


Volume
Avg volume
PT. Samindo Resources Tbk (MYOH) bergerak dalam bidang investasi jasa penambangan batubara dan pertambangan. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada bulan Mei 2000.
Sobat 我是誰, berikut perbandingan dari saham SOCI, MAHA, dan MYOH berdasarkan data finansial Q3 2025 dan profil perusahaan:
SOCI (PT Soechi Lines Tbk)
- Sektor: Energi, jasa transportasi dan galangan kapal (syariah).
- Market Cap: Rp1,74 triliun
- PER: 5,91x | PBV: 0,26x (paling rendah dan murah untuk sektor ini)
- ROE: 4,29% | NPM: 12,03% | DER: 46,35%
- Dividend Yield: 0,81%
- Laba bersih: Rp0,09 triliun | Ekuitas: Rp6,87 triliun
MAHA (Mandiri Herindo Adiperkasa Tbk)
- Sektor: Energi, jasa penunjang pertambangan batubara (syariah).
- Market Cap: Rp2,38 triliun
- PER: 15,10x | PBV: 1,38x
- ROE: 9,09% (paling tinggi) | NPM: 8,50% | DER: 27,69%
- Dividend Yield: 8,45% (paling tinggi)
- Laba bersih: Rp0,07 triliun | Ekuitas: Rp1,74 triliun
MYOH (Samindo Resources Tbk)
- Sektor: Energi, jasa pertambangan batubara (syariah).
- Market Cap: Rp3,31 triliun
- PER: 19,37x | PBV: 1,15x
- ROE: 5,89% | NPM: 6,38% | DER: 11,11% (paling sehat/leverage sangat rendah)
- Dividend Yield: 3,94%
- Laba bersih: Rp0,05 triliun | Ekuitas: Rp2,97 triliun
Insight & Peluang:
- SOCI paling murah (PER & PBV rendah), margin cukup baik, namun yield sangat kecil.
- MAHA punya ROE dan yield tertinggi, profitabilitas bagus, DER juga rendah.
- MYOH market cap paling besar, sangat sehat (DER & likuiditas superior), tapi valuasi mahal dan margin di bawah MAHA & SOCI.
Kesimpulan awal:
- Kalau sahabat cari yield dan ROE: MAHA relatif menarik.
- Mau yang murah secara value? SOCI lebih layak cek karena valuasi sangat rendah.
- MYOH unggul dari segi kesehatan keuangan, namun valuasi sudah relatif mahal.
Data yang digunakan: laporan Q3 2025, metrik PER, PBV, dividend yield, ROE, ekuitas, dan laba bersih masing-masing emiten.
$SOCI $MAHA $MYOH
Jakarta, CNBC Indonesia — Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi mengumumkan daftar perusahaan tercatat yang mengalami perpindahan papan perdagangan. Mengutip keterbukaan informasi BEI, ada sebanyak 20 emiten yang mengalami perubahan kategori, yang terdiri dari 11 emiten naik ke papan utama dan 9 emite...

www.cnbcindonesia.com

Laporan Laba Rugi 2025Q3
Tahun 2025 Kuartal 3
Kunjungi dan follow kami untuk laporan lengkap fundamental emiten!
