Volume
Avg volume
Panin Bank Tbk. atau PNBN bergerak di bidang usaha perbankan dengan produk dan layanan di segmen perbankan Konsumer, SME dan Mikro, Komersial, Korporat, dan Tresuri. Perseroan juga memiliki penyertaan di beberapa perusahaan. Penyertaan Panin Bank menyebar dalam berbagai sektor jasa keuangan seperti perbankan, pembiayaan, perasuransian, dan permodalan. Panin Bank memiliki tiga entitas anak (PT Clipan Finance Indonesia Tbk, PT Verena Multi Finance Tbk, PT Panin Bank Syariah Tbk), enam entitas asosiasi (PT Bank ANZ Indonesia, PT Asuransi Multi Artha Guna Tbk, PT First Asia Capital, PT Sarana Bersama Pembiayaan Indonesia, PT Sarana ... Read More
JAKARTA -Β PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN)Β atau biasa disebut Bank Panin, berencana menjual kembali saham hasil pembelian kembali (buyback), yang berlangsung pada 16 Maret hingga 15 Juni 2020.
Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (8/10), jumlah saham yang akan ...
www.idnfinancials.com
Pertanyaan selanjutnya Buyback 500 miliar periode maret-juni 2025 kabarnya bagaimana? sudah dilaksanakan belum $PNBN? yg dilaporkan jangan hanya buyback waktu covid mau dijual minggu depan.π
IDXChannel - PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) atau Panin Bank berencana melakukan pengalihan saham hasil pembelian kembali (buyback) yang dilakukan pada 2020 lalu.
Perseroan telah membeli kembali sebanyak 6.100.000 saham pada periode 16 Maret 2020 hingga 15 Juni 2020. Langkah tersebut dilakukan untu...
www.idxchannel.com
STOCKWATCH.ID (JAKARTA) β Manajemen PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) mengumumkan, Perseroan berencana untuk menjualΒ 6.100.000Β lembar saham hasil pembelian kembali (tresuri) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Herwidayatmo, Direktur PNBN dalam pengumuman,Β Rabu 8 Oktober 2025 mengemukakan,Β Perser...
stockwatch.id
EmitenNews.com -Β Β PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) mengumumkan akan memulai proses pengalihan saham hasil pembelian kembali (buyback) sebanyak 6.100.000 lembar saham yang dilakukan pada periode 16 Maret 2020 hingga 15 Juni 2020.
Langkah ini merupakan bentuk kepatuhan terhadap Peraturan Otoritas Ja...
www.emitennews.com
$PNBN Jangan buru-buru nambah muatan Averrage buy atau beli, best buy di 930-960.
Perhatikan DBS kumpulin barang terus. Pelan-pelan bosku gak usah All in atur strategi masing2. Selama harga rata-rata dibawah 1200 jangan takut, kuat-kuatan hold saja mereka juga minus boskuπ
STOCKWATCH.ID (JAKARTA) β Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Kamis (9/10/2025) diperkirakan akan dipengaruhi oleh sentimen dari dalam negeri. Tim analis BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS) menyampaikan hal tersebut dalam laporan riset yang dirilis hari ini.
Menurut analis B...
stockwatch.id
BUY LOW => SELL HIGH ( SWING )
=====================
Disclaimer Always On β Bukan ajakan membeli/menjual. Lakukan analisis dan riset mandiri sebelum investasi. Jangan lupa follow untuk update saham potensial lainnya dan cek bio.
https://cutt.ly/yrCvRyMJ
mau list lebih banyak ? lansung DM aja
======================
π $FLMC
Harga (163) < MA 5 (195) | > MA 50 (160)
Volume (6.4M) < Volume MA 20 (9.5M)
Relative Strength Rating: 90%
Entry 1: 162
Entry 2: 158
Take Profit 1: 174 (+7.4%)
Take Profit 2: 182 (+11.6%)
Stop Loss 1: 150 (-7.4%)
Stop Loss 2: 146 (-10.4%)
π Kesimpulan:
Harga sudah mendekati MA 50, potensi technical rebound cukup tinggi. Tapi volume masih lemah, artinya entry lebih aman saat muncul candle reversal dengan volume meningkat.
π Disclaimer:
Analisa teknikal bersifat spekulatif, kelola modal dengan disiplin.
π― Random Tag: $ADMR, $PNBN
$PNBN Broker DP akum, apakah ada hubungannya dengan minat DBS akuisisi PNBN? Masih on atau kebetulan saja?
