Volume
Avg volume
PT Pan Brothers Tbk (Perseroan) didirikan pada tanggal 21 Agustus 1980. PT Pan Brothers Tbk dan Entitas Anak bidang garment memproduksi “Technical, Functional and Activewear” yang diperuntukkan olahraga musim dingin, Baju Ski, Baju Jogging, Baju Panjat Gunung, serta baju untuk aktifitas atau olahraga alam. “Woven Garment” seperti Jaket dengan lapisan penghangat dan Jaket Ringan, Celana Formal dan Santai, Celana Pendek, Baju Wanita, Kemeja, dan lain-lain. “Cut & Sewn Knit Garment”, seperti Kaos Polo, Kaos Golfs, Jaket dan Celana Training, Kaos Santai, dengan berbagai jenis bahan. Mulai tahun 2020 Perusahaan juga memproduksi “Ala... Read More
$IHSG
Selamat malam minggu tmen2
Apa kabarnya ?
Gimana malam minggu ini ?
Kalian kemana saja ?
$PANI
$PBRX
Rilis data ekonomi US
➖ Michigan Consumer Sentiment Prel Jun = 60,5 (vs previous 52,2, vs consensus 53,5)
➖ Michigan Consumer Expectations Prel Jun = 58,4 (vs previous 47,9, vs consensus 49)
➖ Michigan Current Condition Prel Jun = 63,7 (vs previous 58,9, vs consensus 59,4)
✅ Michigan Inflation Expectations Prel Jun = 5,1% (vs previous 6,6%)
✅ Michigan 5 Year Inflation Expectations Prel Jun = 4,1% (vs previous 4,2%)
Sentimen konsumen US meningkat pesat jauh di atas konsensus, didorong oleh ekspektasi konsumen dan kondisi saat ini yang naik signifikan.
Di satu sisi, hal ini menggambarkan kondisi ekonomi US tidak seburuk yang dikhawatirkan di awal setelah berlakunya kebijakan tarif dan berbagai kebijakan pemerintahan Trump lainnya.
Namun di sisi lain, sentimen konsumen yang membaik bisa memicu peningkatan permintaan dan aktivitas belanja konsumsi yang bisa kembali menaikkan inflasi.
Kemudian, ekspektasi inflasi juga menurun signifikan, mengindikasikan persepsi konsumen terhadap inflasi sudah membaik.
$USDIDR $BBNI $PBRX
$PBRX laba yang meroket bukan dari kinerja operasional perusahaan ya guys, tapi dari restrukturasi utang. Jadi ini tidak akan bertahan dan benar2 tidak menggambarkan kinerja perusahaan, karena operasional perusahaan sebenarnya merugi. Laba ini hanya ilusi dan tertulis di Laporan Keuangan saja. Mari lebih bijak dalam berinvestasi.
$PBRX masih dalam proses transisi akhir tahun sahaam ini akan mulai meledak tahun depaan bisa booming 🔥🔥
@hilman00 mau tau aib lainnya? dia pernah menyatakan industri textile Indonesia lagi murah, dan dia sedang menimbang akan ambil salah saham di salah satu perusahaan textile. Juga pernah jadi kompor $PBRX. Nyatanya setelah itu dia gak pernah lagi senggol Pan Brothers 🫣
Menjelang Lebaran lalu, sebuah pemandangan dramatis viral di media sosial.
Bertempat di lokasi pabrik Sri Rejeki Isman (SRIL), karyawan Sritex bersama dengan pimpinan - alias pemiliknya - berkumpul bersama dan menangis bersama tanda perpisahan alias PHK sepenuhnya. Sang Komisaris Utama pun juga ikut menangis saat itu. Ceritanya, Sritex saat itu diputus pailit, dengan segala akibatnya, karena kesepakatan PKPU sebelumnya digugat kembali oleh krediturnya - biasanya sih ini mentok hubungannya antara kreditur dan debiturnya (dalam hal ini Sritex) - dan gugatan yang sudah sampai ke Mahkamah Agung akhirnya mentah. Manajemen Sritex kalah dan saat itu dalam keterbukaan informasi, mereka menyebut masih mengupayakan tindak lanjut, namun yang terjadi malah situasi dramatis itu.
Situasi Sritex yang sempat menuai perhatian pemerintah, sampai diwacanakan upaya penyelesaian dan penyelamatan, hingga kini belum jelas. Sempat ada isu bahwa aset aset Sritex akan dijalankan oleh investor baru, tapi hingga kini juga belum jelas.