$MYOH

$MYOH LK Q3 2025: Hidup Dari Kideco $INDY
MYOH, yang secara legal bernama PT Samindo Resources Tbk, sejak awal bukan cerita tentang tambang glamor, melainkan cerita kontrak jasa tambang yang jarang disorot, tetapi justru menentukan umur panjang sebuah perusahaan. Model bisnisnya bukan ikut bertaruh pada harga batu bara, tetapi dibayar untuk memindahkan lapisan tanah, mengangkut batu bara, mengebor, dan menyewakan alat berat. Di sinilah letak kekuatannya. Tapi kekuatan itu berdiri di atas satu pilar raksasa bernama Kideco, yang menjadi sumber lebih dari 80% pendapatan MYOH pada 9M 2025. Dan dari titik inilah seluruh analisis harus dimulai. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Sampai 9M 2025, MYOH masih mencatat pendapatan US$122,19 juta, turun 9,9% dibanding US$135,62 juta pada 9M 2024. Laba bersih yang diatribusikan kepada pemegang saham induk jatuh 37,7% YoY menjadi US$11,35 juta. Jika di-annualized, laba setahun penuh berada di sekitar US$15,14 juta. Dengan harga saham Rp 1.555 atau setara US$0,0937, maka PER berada di 13,6 kali. Untuk perusahaan yang labanya tumbuh, angka ini wajar. Tetapi saat laba menyusut hampir 40%, 13,6 kali bukan lagi murah. Itu premium. Artinya, pasar sedang memberi harga pada masa depan, bukan kondisi laba saat ini. Turunnya laba ini pun bukan sepenuhnya karena bisnis utamanya bermasalah, tetapi juga karena faktor non-operasional seperti rugi kurs sebesar US$1,83 juta, berbalik dari tahun lalu yang sempat untung kurs US$1,69 juta. Ditambah adanya provisi penurunan nilai pinjaman pihak ketiga, PT Duta Perkasa Investindo, sebesar US$1,72 juta, yang sudah jatuh tempo sejak 1 Januari 2025.
Yang menarik, justru ketika laba melemah, neraca dan arus kas MYOH bercerita sebaliknya. Kas dan setara kas mencapai US$70,41 juta, sementara utang berbunga hanya US$19,57 juta. Ini membuat MYOH memiliki net cash US$50,84 juta. Kalau dihitung per saham, net cash setara Rp 385, yang berarti hampir 25% harga saham saat ini murni ditopang oleh kas bersih. Dari sisi arus kas, CFO atau arus kas dari operasi mencapai US$27,78 juta pada 9M 2025, lebih dari 2 kali lipat laba bersihnya. Setelah dikurangi kebutuhan belanja modal, Free Cash Flow setahunan ada di US$35,30 juta. Dengan market cap US$205,57 juta, P/FCF hanya 5,84 kali dan EV/FCF 4,38 kali. Level ini jarang ditemui pada perusahaan dengan neraca bersih dan minim utang. Inilah alasan utama harga MYOH tidak ambruk meski laba turun, karena pasar sedang menilai kekuatan kas, bukan laba. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Namun, kekuatan kas ini berdiri di atas ketergantungan tinggi terhadap satu pelanggan, yaitu Kideco. Di sinilah pentingnya memahami kontrak MYOH, karena kontrak adalah dasar keberlanjutan arus kasnya. PT Sims Jaya Kaltim memegang kontrak pembuangan limbah dan produksi batu bara sampai 31 Desember 2029. PT Samindo Utama Kaltim dan PT Trasindo Murni Perkasa memegang kontrak pengangkutan batu bara sampai 31 Desember 2032. PT Mintec Abadi menjalankan jasa eksplorasi dan pengeboran hingga 31 Maret 2027. Artinya, MYOH memiliki visibility pendapatan minimal 4 sampai 7 tahun ke depan. Ini bukan tipe perusahaan yang hidup dari tender tahunan. Ini perusahaan yang hidup dari kontrak panjang.
Masalahnya, kontrak panjang tidak sama dengan kontrak ideal. Laporan keuangan tidak mengungkap detail penting seperti harga per ton, volume minimum, formula penyesuaian harga, atau klausul renegosiasi. Investor tahu kontrak aman sampai 2032, tapi investor tidak tahu apakah margin kontraknya kebal, mengempis, atau rawan ditekan. Dan ini jadi area abu-abu terbesar dalam valuasi MYOH. Kontrak panjang memberi ketenangan, tetapi konsentrasi pada satu pelanggan menciptakan risiko struktural yang tidak bisa diabaikan.
Dalam kondisi ini, sudut pandang optimis dan pesimis akan bertolak belakang, meskipun membaca data yang sama.
