Volume
Avg volume
Panca Budi Grup didirikan oleh Djonny Taslim pada tahun 1979 dan mengawali kariernya sebagai pedagang umum yang mendistribusi produk jadi kantongan plastik berbahan baku PP, HDPE, dan PE. Pada tahun 1990, Djonny Taslim mendirikan Perseroan untuk memproduksi dan mendistribusikan produk jadi kantongan plastik. Perseroan mulai beroperasi secara komersial dengan memproduksi kantongan plastik pada tahun 1991. Pada tahun 2003, Perseroan mendapat sertifikat ISO 9001 untuk manajemen proses produksinya. Perseroan adalah perusahaan terpadu yang memproduksi dan mendistribusi barang plastik kemasan. Kegiatan usaha Perseroan mencakup mu... Read More
PANGGILAN BUAT EMAK-EMAK atau IRT
Ada emak-emak atau IRT disini?
Sini Mak....anakmu ini mau membisikkan sesuatu...hihihi
Berawal dari komentar di sosial media, kami merenung bahwa apakah emak-emak sebaiknya trading atau investing?
Jika trading bagaimana caranya
Jika investing, tipe apa yang paling pas
Di artikel ini, kami menyarankan emak-emak sebaiknya mengambil dividen investing dulu
Berarti enggak boleh trading? Boleh banget
Berarti enggak boleh IPO investing? Boleh juga
Tapi emak-emak wajib tau kenapa kok harus mulai dari dividen investing
1. Belajarnya tidak ribet apalagi ada komunitas yang siap support
2. Waktunya ringkas karena cuma menganalisa per 3 bulan
3. Tidak membuat panik, tidak membuat bingung, dan tidak serba salah
4. Fokus di bisnis atau kerja bukan di sahamnya
5. Bisa tetap menjadi benteng bagi keluarga
Penjelasan lebih detail dari masing-masing poin bisa dibaca di artikel
https://cutt.ly/OrO51Eli
Join Komunitas Dividen Investing
https://cutt.ly/qrO51EAO
Tag dividen stock yang produknya bisa dibeli emak-emak
$PBID $TOTO $LPPF
Berdasarkan data dari screener stockbit, rasio terhadap revenue dari total agregat 971 secara annual adalah sbb:
*Revenue: 100%
*COGS: 63,68%
*Operating Expenses: 19,28%
*Tax Expenses: 3,38%
*Others (Probably Income to Minority Interest + Non Operating Income): 2,56%
*Net Income: 11,13%
Dengan demikian, fokus investor dalam menganalisa income statement harus ke bagian yang persentase nya besar, yaitu revenue dan COGS.
Revenue yang walaupun meningkat sedikit saja secara nominal, dengan nominal variabel lain tidak berubah, akan meningkatkan net income secara signifikan. Contoh:
Revenue naik 5% dari Rp 100 menjadi Rp 105
COGS tetap Rp 63,68 (% of revenue jadi 60,65%)
Opex tetap Rp 19,28 (% of revenue jadi 18,36%)
Tax tetap Rp 3,38 (% of revenue jadi 3,22%)
Others tetap Rp 2,56 (% of revenue jadi 2,44%)
Net Income akan naik dari Rp 11,13 menjadi Rp 16,10 atau growth sebesar 44,92% (% of revenue jadi 16,10%)
Dari COGS juga sama, penurunan sekian persen saja, dengan variabel lain tidak berubah, akan memberikan dampak ke net income secara signifikan. Contoh:
Revenue tetap Rp 100
COGS turun Rp 2 dari Rp 63,68 menjadi Rp 61,68 (% of revenue jadi 61,68%)
Opex tetap Rp 19,28 (% of revenue 19,28%)
Tax tetap Rp 3,38 (% of revenue 3,38%)
Others tetap Rp 2,56 (% of revenue 2,56%)
Net Income akan naik dari Rp 11,13 menjadi Rp 13,10 atau growth sebesar 17,70% (% of revenue jadi 13,10%)
Tentunya skenario ekstrim di mana hanya 1 variabel yang berubah dan variabel lain tetap konstan hampir tidak mungkin terjadi di dunia nyata. Namun, ini tetap tidak mengurangi signifikansi perubahan revenue dan COGS terhadap net income. Idealnya, investor akan mengincar perusahaan yang mampu meningkatkan revenue sembari mengurangi COGS agar terdapat multiplier effect yang luar biasa terhadap net income.