$PNBN ciri2 emiten mau diakuisisi 99 harga sahamnya anjlok gak masuk akal
Bottom pun ditembus supaya ritel cutlos
Kalau yg sudah pengalaman dipasar modal
Jebol bottom paling bawah malah makin rakus pungutin barang murah
$PNLF
$PNLF
W suka saham downtrend pe dibawah 5
Sudah masuk area bttom
Yg perlu kalian ketahui, $PNBN sedang dalam proses nego harga
Membosankan nunggu saham downtrend
Tapi kalau sangkut dibawah disitulah letak asyiknya
Ke 50 pun pe 1 x selagi cetak profit gas beli terus
V 200 oke
V 180 oke
V 50 oke gas
Bersama mukmin mari eratkan tangan dari gembel menjadi ceo zhang
Liat aja Big banks masih sakit, apalagi $PNLF yg abis didepak small cap MSCI. minimal Big banks sembuh dulu. masih berat PNLF $PNBN. mau averaging down PNLF sekalian aja di 200-210.
Strategi bandar mengeluarkan Ritel pada saham $PNLF$PNBN$PNBS bisa dibilang berhasil. Strategi cekek injak ampuh membuat ritel pada cutloss. Cekek itu bisa diartikan dibuat sideways berbulan2, kemudian MM sambil ngelukis Chart seolah2 support tidak akan ditembus Ternyata Tembus (diinjak) tapi tidak disertai penurunan yg tajam itu artinya sebenarnya mereka akum. Dalam hal ini MM STRATEGI CEKEK INJAK untuk membuat ritel tidak tahan berhasil. Jika ritel sudah banyak kabur itu artinya kita yg ikut saja akumulasi bandar π. PAKAI LOGIKA boskuπ
Saham Bank Paling Nyungsep dalam Setahun Terakhir
Dalam setahun terakhir, inilah saham bank paling nyungsep di IHSG. Fenomenanya cukup ironis karena mayoritas bank masih cetak laba triliunan, rajin bagi dividen, bahkan ada yang yield-nya sampai 10%. Namun harga saham tetap longsor, membuat banyak investor terjebak floating loss.
Contoh paling ekstrem adalah BSWD (Bank of India Indonesia) yang ambruk β56,17%. Revenue masih naik +8,39%, tapi laba turun β4,78%. Valuasi sudah kelewat mahal, PER 73,07x dengan PBV 1,39x, ditambah tidak ada dividen. Bank kecil dengan kondisi seperti ini memang gampang jadi korban buangan ketika pasar melemah.
PNBN (Bank Panin) juga jatuh β39,12%. Padahal laba bersih justru naik +8,16% dan valuasinya murah dengan PER 9,03x serta PBV 0,47x. Masalah utamanya ada di arus dana asing, net sell setahun mencapai Rp399,27 miliar. Bank yang jarang dilirik investor institusi besar biasanya sulit bertahan meski fundamental terlihat lumayan.
Raksasa bank pun ikut longsor. BMRI (Mandiri) turun β38,04% dan BBCA (BCA) β27,18%. Padahal Mandiri masih cetak laba Rp24,455 triliun dengan yield 10,91%, sementara BCA laba Rp29,016 triliun tumbuh +7,96% YoY dengan yield 4%. Masalahnya asing buang barang besar-besaran, Mandiri dilepas Rp21,530 triliun dan BCA bahkan Rp35,616 triliun. Ini bukti bahwa net sell asing bisa mengalahkan fundamental sekuat apa pun.
SDRA (Woori Saudara) terjerembab β34,63% akibat laba bersihnya anjlok β74,86%. PBV memang rendah di 0,32x, tapi PER masih 26,84x karena profit tipis. Investor jelas ragu masuk ke bank kecil dengan kinerja laba yang hancur begini.
MEGA (Bank Mega) terkoreksi β32,80% meski laba naik +10,82%. Valuasi relatif premium dengan PBV 1,77x dan PER 14,48x, dividend yield kecil 2,68%, ditambah asing net sell Rp40,15 miliar. Kombinasi faktor ini membuat harga saham ikut turun.
ARTO (Bank Jago) yang sempat jadi primadona bank digital juga tidak luput, jatuh β26,22%. Revenue memang meledak +74,74% dan laba melonjak +154,31%, tapi basisnya masih kecil. Valuasi super mahal dengan PER 114,54x dan tanpa dividen membuat saham ini rawan de-rating saat bunga tinggi.
BBRI (Bank Rakyat Indonesia) dan BBNI (Bank Negara Indonesia) masing-masing turun β23,44% dan β23,27%. Yield dividen mereka tinggi 9β9,4%, tapi laba bersih malah turun, BRI β11,53% dan BNI β5,59%. Ditambah asing jualan besar, BRI Rp18,229 triliun dan BNI Rp5,182 triliun, harga pun tidak tertolong meski PER BNI hanya 7,37x dengan PBV 0,93x.
Dari data ini terlihat pola jelas. Pertama, net sell asing dalam jumlah jumbo menjadi pemicu kejatuhan di bank-bank besar. Kedua, bank kecil dengan PER mahal atau laba anjlok otomatis dihukum, contohnya BSWD dan SDRA. Ketiga, valuasi premium tidak lagi dihargai, terlihat pada BBCA dan ARTO. Keempat, yield besar kadang justru jadi yield trap ketika harga saham lebih dulu rontok.
