Volume
Avg volume
PT Andalan Perkasa Abadi Tbk didirikan dengan nama PT Gatra Wibawa Sejati berdasarkan Akta No. 157 tanggal 27 Februari 2014. Nama tersebut kemudian berubah menjadi PT Ayana Land International Tbk pada tahun 2016. Kemudian pada tahun 2020, Perseroan kembali melakukan perubahan nama menjadi PT Andalan Perkasa Abadi Tbk. Bidang usaha Perseroan adalah pembangunan properti dan perhotelan. Perseroan mengutamakan daerah wisata untuk proyek berkelanjutan, seperti perumahan di Cilejit, dan Hotel di Bali. Sedangkan, untuk hunian vertikal dan landed house, wilayah proyek yang dipilih dan dikelola Perseroan dekat dengan akses transportasi ... Read More
$NASA LK Q1 2025: Bukan Bisnis Roket Amerika
Permintaan salah satu user Stockbit bukan di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Kalau dengar harga saham NASA di 16 rupiah, refleks pertama pasti mikir ini saham nyangkut atau saham roket saingan Elon Musk? Tapi pas buka laporan keuangannya per Maret 2025, ceritanya lebih sangar dari sekadar roket Elon Musk. Di balik angka kecil itu ternyata tersembunyi bisnis real-estate berbasis aset triliunan, hotel butik di Bali, dan model usaha konservatif tapi penuh jebakan likuiditas. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
PT Andalan Perkasa Abadi Tbk (d/h Ayana Land International) berdiri tahun 2014, sempat ganti nama 2020, dan sejak itu fokus utamanya adalah real-estate development dan hospitality. Pemegang saham pengendali adalah PT Sinar Cemerlang Jayaraya dengan porsi 42,7%, sisanya dimiliki publik. Saham beredar 11 miliar lembar. Perusahaan punya dua ujung tombak yaitu jual beli kavling tanah (real-estate) dan hotel butik yang beroperasi di Bali. Anak usaha mereka seperti API, MBJ, AI, dan AHI menangani berbagai fungsi dari pembebasan lahan, pemecahan, pengurusan izin, hingga operasional hotel.
Model bisnisnya cukup jelas yaitu mereka beli lahan dalam bentuk mentah, parkir di neraca sebagai uang muka pembelian, lalu setelah dipecah-pecah dan dapat izin, kavling dijual ke pembeli akhir. Revenue dari tanah ini sangat besar, tetapi bersifat tidak berulang. Sekali transaksi kavling selesai, langsung tercatat sebagai pendapatan—tanpa arus kas jika pembeli belum lunas. Inilah sumber utama mismatch antara laba dan cashflow. Pendapatan diakui Rp2,70 miliar di Q1/2025, tapi kas dari pelanggan hanya masuk Rp818 juta, alias cuma sepertiganya. Sementara itu, biaya tetap jalan seperti gaji, kontraktor, dan lain-lain. Hasilnya? CFO minus Rp699 juta. Ini bukan sekali dua kali. Dua tahun berturut-turut NASA mencatat laba bersih tapi arus kas operasionalnya tekor. Ini red flag klasik untuk perusahaan yang agresif dalam pengakuan revenue tapi belum terima uang tunai. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dari sisi kinerja laba, mereka memang mencetak untung Rp1,27 miliar di kuartal ini—turun 33% dari tahun lalu. Tapi 82% dari laba ini disumbang oleh penjualan kavling. Hotel hanya menyumbang 18%, walau margin-nya lumayan bagus. Tapi tetap saja, bisnis hotel ini belum jadi penyangga yang cukup kuat saat penjualan tanah melambat. Margin kotor perusahaan tinggi: 83%, karena tanah yang mereka jual masih berdasarkan nilai historis yang sangat murah. Inilah salah satu hidden gem utama NASA, land bank mereka besar dan dinilai dengan harga lama. Di atas kertas, mereka punya persediaan tanah Rp630 miliar dan uang muka pembelian lahan Rp330 miliar. Semua ini kemungkinan besar undervalued jika dibandingkan dengan harga pasar sekarang.