Skenario 1 umumnya dapat dijumpai pada bisnis dengan pricing power atau bisnis komoditas yang siklikal dengan harga sedang tinggi. Skenario 2 umumnya dapat dijumpai pada bisnis dengan economic of scale atau bisnis yang harga bahan bakunya siklikal dengan harga sedang murah. Kombinasi keduanya adalah skenario idaman, bisnis dengan pricing power dan efisiensi.
Semoga bermanfaat!
$JPFA $PBID $SIDO
Cash burning company: Sebuah kondisi yang menyimpan banyak cerita
Bayangkan sebuah mobil mewah dengan cat yang berkilau dan mesin yang bertenaga. Sayangnya tidak peduli sehebat apa mesinnya, mobil itu takkan melaju jika bensinnya habis.
Bagi suatu perusahaan, cash flow adalah bensin bagi bisnisnya. Tanpa adanya asupan cash flow, perusahaan tidak akan dapat beroperasi dengan sempurna. Sebagus apa pun produknya, secanggih apa pun teknologi yang dimiliki, atau setinggi apa pun angka laba yang dipajang di laporan keuangan, tanpa arus kas yang sehat, sebuah bisnis hanya menunggu waktu untuk tersandung.
Jika suatu perusahaan menghabiskan uang lebih cepat daripada kemampuannya untuk menghasilkan uang dari bisnisnya maka perusahaan tersebut dikatakan melakukan cash burning atau meminjam pepatah lama, lebih besar pasak daripada tiang. Sama seperti kita juga, apabila pengeluaran lebih besar daripada pemasukan, maka kita akan mendapatkan masalah di kemudian hari.
Terdapat dua indikator yang memberikan petunjuk tentang kekuatan napas sebuah bisnis, yaitu operating cash flow dan working capital.
- Operating cash flow (OCF) mencerminkan kemampuan operasional perusahaan dalam menghasilkan arus kas. Operating cash flow adalah indikator riil apakah bisnis menghasilkan uang dari aktivitas utamanya.
- Working capital (WC) = current assets - current liabilities mengukur likuiditas jangka pendek dan kesehatan keuangan perusahaan.
Perusahaan yang laba bersihnya positif belum tentu operating cash flow-nya juga positif. Pendapatan dicatat ketika terjadi penjualan. Namun apabila pembayarannya secara kredit, tidak ada cash flow yang masuk. Penjualan tersebut akan tercatat ke dalam account receivable (piutang usaha) dan tidak menambah cash flow.
Sebagai contoh katakanlah perusahaan membukukan penjualan secara kredit sebesar Rp 10 miliar. Setelah dikurangi dengan segala macam biaya, didapatkan laba bersih sebesar Rp 1 miliar. Perusahaan akan mencatat laba bersihnya adalah sebesar Rp 1 miliar. Karena penjualannya secara kredit, maka tidak ada cash flow yang masuk. Kasus tersebut memang cukup ekstrim karena biasanya tidak semua penjualan dilakukan secara kredit. Meskipun begitu, kita mengetahui bahwa laba bersih yang tinggi tidak menjamin bahwa cash flow perusahaan sehat. Analisis terhadap cash flow akan membantu kita untuk mendeteksi apakah suatu perusahaan berpotensi menjadi cash burner.
