang masuk. EBITDA Rp 781,3 Miliar dan EV/EBITDA hanya 4,97x, sementara EV/EBIT 6,23x. Ini termasuk valuasi rendah untuk sektor perkebunan yang biasanya dihantui risiko harga komoditas. EV/CFO 5,42x dan EV/FCF 6,30x juga mendukung argumen undervalued. Dari sisi pemegang saham, PSGO membagikan dividen Rp 150,8 Miliar atau Rp 8 per saham, yield 3,88% dengan payout ratio konservatif 35,31%. Jadi selain capital gain, ada return dividen yang lumayan.
Kalau dibandingkan harga saham vs kas dan utang per saham, kas per saham Rp 59,36 hampir sama dengan utang per saham Rp 59,24. Net debt negatif, artinya aman secara likuiditas. Harga saham Rp 206 jauh di atas keduanya, wajar karena ada laba dan aset lain yang ikut dihargai. Kalau pakai patokan PBV 1x, harga wajar PSGO cuma Rp 132,89. Tapi kalau pakai PER 10x, harga wajar Rp 226,60, lebih tinggi dari harga sekarang. Jadi dari kacamata aset, saham ini premium, tapi dari laba, justru masih ada upside.
Untuk bisa terus dihargai tinggi, PSGO harus dorong produktivitas kebun, efisiensi biaya pupuk yang sering jadi momok, dan kalau bisa masuk lebih dalam ke hilirisasi agar margin lebih tebal. Manajemen utang yang prudent sudah terbukti, mereka harus jaga itu. Strategi dividen konsisten juga bisa menambah daya tarik. Kalau gagal, risiko utamanya ya dari harga CPO yang fluktuatif. Turun sedikit saja bisa makan laba bersih, margin tipis, dan valuasi langsung terlihat mahal. Biaya produksi yang naik tanpa bisa dialihkan ke harga jual juga bisa merusak profit.
Keterbatasan analisis ini ada di sifat data interim yang di-annualisasi, jadi harus hati-hati karena bisa ada faktor musiman. Harga CPO pun fluktuatif, regulasi pajak dan levy bisa berubah, dan isu keberlanjutan ISPO atau RSPO bisa memengaruhi akses pasar. Jadi meskipun sekarang kelihatan cantik, investor harus siap dengan risiko siklus dan regulasi. Untuk break even 10 tahun, investor butuh Rp 20,6 per saham per tahun. Dengan laba per saham sekarang Rp 22,66 dan CFO Rp 716,3 Miliar, PSGO sebenarnya sudah mampu memenuhi itu. Dividen saja masih kurang, baru Rp 8 per saham, jadi perlu naik 2,5 kali lipat kalau mau break even hanya lewat dividen.
PSGO di Rp 206 terlihat undervalued dari sisi laba dan kas. PER rendah, PEG rendah, FCF melimpah, dan balance sheet kuat. Premium PBV 1,55x masih wajar untuk emiten sawit yang profit dan sehat keuangan. Kalau pertumbuhan laba terjaga dan harga CPO tidak anjlok, saham ini punya ruang naik ke arah Rp 226-230 sesuai PER 10x. Tapi kalau harga CPO jatuh atau biaya produksi melonjak, market bisa balik menghargai mereka hanya sebatas PBV 1x alias Rp 132. Jadi PSGO adalah saham yang murah secara kas dan laba, tapi penuh risiko komoditas dan kebijakan.
Di PSGO ada beberapa tokoh dan pihak yang benar-benar menentukan arah dan keberlanjutan perusahaan. Tanpa mereka PSGO mungkin bisa mandek atau bahkan kehilangan pijakan. Buktinya terlihat dari bagaimana struktur kepemilikan, posisi direksi, serta kontrak-kontrak strategis yang semuanya berpusat pada kelompok orang yang sama. Mereka bukan hanya pemegang saham di atas kertas, tapi juga pengendali operasional dan penghubung ke berbagai entitas yang menjaga bisnis sawit ini tetap berputar.
Yang paling penting jelas Budiono Tanbun. Ia bukan hanya Direktur Utama sejak 2019, tapi juga pemegang sekitar 1,6 miliar saham atau 8,49% dari PSGO. Jadi posisinya ganda, sebagai eksekutor strategi sekaligus pemilik yang ikut menanggung risiko. Budiono punya jejaring luas, misalnya sebagai Presiden Komisaris PT Layar Oseanik Mandiri yang kontraknya mengangkut minyak sawit PSGO sampai 2030. Selain itu ia juga berpengalaman di sektor tambang lewat RPP Contractors Indonesia. Perpaduan posisi direktur utama, pemilik saham besar, dan pengendali pihak berelasi membuat Budiono duduk di puncak pengaruh.