Tapi jangan buru-buru kagum. Real-estate itu ilusi kalau tidak dikonversi jadi uang tunai. Tanah tak bergerak tak bisa bayar gaji. Apalagi liabilitas lancar mereka tetap butuh diselesaikan. Meskipun secara struktur modal NASA tergolong sehat, utang bank nyaris nol, liabilitas total hanya Rp31,6 miliar dari total aset Rp1,12 triliun, tapi mayoritas aset mereka tidak likuid. Uang kas hanya Rp67 miliar, jadi kalau beberapa kuartal ke depan masih minus CFO, likuiditas bisa seret. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau bicara soal transaksi pihak berelasi, laporan ini tidak mencatat hal mencurigakan. Tidak ada ketergantungan ke satu vendor atau satu pelanggan. Komposisi revenue juga tidak berasal dari afiliasi yang bisa jadi indikasi manipulasi laba. Beban usaha dan gaji manajemen juga wajar: total gaji direksi dan komisaris Rp473 juta per 3 bulan, untuk perusahaan dengan aset triliunan ini relatif kecil dan tidak jomplang.
Kelebihan utama NASA adalah tanpa utang, margin tinggi, land bank besar, dan operasional hotel sudah menunjukkan pemulihan. Kekurangan terbesarnya adalah labanya masih di atas kertas karena belum dibarengi kas nyata, revenue tidak berulang, dan potensi value trap dari goodwill Rp42 miliar yang belum diuji impairment secara transparan. Persediaan tanah itu juga bisa jadi blessing atau beban, tergantung bisa dijual atau tidak. Kalau pasar properti stagnan, NASA bisa nyungsep dalam diam.
Market cap-nya cuma Rp176 miliar. Dengan ekuitas Rp1,087 triliun, maka PBV-nya cuma 0,16x, kelihatannya sangat rendah dan murah. Tapi karena laba tahunan hanya ~Rp4–5 miliar, P/E-nya di atas 30x. Jadi pasar memandang perusahaan ini bukan dari laba, tapi dari nilai tanah yang belum terealisasi. Cocok untuk investor yang sabar, mengerti timing properti, dan percaya pada potensi monetisasi lahan di masa depan.
Skenario ideal, jika NASA berhasil jual tanah secara rutin, CFO positif, hotel tumbuh dan jadi sumber recurring revenue. Maka valuasi bisa rerating ke PBV 0,4–0,5x dan harga saham bisa naik dua-tiga kali lipat. Skenario sebaliknya, jika tanah sulit dijual, biaya tetap jalan, goodwill perlu dihapuskan, dan saham tetap tidur di harga receh tanpa ada yang mau sentuh. Kalau diibaratkan, NASA itu seperti pemilik ruko mangkrak di jalan sepi, nilai bangunannya tinggi, tapi belum ada penyewa. Investor yang beli sekarang seperti spekulan tanah, bukan beli karena untung, tapi beli mimpi. Dengan harapan ada bandar yang mau goreng atau Backdoor. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau kita tarik garis merah dari berbagai peristiwa di pasar modal beberapa tahun terakhir, dari kasus reksadana yang mandek, IPO yang ajaib, sampai emiten yang pailit dalam waktu singkat, nama-nama yang muncul ternyata punya irisan yang cukup konsisten. Salah satunya adalah Ayana Land International Tbk, dengan kode saham NASA. Sekilas, NASA ini adalah perusahaan properti biasa yang IPO pada 2023. Tapi ketika kita bedah siapa saja yang duduk di balik layar dan riwayat mereka di emiten lain sebelumnya, muncul pertanyaan wajar, bukan TUDUHAN, tentang pola yang mirip dengan kasus-kasus sebelumnya seperti FORZ dan BOSS.