Aspek lainnya yang dapat membantu kita untuk mendeteksi adanya cash burning adalah working capital. Working capital adalah selisih antara current asset dengan current liabilities atau biasa disebut dengan modal kerja. Idealnya, suatu perusahaan memiliki working capital positif yang memberikan indikasi bahwa perusahaan tersebut akan mampu memenuhi seluruh kewajiban jangka pendeknya. Perusahaan yang memiliki working capital negatif tentu saja harus berusaha untuk mencari dana segar untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Sumber dana yang paling sehat tentu saja adalah operating cash flow.
Berdasarkan operating cash flow dan working capital, kita dapat mengkategorikan perusahaan menjadi empat jenis:
1. Operating cash flow (+) dan working capital (+) Aman namun bisa berubah jadi berbahaya
Emiten dengan kondisi ini umumnya bisa dikategorikan aman. Working capital yang positif mengindikasikan perusahaan dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan baik. Jika dikombinasikan dengan operating cash flow yang positif, perusahaan akan bisa terus menambah posisi kasnya dari waktu ke waktu. Namun tentu saja kita tetap harus memantau investing cash flow dan financing cash flow yang mempengaruhi keseluruhan cash flow dan banyak dipengaruhi oleh kebijakan perusahaan tentang pembiayaan modal rencana ekspansinya.
Case - $PBID (LK FY 2024)
Operating cash flow: +500 miliar
Working capital: +1,7 triliun
Dengan operating cash flow dan working capital yang positif, likuiditas PBID terlihat cukup aman. Walaupun begitu bukan berarti tidak ada ancaman yang bisa mengubahnya. PBID berada di industri plastik yang bisa terdampak regulasi lingkungan, harga bahan baku, dan tren pengurangan penggunaan plastik.
2. Operating cash flow (-) dan working capital (+) Potential cash burner
Working capital yang positif memberi ruang bernapas untuk sementara walaupun operating cash flow negatif. Oleh karenanya, kita juga harus mencari tahu dan memantau apakah operating cash flow akan bisa berbalik positif di masa mendatang. Jika terus menerus negatif, lama kelamaan working capital akan terus menurun dan menjadi negatif sehingga perusahaan akan menjadi cash burner.
Case - $BUKA (LK FY 2022)
Operating cash flow: -632 miliar
WC: +Rp 21 triliun
BUKA burning money agar bisa meningkatkan pangsa pasar dengan didukung oleh modal kerja yang positif sebagai hasil dari IPO. Problemnya adalah belum cukup besarnya skala ekonomi ditambah dengan monetisasi yang masih lemah di tengah kompetisi yang sangat ketat menyebabkan operating cash flow negatif.
Kabar baiknya, jika kita pantau dari waktu ke waktu terlihat bahwa operating cash flow terus membaik.
2021: -1.409 miiar
2022: -632 miliar
2023: +41 miliar
2024: +331 miliar
Sementara itu, walaupun terus menurun, working capital BUKA konsisten bernilai positif. Jika kita perhatikan lebih lanjut, menurunnya working capital diakibatkan oleh agresivitas BUKA dalam menambah investasinya (Allo Fresh Indonesia, Belanja Online Streaming, Irresbonavenue Selaras Sukses, dll).
Pertanyaannya tentu saja: Apakah investasi BUKA akan memberikan keuntungan yang memuaskan? Waktu yang akan menjawabnya.
3. Operating cash flow (+) dan working capital (-) Bisa jadi indikasi awal pemulihan
Pada beberapa kasus, kondisi seperti ini memang bisa menjadi tanda-tanda pulihnya bisnis.
Case - PTSP (LK FY 2024)
OCF: +83 miliar
WC: -22 miliar
Pandemi yang terjadi pada tahun 2020 memang merontokkan kinerja PTSP. Operating cash flow terus menukik ke bawah dan menyeret working capital yang sebelumnya positif (meskipun tipis) ke zona negatif.