Situasi masih ngga jelas, baru baru ini plot twist malah muncul. Kejaksaan Agung mendeteksi penyalahgunaan kredit bank BUMN kepada Sritex, yang kemudian disebut sebagai korupsi - meski Sritex bukanlah milik pemerintah. Sang Direktur Utama, yang masih bersaudara dengan Komisaris Utama, kemudian ditahan oleh Kejaksaan, bersama beberapa pihak lain.
Sisi lain, setelah pada laporan keuangan 2024 Pan Brothers (PBRX) akhirnya ekuitas negatif - setelah bertahan ekuitas positif dengan modal kerja negatif sepanjang 2020-2024, secara “ajaib” pada laporan keuangan kuartal 1 2025 PBRX kembali memperoleh ekuitas positif. Padahal, PBRX menghadapi masalah serupa dengan Sritex dan banyak perusahaan tekstil serupa di beberapa tahun ini. Kok bisa?
Ini adalah cerita bumi dan langit antara kedua emiten terkemuka di bidang tekstil ini.
======
Oke, sebelumnya saya bikin beberapa paragraf penjelasan sebelum masuk ke topik kali ini.
Mungkin ada keheranan kenapa Sritex, bukan BUMN atau lembaga pemerintah, kok kena kasus korupsi?
Jawabannya karena korupsi bukan hanya terjadi di apapun yang berkaitan dengan pemerintahan. Swasta dikira ngga ada korupsi? Ada. Tapi ngga heboh beritanya kayak pemerintah. Selain itu, penyelesaiannya biasanya antara pidana dan perdata atau salah satunya. Swasta cenderung no drama, sehingga kalau sudah ada kasus, karyawan terlibat atau manajemen terlibat akan langsung dipecat. Contoh yang saya ingat adalah ketika ada penyelewengan dana di emiten ritel elektronik Electronic City (ECII) yang menyeret beberapa manajemen dan salah satu pemilik emiten ini. Setelah penyelidikan internal, manajemen yang diduga terlibat dipecat dan digantikan dengan dewan Komisaris untuk sementara, sebelum digelar RUPS untuk menetapkan manajemen definitif. Kasus ini sudah selesai dengan settlement menggunakan aset dan pengembalian dana ke perusahaan.
Yang lain, di swasta umumnya mereka ada prosedur atau SOP dan seperangkat aturan yang membentengi diri dari potensi korupsi. Hal ini secara konsekuen dijalankan, dan memang harus dijalankan karena kalau ngga ancamannya dipecat dan dipenjara langsung tanpa ampun. Tentu ini akan bikin mikir mikir, karena akan jauh lebih sulit cari duit dan pekerjaan.
Lalu, Sritex ini kena kasus bukan karena masalah Sritex secara internal, tapi karena ada keterkaitan dengan bank BUMN. Kerugian negara berpotensi terjadi disini. Sama seperti halnya dulu ada kasus korupsi korporasi yang melibatkan emiten konstruksi Duta Graha Indah (DGIK) - kini Nusa Konstruksi Enjiniring - yang terlibat dalam kasus korupsi berkaitan dengan pembangunan proyek pemerintah - RS milik universitas negeri, Universitas Udayana. Ini ada kerugian negara. Jika isunya secara internal semata, tentu penyelesaiannya akan ke kepolisian atau pengadilan. Begitu ya.
Yang lain, kasus Sritex ini (jika memang benar ada korupsi), bukan berarti meminggirkan bahwa sektor TPT atau tekstil di Indonesia bener bener sedang menghadapi masalah sejak beberapa tahun ini. Masalah Sritex dan masalah sektor ini harus dipisahkan, sehingga kita bisa menaruh perhatian pada masing-masing masalah. Bukan berarti karena ada masalah Sritex, pemain tekstil lain ngga ada masalah - atau bahkan kita langsung menjudge bahwa masalah Sritex juga dilakukan pemain lain. Seperti yang saya bilang, jikapun memang pemain lain kelakuannya mirip, yang penting berkaitan dengan pemerintah atau ngga? Kalau berkaitan, kita bisa ketemu kasus serupa, tapi dengan spotlight pemberitaan berbeda, tapi kalau ngga ya masalahnya cuma jadi masalah internal.
