340

+34

(11.11%)

Today

17.73 M

Volume

9.14 M

Avg volume

Company Background

PT. Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI) bergerak di bidang perdagangan umum yang meliputi bisnis di supermarket dan pasar mini. Bisnis utama perusahaan adalah ritel produk konsumen melalui jaringan minimarket yang dikenal dengan nama 'Alfamidi' dan 'Alfaexpress' yang mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2007.

ini Perusahaan bagus bisa di cek profitnya 4 Tahun trakhir Naik terus
bahkan 2020 covid $MIDI bisa survive seasonalitinya ..

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$MIDI jurus 9 matahari Tio Buki masih berlaku...

280 an ke 340 an ...

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$MIDI kenapa saham midi tidak masuk saham syariah ya ?

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Fakta Riil Lapangan $EKAD Benar Tercermin di Lapkeu Tahun 2024

3-6 bulan ke depan akan berat.... artinya ada probabilitas ke harga diskon menarik (belum super duper menarik) sebagaimana yang sudah saya sebut dalam postingan terdahulu saya sbg catatan...

Brace Yourself harga <120 kalau betul gagal turnaround... btw di $MIDI lakbannya bukan buatan Ekad... huhuhu

di toko ATK terkenal dan digandrungi mahasiswa/pelajar di kota saya lucunya juga gak ada produk EKAD.... malah ada produk kompetitor...padahal Kota Saya disebut Kota Pelajar...

Apa sebuah kebetulan nyaris tergesernya posisi Top Brand Daimaru berhubungan dengan ini?

akankah kejadian $UNVR (walau mungkin ga separah itu) terulang di EKAD?

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

"$KEEN $KIJA $MIDI
Selasa, 08 April 2025
#Disclaimer On & Do Your Own Research
#Sebaiknya Jangan Gegabah
Lot.Ent = -(MauLossRp)/[(SL - Ent) * 100]"

1/3

testestes
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Rekomendasi Saham Ina
$MIDI
$HRTA
$PANI
BKSL

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$MIDI bidnya kurus banget kok bisa naik gitu ya

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$MIDI bisa keberapa nih

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$MIDI gas bisa ara

$BBNI$BMRI

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

one day hit bearish prediction $CAMP 159. Congratulations untuk holder CAMP yg sudah taking profit >180. Penurunan -13.11% dari harga awal 183.

Sebelumnya tanggal 7-Mar, ane kasih bullish prediction 181 untuk CAMP.
https://stockbit.com/post/17790757

$AMRT $MIDI

$MIDI masuk sini om di midi lk nya naik daripada kakaknya si $AMRT $BBRI

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$MIDI pelan pelan belum gajian nih

Menyala $MIDI ku 🔥🔥🔥

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$MIDI spill avg kalian guys

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$MIDI , turunin lagi besok beaok yaaa...jgn naik dulu lahh

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$MIDI gak ada rupst kah?

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$MIDI dan $AMRT Laba bersihnya turun semua ah asing kayaknya males masuk, midi laba kotor lonjak laba bersih turun

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$MIDI

masuk saham beda orang beda tujuan
cuma kadang nyimak status yg dibuat orang2 main saham ternyata kebanyakan pengen banget orang cepet cuan.

apakah main dengan uang panas, jadi faktor pengen cepet cuan ya?

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$MIDI tanpa asing kita lemah

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$MIDI mental saya kuat menahan sampe di harga

$MIDI terpaksa saya cl di anda midi rugi jutaan demi masuk bank capek nunggu setengah tahun malah anjlok terus capek avgd

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Emang ekonomi Indonesia yang menurun kok. Bisa diliat dari defisit APBN dan menurunnya pendapatan sektor ritel $MIDI $AMRT yang menggambarkan menurunnya daya beli masyarakat.

Belum lagi ditambah ketidakstabilan politik.

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

sama kayak anaknya $MIDI bang

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$MIDI asing sudah mulai masuk yang artinya apa teman teman? yah bener naik lagi ke 400🥳🥳

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Saham $MIDI dan $AMRT tumbang dalam sebulan terakhir, penurunan harga sahamnya mencapai 35 persen (ini untuk AMRT) apakah sudah murah?