Bagi investor optimis, MYOH adalah perusahaan cash generator berbasis kontrak panjang dengan neraca kuat dan risiko utang minimal. Yang harus dipantau oleh investor optimis adalah tiga hal besar. Pertama, kelangsungan dan volume pekerjaan dari Kideco minimal tetap stabil sampai 2029–2032. Kedua, CFO bertahan di level US$30 juta setahun atau lebih, sebagai bukti arus kas tetap solid meski labanya lemah. Ketiga, mulai terlihat tanda-tanda diversifikasi pelanggan baru, meskipun kontribusinya belum besar. Bagi investor optimis, MYOH bukan saham yang meledak, tapi saham yang bertahan, memberi dividen, dan mengembalikan modal lewat kas. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Sebaliknya, bagi investor pesimis, MYOH adalah perusahaan dengan fundamental neraca bagus, tetapi future growth sangat rapuh. Yang menjadi alarm bagi investor pesimis adalah pertama, jika Kideco menurunkan volume, mengubah skema pricing, atau renegosiasi kontrak dengan margin lebih rendah. Kedua, jika CFO ikut turun tajam, bukan sekadar laba akuntansinya yang menurun. Ketiga, jika risiko kurs tetap membebani laba secara konsisten. Keempat, jika kredit bermasalah seperti di DPI memicu write-off lanjutan. Kelima, jika sampai 2026–2027 tidak ada kemajuan diversifikasi pelanggan. Dalam skenario ini, MYOH bukan undervalued, melainkan fairly priced sebagai perusahaan yang arus kasnya bertahan, tetapi masa depannya tidak bertumbuh.
Pada akhirnya, MYOH tidak sedang menunggu investor jatuh cinta, tetapi menunggu investor memutuskan apa yang ingin dibeli, pertumbuhan atau ketahanan. MYOH tidak menawarkan ledakan, tetapi menawarkan keberlangsungan. Tidak menjanjikan laba spektakuler, tetapi menjanjikan kas yang stabil. Jika investor menilai dari arus kas dan kontrak, MYOH terlihat murah. Jika investor menilai dari pertumbuhan dan diversifikasi, MYOH belum menarik. Keduanya benar, tergantung lensa yang dipakai investor sendiri. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$MYOH LK Q3 2025: Valuasi Kontraktor Kideco
Lanjutan dari External Comunity Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community menggunakan kode: A38138 https://stockbit.com/post/13223345
MYOH, yang secara legal bernama PT Samindo Resources Tbk, sering dipersepsikan pasar secara sepintas sebagai emiten jasa tambang biasa. Padahal, di dalamnya ada dua cerita yang berjalan paralel dan berlawanan. Di satu sisi, laba sedang sakit. Di sisi lain, kasnya jauh lebih sehat daripada mayoritas emiten di sektornya. Kontradiksi ini yang membuat valuasinya terasa membingungkan. Di harga Rp 1.555, ini murah atau mahal? Jawabannya tergantung posisi, kalau udah terlanjur nyangkut pasti bakal bilang ini murah tapi kalau belum ada posisi pasti bilang ini masih mahal. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau kita masuk ke laba, faktanya tidak bisa ditawar. Laba bersih yang diatribusikan ke induk pada 9M 2025 berada di US$11,35 juta. Kalau ini di-annualized (dikalikan 1,3333), menjadi sekitar US$15,14 juta setahun. Bandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, terjadi penurunan 37,7%. Dalam bahasa bisnis, ini bukan koreksi, ini kontraksi. Kalau perusahaan tumbuh, PER 13,6x mungkin terlihat normal. Tetapi ketika laba menyusut hampir 40%, PER 13,6x bukan lagi murah. Itu premium. Itu pasar sedang memberi kredit pada masa depan, bukan masa kini. Dan masalahnya, masa depan MYOH sangat dipusatkan pada satu nama, Kideco. Lebih dari 80% revenue datang dari satu pelanggan. Ketika arus pendapatan sebuah perusahaan bergantung pada satu keran besar, itu bukan kekuatan, itu kerentanan struktural. Selama dependensi ini masih ekstrem, valuasi laba layak didiskon, bukan dipremi.