Namun kondisi ini tidak berlangsung lama. Pada kuartal ketiga tahun 2020, operating cash flow PTSP mulai meningkat kembali sehingga working capital-nya juga mulai meningkat. Apakah working capital akan bisa bernilai positif di masa mendatang?
Yang harus diwaspadai, mengingat persaingan bisnis fried chicken semakin ketat dengan hadirnya para pemain baru di berbagai segmen, tren ini bisa berubah dengan cepat jika PTSP tidak bisa melakukan diferensiasi produk dan layanannya.
Catatan: Analisis akan bisa sangat berbeda jika suatu perusahaan memiliki model bisnis tertentu dengan kas masuk yang cepat dan kontinyu. Kondisi ini menyebabkan perusahaan bisa mempertahankan working capital negatif. Sebagai contoh, kita bisa melihat fenomena ini pada beberapa perusahaan telco.
4. Operating cash flow (-) dan working capital (-) Kondisi berbahaya yang tidak boleh berlangsung terus menerus
Case - $GMFI (LK FY 2020)
Operating cash flow: -USD 116 juta
Working capital: -USD 171 juta
Bisnis GMFI di industri penerbangan juga sangat terpukul oleh Pandemi. Frekuensi penerbangan yang merosot tajam akibat PSBB menyeret turun kinerja GMFI. Operating cash flow dan working capital yang positif pada tahun 2019 langsung berubah 180 derajat pada tahun 2020. Walaupun sudah menambah pendanaan melalui pinjaman serta menekan akitivitas investasi, operating cash flow yang negatif menyebabkan kas GMFI merosot drastis dari USD 28 juta pada tahun 2019 menjadi hanya USD 9 juta pada tahun 2020. Tak ayal hal ini menyebabkan working capital GMFI memasuki zona negatif.
Walaupun sejak tahun 2021 operating cash flow mulai membaik dan konsisten bernilai positif, GMFI masih belum bisa mengembalikan working capital ke teritori positif hingga tahun 2024. Walaupun begitu, apakah dengan tren operating cash flow yang selalu bernilai positif akan mengubah kondisi ini?
Disclaimer: Tulisan ini adalah media edukasi dan bukan ajakan untuk membeli atau menjual suatu saham. Segala kerugian sebagai akibat dari penggunaan informasi pada tulisan ini bukan menjadi tanggung jawab penulis.
"$MNCN $PBID $PTRO
Jumat, 11 Juli 2025
#Disclaimer On & Do Your Own Research
#Sebaiknya Jangan Gegabah
Lot.Beli = -(MauLossRp)/[(SL - E) * 100]"
1/3
Jual $PBID pas cumdate, megang dah hampir setahun waktu itu. Pas Exdate serok lg. Nikmatnyeu dunia 🚬
@bilmltzm produk kemasan plastik akan kontinyu terus dipake, kesempatan serok selot- selot saat nyelem di $ASPR...resiko tanggung sendiri. emiten ini saingannya $PBID yg rutin bagi dividen
@Rolandlay18 pake metode komparasi saja. jangan ikut ipo karena pengen disedekahi bandar. misal $ASPR dengan $PBID , $PSAT dengan nely dan seterusnya. ini jelas ada mekanismenya,kalo di game worth to play. karena kalo keseringan pake feelingmologi dan sedekahmologi otaknya bisa rusak,jadi peminta2 atau jadi mental judi.
📦 Potensi Besar Industri Kemasan Plastik
Pasar kemasan plastik di Indonesia terus bertumbuh!
🔍 Proyeksinya?
Tahun 2025, ukuran pasar kemasan plastik bakal tembus USD 10,47 miliar, dan terus tumbuh sampai USD 14,45 miliar di 2030. CAGR-nya? Cukup sehat di 6,65%.
Tapi yang paling menarik ada di segmen kemasan fleksibel (flexible packaging)—jenis kemasan yang lentur, ringan, dan sering kita lihat di produk sehari-hari kayak snack, sachet kopi, hingga kantong belanja.