Jika dilihat salah satu sentimen penekan MIDI dan AMRT adalah kinerja laba usaha yang mengalami penurunan. Hal itu bisa disebabkan oleh kenaikan pendapatan dari hasil ekspansi nambah gerai belum optimal atau adanya kenaikan harga sewa yang tidak selaras dengan pertumbuhan omzet.

Selain itu, saham minimarket dan supermarket ini juga punya risiko lainnya, yakni penurunan daya beli yang mungkin bisa terefleksikan makin kuat dari data inflasi hingga GDP di kuartal I/2025.

Tapi, bagaimana strategi menghadapi tren harga saham AMRT dan MIDI yang lagi turun? simak selengkapnya di sini: https://cutt.ly/xroV1uis

Read more...

Analisis Siklus Konversi Kas PT Midi Utama Indonesia Tbk: Efisiensi Modal Kerja di Tengah Ekspansi Agresif

1. Efisiensi Yang Tertekan: CCC 15,43 Hari di Balik Ekspansi Agresif
Cash Conversion Cycle (CCC) PT Midi Utama Indonesia Tbk berada pada level 15,43 hari untuk tahun 2024. Angka ini menunjukkan bahwa MIDI membutuhkan kurang dari 16 hari untuk mengkonversi investasi dalam persediaan menjadi kas—jauh lebih efisien dibandingkan rata-rata industri ritel modern Indonesia yang berkisar antara 20-25 hari.

Namun, di balik efisiensi ini terdapat dinamika kompleks yang perlu dicermati investor. Modal kerja MIDI mengalami tekanan akibat strategi ekspansi agresif, tercermin dari pertumbuhan pendapatan 14,62% yang diiringi kontraksi margin operasional (-0,66 poin persentase) dan margin bersih (-0,59 poin persentase).
Kombinasi ekspansi gerai (target 200 gerai baru Alfamidi dan 250 gerai Lawson) dengan belanja modal Rp1,4 triliun pada 2024 menciptakan fenomena "investasi mendahului hasil"—dimana beban operasional meningkat signifikan sebelum pendapatan mencapai skala optimal. Hal ini terlihat dari peningkatan beban penjualan dan distribusi sebesar 15,26%, melampaui pertumbuhan pendapatan.

Konsekuensinya, meski MIDI memiliki siklus konversi kas yang sangat efisien, perusahaan menghadapi paradoks profitabilitas: Gross Profit Margin meningkat (+0,33%), tetapi Operating Profit Margin (-0,66%) dan Net Profit Margin (-0,59%) justru tertekan.

2. Anatomi CCC MIDI: Membedah Komponen Kritis
Untuk memahami dinamika modal kerja MIDI secara komprehensif, mari kita diseksi komponen utama CCC:
Days Inventory Outstanding (DIO) = 62,72 hari DIO mengukur berapa lama persediaan "menginap" di gudang sebelum terjual. Angka 62,72 hari sedikit lebih tinggi dari rata-rata industri (55-60 hari), mengindikasikan ruang untuk optimalisasi manajemen persediaan.

Days Sales Outstanding (DSO) = 7,47 hari DSO mengukur waktu yang dibutuhkan untuk menagih piutang. Angka yang sangat rendah ini mencerminkan dominasi transaksi tunai/kartu dalam model bisnis ritel modern MIDI, memberikan keunggulan signifikan dalam pengelolaan likuiditas dibandingkan rata-rata industri (10-12 hari).

Days Payable Outstanding (DPO) = 54,76 hari DPO menunjukkan berapa lama perusahaan menunda pembayaran ke pemasok. MIDI berhasil menegosiasikan terms of payment yang menguntungkan, relatif setara dengan praktik industri.

Perhatikan bahwa DIO (62,72 hari) melebihi DPO (54,76 hari), menciptakan "funding gap" sebesar 7,96 hari yang harus dibiayai perusahaan. Kondisi ini, meski masih terkendali, merupakan area potensial untuk perbaikan efisiensi modal kerja.

Ketidakseimbangan dalam komponen CCC—dimana MIDI membayar pemasok dalam 54,76 hari tetapi membutuhkan 62,72 hari untuk menjual persediaan—adalah konsekuensi langsung dari strategi ekspansi agresif dan diversifikasi format gerai. Persediaan awal untuk gerai baru dan persediaan buffer untuk lokasi di luar Jawa menyebabkan peningkatan nilai persediaan dari Rp2.329,94 miliar (2023) menjadi Rp2.701,37 miliar (2024).

