Volume
Avg volume
PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) didirikan pada tahun 1995. Portofolio Perseroan terdiri dari Department Stores, Segmen Penjualan Ritel, Digital, Food & Beverage dan lain-lain. Perseroan mengelola Lebih dari 150 Merek Kelas Dunia, Lebih dari 110 Konsep Ritel, Lebih dari 20.000 Karyawan, 2.658 Gerai Ritel dan Beroperasi di 81 Kota di Indonesia.
Saham dan Mudik: Ketika THR Nyangkut di Kota, BBM Irit, dan Investor Nongkrong di Shibuya
Lebaran 2025 jadi semacam eksperimen sosial-ekonomi berskala nasional yang bisa bikin ekonom garuk-garuk kepala dan analis saham menatap chart sambil ngopi dua gelas. Kalau dilihat dari data, banyak hal tampak kontradiktif. Jumlah pemudik nasional turun, tapi volume kendaraan di tol naik. Konsumsi bensin dan avtur turun, tapi trafik bandara dan mall tetap ramai. Mall meledak pengunjung, tapi saham ritel kayak LPPF dan RALS malah lesu. Sementara itu, trafik internet naik gila-gilaan, tapi sinyal bisa hilang entah ke mana, dan investor ramai-ramai healing ke luar negeri karena bursa keburu tutup sebelum harga saham bisa diselamatkan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Menurut Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi, jumlah pemudik Lebaran 2025 hanya 154,6 juta orang, turun 4,69% dari 2024 yang mencapai 162,2 juta orang. Ini bukan sekadar angka, tapi sinyal shifting besar-besaran dalam pola konsumsi dan mobilitas. Apalagi, data Kadin menunjukkan Rp19,4 triliun uang Lebaran tahun ini gak sempat jalan-jalan ke kampung, alias mandek di kota. Biasanya uang itu mampir dulu ke pasar tradisional, bengkel motor kampung, toko baju pinggir jalan, atau paling tidak buat traktir ketupat ke tetangga. Sekarang? Mungkin sebagian besar berubah jadi tiket ke Jepang, iPhone di mal, atau langganan YouTube Premium.
Yang bikin bingung: kalau pemudik turun, kenapa jalan tol tetap padat? Ternyata volume kendaraan di tol Jabodetabek justru naik +8,48%, dan di Tol Trans Sumatera juga meningkat. Artinya, orang-orang memang gak mudik jauh, tapi tetap keliling: staycation ke Puncak, makan sop buntut di Bogor, atau buka puasa hari ketiga di Bandung sekalian mampir ke outlet. Ini juga sesuai dengan data dari XL Axiata, yang menyebut hanya 27% pelanggan Jabodetabek yang mudik, sisanya tetap stay. Bahkan trafik internet Jabodetabek naik +18%, Telkomsel naik +15,7%, dan XL tembus +21%. Warga kota gak ke kampung, tapi tetap eksis—main TikTok, silaturahmi lewat WA, dan nonton series Korea sambil rebahan.
Nah, semua pergerakan lokal ini bikin mal di kota besar tetap ramai, khususnya mal premium. Saham seperti MAPI dan MAPA bisa senyum-senyum tipis karena meski pengunjung banyak, mereka gak perlu repot pasang diskon besar. Tapi emiten seperti LPPF dan RALS, yang basis tokonya di daerah dan kota lapis dua, mungkin harus gigit jari. Gak ada arus uang dari kota, gak ada belanja massal di Ramayana. Bahkan, data Pertamina dan BPH Migas menunjukkan konsumsi bensin turun dari 105.081 KL ke 103.843 KL per hari, dan akumulasi nasional mencapai penurunan -6%. Jadi walaupun mobil tetap banyak, ternyata orang jalan pendek-pendek dan kendaraan makin irit BBM. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau naik mobil irit masih bisa nyambung, tapi bagaimana dengan maskapai? Jumlah penumpang pesawat justru naik +0,8% (data Dirjen Perhubungan Udara), tapi jumlah penerbangan turun -5,1%, dan konsumsi avtur turun -4% (data Kementerian ESDM). Efeknya? Maskapai kayak GIAA (Garuda) dapat momentum efisiensi: kursi penuh, frekuensi terkontrol, dan BBM hemat. Tapi cerita paling menarik datang dari luar negeri. Gara-gara bursa tutup dari 28 Maret sampai 7 April, banyak investor milih jalan-jalan ke luar negeri. Tiket promo, hotel diskon, dan volatilitas saham sementara “pause”—kenapa gak sekalian cari matcha asli di Uji, kan?