📈 Segmen ini diprediksi:
Capai USD 4,58 miliar di 2025
Tumbuh hingga USD 5,77 miliar di 2030 (CAGR 4,75%)
Kantong fleksibel kuasai 36% pasar (2024)
Film fleksibel tumbuh tercepat: ~6%/tahun sampai 2029
🎯 Apa hubungannya dengan saham?
Salah satu emiten yang langsung kecipratan “angin tailwind” dari tren ini adalah PBID (PT Panca Budi Idaman Tbk). Mereka fokus di produk plastik fleksibel—termasuk kantong plastik yang lagi-lagi jadi pemimpin pasar.
Jadi kalau kamu cari saham dengan:
Industri yang tumbuh konsisten
Produk yang “top of mind” di keseharian masyarakat
Posisi pasar yang solid
PBID bisa jadi salah satu yang menarik buat masuk watchlist.
Tapi seperti biasa, selalu DYOR ya (do your own research).
Karena data industri itu petunjuk, bukan jaminan. 😉
$PBID $TSPC $MYOR
Saya yakin fabula dalam adagium ini menjadikan arsis terhadap kuin dan epifora pada setiap paragraf yang Pak Bamzat jewantahkan. Sayangnya parameter yang dilihat merupakan analogi enjambemen dengan nuansa fiksi yang gemawan.
Saya harap terjadi dialog yang progresif dalam membina kakofoni heptameter narasi anda sendiri. Karena kalau tidak, peran larik dan distikon yang banal tak terjadi dalam narasi ini. Sehingga yang diharapkan akan adanya dekontekstualisasi malah jadi ironi.
Pak Bamzat, tulisan ini mengandung prosenium tipis yang seharusnya dapat lebih menuju ke titik karmina. Sayangnya, kenadiran kilas balik pada jarak estetik tidak menghadirkan kesinambungan rima yang membentang.
Semoga komentar saya ini menjadi monodi bagi semua pembaca yang mengharapkan asonansi dan kematraan estetika mendalam dari tulisan Pak Bamzat.
$IHSG $ARNA $PBID
Dividen Per Share $PBID
2020 = 15
2021 = 25
2022 = 27.5
2023 = 25
2024 = 40
2025 = 55
DPS growth CAGR = 29.7%
Price growth CAGR = 17.5%
Total return CAGR (no reinvestment) = 25%++
Tentu return segini hanya bisa didapat jika Stay Invested.
Saham paling cocok untuk spekulasi pasti untung!
CDIA datang sebagai pendatang yang sudah disiapkan untuk cuan, berasal dari grup konglomerasi terkenal dan hebat menjadi alasan saham ini layak untuk di perhatikan.
menurut saya pribadi saham ini akan berpotensi naik +35% di hari ia listing, sehingga sangat mudah untuk mendapatkan uang dari ipo company ini. buat yang mau tau alasannya silahkan check video youtube di bawah. Thanks me later!
Link: https://cutt.ly/nrTyNgcG
$CAMP $PBID $ACES
$RALS. $ITMG $PBID
Kisah sang tukang bebersih pompa bensin
Ronald Read di saham bisa diringkas sebagai strategi investasi jangka panjang super sederhana, tapi sangat disiplin dan konsisten. Ronald Read adalah seorang tukang pompa bensin dan petugas kebersihan yang mengejutkan dunia saat meninggal tahun 2014 dengan kekayaan lebih dari $8 juta USD, hampir seluruhnya dari investasi saham yang sangat konservatif.
Berikut taktik dan prinsip utama Ronald Read dalam saham:
✅ 1. Beli Saham Perusahaan Besar, Stabil, dan Terkenal
Ia hanya membeli saham perusahaan blue chip seperti:
• Procter & Gamble
• Johnson & Johnson
• General Electric
• Colgate-Palmolive
• AT&T
• Wells Fargo
📌 Ini adalah perusahaan dengan model bisnis kuat, sejarah panjang, dan bertahan dalam berbagai krisis.