3. Persediaan: Tantangan Pengelolaan di Tengah Ekspansi
Persediaan merupakan komponen dominan dalam struktur modal kerja MIDI, mencapai 30,99% dari total aset. Analisis mendalam mengungkapkan beberapa dinamika kritis:
1. Dominasi Makanan dalam Komposisi Persediaan Produk makanan mendominasi (57,02%) komposisi persediaan, diikuti produk non-makanan (36,73%) dan makanan segar (6,28%). Struktur ini mencerminkan fokus MIDI pada kategori dengan velocity tinggi dan margin moderat.

2. Margin dan Velocity Trade-off Porsi makanan segar yang relatif kecil (6,28%) menunjukkan pendekatan konservatif terhadap kategori dengan margin tinggi namun berisiko keusangan lebih besar. Strategi ini meminimalisir risiko keusangan tetapi potensial mengorbankan peluang marjin yang lebih tinggi.

3. Indikasi Pengelolaan Persediaan yang Efektif Penyisihan keusangan persediaan hanya 0,20% dari nilai bruto persediaan (Rp5,351 miliar dari Rp2.706,72 miliar)—jauh lebih rendah dibandingkan praktik industri yang umumnya 0,5-1,0%. Hal ini mengindikasikan efektivitas sistem rotasi stok dan manajemen kategori.

4. Risiko Tersembunyi: Merchandise Planning Target ekspansi 200 gerai baru Alfamidi dan 250 gerai Lawson (termasuk 200 format store-in-store) pada 2024 akan meningkatkan kompleksitas merchandise planning. Tanpa sistem forecasting yang sangat akurat, risiko overstock atau stockout dapat meningkat signifikan.

Kondisi ini menimbulkan dilema: di satu sisi, MIDI perlu menjaga ketersediaan produk untuk mendukung ekspansi; di sisi lain, persediaan berlebih akan memperburuk DIO dan menekan profitabilitas melalui biaya penyimpanan dan risiko keusangan.

4. Piutang Usaha: Efisiensi di Balik Aging Profile
Piutang usaha MIDI sebesar Rp407,76 miliar pada 2024 menunjukkan peningkatan marginal dari Rp405,89 miliar pada 2023, mencerminkan pertumbuhan bisnis moderat tanpa peningkatan risiko kredit yang signifikan.
Menariknya, meski nilai piutang meningkat, DSO justru sangat rendah (7,47 hari)—mengindikasikan dominasi transaksi tunai/kartu dalam model bisnis MIDI. Namun, analisis aging profile mengungkapkan tren yang perlu diwaspadai:

1. Penurunan Kualitas Piutang Pihak Berelasi Proporsi piutang pihak berelasi dalam kategori "lancar" menurun dari 36,94% menjadi 28,10%, sementara piutang berusia >90 hari meningkat dari 0,05% menjadi 12,96% dari total piutang pihak berelasi.
2. Perbaikan Kualitas Piutang Pihak Ketiga Proporsi piutang pihak ketiga dalam kategori "lancar" meningkat dari 62,41% menjadi 63,36%, sementara piutang berusia >90 hari menurun dari 4,28% menjadi 3,82% dari total piutang pihak ketiga.
3. Tanpa Pembentukan Cadangan MIDI tidak membentuk cadangan kerugian penurunan nilai piutang, mengindikasikan keyakinan manajemen terhadap kolektibilitas atau adanya jaminan/asuransi piutang yang memadai.

Meskipun piutang usaha bukan komponen material dalam struktur modal kerja MIDI (hanya 4,67% dari total aset), peningkatan piutang berusia >90 hari dari pihak berelasi (terutama PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk dan PT Sumber Trijaya Lestari) mengindikasikan potensi tantangan arus kas dalam ekosistem grup usaha.

5. Utang Usaha: Leverage yang Belum Optimal
Utang usaha mencapai Rp2.342,32 miliar pada 2024, meningkat 14,25% dari Rp2.050,14 miliar pada 2023. Peningkatan proporsional dengan pertumbuhan pendapatan (14,62%) mengindikasikan konsistensi kebijakan pembayaran.