Pelajarannya, investor tidak bisa hanya terpaku pada laba dan dividen. Harus perhatikan juga arus dana asing, valuasi yang rasional, dan tren pertumbuhan laba. Jika tiga indikator itu tidak sinkron, bank sebesar Mandiri atau BCA pun bisa nyungsep lebih dari β25% dalam setahun.
β
Top losers saham bank 1Y
1. π BSWD
Penurunan harga: β56,17%
PBV: 1,39x | PER: 73x
Laba YTD: Rp33,19 miliar
Dividen: β tidak ada
Revenue: +8,39% YoY | Net Income: β4,78%
π Catatan: Bank kecil, tanpa dividen, PER mahal β sangat sensitif sentimen.
2. π PNBN (Bank Panin)
Penurunan harga: β39,12%
PBV: 0,47x | PER: 9x
Dividen: 4,06%
Revenue: +3,61% YoY | Net Income: +8,16%
Asing 1Y: βRp399 miliar
π Catatan: Murah di valuasi, laba tumbuh, tapi asing jual β harga tetap tertekan.
3. π BMRI (Mandiri)
Penurunan harga: β38,04%
PBV: 1,49x | PER: 8,13x
Dividen: 10,91%
Revenue: +5,30% YoY | Net Income: β7,89%
Asing 1Y: βRp21,53 triliun
π Catatan: Fundamental kuat, dividen tebal, tapi net sell asing jumbo β de-rating.
4. π SDRA (Woori Saudara)
Penurunan harga: β34,63%
PBV: 0,32x | PER: 26,84x
Dividen: 5,30%
Revenue: β1,11% YoY | Net Income: β74,86%
Asing 1Y: +Rp1,53 miliar (net buy kecil)
π Catatan: Laba anjlok tajam, valuasi jadi tidak menarik meski PBV rendah.
5. π MEGA (Bank Mega)
Penurunan harga: β32,80%
PBV: 1,77x | PER: 14,48x
Dividen: 2,68%
Net Income: +10,82% YoY
Asing 1Y: βRp40,15 miliar
π Catatan: Valuasi premium, yield kecil, net sell asing β harga koreksi.
6. π BBCA (BCA)
Penurunan harga: β27,18%
PBV: 3,55x | PER: 15,98x
Dividen: 4,00%
Revenue: +7,59% YoY | Net Income: +7,96%
Asing 1Y: βRp35,62 triliun
π Catatan: Premium valuation, laba tumbuh, tapi dihantam net sell asing besar.
7. π ARTO (Bank Jago)
Penurunan harga: β26,22%
PBV: 3,36x | PER: 114,54x
Dividen: β tidak ada
Revenue: +74,74% YoY | Net Income: +154% (basis kecil)
Asing 1Y: +Rp5,69 miliar
π Catatan: Growth tinggi tapi valuasi sangat mahal, tanpa dividen β sensitif ke bunga & sentimen fintech.
8. π BBRI (BRI)
Penurunan harga: β23,44%
PBV: 1,77x | PER: 10,64x
Dividen: 9,30%
Revenue: β0,22% YoY | Net Income: β11,53%
Asing 1Y: βRp18,23 triliun
π Catatan: Yield tinggi tapi NI turun dan asing jual besar β harga tertahan.
9. π BBNI (BNI)
Penurunan harga: β23,27%
PBV: 0,93x | PER: 7,37x
Dividen: 9,40%
Revenue: β4,44% YoY | Net Income: β5,59%
Asing 1Y: βRp5,18 triliun
π Catatan: Valuasi murah, yield tinggi, tapi laba melemah dan asing keluar.
β
Ciri-ciri umum saham bank yang nyungsep 1Y terakhir
1. π¨ Net sell asing jumbo (BBCA, BMRI, BBRI) β tekanan jual struktural.
2. π Laba melambat atau turun tajam (BMRI β7,89%, BBRI β11,53%, SDRA β74,86%).
3. βοΈ De-rating dari valuasi premium (BBCA, ARTO, BSWD).
4. πͺ€ Dividen besar tidak otomatis penopang β investor suka gorengan.
5. β Mismatch valuasi vs kinerja (BSWD & ARTO: PER tinggi, tanpa dividen).
6. π» Tekanan NIM, CKPN naik, kredit melambat β dampak siklus perbankan.
7. π Sentimen makro & kebijakan (bunga tinggi, aturan ketat, pajak UMKM) bikin asing mengurangi eksposur big banks.
π Kombinasi de-rating valuasi premium + net sell asing besar + perlambatan laba menjadi penyebab utama. Bank kecil ber-PER tinggi tanpa dividen seperti BSWD dan ARTO memimpin kejatuhan, disusul big banks seperti BMRI, BBRI, BBCA yang dilepas asing meski valuasi relatif murah.
Mau cicil selot selot? πΏ
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$PNBN $BMRI $BBCA
1/10