Data dari Traveloka dan Google Trends menunjukkan lonjakan pemesanan tiket ke luar negeri selama periode 28 Maret – 11 April. Bandara Soetta rame di terminal internasional. Hotel di Jepang, Thailand, dan Korea Selatan mencatat okupansi naik, sedangkan di dalam negeri justru turun. Contohnya? Okupansi hotel di Bali Selatan anjlok ke 40–50%, padahal tahun lalu tembus 60%. Bahkan, pengelola kawasan wisata mengaku kecewa karena wisatawan lokal lebih pilih keluar negeri ketimbang stay di vila Ubud.
Yang lebih dramatis, banyak dari mereka yang “healing” ini adalah kelas menengah-atas: para profesional, pebisnis, dan ya… para investor. Mereka punya dana standby, THR utuh, dan waktu panjang tanpa transaksi. Daripada nyangkut di saham dan baca berita perang dagang Trump, mending nongkrong di Harajuku. Efeknya jelas: segmen ritel premium domestik stagnan, bukan karena lesu daya beli, tapi karena dompetnya lagi nyangkut di Tokyo Tower, bukan di Grand Indonesia.
Sektor perhotelan di dalam negeri juga terbagi dua. Di sisi lain, Malang dan Bukittinggi mencatat okupansi 80–100% dan naik 100% dibanding 2023. Artinya, wisata lokal tetap ada, tapi lebih ke keluarga menengah yang staycation di kota yang masih bisa dijangkau via darat. Ini bisa jadi kabar bagus buat emiten seperti SHID (Hotel Sahid) atau SSIA, yang portofolionya banyak di luar Bali. Mereka gak terlalu bergantung sama turis premium atau bujet kementerian. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Transportasi umum juga ikut berubah. Kementerian Perhubungan mencatat jumlah pengguna angkutan umum naik +8,5%, dengan bus naik +19% dan kapal laut +21%. Tapi karena moda ini efisien secara energi, konsumsi solar stagnan atau turun. Ini membuka peluang buat saham seperti BIRD (Blue Bird) dan ASSA (logistik & rental) yang melayani mobilitas jarak pendek, kurir, atau armada sewa di kota-kota besar.
Jadi Lebaran 2025 itu bukan anomali ngawur. Justru sangat logis—kalau dibaca pakai kacamata shifting gaya hidup. Lebaran kini jadi kombinasi antara urban staycation, digital silaturahmi, dan manajemen volatilitas ala investor kelas menengah yang healing ke luar negeri. Pasar saham pun merespons melalui saham sektor gaya hidup urban, data, efisiensi transportasi, dan telekomunikasi naik daun. Saham ritel berbasis mudik, konsumsi kampung, dan mall daerah mulai kehilangan momentum. Dan sektor yang tanggap terhadap perubahan—bukan yang ngotot dengan model lama—yang akan bertahan.
Jadi kalau kamu buka Instagram dan isinya bukan ketupat, tapi pemandangan Fuji atau caption “sunrise from Seoul”—itu bukan tren iseng. Itu refleksi shifting arus uang Lebaran. Welcome to Lebaran 2025: Lebaran tanpa macet, tanpa mudik massal, tapi penuh sinyal Wi-Fi dan koper Samsonite. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$MAPI $TLKM $EXCL
1/8
$MAPI $UNVR Done...
Please Follow for Support Us.....😊🙏
#ARAHunter
#Ayo Bergabung bersama kami....
#Mari saya bantu Tradingnya....
1/2
Indonesia gelap, market crash, uncertainty
itu ketika Iphone pro dan promax Sold Out tetapi iphone tipe terendah masih ada sisa..
$ERAA $IHSG $MAPI
1/2
Saham $LPPF sudah naik sekitar 20% sejak beberapa hari sebelum RUPS hingga H+1 pasca pengumuman dividen kemarin. Dengan tingkat dividend yield 15% pasca pengumuman (sekarang mungkin 13-14% ya), apakah saham LPPF tetap menarik dikejar?
Kalau dari kami menilai ada peluang dan risiko, dari sisi risiko cenderung terlihat jika mencoba kejar harga di posisi saat ini.
Jika pembagian dividen ini bisa membuat ekuitas LPPF kembali negatif (karena total ekuitas cuma Rp300 miliar akibat adanya defisit pasca akuisisi di masa lalu), LPPF bisa masuk papan notasi khusus. Risikonya dari segi likuiditas (bakal ribet jualnya).
Meski, kami nilai risiko ke arah sana lebih kecil sih, tapi antisipasi saja.
Selain itu, risiko lainnya tingkat yield LPPF cukup besar sehingga ada risiko setelah ex-date bantingannya parah banget juga.
Meski begitu ada peluangnya, LPPF ini sangat sensitif dengan perkembangan daya beli. Jika ada pemulihan daya beli bisa bangkit. Nah, ini hitungan potensi kebangkitan LPPF yang bisa jadi pertimbanganmu untuk borong saat dikasih ada murah atau ada risiko teknis seperti ekuitas negatif: https://cutt.ly/prd5PI0v
$RALS $MAPI
.
Ngayal aj duluuu 😁
Dah bener deh tuh TKDN direvisi,
Pake Made in USA dgn harga lbh murah dr kemaren2 kan bisa jd variasi pilihan baru,
Biar yg pengen ganti ipon 16 ga usah pake nyicil,
Dianterin tukang ojek pake Harley Davdson bisa sekalian dipake photo session 😄
Anak skena ga perlu rebutan ngethrift brand Carhartt Vans Nike buat tampil cihuy maksimal 😆
$IHSG $MAPI $LPPF
.
Halo Gemoy,
Jadi persoalannya bukan fluktuasi IHSG,
Persoalannya adalah salah beli emiten 😆
Ini mungkin disebabkan tdk punya hitungan makro yg utuh, kebanyakan nguping tapi infonya salah dan byk yg suka ngompor2in ritel newbie ky sy 🤣
Mereka lupa penentu harga adlh bndr, bukan kecap2, nah klo kecap2 itu enaknya emang ditradingin 🤫
Anyway, thank you lah Moy so far. Lo keep going aja, udh bener itu, ga perlu terlalu takut pada fluktuasi pasar saham, yg penting fundamental terkendali dan ga rusuh2.
Klo lo kebanyakan cawe2 ntar dibilang otoriter loh 🤣 terlalu mencampuri mekanisme pasar 🤭
diCawe2’in jg klo dah pada untung ya pd mingkem aja kok tuh biasanya 🤭🙈🤣
$IHSG $SRTG $MAPI
$ACES Technical Analysis
Terlihat ACES ini secara Major Trendnya sejak kisaran bulan April tahun lalu hingga saat ini terus bergerak dalam posisi yang Bearish dimana terlihat jelas bahwa dalam beberapa bulan perdagangannya yang terakhir ini ACES sudah runtuh dengan sangat signifikan sekali dari Last Highnya yang ada dikisaran angka 800an hingga saat ini terlihat ACES ini sudah berada diangka 500, tepat dikisaran area supportnya yang saat ini ada diangka 480-500.
ACES ini Jika kita melihat Volume Transaksinya dalam beberapa Waktu terakhir ini, maka terlihat bahwa memang tekanan jual masih cukup besar hingga saat ini (Ketika ACES turun, selalu Volumenya meningkat) dimana hal ini tentunya akan terus mendorong ACES untuk bisa turun lebih dalam lagi kedepannya dimana secara Technicalnya pun jika kita melihat Stochasticnya, terlihat jelas bahwa memang dalam sebulanan lebih hingga saat ini ACES ini masih kuat momentumnya untuk terus turun (Stochasticnya terus berada dibawah angka 20) sehingga menurutku pribadi ACES ini memang sangat-sangat possible sekali untuk kedepannya akan bisa terus melanjutkan penurunannya kembali dimana jika ACES ini menembus kebawah area supportnya saat ini yang ada diangka 480-500, ACES ini ada potensi besar untuk kedepannya akan bisa melanjutkan koreksinya hingga kisaran area support berikutnya yang ada diangka 430-444 atau bahkan bisa hingga area Support Kuatnya diangka 392-398.
Disclaimer On!
Mau belajar analisis teknikal dari dasar hingga paham cara membaca tren, support & resistance, serta indikator penting lainnya? Yuk, ikut Basic Technical Analysis Class bersama @owennath! Di kelas ini, kamu akan mendapatkan pemahaman lengkap, strategi praktis, serta mentoring langsung agar lebih percaya diri dalam trading. Selain itu, kamu juga akan mendapatkan akses ke WhatsApp Community eksklusif dan grup diskusi kelasnya, sehingga bisa terus belajar bareng trader lain. Jangan khawatir ketinggalan materi, karena kelas ini juga tersedia recording untuk Day 1 maupun Day 2! Jangan sampai ketinggalan, daftar sekarang di https://cutt.ly/srsUR0Ou!
$MAPI $LPPF
1/2
Saham Nike Anjlok
Perang dagang bisa menghantam langsung wajah para raksasa global, dan dalam kasus ini: Nike dan negara-negara Asia Tenggara seperti Vietnam, Indonesia, dan Kamboja. Dengan tarif yang tiba-tiba melonjak—46% untuk Vietnam, 32% untuk Indonesia, dan 49% untuk Kamboja—Nike langsung ‘terjungkal’ 11-12% di premarket, dan bukan cuma Nike yang kena getahnya, tapi juga On Holding, Skechers, dan Allbirds. Sinyal jelas dari Washington: "Kalau kalian bangun pabrik terlalu jauh dari rumah kami, ya siap-siap kami tagih ongkos kirimnya pakai tarif." Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Yang menarik (dan sekaligus tragis untuk Indonesia), adalah bahwa 27% sepatu Nike dibuat di sini, menjadikan Indonesia produsen terbesar kedua setelah Vietnam (50%). Sementara untuk pakaian, pabrik di Vietnam menyumbang 28%, China 16%, dan Kamboja 15%. Tapi karena porsi produksi tinggi itulah Indonesia malah ikut disikat. Tanpa ampun.
Tarif Trump bukanlah tarif biasa. Ini semacam "balas dendam dagang" yang dibungkus dengan slogan patriotik dan justifikasi ketimpangan perdagangan. Dan Indonesia, meski bukan eksportir super ke Amerika seperti China atau Meksiko, tetap kena imbas karena dianggap bagian dari rantai pasok Asia yang selama ini “menumpang” pada pasar AS.
Sementara itu, dari sudut pandang Amerika seperti yang tergambar dalam National Trade Estimate Report yang kita bahas sebelumnya, Indonesia sendiri dipandang sebagai partner yang terlalu rumit—berlapis regulasi, hobi ganti aturan, dan sistem perizinan seperti puzzle. Tapi ironisnya, ketika terkena imbas tarif, Indonesia justru kehilangan potensi ekspor yang sudah dibangun bertahun-tahun.
Jadi dari kacamata AS, Indonesia itu seperti tetangga yang suka pasang pagar tinggi, pelit ngasih akses, tapi sekalinya ada pesta, tetap berharap diundang dan dikasih jatah kue.
Tarif baru ini akan menyakiti sektor padat karya di Indonesia yang selama ini bertumpu pada ekspor alas kaki dan garmen ke Amerika Serikat. Pabrik-pabrik yang selama ini diuntungkan oleh upah murah dan insentif dari pemerintah Indonesia akan menghadapi tekanan berat. Kalau tak ada renegosiasi atau relokasi, bisa jadi ancaman PHK massal di sektor manufaktur tekstil dan sepatu akan muncul dalam hitungan bulan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dan tentu saja, investor global membaca ini dengan serius. Mereka tidak hanya melihat tarif ini sebagai sentimen sementara, tapi sebagai perubahan arsitektur dagang dunia yang makin tidak pasti. Jadi kalau regulasi dalam negeri tidak diperbaiki, birokrasi masih ruwet, dan strategi industri tetap bergantung pada pasar luar tanpa daya tawar, maka Indonesia tidak hanya akan kalah dalam permainan ekspor, tapi juga akan kehilangan kepercayaan sebagai basis produksi jangka panjang.
Sekali lagi, dari kaca mata Washington, Indonesia adalah mitra strategis... yang sayangnya terlalu rumit, terlalu tertutup, tapi terlalu yakin dirinya sudah siap bersaing global. Dan ketika tarif datang seperti tsunami, tidak ada payung perlindungan selain reformasi internal yang nyata.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$MAPI $MAPA $ERAA
1/10
$MTDL: Apakah Bagus?
Request salah satu user Stockbit bukan di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
PT Metrodata Electronics Tbk (MTDL) ini kalau dilihat sekilas, kelihatan kayak saham idaman investor: PER cuma 6,3x, PBV 1,18x, ROE 17,7%, laba bersih 2024 tembus Rp1,07 triliun. Tapi jangan buru-buru mimpi. Begitu kita kulik, ternyata yang pegang setir bisnis bukan si MTDL ini sendiri. Dia cuma duduk manis sebagai holding, yang sibuk kerja banting tulang ya anak-anaknya, terutama Synnex Metrodata Indonesia (SMI) dan Mitra Integrasi Informatika (MII). Revenue si induk ini cuma Rp1,07 triliun alias 4,3% dari total pendapatan konsolidasi Rp25,15 triliun. Laba bersihnya juga cuma Rp292,95 miliar, dan lucunya, 76% dari itu datang dari dividen anak. Jadi bisa dibilang: MTDL ini cuma hidup dari uang jajan yang diberikan anak - anaknya. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dari sisi neraca, aset induknya Rp1,65 triliun dari total Rp11,65 triliun grup. Jadi 86% aset ada di anak-anak. SMI sendiri nyumbang Rp19,65 triliun revenue dan Rp652 miliar laba, tapi MTDL cuma punya 50%. MII yang ngurusin solusi IT, nyumbang Rp6,19 triliun revenue dan diperkirakan cetak laba Rp432 miliar—lumayan, karena yang ini 100% punya MTDL. Nah, kalau kita hitung NAV kasar: SMI Rp3,26T (dari Rp6,52T x 50%), MII Rp4,32T, anak-anak lain Rp500 miliar, ditambah kas induk Rp614 miliar, total sekitar Rp8,7 triliun. Market cap MTDL hanya Rp6,7 triliun, jadi harga pasarnya justru 23% di bawah estimasi nilai intrinsik. Tapi tunggu dulu. NAV per saham hasil hitungan tadi sekitar Rp356, sedangkan harga pasar saham MTDL saat ini ada di kisaran Rp545. Artinya, investor publik sebenarnya membeli saham ini dengan premium 53% di atas NAV. Jadi bukan diskon, malah mark-up. Lucunya, meskipun bayar premium, yang didapat investor publik cuma remah-remah dari dividen anak yang numpang lewat.
Kalau kita lihat struktur labanya, datanya makin bikin mengelus dada. Total laba bersih konsolidasi (gabungan semua anak dan induk) adalah Rp1,070,53 miliar. Tapi yang benar-benar diatribusikan kepada entitas induk hanya Rp740,57 miliar. Sisanya, yaitu Rp329,96 miliar, dinikmati pemegang saham nonpengendali. Lalu, kalau kita hanya melihat induk saja tanpa anak-anak, laba bersihnya cuma Rp292,95 miliar. Dan dari total laba anak-anak usaha yang segede gaban itu, yang benar-benar masuk ke kas induk dalam bentuk dividen cuma Rp207,86 miliar. Jadi, dari Rp1,07 triliun laba konsolidasi, yang masuk ke kas induk cuma 19%. Sisanya? Yah, silakan tanya ke manajemen, atau lebih tepatnya: silakan lambaikan tangan ke pemegang saham non pengendali. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Masalah yang lebih besar muncul saat kita lihat sisi cash flow. Arus kas operasi induk hanya Rp21 miliar—itu pun sudah termasuk perubahan modal kerja. Padahal kas seluruh grup Rp1,56 triliun. Tapi kas itu bukan dipegang induk—itu nongkrong santai di SMI dan MII. SMI sendiri punya kas akhir Rp584,8 miliar dengan arus kas operasional Rp124,4 miliar. MII juga kemungkinan serupa. Tapi semua uang itu nggak otomatis ngalir ke induk. Jadi meskipun grupnya kelihatan kaya raya, induk cuma kebagian sisa, cukup buat operasional dan kasih sedikit dividen.
Dividen dari anak-anak ke induk 2024 hanya Rp207,86 miliar. Total dividen yang dibagikan ke investor publik Rp257,8 miliar, artinya payout ratio terhadap laba bersih konsolidasi hanya 24%, dan payout terhadap laba induk sekitar 88%. Tapi jangan terkecoh—karena laba induk pun sebagian besar cuma hasil dividen. Jadi kayak orang kerja jadi makelar, lalu bagi hasil dari komisi, bukan dari usaha langsung. Yield-nya? 3,1% dari market cap. Padahal kalau semua anak usaha mau bagi dividen maksimal (SMI Rp202M, MII Rp210M, anak lain Rp70M), total dividen ke induk bisa mencapai Rp482M. Itu bisa kasih yield 7,1%. Tapi ya itu, semuanya tergantung niat. Kalau manajemen anak maunya ekspansi terus, ya investor harus ikhlas cuma nonton angka-angka cantik tanpa hasil konkret. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dan ini bukan soal teori doang. Kita lihat data riil: dari Rp25,47 triliun kas masuk dari pelanggan secara konsolidasi, induk cuma menyumbang Rp1,47 triliun. Sisanya 94% datang dari anak-anak. Tapi yang lucu: yang pegang kendali di bursa ya si induk ini. Jadi investor publik pegang saham holding yang nggak ngapa-ngapain tapi harus percaya bahwa uangnya akan disalurkan dengan bijak. Ironi korporat versi lengkap.
Dan itu belum termasuk soal governance. Mayoritas kas disimpan di anak, tapi apakah MTDL punya leverage untuk maksa mereka bagi hasil? Jawabannya: enggak juga. Apalagi SMI cuma dimiliki 50%. Artinya separuh kontrol dan separuh laba bisa dimakan pihak lain. Jadi potensi laba besar itu tidak otomatis jadi realisasi keuntungan investor publik. Dan kalau kamu ngarep ada mekanisme pasar yang maksa perusahaan bagi dividen lebih gede, jangan berharap banyak. Market kita belum sekeras itu.
Secara performa bisnis, anak-anak MTDL cakep. SMI dan MII sama-sama tumbuh +13% YoY di 2024. Gross margin SMI 6,5%, MII 15%. ROIC estimasi di atas 20%. Jadi secara bisnis, perusahaan jalan. Tapi ini bukan soal bagusnya bisnis, ini soal berapa banyak investor publik bisa kecipratan hasilnya. Dan saat ini jawabannya: sedikit. Sangat sedikit.
Kalau MTDL mau unlock value beneran, ada beberapa opsi: IPO anak (khususnya SMI), spin-off MII, buyback saham induk pake cash anak, atau tingkatkan payout ratio minimal 50%. Dengan strategi seperti itu, valuasi bisa naik signifikan. Tapi selama manajemen tetap pakai strategi konservatif yang hanya kasih 24% dari laba ke investor, saham ini akan terus kelihatan murah tapi nggak ngasih apa-apa. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Jadi MTDL itu holding yang isinya anak-anak tajir tapi kurang royal. Investor publik beli saham ini dengan harga premium, tapi aksesnya ke laba anak sangat terbatas. Saham ini bukan value trap, tapi juga belum layak disebut value stock sejati. Bisnisnya kuat, asetnya besar, labanya stabil. Tapi distribusinya pelit, payout-nya kecil, dan kontrol ke anak pun terbatas. Kayak restoran bintang lima yang dapurnya mewah, pelayannya cekatan, tapi kamu sebagai tamu cuma dikasih liat foto makanannya di katalog. Silakan masuk kalau kamu tahan lapar sambil nunggu janji manis manajemen.
Dari seluruh anak usaha MTDL, Synnex Metrodata Indonesia (SMI) tercatat sebagai mesin pertumbuhan laba paling signifikan dalam laporan keuangan tahun 2024. SMI membukukan laba bersih sebesar Rp652,1 miliar, naik dari Rp578,4 miliar di tahun sebelumnya—artinya ada kenaikan sekitar 12,7% YoY. Selain menjadi penyumbang laba terbesar bagi grup, SMI juga memperlihatkan kestabilan dalam pertumbuhan yang konsisten dan sehat, menunjukkan kekuatan model bisnis distribusinya. Di sisi lain, segmen solusi dan konsultasi TI yang dijalankan oleh Mitra Integrasi Informatika (MII) juga mencatat pertumbuhan laba sebelum pajak sebesar 13,2% YoY, dari Rp477,1 miliar menjadi Rp540,1 miliar. Meski secara persentase MII sedikit lebih tinggi, secara nominal dan kontribusi ke total laba grup, SMI tetap memimpin. Jadi, kalau bicara soal anak usaha mana yang jadi penopang utama pertumbuhan laba konsolidasi MTDL tahun ini, jawabannya tegas: SMI, si anak distribusi yang kerja keras menghasilkan angka jumbo. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dalam laporan keuangan 2024, terdapat tiga prinsipal utama yang menjadi pemasok terbesar bagi MTDL, yakni Infinix Mobility Limited, Asus Technology Group, dan Hewlett Packard Enterprise (HPE). Jadi ini MTDL bisnis smartphone juga seperti $ERAA dan $MAPI. Tapi MTDL pakai Infinix.
Infinix muncul sebagai prinsipal terbesar di tahun 2024 dengan nilai transaksi mencapai Rp3,35 Triliun, setara 13,33% dari total pendapatan bersih, padahal di tahun sebelumnya belum muncul dalam daftar prinsipal signifikan. Asus menempati posisi kedua dengan transaksi Rp2,82 Triliun atau 11,23% dari pendapatan, naik 3,9% dari tahun 2023 yang sebesar Rp2,72 Triliun. Sementara itu, HPE sempat menjadi prinsipal besar pada 2023 dengan nilai transaksi Rp2,73 Triliun (12,36%), namun di tahun 2024 tidak lagi masuk daftar utama, yang mengindikasikan penurunan kontribusi. Ketiganya merupakan pihak ketiga tanpa hubungan afiliasi langsung, tetapi memiliki hubungan bisnis strategis yang signifikan dengan MTDL dalam rantai pasok dan solusi TI. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10
MAPI - PT. Mitra Adiperkasa Tbk Rp 1.350 +25 (+2,00%) Info Selengkapnya! JAKARTA - PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), perusahaan ritel gaya hidup, mencatatkan rugi 6,88% year-on-year (yoy) menjadi Rp2,1 triliun pada 2024. Meskipun, pendapatan MAPI naik 13,6% atau sebesar Rp37,8 triliun di 2024....
idnfinancials.com
@Prabaniswara Om, kabarnya laba FY 2024 $MAPI dan $MAPA naik ya? Sedangkan laba $LPPF turun. Coba dicek lagi deh om, brarti bener ya bisnis MAPI growing sdngkan lppf decaying?
Uda di spill sama google siapa kedepannya yg akan jd market leader untuk authorized reseller iphone di Indonesia 😌
Tag:
$BELI vs $ERAA vs $MAPI
*Follow me for more latest stock updates*
RESUME HARIAN
Market bearish, porto minus, apa masih ada peluang cuan?
☕️ 🚬 Hasil terawangan perkembangan harga saham pada 27 Mar 2025
Jumlah emiten saat ini ada sebanyak 958 emiten. Diantara emiten tersebut ada sebanyak 631 (65,87%) emiten yang memiliki earning per shared (eps) positif.
🔀Transaksi Non Reguler
Ada transaksi non reguler pada 115 (12,00%) emiten, tertinggi di saham $BUVA dengan volume perdagangan non-reguler sebesar 602.863.333.
🔀Transaksi Asing
Ada sebanyak 649 (67,75%) saham yang dikoleksi oleh asing. Terbanyak dibeli asing secara volume di saham $BMRI dengan harga penutupan terakhir 5.200 (0,97%) dan volume foreign buy sebesar 216.993.300.
🔀Sentimen Positif dengan Peningkatan Pembelian
Ada sebanyak 513 (53,55%) saham yang mengalami peningkatan pembelian. Peningkatan pembelian dengan bid cukup besar $MAPI dengan harga penutupan terakhir 1.350 (1,89%) dan volume bid sebesar 489.200 dengan kenaikan 2.446,00X.
🔀Saham Murah dengan Pembelian Asing > 10 Miliar
Ada sebanyak 26 (2,71%) saham yang harganya kurang dari 1000, memiliki pembelian asing di atas 10 Miliar. Pembelian Asing paling besar MAPA dengan harga penutupan terakhir 660 (-2,94%) dan volume bid sebesar 16.000 dengan kenaikan 2.446,00X.
🔀 Aktif diperdagangkan > 10.000 kali
Ada sebanyak 25368 (2.648,02%) saham yang harganya kurang dari 1000, memiliki frekuensi perdagangan lebih dari 10.000 kali. Frekuensi paling besar pada saham AWAN dengan frekuensi sebanyak 25.368 kali, sementara harga penutupan terakhir 306 (4,08%) dan volume bid sebesar 300 dengan kenaikan 2.446,00X.
🔀 Terendah Dalam 52 Minggu Terakhir
Ada sebanyak 2 (0,21%) saham yang harganya kurang dari 1000 dan merupakan harga terendah pada 52 minggu terakhir. Salah satu diantaranya NINE dengan harga penutupan terakhir 195 (-9,72%) dan volume bid sebesar 523.500 atau mengalami perubahan 21,54X dari hari sebelumnya.
Diolah dari data IDX-CO-ID © 2025, made with ☕️ for better data mining.
UPDATE LK TAHUNAN 2024 - $MAPI
Note : Indeks KOMPAS100.
Bagi yang berminat data ALL EMITEN bisa menghubungi https://cutt.ly/rrpAhuKq
"$CMNT $MAPI $PNBN
Rabu, 26 Maret 2025
#Disclaimer On & Do Your Own Research
#Sebaiknya Jangan Gegabah
Lot.Ent = -(MauLossRp)/[(SL - Ent) * 100]"
1/3
Saham $MAPI
bisa dicermati
ada potensi naik..
ada kendala asing mayoritas blm akum
tapi jualan kmaren
hari ini ada potensi awal2 turun untuk akum
entry 1200-1260
rekom
(1) 1260-1450 = 15,07 %
(2) 1205-1445 = 19,91 %
"Jika Anda tertarik dengan bisnis, Anda harus mempelajari segala hal tentang akuntansi sejauh yang Anda mampu. Itu adalah bahasa bisnis. Itu tidak berarti bahwa akuntansi itu sempurna. Karena itu, Anda harus mengetahui batasannya.
"Saya juga menyarankan Anda untuk bekerja di sejumlah bisnis. Tidak ada yang lebih baik daripada melihat secara langsung bagaimana bisnis beroperasi untuk membangun penilaian Anda tentang bisnis itu di masa mendatang. Ketika Anda memahami bisnis mana yang sangat kompetitif dan bisnis mana yang kurang kompetitif, dan mengapa hal itu terjadi, itu akan menambah wawasan Anda. Saya akan mengambil kursus akuntansi, saya akan banyak membaca tentang investasi, dan saya akan mencari pengalaman bisnis. Saya akan berbicara dengan orang-orang yang berkecimpung dalam bisnis untuk mengetahui pendapat mereka tentang apa yang membuat operasi mereka berjalan, atau untuk mengetahui di mana mereka menghadapi persoalan dan mengapa.
"Seraplah wawasan itu dari mana saja sejauh Anda mampu. Dan jika hal itu membuat Anda bergairah, Anda akan berhasil di sana. Aktivitas-aktivitas tertentu menarik minat orang-orang yang berbeda. Jika Anda memahami bisnis, Anda memahami investasi. Sederhananya, investasi adalah keputusan bisnis dalam hal alokasi modal."
— Warren Buffett, Berkshire Hathaway Annual Shareholders Meeting, 1998
Memahami bisnis membutuhkan pemahaman mendalam tentang akuntansi. Akuntansi adalah bahasa bisnis yang memungkinkan seseorang mengetahui kesehatan keuangan sebuah perusahaan, mengevaluasi profitabilitasnya, dan membuat keputusan strategis. Namun, akuntansi bukanlah sistem yang sempurna; ada keterbatasan dalam bagaimana data disajikan dan diinterpretasikan. Tidak semua angka mencerminkan realitas bisnis yang sesungguhnya. Karena itu, selain memahami angka, penting juga untuk memahami konteks di balik setiap laporan keuangan.
Selain teori, pengalaman langsung dalam berbagai bisnis sangat berharga. Dengan terjun ke berbagai jenis usaha, seseorang dapat melihat bagaimana dinamika kompetisi memengaruhi kelangsungan bisnis. Beberapa industri lebih kompetitif dibandingkan yang lain, dan memahami penyebabnya akan memberikan wawasan berharga dalam mengambil keputusan bisnis dan investasi. Cara terbaik untuk mendapatkan pemahaman ini adalah dengan belajar dari pelaku bisnis secara langsung, mengamati bagaimana mereka menjalankan operasinya, serta memahami tantangan yang mereka hadapi.
Investasi dan bisnis pada dasarnya adalah dua sisi dari mata uang yang sama. Keputusan investasi adalah keputusan bisnis dalam hal alokasi modal. Seseorang yang memahami cara bisnis berjalan akan lebih mampu menilai peluang investasi dengan baik. Karena itu, bila kita ingin menjadi investor yang sukses, kita harus memahami dasar-dasar akuntansi dan bisnis. Semakin dalam, semakin baik.
@Blinvestor
A Business-Oriented and Long-Term Investor
------------------------------
Silahkan cek bio untuk follow channel Telegram @Blinvestor.
Random tags: $UNVR $BREN $MAPI