Analisis mendalam mengungkapkan beberapa temuan signifikan:
1. Dominasi Utang pada Pihak Ketiga Utang usaha didominasi pihak ketiga (98,39%) dengan komposisi minimal kepada pihak berelasi (1,61%), menunjukkan independensi operasional relatif terhadap grup usaha.
2. Profil Aging yang Sangat Sehat Proporsi utang usaha dalam kategori "lancar" mencapai 97,53%, menunjukkan MIDI membayar kewajiban tepat waktu dan mempertahankan hubungan baik dengan pemasok.
3. DPO yang Belum Optimal DPO 54,76 hari, meski kompetitif dalam industri, masih menyisakan ruang untuk peningkatan. Beberapa pemain ritel global mampu mencapai DPO 70-80 hari tanpa mengganggu hubungan dengan pemasok.
4. Potensi Arbitrase Modal Kerja Selisih antara DPO (54,76 hari) dan DSO (7,47 hari) sebesar 47,29 hari menciptakan "arbitrase modal kerja" yang menguntungkan, dimana MIDI efektif mendapatkan pendanaan bebas bunga dari pemasok selama periode tersebut.

MIDI berpotensi meningkatkan efisiensi modal kerja dengan menegosiasikan perpanjangan terms of payment dari pemasok utama, terutama untuk kategori produk dengan margin tinggi atau velocity rendah.

6. Korelasi dengan Metrik Profitabilitas: Paradoks Pertumbuhan
Analisis korelasional mengungkapkan dinamika kompleks antara CCC dengan profitabilitas MIDI. Gross Profit Margin (GPM) mengalami peningkatan moderat dari 25,98% pada 2023 menjadi 26,31% pada 2024, menghasilkan pertumbuhan 0,33 poin persentase. Namun, terjadi kontradiksi signifikan pada level operasional dimana Operating Profit Margin (OPM) mengalami kontraksi dari 4,28% menjadi 3,62%—penurunan sebesar 0,66 poin persentase. Degradasi profitabilitas semakin terlihat pada tingkat bottom-line dengan Net Profit Margin (NPM) yang menurun dari 2,98% menjadi 2,39%, mencerminkan erosi sebesar 0,59 poin persentase. Fenomena ini terjadi bersamaan dengan pertumbuhan pendapatan yang substansial sebesar 14,62% year-on-year.

Paradoks profitabilitas MIDI dapat dijelaskan melalui beberapa faktor:
1. Front-loaded Cost Structure Ekspansi agresif menciptakan struktur biaya "depan berat" (front-loaded) dimana beban operasional (terutama penyusutan, sewa, dan personel) terjadi sebelum gerai baru mencapai titik optimal.
2. Delayed Revenue Ramp-up Gerai baru membutuhkan 6-12 bulan untuk mencapai sales maturity, menciptakan lag temporal antara investasi dan hasil. Dengan target 450 gerai baru pada 2024, dampak ini sangat signifikan.
3. Compression from Operating Leverage Pertumbuhan beban penjualan dan distribusi (15,26%) dan beban umum dan administrasi (17,75%) melampaui pertumbuhan pendapatan (14,62%), mengindikasikan negative operating leverage dalam jangka pendek.
4. Depresiasi dan Amortisasi Meningkat Penyusutan aset tetap meningkat 25,38% dari Rp400,76 miliar menjadi Rp502,48 miliar, sementara penyusutan aset hak-guna meningkat 14,26% dari Rp423,94 miliar menjadi Rp484,39 miliar—keduanya berkontribusi signifikan pada tekanan OPM.

Fenomena ini merupakan manifestasi "investment-driven temporary margin compression"—situasi dimana marjin tertekan sementara akibat fase investasi intensif, tetapi berpotensi pulih ketika aset baru mencapai produktivitas optimal.

