Volume
Avg volume
PT Panin Financial Tbk. atau PNLF adalah salah satu anggota perusahaan Panin Group yang bergerak di berbagai sektor jasa keuangan. Perseroan bergerak di bidang usaha penyedia jasa konsultasi manajemen, bisnis dan administrasi sejak mengalihkan portofolio pertanggungan asuransi jiwanya kepada entitas anaknya yakni PT Panin Anugrah Life (Panin Life) pada tahun 2010. Kegiatan usaha penunjang yang dilakukan Perseroan diantaranya melakukan investasi pada aset bergerak dan tidak bergerak serta memberikan jasa penasihat investasi.
$PNLF waktu yang tepat untuk entry? ga ada yang tau ya..
kalo menurut saya sih,saham yang sudah sangat murah tapi memiliki fundamental bagus adalah salah satu strategi investasi yang paling rasional. tapi ya gitu ges harus nelen pil kesabaran, pil disiplin.
rumus LKH yang selalu saya ingat itu cari saham yang pe dibawah 9 , pbv dibawah 1.
lalu tinggal tidur.. 😁
@DennySela 📊 Analisa Saham $PNLF – 1 Juni 2025
Harga: 294 (↓ −0.68%)
Volume: 323,57M
Net Foreign: 603,75M
Trend: Bearish Lemah – Konsolidasi Support
📉 Trend & Struktur Harga
Harga PNLF masih dalam fase downtrend sejak Januari 2025. Pada awal Mei sempat breakout dan naik signifikan, namun kembali turun drastis dan gagal bertahan di atas EMA dan pivot. Saat ini, harga bergerak sideways di area S2 Fibonacci, mendekati support kritikal.
Struktur: Lower high – lower low (downtrend)
Pola: Dead cat bounce gagal, masuk fase distribusi
Saat ini: Sideways sempit di area demand lemah
🧭 Moving Averages (EMA 20, 50, 200)
EMA20: 319
EMA50: 328
EMA200: 339
📌 Harga berada di bawah ketiga EMA utama
📌 Menandakan tren jangka pendek, menengah, dan panjang masih bearish
🟣 SuperTrend (14,3): Merah (bearish)
→ Garis berada jauh di atas harga saat ini
→ Belum ada sinyal reversal dari indikator ini
🟡 Parabolic SAR: Titik-titik di atas candle
→ Sinyal masih tekanan jual dominan
📍 Pivot Fibonacci
Pivot (P): 351
Support:
S1: 328
S2: 298
S3: 248
Resistance:
R1: 376
R2: 426
R3: 505
📌 Harga sekarang: 294 (di bawah S2)
→ Jika breakdown 294, potensi lanjut turun ke S3 (248)
📊 Indikator Pendukung
📈 Stochastic RSI (14,14,3,3)
%K: 25.4 | %D: 25.2
→ Masih di area oversold, tapi belum ada golden cross
→ Berpotensi teknikal rebound kecil, namun belum valid
📈 Volume
Volume kecil cenderung flat
→ Tidak ada akumulasi signifikan
→ Validasi bahwa ini fase konsolidasi pasca panic sell
📈 OBV (EMA9)
OBV terus melandai
→ Distribusi masih berlangsung
📈 Net Foreign Buy/Sell
Net Foreign +603M
→ Masuk asing dalam jumlah sedang, tapi belum signifikan mengubah struktur teknikal
📍 Level Kritis (Support & Resistance)
Support:
S2: 298 (saat ini breakdown tipis)
S3: 248 (next target jika breakdown valid)
Area demand psikologis: 250–260
Resistance:
R1: 328 (EMA50 & S1)
R2: 351–367 (EMA200 dan Pivot)
📋 Strategi & Rekomendasi
📌 Skenario Spekulatif – Buy on Breakdown Rebound
Entry: 290–294 (area oversold)
SL: < 284 (cutloss disiplin)
TP1: 319 (EMA20), TP2: 328 (EMA50)
⚠️ Risk tinggi, cocok hanya untuk trader agresif
📌 Skenario Konservatif – Wait and See
Tunggu harga tembus > 328 (EMA50 & S1)
Validasi reversal jika harga bisa breakout > 351 (Pivot)
✅ Aman untuk swing buyer
📌 Skenario Swing Short
Jika breakdown 294 valid, arah selanjutnya: 270 – 248
→ Cocok untuk trader shorting (jika bisa)
🟠 Kesimpulan
Saham PNLF sedang berada dalam fase konsolidasi lemah pasca panic sell dan masih dalam tren bearish kuat. Belum ada sinyal reversal yang valid. Harga berada di bawah semua MA dan indikator utama masih menunjukkan tekanan jual.