Ayana Land mencatatkan sahamnya di BEI dengan menawarkan 3 miliar saham baru dan mendapatkan sekitar Rp360 miliar dari pasar. Komisaris utamanya ketika IPO adalah Catur Prianto, sosok yang namanya mungkin tidak sepopuler Heru Hidayat atau Benny Tjokro, tapi kalau dilacak, jejaknya panjang. Ia pernah bekerja di PT Truba Jaya Engineering, PT Inti Agri Resources Tbk (IIKP), dan PT Gunung Bara Utama (GBU), semua perusahaan yang dalam beberapa tahun terakhir punya riwayat yang setidaknya patut diperhatikan. TRUBA pernah delisting dari IHSG, IIKP masuk radar karena kena masalah hukum di masa lalu, dan GBU adalah perusahaan tambang yang punya koneksi historis dengan Heru Hidayat (nama yang jadi tokoh sentral kasus Jiwasraya).
Lalu ada Elariska Sihaloho, komisaris independen di NASA. Di dokumen publik NASA sendiri disebut bahwa Elariska sebelumnya bekerja sebagai Finance & Accounting Supervisor di PT Forza Land Indonesia Tbk (FORZ) dari 2013 sampai 2016. FORZ ini sempat IPO di 2017, namun pada September 2022 dinyatakan pailit oleh pengadilan. Ironisnya, FORZ juga sempat menjadi penjamin untuk IPO-nya PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (BOSS), sebuah perusahaan tambang yang juga ternyata punya hubungan erat dengan nama-nama yang sama yaitu Freddy Setiawan dan David Alusinsing. Kedua nama ini pernah muncul di jajaran direksi dan komisaris FORZ maupun BOSS. Bahkan, FORZ sendiri sempat mendapatkan investasi dari Narada Asset Management sebesar 8,21%, yang kemudian diketahui adalah salah satu MI yang mengelola dana Jiwasraya.
Dan siapa pengelola Narada? Komisaris utamanya adalah Made Adi Wibawa, yang pada Mei 2025 ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejaksaan Tinggi NTT atas pengelolaan investasi Jamkrida yang diduga merugikan keuangan negara. Data ini bukan opini, bisa diakses di rilis resmi kejaksaan dan pemberitaan media arus utama. Selain itu, OJK juga secara terbuka menjatuhkan sanksi administratif sebesar Rp4,6 miliar kepada Narada pada Desember 2023 karena pelanggaran tata kelola reksadana. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kaitannya dengan Ayana Land bukan berarti langsung menyimpulkan ada penipuan atau korupsi. Tapi dari sisi investor, publik, dan regulator, sangat wajar untuk mempertanyakan pola, bagaimana bisa orang yang pernah bekerja di FORZ (yang pailit dan didanai oleh MI bermasalah), lalu muncul lagi di NASA? Apalagi, nama-nama seperti Freddy dan David juga masuk dalam struktur pemegang saham atau pengendali tidak langsung Ayana Land, sesuai dengan dokumen prospektus IPO yang bisa diakses melalui BEI.
Kalau kita teliti, pola yang muncul terlihat seperti ini skemanya:
Dana publik (via reksadana) → masuk ke FORZ → FORZ jamin BOSS → FORZ pailit → orang-orangnya muncul di NASA → NASA IPO lagi.
Semua peran ini bisa diverifikasi lewat data:
1. Prospektus IPO FORZ, BOSS, NASA (situs BEI & OJK),
2. Putusan kepailitan FORZ (PN Jakpus, 2022),
3. Data investasi Narada ke FORZ (LPSE & dokumen MI),
4. Sanksi OJK ke Narada (rilis OJK 8 Des 2023),
5. Status tersangka Made Adi Wibawa (Kejati NTT, Mei 2025).
Jadi, kita tidak menuduh NASA sebagai perusahaan bermasalah. Namun, publik berhak waspada ketika wajah lama muncul dalam format baru, apalagi jika rekam jejak sebelumnya penuh tanda tanya. Karena seperti kata pepatah investasi, “Kita tidak bisa menebak masa depan, tapi kita bisa menilai karakter dari sejarah.” Dan sejarah di pasar modal Indonesia sudah cukup sering menunjukkan bahwa skenario seperti ini jarang berakhir baik untuk investor publik.