7. Apa yang Harus Dilakukan Manajemen: Resep Optimalisasi CCC
Untuk meningkatkan efisiensi modal kerja sekaligus mempertahankan momentum pertumbuhan, manajemen MIDI perlu mengimplementasikan beberapa strategi:
1. Diferensiasi Kebijakan Persediaan Berdasarkan Kategori dan Lokasi
Implementasikan inventory management diferensial dengan kebijakan safety stock dan reorder point
yang berbeda untuk kategori produk berdasarkan margin, velocity, dan risiko keusangan
Desain kebijakan persediaan spesifik untuk gerai di luar Jawa yang mempertimbangkan tantangan
logistik dan pola permintaan regional
2. Optimalisasi Terms of Payment Pemasok
Segmentasi pemasok berdasarkan nilai strategis dan posisi tawar untuk pendekatan negosiasi yang
diferensial
Target perpanjangan DPO minimal 7 hari untuk kategori produk non-makanan dan 5 hari untuk makanan, berpotensi mengurangi funding gap hingga 100%
3. Akselerasi Sales Ramp-up Gerai Baru
Implementasikan "push strategy" agresif untuk gerai baru melalui program promosi targetted dan communication plan spesifik lokasi
Kembangkan protokol operasional teradaptasi untuk mempercepat pencapaian operational excellence di gerai baru
4. Optimalisasi Jaringan Distribusi
Akselerasi pengembangan gudang di Sulawesi Utara dan Sulawesi Tenggara yang berpotensi meningkatkan kapasitas hingga 310 gerai
Implementasikan sistem cross-docking untuk kategori produk tertentu untuk mengurangi DIO tanpa mengorbankan service level
Target realistis yang dapat dicapai dalam 12-18 bulan:
• Reduksi DIO dari 62,72 hari menjadi 55 hari (-12%)
• Peningkatan DPO dari 54,76 hari menjadi 62 hari (+13%)
• Mempertahankan DSO pada level rendah current (7-8 hari)
• Perbaikan CCC dari 15,43 hari menjadi 1-2 hari, potensial mencapai zona negatif (working capital surplus)

8. Yang Perlu Diawasi Investor: Sinyal Pemulihan atau Pemburukan
Bagi investor yang mempertimbangkan atau sudah memiliki saham MIDI, beberapa metrik kunci berikut perlu dipantau ketat untuk mengidentifikasi sinyal pemulihan atau penurunan kinerja fundamental:

1. Rasio Pertumbuhan Persediaan vs. Pertumbuhan Pendapatan Rasio ideal: ≤1,0x (pertumbuhan persediaan tidak melebihi pertumbuhan pendapatan). Nilai >1,0x mengindikasikan risiko penumpukan persediaan. Saat ini, rasio 1,09x (pertumbuhan persediaan 15,94% dibandingkan pertumbuhan pendapatan 14,62%) menunjukkan tekanan moderat pada efisiensi persediaan.
2. Same-Store-Sales-Growth (SSSG) Target yang diumumkan 6% untuk format Alfamidi menjadi benchmark penting. SSSG <4% akan mengindikasikan tantangan fundamental dalam strategi merchandise dan positioning. Metrik ini mencerminkan kesehatan intrinsik model bisnis terlepas dari efek ekspansi.
3. Profitabilitas per Format Gerai Fokus khusus pada perkembangan format Lawson yang sedang direstrukturisasi. Indikator positif: perbaikan kontribusi per meter persegi dari format ini. Disagregasi kinerja per format akan mengungkapkan efektivitas strategi revitalisasi Lawson dan optimalisasi portofolio format.
4. Rasio Konversi EBITDA ke Arus Kas Operasional Peningkatan rasio ini mengindikasikan perbaikan efisiensi modal kerja. Target ideal: >80% (dibandingkan dengan 65-70% saat ini). Monitoring rasio ini memberikan visibilitas atas kemampuan MIDI mengkonversi profitabilitas akuntansi menjadi kas riil.
Investor juga perlu mengawasi keberhasilan implementasi strategi store-in-store Lawson yang merupakan eksperimen format baru dengan potensi meningkatkan efisiensi utilisasi ruang dan pendapatan per meter persegi. Keberhasilan format ini berpotensi menciptakan model bisnis dengan capital efficiency yang lebih tinggi.