Sekarang geser pandangan ke neraca dan arus kas. Di sini kita tidak melihat MYOH sebagai perusahaan yang lemah, tapi perusahaan yang justru sangat defensif. Kas dan setara kas MYOH mencapai US$70,41 juta, sementara utang berbunga hanya US$19,57 juta. Artinya, net cash sebesar US$50,84 juta. Dibagi ke 2,206 miliar lembar saham, net cash per share setara Rp 385 per saham. Sederhananya, dari harga Rp 1.555, hampir 25% di antaranya sudah berupa kas bersih. Tidak banyak emiten yang memberi bantalan setebal ini. Bahkan jika bisnis MYOH stagnan pun, investor sedang membeli perusahaan yang seperempat harga pasarnya adalah uang tunai di rekening.
Arus kas operasional (CFO) tahunannya mencapai US$37,04 juta, dan setelah dikurangi kebutuhan belanja modal, Free Cash Flow ada di US$35,30 juta. Kalau kapitalisasi pasarnya US$205,57 juta, maka P/FCF hanya 5,84x, dan EV/FCF 4,38x. Ini level valuasi yang biasanya ditemui pada emiten yang dianggap risiko tinggi, atau yang sedang ditinggalkan pasar. Ironisnya, MYOH bukan keduanya dalam konteks neraca. Ini perusahaan cash rich, bukan perusahaan bermasalah. Dengan FCF setinggi itu, secara teori investor bisa balik modal dari arus kas dalam 5,8 tahun. Bandingkan dengan EPS yang butuh lebih dari 13 tahun untuk balik modal. Ini jelas menunjukkan pasar tidak sedang membayar bisnis laba, tapi sedang memberi diskon besar pada bisnis kas. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Lalu kenapa harga tidak langsung naik jika arus kasnya sekokoh itu. Jawaban utamanya sederhana aja, bandarnya lemah. Jawaban alternatifnya adalah karena masalah kualitas dan stabilitas persepsi. Arus kas MYOH saat ini kuat, tapi bukan karena pertumbuhan, melainkan karena efisiensi model bisnis dan kontrak besar yang sudah berjalan. Arus kas yang tidak disertai pertumbuhan, pada akhirnya dipersepsikan sebagai finite cash machine, bukan compounder. Pasar menghukum ketergantungan. Dan MYOH dihukum karena itu. Di saat yang sama, pasar memberi penghargaan pada neraca yang bersih. Jadinya, harga saham MYOH tidak jatuh, tapi juga tidak terbang. Ia digantung di harga yang mencerminkan statusnya saat ini, perusahaan dengan kas kuat, laba lemah, dan masa depan bergantung pada satu klien besar.
Kalau kita bicara level wajar, ada dua skenario harga layak. Jika pasar konservatif dan menilai MYOH hanya dari laba saat ini, maka valuasi yang wajar ada di rentang PBV 1x dan PER 10x, yaitu sekitar Rp 1.145 sampai Rp 1.313. Level itu merepresentasikan harga yang tidak memberi asumsi pemulihan laba. Sebaliknya, jika pasar menganggap arus kas ini berkelanjutan dan laba akan kembali normal, harga Rp 1.555 bisa dibenarkan, terutama bila laba mampu naik 35% dari level saat ini hingga mendekati US$20,5 juta per tahun. Tanpa kenaikan laba, harga Rp 1.555 secara earnings-based valuation tidak terjustifikasi, tapi secara cash-based valuation masih defensif.