Di bawahnya ada pemegang saham pengendali utama, yaitu PT Jalinankasih Sesama dengan 45,02% saham. Entitas ini adalah induk terakhir yang memegang kendali mutlak. Posisinya semakin kuat setelah membeli sebagian saham publik di akhir 2024, sehingga suara mereka makin dominan dalam menentukan arah PSGO. Setiap keputusan besar seperti belanja modal, strategi ekspansi, hingga kebijakan dividen sulit terlepas dari restu Jalinankasih.
Peringkat berikutnya ditempati PT Serasih Holdico dengan porsi 35,01%. Serasih Holdico adalah tandem Jalinankasih dalam mengendalikan PSGO. Lewat kursi direksi yang mereka duduki, Serasih berperan langsung dalam mengarahkan strategi harian. Duet Jalinankasih dan Serasih menguasai sekitar 80% lebih PSGO, menjadikan mereka sebagai pusat gravitasi perusahaan.
Tokoh berikut yang berpengaruh adalah Elisabeth Priska Chairil. Usianya masih 37 tahun, tapi ia sudah menjadi Wakil Direktur Utama PSGO sejak 2019. Elisabeth juga Presiden Direktur Serasih Holdico dan Direktur Jalinankasih Sesama. Latar pendidikannya internasional, lulusan Babson College 2009 dan pascasarjana di Institute of Art New York 2010. Sebelum ke kursi eksekutif, ia sempat bekerja sebagai MIS Supervisor di PT Anugerah Energitama, entitas dalam grup. Dengan rangkap jabatan ini, Elisabeth adalah penghubung langsung pemegang saham pengendali dengan manajemen PSGO. Tanpa figur seperti ini, keputusan pemilik bisa nyangkut di tengah jalan.
Setelah Elisabeth ada Angelica Octavia Chairil. Ia Direktur PSGO sejak 2019, Direktur Jalinankasih Sesama sejak 2023, Komisaris Serasih Holdico sejak 2021, dan Presiden Direktur PT Layar Oseanik Mandiri sejak 2018. Latar pendidikannya dari Northeastern University Boston jurusan Sosiologi dan Antropologi lulus 2013. Ia juga pernah jadi Commercial Manager di PT Anugerah Energitama. Perannya strategis karena Layar Oseanik Mandiri adalah pihak berelasi yang mengangkut CPO PSGO. Dengan posisi ini, Angelica menjadi simpul penting yang menjaga supply chain tidak putus.
Tokoh berikut adalah Johanes Gosal. Ia Direktur PSGO sekaligus Direktur di Jalinankasih Sesama dan Serasih Holdico. Dengan latar belakang akuntansi, Johanes adalah penjaga angka yang memastikan konsolidasi keuangan tetap sinkron dengan strategi pemilik. Dialah yang membuat laporan keuangan grup tetap solid dan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan yang cepat.
Astrida Niovita Bachtiar ada di posisi selanjutnya. Ia Direktur Keuangan sekaligus Sekretaris Perusahaan PSGO. Tidak banyak rangkap jabatan di induk sehingga posisinya lebih independen. Astrida adalah sosok yang menjaga hubungan dengan investor dan regulator, memastikan laporan keuangan rapi dan patuh aturan. Tanpa fungsi seperti ini PSGO bisa tersandung masalah hukum dan reputasi.
Chandra Wilson Harisun adalah Direktur dengan spesialisasi operasional lapangan. Ia punya pengalaman panjang di perkebunan sawit dan bertanggung jawab memastikan kebun produktif serta pabrik beroperasi efisien. Chandra adalah orang yang menerjemahkan strategi besar menjadi hasil panen nyata. Tanpa sosok lapangan seperti ini semua rencana bisa berhenti di atas kertas.
Di level pengawas ada tiga tokoh yang tidak kalah penting. Komisaris Utama Prof Dr Ir Bungaran Saragih, mantan Menteri Pertanian, memberi wibawa dan legitimasi. Kehadirannya menjaga agar strategi PSGO tidak melenceng dari praktik sektor agro. Martusin Yapriadi, Komisaris, punya latar belakang konstruksi dan pernah menjabat Direktur PSGO, sehingga ia masih punya pengaruh besar dalam pengawasan. Komisaris Independen Dikdik Sugiharto menjadi suara publik yang memastikan kepentingan pemegang saham minoritas tidak terabaikan.