📌 Fokus utama: Pantau support 294 – 290
Jika jebol, siap-siap menuju 248
Jika mantul dengan volume, potensi rebound terbuka ke 319–328
@Muksbaw kalau sy lihat secara historis. Pilih Daily. Dan bentangkan dgn lebar. Dimana harga terendahnya. Kalau harga skrg berada di area terendah tapi perusahaannya mencetak laba, cash flow oke, DER kecil, PBV rendah, dan ada berita positif ( gak bangkrut) ya bisa di masukin ke watchlist dan prepare to buy bro kalau udh ada hunch nya dan yakin.
Itu PNLF sama PNBN masuk list saya karena fundamental bagus dan harga “mendekati” harga rendah secara historis…
Cuma gak mau beli skrg, $PNLF saya tunggu di 250-an, dan PNBN saya tunggu di 900 an. Kalau masih di harga diatas 1000 buat $PNBN, saya gak mau beli (prinsip).
Disc on ya ,, jangan ikuti sy.. lakukan apa yg kamu sendiri yakini berdasarkan riset mu sendiri.
@Umaraihan $PNLF sudah mulai menarik di harga sekarang, tapi masih belum kering. Pantau saja dulu. Selengkapnya di sini ya gan: https://stockbit.com/post/18719554
Sepertinya, rencana divestasi Bank Panin bisa jadi salah satu jalan keluar terbaik.
Kalo pun dividen tidak ke luar karenanya, masih bisa berharap pada capital gain.
Terentang history pergerakan saham sampai +35% setiap tahun dalam 1 dekade terakhir, setiap kali issue divestasi Bank Panin dihembuskan.
Dan harga masing² pihak terafiliasi seperti $PNLF dan $PNBN kini sudah mengempis mendekati ATL nya.
IHSG – Uang Kas Rp19 Triliun, Tapi Tak Satu Tetes Pun Sampai ke Tanganmu
Sebuah Tafsir Mimpi tentang $PNIN
Kenapa PNIN — yang saldo kasnya per 31 Maret 2025 sebesar Rp19,1 triliun — sudah 12 tahun tidak pernah bagi dividen?
Kalau dibandingkan dengan jumlah saham sebanyak 40,7 juta lot, maka uang kas tersebut setara dengan Rp4.670 per lembar saham. Dibandingkan dengan harga saham hari ini yang hanya Rp930, maka investor ritel bisa saja merasa seperti mendapat bonus tersembunyi:
Keluar uang Rp930, tapi seolah dititipi uang perusahaan sebesar Rp4.670 per saham.
Saya sengaja pakai istilah “dititipi” karena di balik angka itu, ada banyak “harta karun” yang ternyata sudah di-tagih oleh pihak lain. Kalau perusahaan dibubarkan hari ini juga, kamu bisa saja dapat “sisa paling belakang”.
Tapi tetap saja, melihat saldo kas segede itu, investor pasti membatin:
- “Wah ini sih waktunya pesta dividen jumbo!”
- “Atau... buyback besar-besaran!”
“The stock market is filled with individuals who know the price of everything, but the value of nothing.” — Philip Fisher
Tapi…
Kenyataan kadang pahit.
Harapan itu berubah jadi mimpi.
Lalu mimpi buruk.
Kenapa?
————————————————
1. Substansi Mengungguli Bentuk: Siapa Pemilik Sesungguhnya?
Dari “total ekuitas” Rp68,1 triliun milik PNIN, hanya sekitar Rp21,3 triliun (31,3%) yang benar-benar milik “pemegang saham induk” yaitu pengendali (PSP) dan publik.
Sisanya?
Rp46,7 triliun (68,7%) dimiliki oleh “entitas non-pengendali” alias bukan kamu.