✅ 2. Pegang Saham Sangat Lama (Buy and Hold)
Ronald Read nyaris tidak pernah menjual sahamnya, bahkan ketika krisis besar seperti:
• Crash 1987
• Dotcom bubble 2000
• Krisis finansial 2008
➡️ Ia reinvestasi dividen dan membiarkan portofolio tumbuh perlahan selama puluhan tahun.
✅ 3. Fokus ke Saham yang Membayar Dividen
Dia sangat menyukai dividend-paying stocks, karena:
• Memberi penghasilan pasif
• Bisa di-reinvestasikan
• Menandakan perusahaan sehat
📈 Bahkan banyak sahamnya meningkatkan dividen dari tahun ke tahun (dividend aristocrats).
✅ 4. Investasi Konsisten & Disiplin
• Meskipun penghasilannya kecil, ia selalu menyisihkan uang untuk beli saham, sedikit demi sedikit.
• Tidak pernah mencoba “time the market” atau ikut spekulasi.
• Tidak pernah mengejar saham “trending” atau hype.
⸻
✅ 5. Gaya Hidup Hemat = Bisa Investasi
• Hidup sangat sederhana
• Tidak boros
• Semua surplus dialihkan ke investasi
💡 Prinsipnya: Bukan berapa yang kamu hasilkan, tapi berapa yang bisa kamu simpan dan tanam untuk masa depan
Jelang akhir Juni menjadi pertanda akhir pesta saham dividen. Namun, dari sini, kita bisa mulai berburu saham dividen jumbo yang punya yield menarik. Siapa saja?
Biasanya, saham dividen yield jumbo akan mengalami koreksi signifikan saat periode ex-dividen.
Ex-date dividen adalah periode jika kamu jual sahamnya masih dapat hak dividen, sedangkan jika beli sudah tidak dapat hak dividen.
Dengan begitu, ada potensi anomali harga yang lebih murah saat periode ex-date dividen dari saham-saham dengan dividen jumbo tersebut.
Kalau baru ngejar saham dividen jumbo saat pengumuman atau jelang cum-date biasanya sudah agak pucuk. Pilihannya cuma jual pendek atau nyangkut lama di saham tersebut?
Lalu, apa saja saham-saham dividen yang lagi diskon dan prospek sahamnya? simak selengkapnya di sini: https://cutt.ly/DrRuykgs
$PTBA $TPMA $PBID
"There are no prizes for frenetic activity. Rather, investing is mostly a matter of waiting for these rare moments when the odds of making money vastly outweigh the odds of losing it." (Charlie Munger)
$EAST $PBID
4 Waktu Membeli Saham Yang Tepat Bagi Dividen Investor
Dividen investing merupakan aliran investasi yang fokus dengan dividen yield tinggi dan akan terus mengumpulkan lot saham yang dimaksud agar saat usia tua nanti bisa hidup dengan dividen.
Salah satu momen yang ditunggu oleh para dividen investor adalah saat harga saham turun karena adanya market risk yaitu penurunan harga saham karena sentimen atau isu yang ada di luar perusahaan.
Namun ternyata sebagian dividen investor bingung kapan sebaiknya membeli saham?
Apakah fokus dengan harga wajar?
Atau cukup fokus dengan penurunan di atas 10%?
Atau malah ada tips lain?
Stock Guide menulis ada 4 waktu dimana sebagai dividen investor bisa mengumpulkan lot
1. Penurunan di atas 10% atau 15%
2. Memperbesar MOS
3. Harga psikologis
4. Harga dividen yield
Untuk penjelasan lengkap bisa klik https://cutt.ly/MrEGQ1dT
Join Komunitas Dividen Investing terbesar
Klik https://cutt.ly/arEGQ1uC
Tag $ITMG $PBID $BMRI
Capital-light vs Capital Heavy Business Model.