Inilah inti perdebatan MYOH, ini bukan tentang murah atau mahal, ini tentang mau menilai perusahaan sebagai mesin laba atau mesin kas. Kalau investor pesimis mungkin menilai MYOH sebagai perusahaan yang harus tumbuh laba untuk layak dihargai, maka saat ini belum murah. Kalau investor optimis akan menilai MYOH sebagai entitas penyedia arus kas yang stabil, neraca kuat, dan rendah risiko utang, maka valuasinya menarik, bahkan terlalu murah di level EV/FCF. Sikap paling jujur adalah mengakui dualitas ini. MYOH bukan growth stock, tapi cash stock. MYOH bukan perusahaan yang bisa menggandakan laba, tapi perusahaan yang menjaga modal, menjaga kas, dan bertahan lebih baik dari kompetitornya ketika siklus melemah. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Optimisme pada MYOH valid jika tiga hal terjadi. Kontrak inti tetap berjalan, dampak rugi kurs mengecil, dan aset dalam penyelesaian US$3,22 juta bisa segera produktif. Pesimisme juga valid jika Kideco menurunkan volume, laba terus tergerus, dan diversifikasi pelanggan tidak terjadi. Jadi, harga Rp 1.555 bukan kesalahan pasar. Itu adalah harga yang menggambarkan kompromi antara kekuatan neraca dan kelemahan struktur pendapatan. MYOH pada akhirnya bukan soal murah atau mahal, tetapi soal keyakinan investor dalam membaca keberlanjutan arus kas lebih besar daripada ketidakpastian laba. Dan itulah alasan kenapa MYOH tetap menarik untuk dianalisis, tapi belum mencetak alasan kuat untuk di-euforia-kan.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$MYOH LK Q3 2025: Laba Turun 37,7% tapi Kas Tetap Tebal. Bisnisnya Sehat atau Rapuh?
MYOH lagi nyungsep. Tapi apakah nyungsepnya senasib? Lanjutan dari postingan di External Comunity Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community menggunakan kode: A38138 https://stockbit.com/post/13223345
MYOH, yang sekarang nama resminya PT Samindo Resources Tbk, adalah perusahaan jasa penunjang tambang batu bara. Bukan penambang, bukan juga yang jual batu baranya, tapi yang bikin operasional tambang itu bisa jalan. Mereka mengurus pemindahan tanah penutup (overburden), angkut batu bara, pengeboran eksplorasi, dan sewa alat berat atau kendaraan. Berdiri sejak 15 Maret 2000, mulai operasi komersial di Mei 2000, dan sampai sekarang masih memegang ticker lama di bursa, yaitu MYOH. Pemilik utamanya bukan dari Indonesia, melainkan ST International Corporation dari Korea Selatan, yang dulu namanya Samtan Co., Ltd. Artinya, kendali strategi, keputusan besar, dan arah kebijakan banyak dipengaruhi oleh induk di luar negeri. Tokoh manajemen kunci yang terlihat di komite audit antara lain Herman R. Soetisna, Kadarsah Suryadi, Sjafardamsah, dan Michelle Bernardi, sementara sekretaris perusahaannya Ahmad Zaki Natsir. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau dilihat dari LK Q3 2025 YTD, MYOH masih cetak laba, tapi bukan di tren yang meyakinkan. Pendapatan mereka turun 9,9% YoY, dari US$135,63 juta menjadi US$122,20 juta. Karena pendapatan turun, laba ikut tergelincir. Laba bruto jatuh 29,8%, dari US$30,78 juta ke US$21,63 juta. Di bawahnya lagi, laba bersih yang jadi hak pemegang saham induk juga ambles 37,7%, dari US$18,21 juta ke US$11,35 juta. Artinya, bukan cuma top line melemah, bottom line-nya juga kena, dan ini bukan koreksi tipis. Salah satu penyumbang tekanan besar di laba adalah kerugian selisih kurs sebesar US$1,83 juta, padahal di periode sebelumnya justru untung US$1,69 juta dari kurs. Inilah bukti kalau performa laba MYOH masih sensitif ke faktor non-operasional, bukan murni kemampuan bisnis intinya saja.