Jadi dapat disimpulkan dari kas Rp19,1 triliun itu, yang “sah” menjadi milik PSP dan investor publik hanya:
31,3% × Rp19,1 triliun = Rp6 triliun
Kalau dihitung ulang per saham, maka:
Rp6 triliun / 40,7 juta lot = Rp1.474 per saham
Padahal tadinya kamu kira nilainya Rp4.670?
Berarti kamu baru saja “dicelupkan ke kenyataan”… kena diskon 69%!
“You only find out who is swimming naked when the tide goes out.” - Warren Buffett
Ini seperti hukum Archimedes:
Benda terlihat berat di luar air, tapi saat dicelupkan, jadi ringan karena gaya apung.
Begitu pula uang kas PNIN - tampak besar, tapi ternyata ‘terapung’ oleh klaim milik entitas lain.
———————————————————
2. Valuasi Semu dan Mimpi yang Tak Kunjung Sahur
“Tapi uang Rp6 triliun itu tetap gede dong dibanding harga saham cuma Rp930?”
Betul.
930 / 1.474 = 63%
Artinya, valuasi kas per saham-nya “hanya” diskon 37%, bukan 80% seperti asumsi awal.
Mimpi dapat dividen atau buyback masih ada...
Tapi harapanmu sudah dikirim ke langit ketujuh.
Sambil puasa.
Soalnya udah 12 tahun gak buka puasa dividen.
Misalnya PNIN bagi dividen Rp3 triliun dari dana itu, harusnya cukup layak sebagai “menu berbuka”.
Tapi... kenyataan tak seindah flyer promo.
———————————————————
3. Buyback Saham? Ngimpi Juga...
Kalau dana buyback disiapkan sebesar Rp3 triliun, urgensinya buat siapa?
Jangan lupa:
Dari “Total Ekuitas” PNIN itu 68,7% milik “Kepentingan Non-Pengendali”.
Sisanya 31,3% milik “pemegang saham induk” yang di dalamnya ada “PSP dan Kawan-kawan” serta kamu sebagai pemegang saham publik.
Karena kepemilkan kamu sebagai publik sebesar 30,2%, artinya kepemilikan “PSP dan Kawan-kawan” sisanya sebesar 69,8%.
Jadi secara efektif kepemilikan “PSP dan Kawan-kawan” atas “total ekuitas” PNIN hanya sebesar:
31,3% × 69,8% = 22%
Artinya:
Grup Panin itu DNA-nya bukan buat konsolidasi kepemilikan, mereka kuasai hanya 22% sisanya dibagi dengan siapa pun: bank asing, konglomerat, entitas offshore, publik...
Jadi, urgensi strategi buyback saham di pasar untuk apa?
Toh, bagi PSP dengan kepemilikan efektif 22% pun sudah mampu mengendalikan kerajaan.
Ini seperti strategi “mau naik becak, tapi dorongnya dari belakang sambil nyeker.”
Capek iya, nyampe kagak.
“Expecting buyback dari grup ini tuh kayak ngarepin mantan balik pas kita baru lulus KUA. Yang tersisa cuma tanda tangan dan kenangan.”
———————————————
4. Penjelasan Textbook: Tersandera oleh Anak Usaha
Nah, kita balik ke prinsip dasar akuntansi: Business Entity Principle
→ Uang anak usaha bukan milik induk, kecuali lewat dividen resmi.
Dari total Rp19,1 triliun kas:
• Rp18,2 triliun ternyata milik PNLF dan PNBN (anak dan cucu usaha)
•Sehingga Kas yang benar-benar di tangan PNIN hanya Rp913 miliar.
Sementara:
• $PNLF = perusahaan asuransi
• $PNBN = bank
Keduanya diawasi ketat OJK.
Kalau nekat bagi dividen jumbo, bisa bikin jebol CAR (Capital Adequacy Ratio).
Dan kalau CAR jebol, regulator bisa langsung nyemprot kayak sirine kebakaran.
Jadi walaupun duitnya banyak, tetap tidak bisa dibagi seenaknya.
Apalagi cuma demi menyenangkan investor publik di holding yang sudah 12 tahun puasa.
————————————————
5. Analisis Psikologi: Siapa Dapat Apa, Siapa Marah?
Ayo kita kalkulasi.