Kesimpulan: Fase Investasi dengan Prospek Jangka Menengah Menarik
Analisis komprehensif mengindikasikan bahwa MIDI berada dalam fase investasi intensif dengan implikasi beragam terhadap profitabilitas dan efisiensi modal kerja:
Elemen Positif:
• CCC yang sangat efisien (15,43 hari) menjadi buffer penting di tengah ekspansi agresif
• Pertumbuhan pendapatan kuat (14,62%) dengan diversifikasi format yang terencana
• Peningkatan GPM (+0,33%) menunjukkan kekuatan fundamental model bisnis
• Pengembangan infrastruktur logistik berpotensi menciptakan competitive advantage jangka panjang
Area Perhatian:
• Kontraksi OPM (-0,66%) dan NPM (-0,59%) mengindikasikan tekanan jangka pendek pada profitabilitas
• DIO (62,72 hari) yang melebihi DPO (54,76 hari) menciptakan funding gap yang perlu dioptimalisasi
• Format Lawson yang "stagnan 11 tahun" memerlukan reformulasi strategi fundamental
• Kompleksitas operasional meningkat dengan ekspansi ke luar Jawa dan diversifikasi format
Bagi investor jangka pendek (6-12 bulan), MIDI mungkin terlihat kurang menarik karena fase kompresi margin akibat investasi besar-besaran. Namun, bagi investor jangka menengah (12-36 bulan), prospeknya justru menarik karena:
1. Valuasi saat ini belum sepenuhnya mencerminkan potensi skalabilitas dari aset baru
2. Ekspansi gerai menciptakan network effect dan economies of scale yang akan termanifestasi dalam 2-3 tahun
3. Efisiensi modal kerja yang solid memberikan fondasi kuat untuk ekspansi berkelanjutan
Secara keseluruhan, MIDI sedang berada dalam fase "investasi mendahului hasil" dengan trade-off jangka pendek antara pertumbuhan dan profitabilitas. Namun, efisiensi modal kerja yang solid dan strategi ekspansi terencana menciptakan prospek jangka menengah yang menarik saat aset baru mencapai produktivitas optimal dan skala ekonomi terealisasi.

$MIDI

Read more...

1/6

testestestestestes
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Transformasi dan Paradoks PT Midi Utama Indonesia Tbk: Analisis Kritis Model Bisnis Multi-Format

Ekspansi agresif PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI) mengungkapkan narasi transformasi yang kompleks namun diwarnai kontradiksi fundamental. Eksaminasi kinerja finansial mengidentifikasi disonansi antara metrik pertumbuhan dan profitabilitas yang memerlukan evaluasi kritis.

Disonansi Fundamental dalam Kinerja Finansial

Tiga paradoks utama mencuat dalam lanskap finansial MIDI:

1. **Paradoks Ekspansi-Profitabilitas**: Pertumbuhan pendapatan yang impresif sebesar 14,6% YoY (mencapai Rp19,89 triliun) berbanding terbalik dengan kontraksi laba bersih Q4 2024 yang signifikan (-36,5% YoY). Anomali musiman ini—mengingat Q4 seharusnya menjadi periode dengan konsumsi tertinggi—mengindikasikan tantangan struktural dalam model bisnis.

2. **Paradoks Format-Efisiensi**: Konsolidasi jumlah gerai (turun ke 2.809 dari 2.906) namun dengan pertumbuhan pendapatan double-digit menunjukkan pivoting dari strategi "quantity-driven" ke pendekatan "quality-focused". Namun, erosi margin operasional dari 4,3% menjadi 3,6% mempertanyakan efektivitas transformasi ini dalam jangka pendek.

3. **Paradoks Kategori-Margin**: Akselerasi superior kategori makanan segar (+22,7% YoY) sebagai kategori dengan pertumbuhan tertinggi seharusnya mendorong ekspansi margin, mengingat karakteristik margin kontribusi yang lebih tinggi. Namun, kompresi margin konsolidasi mengindikasikan beban investasi yang substansial dalam infrastruktur supply chain untuk mendukung pertumbuhan kategori ini.

Observasi Non-Konvensional: Pola Geografis Melawan Arus

Kontribusi pendapatan dari luar Jawa yang mencapai 42,1% merepresentasikan anomali signifikan dalam lanskap ritel modern Indonesia. Pendekatan ini melawan gravitasi konvensional ekspansi ritel yang umumnya terkonsentrasi di pasar urban padat. Penelusuran mendalam mengungkapkan bahwa MIDI mengadopsi strategi "first-mover advantage" di pasar sekunder yang under-penetrated, meminimalkan head-to-head competition dengan pemain dominan di pasar utama.

Namun, sekuens profitabilitas kuartalan yang memperlihatkan penurunan progresif momentum pertumbuhan year-on-year sepanjang 2024 mengindikasikan cost-of-expansion yang substansial dalam strategi ini. Q1: +34,7%, Q2: +16,9%, Q3: +8,4%, hingga kontraksi signifikan Q4: -36,5%.