Penilaian terhadap model bisnis adalah bagian penting dari analisis kualitatif. Bisnis yang berbeda membutuhkan jumlah modal yang berbeda untuk beroperasi. Kita ambil contoh NextEra Energy, salah satu perusahaan utilitas energi terbarukan terbesar di US. Bisnis ini menghasilkan laba bersih 7,5 milyar dollar dari pendapatan 27 milyar dollar. Namun, free cash flow nya negatif, yaitu 14,8 milyar dollar. Ini terjadi karena bisnis ini memiliki intensitas modal yang sangat tinggi, membuatnya sangat padat modal. NextEra adalah contoh ekstrim dari bisnis capital-heavy dengan perbandingan capex to revenue lebih dari 100%. Laporan laba rugi tidak mencakup belanja modal sehingga kita hanya melihat keuntungan secara akuntansi. Namun, sebagai investor, kita ingin mengetahui cash profit. Bagaimanapun, cash profit inilah yang dapat diinvestasikan kembali atau dikembalikan oleh perusahaan kepada pemiliknya. Bisnis dengan modal tinggi biasanya memiliki kesenjangan yang lebih lebar antara laba bersih dan arus kas bebas. Konsep ini disebut cash conversion. Tentunya, kita ingin laba bersih sebanyak mungkin terkonversi ke FCF, idealnya lebih dari 100%.
Di sisi lain, perusahaan layanan data keuangan MSCI Inc. menghasilkan laba bersih 1,17 milyar dollar dari pendapatan 2,6 milyar dollar, dan mengonversi lebih dari 100% laba bersih menjadi FCF. Inilah yang disebut dengan bisnis capital-light, di mana hampir tidak membutuhkan capex untuk menjalankan dan menumbuhkan bisnis (capex di bawah 1% revenue). Sebagai catatan, setelah menghitung persentase capex terhadap revenue, kita harus mengestimasi berapa dari capex tersebut yang masuk sebagai maintenance capex dan mana yang termasuk growth capex. Hal ini karena tidak semua perusahaan secara detail menginformasikan proporsinya.
Kesan sekilas, bisnis capital-heavy tampaknya merupakan pilihan yang lebih buruk, namun mari kita lihat dari sisi positifnya. Bisnis capital-heavy cenderung menguntungkan pemain besar, memungkinkan mereka untuk mempertahankan posisi pasar mereka dengan lebih mudah. Pesaing baru tidak dapat masuk tanpa menginvestasikan banyak uang, yang kemungkinan sulit diperoleh terutama di kondisi suku bunga tinggi. Seringkali, membeli banyak tanah, membangun banyak pabrik, toko ritel, atau data center bukanlah pilihan yang layak, sehingga mampu mencegah pesaing baru untuk berkompetisi.
Sisi negatifnya, bisnis capital-heavy membutuhkan banyak modal untuk dijalankan, terutama untuk maintenance seperti mengganti atau memperbaiki infrastruktur, mesin, server, atau apa pun yang sudah diinvestasikan sejak awal. Ini akan mengurangi free cash flow sehingga mengurangi jumlah modal tersisa yang dapat diinvestasikan kembali ke bagian lain dari bisnis atau untuk dikembalikan kepada shareholders. Bisnis-bisnis ini juga dapat terlihat murah jika hanya melihat rasio EV/EBITDA atau P/E. Karena biaya penyusutan yang besar, EBITDA biasanya ada di level tinggi, dan rasio P/E tidak memperhitungkan capex atau tingkat utang tinggi yang sering menyertainya. Kita harus selalu memikirkan cash conversion karena kita tidak hanya menginginkan keuntungan akuntansi saja, melainkan keuntungan berupa arus kas riil.