Jadi, Sritex ini memang sama sama bermasalah dengan pemain lain, akibat impor tekstil ilegal dan kondisi ekonomi secara global, namun masalah internal seperti ini memperberat kondisi mereka untuk bangkit. Akhirnya, bisa dipahami mengapa upaya penyelamatan yang dibantu pemerintah ngga bisa jalan.
Kembali ke laptop.
Sritex atau SRIL ini sebenernya sudah pernah saya bahas secara umum masalahnya di konten saya awal tahun 2024 lalu. Bro and sis bisa baca ceritanya secara lengkap di s .id/sritexplbk. Dalam akhir postingan tersebut, saya menulis “harapan” bahwa “situasi nampak bisa dikendalikan dengan baik dan bisnis berjalan seperti biasanya”, yang sayangnya justru tidak berjalan mulus. Situasi makin memburuk karena kondisi ekonomi, terutama pasar ekspor, masih macet. Sementara penggalangan dana yang diharapkan manajemen tidak lancar, yang nampaknya karena kebutuhan permodalan yang besar - sekadar merestart ekuitas kembali ke positif butuh minimal Rp 16 Triliun (+/- USD 1 milyar), belum termasuk kebutuhan modal kerja untuk menyambung produksi setidaknya beberapa bulan hingga setahun awal. Kalau situasinya secara sektoral oke sih mending, gampang cari investor. Lah kalau kondisinya kayak sekarang? Belum lagi kasus perusahaan tekstil Delta Merlin beberapa tahun lalu makin bikin citra tekstil secara sektoral suram.
Yang jadi lebih sulit, PKPU (Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang) yang telah disepakati pada 2022 tidak ada satupun yang dikonversi jadi saham, hanya perubahan penjadwalan pembayaran hutang maupun syarat syaratnya - hutang usaha dan hutang bank. Situasi akan nampak agak mudah kalau sudah ada kesepakatan perubahan jadi saham. Jadilah Sritex kejepit, dan kasus hukum ini bakal makin mempersulit upaya kebangkitannya.
Jauh sebelum ekuitas negatif Sritex di 2021 dan masalah masalah sekarang ini, sebenernya sudah ada asumsi “bau amis” yang disebut di forum saham - dimana ini murni berkaitan dengan laporan keuangannya. Salah satunya berkaitan dengan pertanyaan besar : “laba terus terusan tiap tahun - dan bagi dividen meski kecil kecilan, tapi kok pinjamannya nambah terus terusan ya?”. Ada kecenderungan “sulit” mengendalikan pinjaman berbunga/pinjaman bank yang mendominasi liabilitas Sritex selama ini. Namun, yang tidak disangka memang adalah kasus hukum ini, yang disebut berkaitan dengan penyalahgunaan pinjaman Sritex yang kemungkinan digunakan untuk kepentingan pribadi dari pemiliknya. Karena ini masih mentah, dan belum ada peradilan terkait dengan hal ini, maka saya memilih menghindari membahas soal ini.
Asumsi saya masih positif, bahwa ini semua berawal dari kesalahan strategi di masa silam. Tapi apakah asumsi ini akan hanya berhenti disini saja? Hmm ~
Satu sisi, emiten tekstil lainnya yaitu Pan Brothers (PBRX) mencatat “keajaiban”. Ini setelah drama panjang sejak 2020 lalu, dimana manajemen PBRX mulai mengeluhkan tekanan bisnis akibat tantangan ekonomi dan pasar ekspor - meski masih mencatat kenaikan pendapatan dan masih bisa untung tipis tipis. Pada 2024 lalu, manajemen PBRX pun akhirnya menyerah pada keadaan. Upaya restrukturisasi hutang yang sudah dijalankan, namun agak buntu karena kondisi pasar dan masih menghadapi gugatan berulang dari salah satu kreditur, pun “memaksa” mereka mereset bisnis, sehingga sejumlah pos di aset harus dicadangkan/dihapus dan menyebabkan kerugian pertama dalam 10 tahun terakhir. Kerugian ini membuat mereka akhirnya menghadapi ekuitas negatif USD 121 juta (+/- Rp 2 Triliun)
(soal PBRX, bro and sis bisa baca ceritanya di s .id/panbrothersplbk)
Namun ekuitas negatif ini hanya berlangsung 1 kuartal saja. Secara “ajaib”, ekuitas PBRX kembali ke angka positif USD 147 juta (+/- Rp 2,3 Triliun) per laporan keuangan kuartal 1 2025, meski ini hanya sekitar setengah dari ekuitas PBRX di tahun 2023 yaitu positif USD 330 juta (sekitar Rp 5 Triliunan). Ada apa? Jawabannya karena adanya putusan PKPU yang efektif dijalankan 3 Januari 2025, dimana dalam putusan tersebut ada sebagian hutang PBRX yang akan dikonversi jadi ekuitas, dan sisanya dijadwalkan ulang waktu pembayaran maupun bunga yang dikenakan. Disebut akan, karena formatnya (saat tulisan ini dibuat) masih dalam bentuk Obligasi Wajib Konversi (OWK), sehingga ini menyebabkan adanya pos baru di ekuitas yaitu komponen ekuitas lainnya, yang berasal dari OWK ini dan secara otomatis memperbaiki ekuitas PBRX jadi positif kembali.