Interrogasi Terhadap Strategi Multi-Format

Manajemen simultan empat format ritel distingtif—Alfamidi, Alfamidi Super, Midi Fresh, dan Lawson—menciptakan kompleksitas operasional yang tidak proporsional dengan skala bisnis. Pengurangan drastis 305 gerai Lawson-in-store mengindikasikan reevaluasi fundamental terhadap viabilitas format ini.

Pertanyaan kritis muncul: Apakah diversifikasi format menciptakan sinergi operasional yang justified, atau justru menghasilkan diseconomies of scope? Pengalaman regional menunjukkan bahwa proliferasi format sering menghasilkan dilusi fokus manajemen dan kompleksitas supply chain yang sulit dimonetisasi.

Perspektif Komparatif Regional

FamilyMart Taiwan menawarkan blueprint transformatif yang relevan, dengan margin operasional 7,2%—hampir dua kali lipat MIDI. Diferensiasi utama terletak pada strategi private label yang agresif (18-25% total SKU vs 8,7% MIDI) dan integrasi vertikal rantai pasok yang lebih matang.

AEON Malaysia dengan pendekatan multi-tier retail juga mencapai margin operasional 5,5% dengan pertumbuhan pendapatan 14,3%—hampir identik dengan MIDI namun dengan profil profitabilitas yang signifikan lebih tinggi.

Zona Risiko Kritikal dalam Eksekusi Strategi

1. **Tantangan Supply Chain di Pasar Sekunder**: Ekspansi di luar Jawa menghadapi bottleneck infrastruktur logistik, menyebabkan in-store availability sub-optimal dan stockouts periodik—terutama untuk kategori makanan segar yang sensitif terhadap waktu dan memerlukan sistem cold chain sophisticated.

2. **Vulnerabilitas terhadap Disrupsi Quick Commerce**: Aplikasi Midi Kriing belum sepenuhnya mengakomodasi model pengiriman ultra-cepat, menciptakan risk exposure terhadap disrupsi dari pemain spesialis seperti Astro dan TipTip yang telah mendominasi segmen ini di area urban.

Sintesis Valuasi dan Perspektif Investasi

Pada level Rp300 dengan PER 18,36x, MIDI berada pada ekuilibrium valuasi yang sensitif terhadap revisi ekspektasi pertumbuhan. Ekspansi pendapatan double-digit mengindikasikan potensi pertumbuhan jangka panjang yang substansial, namun tantangan eksekusi dalam transformasi multi-format dan ekspansi geografis menciptakan risiko persistensi kompresi profitabilitas.

Dalam konteks ini, MIDI menawarkan risiko-imbalan yang proporsional, dengan potensi apresiasi 17,5-22,3% dalam 12-24 bulan mendatang—contingent pada kemampuan manajemen menstabilkan tren profitabilitas dan mengkapitalisasi skala operasional untuk menciptakan efisiensi struktural.

---

Disclaimer**: Analisis ini bersifat akademis dan informatif, bukan merupakan rekomendasi atau ajakan untuk membeli atau menjual efek. Dokumen ini disusun berdasarkan informasi yang tersedia untuk tujuan evaluasi dan diskusi, tidak mempertimbangkan situasi finansial atau tujuan investasi individual pembaca. Setiap keputusan investasi hendaknya didasarkan pada penilaian independen dan konsultasi dengan penasihat keuangan profesional yang memiliki kualifikasi dan memahami profil risiko spesifik investor. Penulis tidak bertanggung jawab atas kerugian atau konsekuensi finansial apapun yang mungkin timbul dari penggunaan informasi ini.

$MIDI

Read more...

1/9

testestestestestestestestes
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$MAPA $AMRT $MIDI

The reversal will be legendary for these three...

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$MIDI mas mbakku semuanya, izin diskusi saja, saya sudah turun 19%, mungkin masih banyak yg diatas itu. pertanyaan saya, mungkin tidak ya $MIDI kena suspend, lalu delisting dari bursa? tentu saja mungkin ini namanya investasi, biasanya dari uang dingin. harapannya tentu saja ingin kembali ke harga semula atau lebih. menurut kalian gimana ya mengenai ini sekarang dan untuk nantinya? mohon izin mungkin bisa dibantu berpendapat

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Bagus Nih

$HEAL $MIDI $SGRO

2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy