Volume
Avg volume
PT Nanotech Indonesia Global Tbk (NANO) adalah suatu perusahaan terbatas yang berdiri sejak tahun 2019 dan bergerak di bidang jasa layanan teknologi riset dan pengembangan, rekayasa material dan nanoteknologi. Sejak tahun 2019, bisnis NANO terus menerus mengalami pertumbuhan, dimana pada saat ini, NANO telah memiliki layanan riset dan pengembangan (R&D services) dan 3 layanan lainnya untuk tahap implementasinya, dimana dalam tahap impelementasi, NANO memiliki 5 Strategic Business Unit (SBU) yang fokus untuk mencari solusi untuk pelanggan sesuai dengan kebutuhan pelanggan di bidangnya masing-masing. Selain itu, NANO juga memil... Read More
$NANO 23 Apr 25
Shareholder : SOFTBANK VENTURA INDONESIA
Type : Local
Bought : +20,000,000 (+0.46%)
Current : 355,000,000 (8.28%)
Previous : 335,000,000 (7.82%)
$MUTU-W sambil melihat tukang lagi cor beton $MUTU W 50 tidak lupa sambil makan permen $NANO.khusus yang bernyali saja
di $NANO ngapa jadi rame Amay ya stream nya. setahun lalu sepi² aja loh.
CA CI CU Kelen semua!!
dah lah invest, wait, and see aja gasi?!?
#Tangsel_pride neh boss
salam cuan ya 👋🏽🙂
$NANO
pasti berpikir avg 30 itu pasti sudah dibawah, dan pasti banyak yang akan membeli di harga 30.
tetapi kenapa tidak bisa naik?
karena yg jual 1.2 B di avg 30 pasti itu bukan ritel.
apakah benar bandar tahan harga?
atau sebaliknya?
@constantine88
sabar bro, warga stockbit banyak yg gak sabaran.
mau beli hari ini berharap besok naik 50% dan gak turun turun.
dibawa sideways 2 minggu aja udah gelisah.
apalagi dibawa sideways setahun.
$CNKO $NANO $CBRE
@Jamesant666 Waduh, maaf banget om… saya benar-benar keliru. Ternyata beli $NANO itu bukan karena ikut-ikutan, tapi karena ikut SoftBank. Wah, saya harusnya tahu dong, tiap investor ritel yang ikut beli karena VC masuk itu otomatis udah levelnya next-gen analis.
Dan bener juga, kenapa saya gak langsung ke kantor SoftBank aja buat minta analisis lengkap mereka? Atau minimal DM direkturnya di Instagram. Karena tentu aja mereka punya waktu luang buat jelasin strategi investasi mereka ke saya—rakyat kecil yang sok-sokan kasih peringatan.
Saya ngerti kok, om lelah. Lelah sama nasihat, lelah sama fundamental, lelah sama fearmonger, dan yang paling lelah: liat orang nyangkut sambil bijak. Capek ya, dunia ini terlalu penuh teori. Mending langsung praktek: beli tinggi, jual harapan.
Tapi gapapa om, teruskan perjuangan. Karena kalau semua orang takut dan mikir terlalu panjang, siapa yang bakal jadi likuiditas di pasar?
Akhir kata, semoga om gak cuma jadi inspirasi SoftBank, tapi juga calon direkturnya nanti. Minimal bisa ngasih analisis via IG Story.
Cuan selalu ya, jangan lupa napas🤙
@Muhfaa17
gini om, hanya karena aku beli saham $NANO modal 4,8 juta paling 1700an lot, anda sudah bilang judi tanpa analisis.
aku kasih tau ya analisa ku membeli nano karena PT SoftBank Ventura Indonesia membeli Nano.
lalu seharusnya om pergi ke PT SoftBank Ventura Indonesia juga untuk menanyakan apa analisa mereka membeli saham Nano. terangkan juga resiko membeli tanpa analisa itu seperti judi ke mereka. sanggup?
kalo gak sanggup, ke instagram Direkturnya saja, knp direktur membeli Nano? apakah spekulasi mengarah ke judi dan tanpa analisa.
lelah aku sebenarnya sama mereka yang bijak dengan teori fundamental, lelah sama tukang fear, lelah mendengar nasihat palsu dan lelah sama investor yg mental lemah (nyangkut ngomel, untung diam diam)
@Jamesant666 Terima kasih atas tanggapannya, namun perlu diluruskan beberapa hal.
Pertama, menyebut suatu saham "spekulasi yang cenderung judi" bukan berarti menafikan seluruh bentuk investasi saham—melainkan mengkritisi pola perilaku di baliknya. Yang saya soroti adalah cara sebagian orang memperlakukan saham seperti $NANO, yang dibeli hanya karena "lagi rame", tanpa dasar analisis fundamental maupun teknikal yang memadai. Itu yang membuatnya mirip judi: keputusan finansial diambil berdasarkan rumor, FOMO, atau euforia sesaat, bukan data dan logika.
Kedua, soal "saham yang tidak spekulatif", tentu tidak ada saham yang 100% bebas risiko—karena pada dasarnya investasi selalu mengandung unsur spekulasi. Tapi perbedaannya ada pada pendekatan. Misalnya, saya sendiri lebih memilih saham-saham berfundamental kuat dengan rekam jejak kinerja yang stabil (seperti BBCA, UNVR, atau TLKM), yang saya analisis lewat laporan keuangan, prospek industri, dan kebijakan manajemen. Itu bukan jaminan untung, tapi setidaknya keputusan saya berbasis data, bukan tren sesaat.
Jadi, bukan berarti saya anti-spekulasi. Tapi saya menolak berspekulasi secara asal-asalan. Dan kritik saya ke perilaku FOMO bukan berarti saya merasa lebih pintar, tapi ingin mengingatkan bahwa pasar saham bukan kasino. Kalau kita tidak belajar dasar-dasarnya, maka cepat atau lambat kita akan jadi korban, bukan pelaku.