Tapi perlu diingat jajaran komisaris dan direktur NASA yang sekarang sudah beda dengan jajaran komisaris dan direktur NASA ketika IPO. Belum tentu juga mereka ada hubungan langsung dengan Heru Hidayat. Belum tentu mereka terlibat langsung dalam skandal Jiwasraya dan Asabri. Ini bukan bermaksud menuduh atau menghujat. Hanya merangkai data riwayat masa lalu (gambar berita terlampir). Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ibarat mencari tahu mantan yang telah lama putus. Siapa tahu bisa CLBK.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$BREN $PANI
1/10
$NASA $PURA $ALTO
FYI,
✔️di tabel ini di urutkan harga tertinggi dan terendah posisi terakhir 9 Mei 2025
✔️fca kriteria 1 analisanya sangat simpel,, syarat keluar dari fca ini harga harus di maintenance kembali ke >51
✔️evaluasi 4x dalam setahun (akhir februari - akhir mei - akhir agustus - akhir november)
✔️jika emiten ingin kembali normal, maka perusahaan harus berbenah.. byk cara,, salah satunya aksi akuisisi,, backdoor listing,, buyback saham kembali dsb.
✔️FCA kriteria 1 juga berpotensi suspen oleh hal lainnya, seperti :
- menunggak ALF
- terlambat posting lapkeu tahunan (lebih dari 3 bulan dan terkena SP3)
✔️beberapa daftar alumni fca kriteria 1 yg sudah kembali normal antara lain : FUTR, MINA, BUVA, CSIS, JAST, BCAP, HALO, MAXI, DPUM, BKSL dll
investor juga harus paham resiko,, karena ada aturan bursa yg menyebutkan bahwa bursa bisa melakukan suspensi jika telah berada dalam papan pemantauan khusus selama lebih dari 1 tahun berturut - turut.
aturan ini tertuang di surat KEPUTUSAN DIREKSI PT.BEI NO.KEP-00076/BEI/06-2024.
so,, buat fca hunter kriteria 1.. harus pahami,, di balik potensi keuntungan yg fantastis, juga terdapat resiko resiko yang harus di ketahui, bahkan kemungkinan terburuk di suspend hingga delisting.
goodluck 💪💪💪
1/4
$NASA
Candle = ⏸️
MACD = ⏸️
Stoch RSI = ✅
Freq = Turun
Foreign = masuk 300K
Bandar = Sedikit jual
Sell harga 15 = TIPIS
Bid harga 15 = TIPIS
Apakah masuk nya aseng sebagai pertanda?
DYOR
1/3
@Hafiidhfb
Kalo $PANI itu beda storynya. itukan akuisisi/backdoor listing, jadi gak bisa mengunakan data historis dan kinerja sebagai perbandingan untuk prediksi kedepan. karena setelah akuisisi bisa saja bisnis perusahaan yang baru tidak lagi berhubungan dengan bisnis perusahaan yang lama.
Malah saya selalu menganggap backdoor listing itu sebagai perusahaan yang mau IPO tapi tanpa prospectus, jadi kita buta akan seperti apa kinerja perusahaan kedepan.
Untuk $PANI kebetulan aja yang mau masuk adalah perusahaan besar yang sudah terkenal (agung sedayu group) jadi orang2 sudah bisa memprediksi sahamnya akan seperti apa dari nilai aset yang dimiliki perusahaan. Gak mungkin dong agung sedayu dengan reputasinya nambah modal ecek ecek.
Tapi banyak juga backdoor listing yang harga sahamnya gak kemana mana, malah cendrung turun. Itu karena setelah akuisisi tidak ada penambahan modal yang berarti. jadi intinya kalo yang model backdoor listing terletak pada berapa besar dana/modal yang disuntikkan pengendali baru.
Untuk $NASA ini modelnya sama sekali berbeda. Ini perusahaan yang tadinya rugi terus menjadi untung terus selama 3 tahun berturut turut, dan labanya makin lama makin besar. Ada peningkatan kinerja yang konsisten meskipun menurut prediksi saya masih perlu sekitar 2 tahun untuk menutupi defisit dan mulai untung. Untuk saham ini harus bener bener sabar y.
Holding stamina harus prima!