Volume
Avg volume
PT Modern Internasional Tbk. didirikan pada tanggal 12 Mei 1971 dengan nama PT Modern Photo Film Company. Setelah mengalami beberapa perubahan dalam Anggaran Dasar Perseroan, oleh Undang-Undang Notaris Budiarti Karnadi, SH No. 48, tanggal 26 Mei 1997, mengenai perubahan Anggaran Dasar Perseroan, termasuk perubahan nama Perusahaan, menjadi PT Modern Photo Tbk dan pada bulan Juni 2007, dengan perubahan bisnis global yang terjadi, PT Modern Photo Tbk. Berubah nama menjadi PT Modern Internasional Tbk. dan sejak tahun 1971, Perusahaan telah menjadi distributor tunggal untuk semua produk Fujifilm Jepang di Indonesia. Perusahaan ini ... Read More
Skemanya $MDIY mirip seven eleven $MDRN yang dulu ekspansi kenceng tapi bukan franchise dan fully funded by debt.
bisa jdi nasib mirip?
Kondisi ekonomi dan bisnis yang menantang saat saat ini, selayaknya dua sisi koin.
Ada masalah yang muncul dan menyebabkan ada yang menjadi the losers (yang kalah). Namun, juga menyajikan banyak peluang peluang. Bukan hanya peluang dari mereka yang tetap growing di masa sulit, tapi juga peluang peluang yang muncul dari bisnis atau perusahaan yang sedang dalam proses turnaround, sedang bangkit dari posisi the losers menjadi pemain berpengaruh, bahkan bisa kembali ke tingkatan yang belum pernah mereka alami sebelumnya. Peluang terbesar biasanya ada di yang ini - wajar karena yang losers ini paling banyak dan yang losers ini paling menonjol kalau terjadi kebangkitan atau growth.
Namun demikian, turnaround memiliki level yang berbeda beda dengan resiko yang berbeda beda juga. Saya membaginya dalam 5 level turnaround berbeda, dan akan saya bagi di postingan kali ini.
======
Oke, prinsip turnaround pada dasarnya adalah perbaikan. Perbaikan paling jelas biasanya terlihat dari kinerja keuangan, yang merupakan penggabungan dari faktor internal (improvement operasional, perubahan strategi, manajemen yang lebih jeli dsb) dan faktor eksternal (perbaikan ekonomi dan outlook sektor, perubahan regulasi dan dukungan pemerintah, pengembangan yang dilakukan oleh pemain pemain di sektor yang sama dsb), dan kedua faktor ini harus ada untuk bisa memunculkan efek turnaround. Ngga bisa salah satunya saja, karena ada pihak pihak eksternal yang mempengaruhi persepsi, kepercayaan diri dan tawaran tawaran yang masuk. Sementara, kesiapan internal menyambut peluang juga menjadi penting, dengan penguatan modal kerja dan cashflow serta standar operasional yang lebih baik.
Yah, sama seperti rumus bisa viral di media sosial sekarang dan rumus menangkap peluang peluang pada umumnya, kesiapan diri harus bertemu dengan faktor eksternal (lucky/keberuntungan, perubahan tren dan kondisi yang memungkinkan lainnya).
Saya mengkategorikan ada 5 level turnaround, dari yang terendah resiko hingga yang tertinggi. Tentu resiko disini berbanding lurus dengan peluang keuntungan yang diperoleh.
Level turnaround pertama adalah : bisnisnya sama, tapi terjadi perbaikan kinerja yang kelihatan. Biasanya di level ini, perusahaan atau bisnis berada di situasi yang sebenernya sehat, struktur keuangannya relatif oke dan wajar, tapi situasi eksternal umumnya menekan mereka sehingga mereka menghadapi penurunan kinerja. Ada juga sih potensi situasi internal mereka menekan, tapi biasanya bersifat mudah diperbaiki. Misalnya karena kesalahan strategi atau ada improvement operasional yang membuat mereka bisa lebih baik kedepannya.
Resiko dari turnaround ini rendah, karena tidak ada perubahan yang signifikan yang sampai membuat ketidakpastian dalam melihat prospeknya. Selain itu, dengan bisnis yang sama persis, berarti manajemen dan pengendali masih pede bahwa bisnisnya masih bagus, serta mereka masih melihat bahwa posisi bisnis mereka masih yang teratas atau masih bisa bersaing. Namun demikian, karena relatif “mudah ditebak” prospeknya serta cukup mengharapkan kondisi eksternal yang lebih baik, maka peluang turnaround menghasilkan keuntungan signifikan juga lebih rendah.
Yang berikut : bisnisnya sama, tapi karena perubahan perubahan tertentu, ada hal yang berbeda pada kinerjanya. Maksudnya, secara garis besar bisnisnya sih sama, tapi ada improvement, efisiensi hingga aksi penjualan terhadap aset atau bisnis secara signifikan (jumlahnya cukup besar) yang dilakukan sehingga membuat ada perubahan, yang sifatnya bisa sementara, bisa juga tetap pada kinerja. Situasi ini biasanya cukup seimbang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, yang membuat mereka melakukan perubahan perubahan itu.
Level resiko turnaround ini ringan-menengah (low medium). Disebut ringan, karena masih ada bisnis eksisting yang dipertahankan - biasanya bisnisnya masih bagus atau berpengaruh besar terhadap kinerja perusahaan. Artinya, prospeknya masih memungkinkan untuk mudah dilihat dan masih berkontribusi positif - minimal masih bisa diperbaiki. Namun demikian, akibat perubahan perubahan tersebut, misalnya PHK/layoff, efisiensi dan penjualan penjualan, ada asumsi yang berubah. Asumsi ini bisa penurunan pendapatan sementara, perbaikan kinerja yang one time (satu kali) dan adanya perubahan strategi yang sifatnya eksperimental, sedikit atau banyak mempengaruhi kinerja. Dari sisi peluang keuntungan, juga akan mirip.
Ketiga : bisnisnya sama, tapi pemilik dan manajemennya ada perbedaan. Yang ini level turnaroundnya unik. Bisnisnya ngga ada perubahan, kinerjanya pun mengikuti peluang yang muncul dari eksternal dan internal. Namun, dengan perubahan pemilik dan/atau manajemen baru, mereka memiliki strategi dan keputusan yang berbeda dibandingkan pemilik dan manajemen sebelumnya. Termasuk, keputusan atas strategi yang sudah sukses dijalankan atau menghasilkan perbaikan yang berarti. Perbedaan ini tentu menghasilkan perubahan prospek dan ketidakpastian hasil dari kinerja yang muncul kedepannya.
Level resikonya, medium. Posisinya di tengah banget. Satu sisi, bisnis yang sama menopang keberlanjutan peluang dan prospek, serta kinerja yang sudah dicapai. Namun, karena belum tentu mereka akan tetap mempertahankan apa yang sudah sekarang, perubahan kinerja bisa terjadi. Jika mempengaruhi secara positif, oke aja. Malah prestasi tersendiri karena keberhasilan integrasi tim internal lama dengan tim baru yang membentuk strategi bagus. Tapi jika ternyata berdampak negatif? Gagal itu turnaround dan peluang keuntungannya.
Level keempat, alias sudah mulai hangat, adalah bisnisnya sudah berbeda (minimal ada diversifikasi saat bisnis lama yang dipertahankan) dengan pemilik dan manajemen yang sama. Biasanya turnaround ini terjadi lebih karena kebutuhan internal, misalnya bisnis lama yang sudah kurang prospek atau mereka yang menghadapi tantangan untuk bisa relevan di bisnis lamanya. Akhirnya mereka coba coba bisnis lain yang bisa jadi berkaitan dengan bisnis lama, tapi versinya sudah lebih baik atau relevan. Atau, mereka bener bener berubah total bisnisnya 100%, tapi tim manajemen dan pemiliknya sama sama aja.
Pada kondisi ini, level resikonya meningkat ke menengah tinggi (medium high). Tim manajemen dan pemilik yang sama adalah pelindung dari turnaround ini, karena memungkinkan gejolak internal yang lebih rendah dalam proses perubahan ini. Istilah kata, manajemen yang lama cenderung lebih mudah diterima oleh level manager ke bawah yang sudah lama bersama, sehingga perubahan yang dilakukan tidak mendapat resistensi (penolakan) yang signifikan. Bahkan, bisa jadi manager ke bawah (staff) akan gotong royong mendukung proses ini. Selain itu, tim manajemen dan pemilik yang sama juga bisa jadi membawa expertise (pengalaman) yang tetap berkaitan dengan bisnis baru, sehingga tidak ada masalah adaptasi yang signifikan dan bisa memicu peluang positif.
Saya kemudian teringat proses turnaround ini dengan apa yang terjadi di Modern Internasional (MDRN), ketika mereka mau mengubah bisnis mereka dari kamera dan studio foto Fuji Film ke Sevel (7 Eleven). Cerita turnaround mereka, bisa dibaca di s. id/ceritasevelplbk. Dalam proses turnaround ke Sevel ini, level manager dan staff ke bawah juga ikut serta membantu proses ini. Mereka kemudian ikut proses untuk bisa relevan dengan format ritel baru yang berbeda dari sebelumnya. Sejumlah karyawan Sevel saat itu adalah mereka yang dulunya pernah bekerja di operasional Fuji Filmnya MDRN.
Namun demikian, perubahan dengan metode ini tentu punya tantangan, karena ada kecenderungan mempertahankan zona nyaman. Hal ini bisa terlihat dari konsep Sevel yang kelihatan serba dar der dor dan royal banget, ditambah ekspansi gila gilaan seakan akan seperti jaman Fuji Film dulu - yang penting ada dimana mana. Hasilnya, ya tentu yang sudah kita ketahui sekarang (baca : gagal). Meski resikonya mayan tinggi, misalnya pada apa yang terjadi di Sevel dan MDRN dulu, peluang pertumbuhan dan keuntungannya juga sepadan.
Yang terakhir dan level resiko maupun keuntungannya paling tinggi adalah : bisnis berbeda, manajemen dan pemilik juga berbeda. Kalau yang ini ngga perlu dijelaskan detail ya. Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah aksi korporasi yang menghasilkan turnaround seperti ini banyak terjadi. Misalnya apa yang terjadi di Pantai Indah Kapuk Dua (PANI), yang berubah dari bisnis pengolahan ikan menjadi bisnis properti, dengan pemilik yang berubah juga. Sebuah turnaround yang bukan maen dan spektakuler.
Dengan perubahan drastis tersebut, dimana bisnis, manajemen dan pemilik berubah, maka penilaian prospek kedepannya menjadi lebih “ngeblur” sehingga terasa penuh dengan janji janji. Sementara, perubahan kinerja yang terjadi dibanding periode sebelumnya menjadi tidak relevan dibicarakan karena sudah menjalani sebuah langkah baru yang bener bener dari nol. Artinya, resiko menjadi lebih tinggi dan hanya bergantung pada apa yang dibawa (plus track record) pemilik barunya yang membawa manajemen dan bisnis baru. Namun, keuntungannya to the maxxx, karena perubahan signifikan dan perbaikan kinerja yang potensial. Tapi, kerugiannya juga maxxx sih. Jadi perlu hati hati dan teliti sebelum membeli.
Begitulah 5 level turnaround bisnis versi saya. Bisa dipilih mana yang lebih sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman. Yang jelas, makin tinggi resiko dan peluang, makin banyak godaan dan tantangan yang bisa dihadapi selama memegang sahamnya. Karena itu, saham turnaround tidak untuk semua orang. Bisa saja rejekinya cuma di saham saham yang pasti pasti kinerjanya atau sektornya. It's OK Untuk Hal Itu. Tapi, sebagai pengalaman, mencoba turnaround yang level terendah pun juga bisa dilakukan.
Bacaan menarik soal saham, investasi dan bisnis lainnya, cek Instagram, TikTok dan Threads @plbk.investasi. Cek juga tulisan lainnya di s. id / plbkrinaliando.
$IHSG $MDRN $PANI $ARTO $BIRD
1/2
Iseng review performance $BINO termasuk Q1 Q2 2022, 2023 dan 2024 versi ROE dan ROA,
Catatan: Q4 2024 hanya perkiraan, karena belum keluar LKnya
Ulasan Lawas https://stockbit.com/post/15639852
$KONI $MDRN $MFMI $VTNY
Website emiten : https://cutt.ly/GeXne5ui
Prospektus: https://cutt.ly/jeXne85N
LK Q3 2024 : https://cutt.ly/2eXne4jl
File xls, https://cutt.ly/yeXne49U ulasan terbaru ada di sub sheet "Emiten ver. 1.1 part2"
Pertumbuhan bisnis jangka panjang itu terkadang tidak semulus jalan tol
Salah satu hal yang rutin saya lakukan adalah mencari saham-saham yang bisa tumbuh dalam jangka panjang.
Terdapat beberapa kategori perusahaan yang bisa seperti itu di masa depan.
Yang pertama dan paling sederhana adalah perusahaan yang secara historis dalam jangka panjang tumbuh stabil dan memiliki kinerja yang baik.
Asumsinya, perusahaan seperti ini telah memiliki basis pelanggan yang kuat serta telah memiliki pengalaman mengelola bisnis dengan baik dalam jangka panjang. Dengan bermodalkan kedua hal tersebut, saya berharap kinerjanya tetap stabil di masa mendatang.
Namun kita juga harus menyadari bahwa bisnis seperti halnya manusia juga mengalami fase-fase alamiah yang tak terhindarkan. Ketika perusahaan sudah menjadi terlalu besar, potensi untuk tumbuh akan menurun.
Akan sangat menarik jika kita coba mempeljari case $UNVR . Setelah tumbuh stabil sekian lama, bisnisnya mulai melewati masa maturity dan menurun. Apakah UNVR akan bisa kembali bangkit? Only time will tell.
Jika menganalisis saham seperti ini, kuncinya adalah mengetahui apakah langkah strategis manajemen mampu membuat bisnis tetap relevan dan bisa membuat perusahaan tetap berada dalam jalur pertumbuhan.
Yang kedua adalah perusahaan yang relatif masih muda dan ukurannya relatif kecil (small to medium). Jika memiliki produk yang bagus dan manajemen yang mumpuni, perusahaan seperti ini akan memiliki ruang untuk tumbuh yang sangat luas. Tidak jarang kita akan melihat labanya bisa tumbuh > 20% per tahun.
Namun kita harus memahami bahwa perusahaan seperti ini juga memiliki kemungkinan kegagalan yang cukup besar.
Pada beberapa kasus, saya menemukan bahwa permasalahannya terdapat pada ketidaksiapan sistem internal perusahaan. Akibatnya adalah pengelolaan modal kerja yang buruk serta kegagalan untuk mengendalikan biaya operasional.
Jika permasalahan tersebut tidak cepat ditangani, perusahaan bisa kehilangan momentum pertumbuhannya dan berakhir menjadi perusahaan mediocre saja.
Permasalahan lain yang pernah saya temui pada perusahaan seperti ini adalah kegagalan dalam mempersiapkan modal yang cukup untuk menunjang pertumbuhannya. Akibatnya perusahaan harus menambah modal secara eksternal.
Yang ketiga adalah perusahaan besar yang berhasil kembali bangkit setelh restrukturisasi atau menemukan bisnis baru yang potensial.
Jika restrukturisasi berhasil, perusahaan akan kembali sehat bisnisnya (turnaround). Namun jika masih berada dalam bisnis yang sama, belum tentu perusahaan akan bisa melanjutkan pertumbuhannya (karena ukurannya sudah terlalu besar juga).
Namun ada kata-kata Warren Buffett yang perlu kita ingat: "Turnarounds seldom turn."
Tidak banyak perusahaan yang berhasil melakukan restrukturisasi. Walaupun memang jika berhasil, bisnisnya akan kembali sehat dan harga sahamnya akan dengan cepat meningkat.
Pada kasus lain, perusahaan juga bisa kembali tumbuh jika berhasil menemukan bisnis baru yang potensial sehingga menciptakan siklus pertumbuhan baru. Sebagai contoh, bagaimana $ADES mulai bangkit pada tahun 2016 dan merevitalisasi kembali bisnisnya.
Kasus lainnya yang bisa kita temui adalah $ICBP yang pada tahun 2015-2016 mulai stagnan pertumbuhannya. Untuk memecah kebuntuan, ICBP melakukan akuisis terhadap Pinehill untuk memperluas pasar di Timur Tengah. Harga yang dibayar tidak murah. Apakah pertumbuhannya ke depan akan sebanding dengan tambahan hutang untuk membiayai transaksi tersebut? Mari kita pantau bersama-sama.
Namun kita harus lebih berhati-hati jika bisnis barunya berada di bidang yang berbeda dengan core business sebelumnya. Apakah perusahaan memiliki core competence yang cukup pada bisnis barunya tersebut?
Bisnis yang baru bisa berpotensi menjadi diworsification dan memperburuk kondisi perusahaan.
Untuk memahami permasalahan ini, coba untuk mendalami kasus $MDRN ketika mulai membuka franchise 7-Eleven beberapa tahun lalu. Apa pelajaran yang bisa kita dapatkan?
Catatan akhir:
Perusahaan akan mengalami berbagai kondisi ekonomi, baik maupun buruk sehingga sangat mungkin dalam jangka pendek akan terpengaruh kinerjanya.
Perusahaan yang memang 'wonderful' akan bisa bangkit kembali dan melanjutkan pertumbuhan bisnisnya.
Oleh karena itu, kondisi ekonomi yang buruk bisa menjadi kesempatan bagi kita untuk menguji ketangguhan suatu perusahaan. Apakah akan bisa survive atau malahan terus terpuruk?
Disclaimer: Tuisan ini adalah media edukasi dan bukan ajakan untuk membeli atau menjual saham.
Mari ngopi dulu di pagi hari yang cerah ini 😀☕️
$IHSG
$MDRN Punten....
Kek ny klo buat balik lg ≤Rp5 agak sulit. Mentok² sideways di 7-10. Semoga optimis Rp50 menemani $MDLN
@andresugiarto paling kasusnya kayak $HERO yang lepas Giant, $MDRN lepas 7-elevel, terus $LPPF lepas Debenhams. Cuma ya casenya beda sih sama ACES
Banyak yang bertanya-tanya, gimana nasib saham $ACES setelah lepas lisensi franchise Ace Hardware?
Secara historis, ada 3 penyebab sebuah perusahaan melepas lisensi francsehinya:
1. Bisnis yang berlisensi franchise-nya jadi beban bisnis keseluruhan dan gak menghasilkan uang. Contoh, $HERO melepas Giant dan $MDRN melepas 7-eleven
2. Bisnis yang berlisensi franchise dianggap kurang menguntungkan (atau cuma pengen test market), sementara bisnis utama masih kuat. Contoh kayak $LPPF melepas Debenhams
3. test bisnis untuk dibuat bisnis yang serupa, seperti Wal-Mart yang sempat dikelola $MLPL kini berubah jadi MPPA by Hypermart. Lalu, Carrefour berubah jadi Transmart.
Kalau begitu, ACES termasuk yang mana? mungkin bisa jadi yang keempat, yakni melepas karena faktor X. Untuk mengetahui prospek ACES ke depannya bisa cek di sini: https://cutt.ly/QeRiwoMn
Bukan, $MDRN itu bisnisnya jualan kamera fujifilm dan alat untuk jasa cetak foto pas tahun 90-an dulu
hahahaha gw kasih tau selain tamu ada $HADE sama $MDRN yg udah rame. mending lu mampir deh ke emiten itu biar lu tambah kaya