Di atas semua nama ini ada satu sosok yang bisa dibilang kepala keluarga, yaitu Sohat Chairil. Ia adalah pemilik manfaat utama yang bersama keluarganya mengendalikan PSGO lewat Jalinankasih Sesama. Sohat pernah menjabat Presiden Komisaris PSGO sebelum digantikan Bungaran Saragih pada 2021. Jejaknya juga panjang di bisnis batubara, sebagai Presiden Direktur PT Anugerah Bara Kaltim sejak 2008, dengan produksi jutaan ton per tahun. Bahkan dalam laporan keuangan lama sempat disebut deposito atas nama Sohat yang dijadikan jaminan pinjaman grup, bukti bahwa ia adalah penopang finansial utama. Sohat lulusan Humboldt-Universität zu Berlin tahun 1997 dan namanya kadang ditulis Sohut Chairil di dokumen internasional. Dari sini jelas bahwa Elisabeth dan Angelica adalah bagian dari keluarga Chairil yang menancapkan kendali lewat PSGO.
Dari gambaran ini jelas bahwa PSGO tidak berdiri sendiri di atas kebun sawit dan pabrik CPO. Keberlanjutannya sangat ditopang oleh jaringan manusia yang mengendalikan dari berbagai sisi. Budiono memimpin eksekusi, Sohat Chairil mengatur arah dan menyediakan pondasi, Jalinankasih dan Serasih memegang kendali, Elisabeth dan Angelica menghubungkan pemilik dengan operasi, Johanes menjaga angka, Astrida menjamin kepatuhan, Chandra menggerakkan lapangan, sementara komisaris memberi pengawasan. Tanpa mereka PSGO bisa kehilangan arah, tapi dengan mereka PSGO punya denyut nadi yang menyambung dari ruang rapat pemegang saham sampai jalur distribusi sawit di pelabuhan.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/8
$PSGO, Emiten persawitan yang masih underrated
Secara valuasi masih murah, PER <15, PBV<2
Kas >1T
DER <1
FCF positif
Terutama ROE nya >10%
Hanya saja sangat2 tidak likuid ini emiten 😂
Tapi semoga saja dengan adanya perjanjian bebas tarif 0% yang akan teken sekitar akhir september, jadi good momentum lah
$PSGO
semoga cepat selesai
PSGO dan anak usahanya menandatangani perjanjian akuisisi 100% saham PT Sabhantara Rawi Sentosa (SRS). Rencana transaksi itu dituangkan dalam perjanjian jual beli bersyarat dengan PT Dhanista Surya Nusantara dan PT Surya Nusantara Sawitindo sebagai penjual.
Target Pendapatan Rp2,5 Triliun, PSGO Siap Akuisisi https://cutt.ly/KrCaFgPi
$IHSG
mungkin ini pertama kali nya saya menulis apa yg jd pemikiran saya, sebelum nya saya disclaimer dulu, ini bukan ajakan menjual atau membeli tp ini murni pandangan saya dan apa yg akan saya lakukan, kedepan saya melihat suku bunga the fed akan di pangkas itu akan membuat market euphoria, yg paling di untungkan dr itu tentu sector finance tp saya lebih melihat ke asuransi, saya menilai $YOII ini menarik apa lagi saya liat ada akumulasi sideways yg lumayan lama, target saya waktu boomingnya mungkin bisa lah ambil untung 100% dr plan saya, lalu saya liat $SRTG jg jadi pantauan saya sebagai perusahaan holding yg banyak anak usahanya yg bagus, dan saya jg liat $PSGO jg karna pohon sawitnya rata rata usia di 11 thn ( masa prime) tinggal bagaimana perusahaan mengefisiensi kan kinerjanya, terakhir sector minyak dan gas tp saya jg masih meriset sector ini, sekali lg ini disclaimer on ya
$PSGO bisa ke 246 tapi santai dulu koreksi ke 206 kayanya
FYI banyak saham lucu yg teknikalnya better koreksi dulu misal BCIP, CAMP, dll
nah loh....tadi ARB kok sekarang jadi ARA?
selamat untuk kalian yang sudah menampung barang...20% dalam 1 hari di saham FCA
$TMPO
$OASA
$PSGO