Anggap saja harapan investor publik terkabulkan, PNIN rela membagi “real kas teoritis” yang dimiliki Rp6 triliun, sebesar 50%-nya atau Rp3 triliun akan dibagikan sebagai dividen.
Dan anggap juga pembayaran dividen oleh anak usaha (PNLF) dan cucu usaha (PNBN) tidak melanggar aturan OJK terkait dengan kepatuhan pada regulasi sektor asuransi dan perbankan.
Apakah mungkin?
Berikut kalkulasinya:
• Ketika PNIN membayar dividend Rp. 3 triliun, maka “PSP dan Kawan-kawannya” akan mendapatkan = 69,8% atau sebesar Rp. 2,1 triliun, dan sisanya Rp. 905 miliar untuk dividend pemegang saham publik (non-PSP).
• Karena PNIN tidak punya uang cukup untuk bayar dividend, maka PNIN meminta dividend kepada anak usahanya PNLF sebesar Rp.3 triliun.
• Ternyata PNLF tidak hanya membayar Rp. 3 triliun kepada PNIN, PNLF juga harus membayar dividend kepada pemegang saham lainnya. Karena kepemilikan PNIN pada PNLF sebesar 67,9%, maka total dividend yang dibutuhkan sebesar 3 triliun / 67,9% = Rp4,4 triliun. Di mana sebesar Rp. 1,4 triliun dibayarkan kepada pemegang saham lainnya (investor publik).
• PNLF tidak punya uang cukup untuk bayar dividend tersebut, maka selanjutnya PNLF meminta dividend kepada anak usahanya PNBN sebesar Rp4,4 triliun.
• Ternyata PNBN tidak hanya membayar Rp. 4,4 triliun kepada PNLF, PNBN juga harus membayar dividend kepada pemegang saham lainnya. Karena kepemilikan PNLF pada PNBN sebesar 46,04%, maka total dividend yang dibutuhkan sebesar 4,4 triliun / 46,04% = Rp9,6 triliun. Di mana sebesar Rp. 5,2 triliun dibayarkan kepada pemegang saham lainnya (termasuk investor publik).
Akibatnya secara akumulasi, Publik dan non-Panin Group terima bagian dividend:
o Dari PNBN: Rp5,2T
o Dari PNLF: Rp1,4T
o Dari PNIN: Rp0,9T
o Total: Rp7,5 triliun
Sementara: PSP cuma dapat satu kali saja, yaitu yang terhitung pembayaran dividend pada level PNIN saja, sebesar Rp2,1 triliun
Coba pikir:
Kalau kamu pemilik, rela gak bikin pesta dividen total Rp9,6 triliun, tapi Rp7,5 triliun buat orang lain, sementara kamu sendiri cuma dapat Rp2,1 triliun?
Ini bukan soal hitung-hitungan Excel lagi.
Ini soal psikologi pemilik.
Dan seperti biasa…
Siapa peduli sama psikologi investor ritel?
“Kalau kamu bukan pengendali, ya siap-siap aja jadi penonton.”
________________________________________
PENUTUP: Tafsir Mimpi dari Sisi Investor
Saldo kas Rp19 triliun itu bukan sepenuhnya milikmu.
Bahkan nilai kas per saham yang kamu hitung sendiri belum tentu bebas dipakai manajemen.
Ada:
• Jalur kepemilikan berlapis
• Regulasi ketat sektor keuangan
• Psikologi pemilik yang tidak sinkron dengan investor ritel
Kalau kamu sudah sadar semua ini, maka:
Kamu naik satu level sebagai investor.
Kamu bisa membedakan antara saham yang terlihat “murah” dan saham yang benar-benar “berkah”.
“In investing, what is comfortable is rarely profitable.” — Robert Arnott
Karena…
“Tidak semua yang terlihat murah akan memberimu manfaat.
Kadang itu cuma... jebakan mimpi.”
Akhir kata:
Selamat menafsir mimpi.
Jangan lupa bangun.
Kalau kamu suka tulisan ini dan ingin diskusi lanjut soal saham undervalued yang benar-benar membagikan hasil, silakan komentar atau kasih 🙌.
Kita belajar bareng, bukan cuma mimpi bareng.