Meski sudah mulai tercapai kesepakatan restrukturisasi yang baru, namun demikian kinerja PBRX masih terus menghadapi tekanan sejak 2023, dimana penurunan pendapatan masih harus dialami. Pada kuartal 1 2025 ini saja, PBRX masih menghadapi penurunan pendapatan dari USD 92 juta menjadi USD 51 juta (sekitar Rp 1,47 Triliun jadi Rp 810 Milyar). Meski ada kenaikan laba bersih akibat penyesuaian restrukturisasi yang baru, namun demikian PBRX menghadapi kerugian usaha USD 1,9 juta (versus keuntungan usaha di kuartal 1 2024 USD 5 juta atau dalam Rupiah rugi Rp 30 Milyar vs untung Rp 81 Milyar).
Kondisi ini, tentu saja, semakin membuktikan bahwa kondisi industri tekstil di Indonesia masih bermasalah dan sangat membutuhkan perhatian pemerintah untuk bisa mendukung mereka, di luar apa yang terjadi pada Sritex sekarang. Let's see ~
Bacaan menarik soal saham, investasi dan bisnis lainnya, cek Instagram, TikTok dan Threads @plbk.investasi, serta Twitter/X @plbkinvestasi. Cek juga tulisan lainnya di s. id / plbkrinaliando.
$SRIL $PBRX $BBNI
1/2
oleh ritel asal liat Q1 gak baca benar".. contoh $PBRX Q1 cuan gila, tapi nyatanya rugi dan banyak utang, nah ini $TOBA mirip Q1 minus hampir 1 T, tapi aslinya sebenarnya cuan, buktinya bisa bagi dividen. Logika aja klo perusahaan rugi segitu mana mau bagi Dividen.
banyak orang menyebut investasi itu tentang waktu, kalo kita simpan sampai 1 tahun baru itu namanya investasi, dan jika kita jual cuma dalam sebulan atau 2 minggu itu namanya trading dan itu judi,
pertanyaan saya jika saya analisa sebuah asset dan hasilnya asset tersebut sudah bottom dan murah, lalu kemudian dalam 3 minggu naik 50% apa saya ga boleh jual?
lalu kalo saya jual apa ga termasuk investasi? bukannya saya tau apa yang saya beli?
dan saya yakin saya beli diharga bawah!
jadi kenapa jika asset yang saya pegang dengan analisa yang benar tentang asset tersebut jika naik kencang hanya dalam 3 minggu kemudian saya jual malah disebut judi?
jadi maksudnya saya harus tahan sampai bertahun tahun dan merelakan gain 50% tersebut?
membingungkan bukan.
$IHSG $AREA $PBRX
@Kinadzim
nah sekarang terbukti $PBRX Pandai menggocek menyulap Lapkeu
persis info yang saya dapat ketika mampir ngopi di sana 🤭
$PBRX konpersi/refinancing makanya lap keu jadi sedikit +++
.
okei kalo begitu maumu *Dir awak tak cepak2 buyback...
#nyawa9naga iki... asli #lekapiktenan
$PBRX
@musayidinniam sesuai psak 71 : jika terjadi modifikasi substansial atas liabilitas keuangan ( termasuk pengurangan utang atau bunga - haircut) maka
-selisih antara nilai tercatat hutang lama dan imbalan yang dibayar ( termasuk nilai wajar dari liabilitas baru) diakui dalam laba rugi
Cek ke chat gpt aja yah detailnya
Contoh emiten lain yang melakukan ini $STRK