Benefit dari bisnis capital-light adalah kebutuhan maintenance capex-nya yang rendah. Ini berarti mereka biasanya memiliki tingkat cash conversion yang tinggi, sehingga arus kas bebas yang banyak dapat diinvestasikan kembali dalam bisnis ataupun dikembalikan kepada shareholders. Di sisi lain, kelemahannya adalah pesaing baru dapat dengan mudah memasuki kompetisi karena kebutuhan investasi di muka dan kebutuhan modal yang tidak besar. Oleh sebab itu, perusahaan yang ringan modal membutuhkan keunggulan kompetitif yang jelas dalam merek, teknologi, atau efek jaringan mereka untuk menonjol, mempertahankan, dan menumbuhkan pangsa pasar mereka.
Sekilas mengenai cash conversion cycle (CCC) yang mana merupakan konsep penting dalam menilai bisnis. Ini adalah metrik yang mengukur seberapa cepat perusahaan dapat mengubah produknya menjadi penjualan dan kemudian arus kas. Rumusnya adalah days of inventory + days of sales outstanding – days of accounts payable. Siklus CCC yang lebih pendek berarti modal kita ‘terikat’ untuk waktu yang lebih singkat. CCC negatif berarti supplier pada sebuah bisnislah yang membiayai investasi bisnis bersangkutan (supplier dibayar setelah perusahaan berhasil mengubah produknya menjadi arus kas). Perusahaan capital-heavy sering kali memiliki CCC yang lebih panjang. Mereka seringkali membutuhkan tingkat inventory yang signifikan dan memiliki siklus penjualan yang panjang. Sedangkan pada bisnis capital-light, CCC lebih singkat atau bahkan bisa negatif. Tentu saja, kedua model bisnis tersebut dapat memanfaatkan siklus hutang usaha yang panjang untuk memperbaiki siklus konversi kas mereka, terutama ketika perusahaan memiliki bargaining power terhadap suppliernya.
Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Ernst & Young terhadap perusahaan-perusahaan konstituen S&P 500 pada tahun 2021, mereka menemukan bahwa perusahaan capital-light mengungguli peer group mereka yang capital-heavy selama lima tahun terakhir sebesar 4% dalam hal Total Shareholders Return (TSR). Bisnis yang ideal hampir tidak membutuhkan modal untuk tumbuh sambil menumbuhkan keunggulan kompetitifnya dan menginvestasikan kembali kelebihan uang tunainya dengan ROIIC tinggi atau mengembalikannya kepada pemegang saham. Namun, pada kenyataannya sangat sedikit yang mendekati bisnis yang ideal dan jika ada seringkali harganya sangat mahal (MSCI Inc tadi adalah contoh bisnis yang sangat baik).
Perusahaan capital-heavy dapat memiliki moat yang kuat dan berkembang. Idealnya, mereka hanya partially asset-heavy, di mana pada suatu titik mereka berinvestasi besar dan kemudian menuai hasilnya bertahun-tahun ke depan saat investasi mereka berbuah tanpa perlu lagi menghabiskan capex besar. Kinerja Amazon setelah investasi capex senilai 250 milyar dollar yang mencengangkan sejak pandemi Covid melanda adalah contoh yang baik. Yang menjadi rumit adalah perusahaan dengan persyaratan maintenance capex rutin yang besar, yang kemudian memakan sebagian besar arus kas yang dapat dikembalikan kepada pemilik. Bisnis jenis ini harus dihindari dalam banyak kasus. Adalah penting bagi investor untuk meningkatkan kesadaran dan mempelajari intensitas modal dari setiap perusahaan yang mereka pantau. Pada akhirnya, bisnis hebat dapat ditemukan di kedua sisi spektrum, dan kita harus dapat memutuskan pilihan sendiri.
Link study E&Y: https://cutt.ly/DrEmMel2
Semoga bermanfaat!
$TOTL $PBID $IPCC