Namun yang agak menenangkan, laporan laba rugi (P&L) dan arus kas (cashflow) MYOH tidak berjalan searah. Walaupun laba turun, arus kas operasional (CFO) tetap tinggi di US$27,78 juta, jauh di atas labanya yang hanya US$11,42 juta. Ini pertanda bahwa laba yang mereka hasilkan berkualitas lumayan kuat, karena kas masuk lebih besar daripada laba tercatat. Bahkan jika dihitung Free Cash Flow (perkiraan US$26,65 juta), nilainya 2,3 kali lipat dari laba bersih. Ini biasanya terjadi ketika ada biaya non-kas besar seperti depresiasi, amortisasi, atau penyesuaian akuntansi, yang menekan laba di P&L, tapi tidak benar-benar menyedot kas. Jadi dari sisi kemampuan menghasilkan uang tunai, MYOH masih aman. Dari sisi pertumbuhan, belum. CFO sendiri masih turun 8,7% YoY, menunjukkan kemampuan menghasilkan kas mulai melambat, walau belum kritis. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Bagian paling mencolok dari MYOH adalah ketergantungannya ke 1 pelanggan raksasa, yaitu PT Kideco Jaya Agung (Kideco) $INDY. Dari total pendapatan US$122,20 juta, sekitar US$98,92 juta atau lebih dari 80% datang dari Kideco saja. Ini ibarat berdiri pakai satu kaki. Kalau kontrak Kideco mulus dan terus diperpanjang, MYOH nyaman. Tapi kalau ada perubahan kebijakan, negosiasi harga, gangguan volume, atau guncangan di Kideco, maka MYOH terancam terdampak langsung. Di sisi vendor, MYOH belanja banyak ke pemasok suku cadang dan alat berat seperti PT Trakindo Utama, United Tractors, Altrak 1978, dan Hexindo Adi Perkasa. Mereka juga punya utang pembiayaan konsumen ke beberapa lembaga seperti DSF, TAFS, CFI, SKBF, dan WFI, yang dipakai untuk beli kendaraan operasional. Yang menarik, semua covenant utang sejauh ini masih dipenuhi, artinya tidak ada pelanggaran perjanjian pembiayaan yang berisiko memicu percepatan pelunasan paksa.
Di neraca, MYOH kelihatan sehat. Total aset US$222,18 juta, sementara total liabilitas US$44,07 juta. Rasio utang terhadap ekuitas hanya 0,25 kali, tergolong sangat aman. Likuiditas pun kuat, dengan aset lancar US$149,01 juta dan kas setara kas US$70,41 juta, jauh di atas liabilitas jangka pendek US$30,53 juta. Secara teknis, kalau mereka mau melunasi seluruh utang jangka pendek hari ini, kasnya bahkan masih sisa banyak. Komposisi aset yang berulang (recurring) juga jelas. Kas, piutang dari Kideco, dan alat berat yang dipakai operasional jadi mesin penggerak utama. Namun ada juga red flag kredit, yaitu pinjaman ke PT Duta Perkasa Investindo (DPI) senilai US$7,53 juta yang sudah lewat jatuh tempo per 1 Januari 2025, dan masih dinegosiasikan. Dari jumlah itu sudah dicadangkan kerugian US$1,72 juta, menandakan ada potensi kredit macet yang nyata, bukan sekadar risiko di atas kertas.
Arus kas pendanaan minus US$17,74 juta, sebagian besar karena pembagian dividen US$8,01 juta dan pembayaran utang pembiayaan atau sewa. Ini bukan sesuatu yang buruk, karena arus kas operasi masih lebih dari cukup menutup kebutuhan itu. Arus kas investasi hanya minus US$0,98 juta, relatif kecil, karena walaupun MYOH menempatkan deposito berjangka US$23,15 juta, mereka juga menarik kembali US$21,81 juta dan menerima US$1,67 juta dari penjualan aset tetap. Artinya, belanja modal mereka masih terkendali. Mereka juga punya aset dalam penyelesaian US$3,22 juta, didominasi kendaraan yang belum operasional. Begitu unit ini selesai dan masuk produksi, ada potensi tambahan kapasitas yang bisa mendorong revenue ke depan. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dari sisi efisiensi, ada hal positif. Beban umum dan administrasi (SGA) turun 20%, dari US$10,28 juta ke US$8,23 juta. Beban keuangan juga turun 48,6%, menandakan manajemen mulai disiplin menekan biaya yang tidak produktif. Tetapi penurunan laba sebelum pajak di segmen overburden removal sebesar 44,4%, dari US$13,35 juta ke US$7,43 juta, menandakan bagian bisnis inti MYOH sedang melambat. Ada segmen yang masih tumbuh seperti angkut batu bara dan pengeboran eksplorasi, tetapi belum cukup kuat untuk menutup penurunan di segmen utama.
Dari sisi modal kerja, pengelolaannya tergolong rapi. Piutang usaha turun dari US$36,67 juta menjadi US$29,77 juta, artinya penagihan membaik atau pelanggan membayar lebih cepat. Persediaan cenderung stabil di US$23,51 juta. Ini sejalan dengan arus kas yang masih kuat. Di sisi legal aset, MYOH punya tanah HGB senilai US$1,05 juta yang masa berlakunya panjang, dari 2033 sampai 2053, jadi tidak ada kekhawatiran soal hak lahan dalam waktu dekat. Risiko terbesar justru datang dari volatilitas kurs, karena perubahan 1% di kurs USD/IDR bisa menggerus US$340 ribu laba setelah pajak. Ini bukan angka yang kecil ketika laba bersih mereka hanya US$11,35 juta.
MYOH ini bukan perusahaan yang buruk, tapi bukan juga dalam fase pertumbuhan sehat. Mereka masih menghasilkan uang, kasnya kuat, utangnya rendah, dan bisnisnya punya permintaan. Namun performanya menyempit, sangat tergantung ke satu pelanggan besar, dan labanya masih mudah terpukul oleh faktor non-operasional seperti kurs dan provisioning. Selama Kideco stabil dan arus kas tetap tebal, MYOH masih oke. Masalahnya bukan hari ini. Masalahnya adalah besok, ketika pasar bertanya apakah model bisnis yang 80% bergantung ke 1 pelanggan bisa disebut aman untuk jangka panjang. Untuk saat ini, MYOH adalah perusahaan yang survive dengan kas kuat, tetapi belum bisa disebut tumbuh. Jika ingin naik level, mereka wajib diversifikasi pelanggan, naikkan utilisasi aset baru, dan menurunkan sensitivitas laba dari risiko kurs. Tanpa itu, MYOH akan terus terlihat seperti perusahaan yang kuat di neraca, tapi rapuh di masa depan. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
Dua emiten milik konglomerat terkaya nomor dua di Indonesia, Low Tuck Kwong telah melaporkan kinerja keuangan hingga akhir periode kuartal ketiga 2025. Dua perusahaan tersebut adalah PT Bayan Resources Tbk (BYAN) dan PT Samindo Resources Tbk (MYOH).
Merujuk laporan kinerja keuangan BYAN dan MYOH, ke...

katadata.co.id
Dua emiten milik konglomerat terkaya nomor dua di Indonesia, Low Tuck Kwong telah melaporkan kinerja keuangan hingga akhir periode kuartal ketiga 2025. Dua perusahaan tersebut adalah PT Bayan Resources Tbk (BYAN) dan PT Samindo Resources Tbk (MYOH).
Merujuk laporan kinerja keuangan BYAN dan MYOH, ke...

katadata.co.id
$MYOH nya gimana nih, sepi bgt ritel nya minim hahaha, bisalah multibagger sebagger bagger nya
random: $BYAN $PTRO