Volume
Avg volume
PT Logindo Samudramakmur, Tbk didirikan di tahun 1995 dan saat ini, Logindo telah menjadi salah satu operator utama di bidang penyediaan kapal pendukung lepas pantai (offshore support vessel). Dimulai dengan beberapa kapal tunda dan tongkang yang dimiliki, pada tahun 1997 perseroan memfokuskan aktivitas usahanya sebagai penyedia jasa pendukung kelautan hulu migas dan memperoleh kontrak kerja pertamanya dari Total E&P Indonesie (sekarang Pertamina Hulu Mahakam).
$DMAS
✅ Entry Ideal: Rp 137–140
(Area support konsolidasi, MA20/MA50, risk minim untuk akumulasi swing. Entry bertahap di base, tambah bila muncul candle hijau dan volume buy naik.)
🔰 Entry Agresif: Rp 141–144
(Posisi saat ini dan area atasnya, cocok scalping/momentum, lot kecil scaling, hindari average up sebelum breakout dan volume menguat.)
🔥 Take Profit (TP):
TP1: Rp 148–152 (resisten minor, swing high, scaling dan trailing wajib)
TP2: Rp 160–180 (optimis, jika sentimen data center dan volume breakout sustain)
🚫 Stop Loss (SL):
SL: Rp 133
(Cut loss disiplin, antisipasi breakdown di bawah base support/volume jual tinggi.)
📰 Isu, Berita, dan Sentimen
Fundamental & Katalis:
Marketing sales semester I 2025 sebesar Rp 580 miliar (32% target tahun), mayoritas dari penjualan lahan sektor data center & FMCG — sektor data center menyumbang 69% permintaan lahan industri di Deltamas.
Dividen jumbo Rp 29/saham, yield >15%, menjadikan DMAS favorit investor income dan value. Pendapatan usaha naik 5,8%, laba bersih tumbuh 10%, recurring income stabil di atas Rp 1 triliun/tahun dengan support jangka panjang GIIC, kemitraan Sinar Mas dan Sojitz Jepang.
Sentimen tetap positif berkat pipeline lahan industri (75 hektare) dan peluang sektor data center serta infrastruktur kawasan (kontrak baru dan ekspansi Deltamas).
Risiko & Pasar:
Tekanan teknikal terjadi di area 139–141 akibat potensi profit taking dan flat di sektor properti. Konsensus analis masih “Buy”, TP konservatif Rp 148, optimis Rp 160–180.
Valuasi relatif rendah (PER 6,4x, PBV <1x), risiko utama adalah pelemahan siklus properti dan lambatnya realisasi lahan baru, namun terbantu cash flow dan proyeksi dividen jangka panjang.
📊 Strategi:
Swing entry di 137–140, layer bertahap saat reversal confirmed.
Scalping/momentum di 141–144, scaling out TP1, trailing stop wajib, exit cepat jika volume gagal breakout.
Wajib scaling profit tiap lonjakan harga, trailing stop prefer di bawah MA20/MA50.
Pantau news lahan baru, dividen interim, pipeline kawasan data center.
📊 Ringkasan Analisa
DMAS konsolidasi di support 137–140, ideal untuk swing entry, agresif di 141–144. TP1 konservatif di 148–152, TP2 optimis 160–180, SL disiplin <133. Fundamental solid, dividen jumbo dan recurring income jadi katalis utama, scaling dan risk management tetap wajib di tengah tekanan sektor properti. Fokus pada swing layer dan trailing.
❗Disclaimer: Informasi dan analisa yang dibagikan di sini hanya untuk tujuan edukasi dan referensi. Ini bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau saran untuk membeli, menjual, atau memegang saham tertentu. Selalu lakukan analisa dan riset Anda sendiri sebelum mengambil keputusan investasi. Investasi mengandung risiko, dan hasil masa lalu tidak menjamin hasil di masa depan.
$KJEN $LEAD
$LEAD dari segi resiko keuangan
1. Current Ratio – 1.12
💧 Artinya: Aset lancarnya cuma sedikit lebih besar dari utang lancar.
⚠️ Masih bisa bayar, tapi tipis.
📦 Ibarat warung punya utang Rp10 juta, tapi duit & stok Rp11,2 juta. Kalau ada masalah dikit, bisa tekor.
2. Quick Ratio – 1.06
💧 Artinya: Aset yang gampang cair (kas + piutang) masih 1x utang lancar.
⚖️ Aman tipis, tapi margin kecil.
📦 Ibarat warung utang Rp10 juta, uang cash & piutang cuma Rp10,6 juta.
3. Debt to Equity Ratio – 1.29
💧 Artinya: Utang lebih gede dari modal sendiri.
⚠️ Perusahaan lumayan “ngandelin utang”.
📦 Ibarat warung modal sendiri Rp100 juta, tapi ngutang Rp129 juta buat gedein usaha.
4. LT Debt/Equity – 0.93
💧 Artinya: Utang jangka panjang hampir sama besar dengan modal.
⚖️ Beban utang jangka panjang cukup berat.
📦 Ibarat modal warung Rp100 juta, utang jangka panjang Rp93 juta.
5. Total Liabilities/Equity – 1.47
💧 Artinya: Total liabilitas 1,47x modal.
⚠️ Struktur modal agak riskan.
📦 Ibarat warung modal Rp100 juta, tapi punya tanggungan Rp147 juta.
6. Total Debt/Total Assets – 0.52
💧 Artinya: 52% aset dibiayai dari utang.
⚠️ Separuh aset bukan hasil keringat sendiri, tapi dari pinjaman.
📦 Ibarat punya warung Rp100 juta, Rp52 juta dari utang, sisanya modal sendiri.
7. Financial Leverage – 2.47
💧 Artinya: Perusahaan “ngungkit” modal dengan utang 2,5x lipat.
⚠️ Kalau bisnis lancar oke, tapi kalau seret → bahaya.
📦 Ibarat modal Rp100 juta bisa digas jadi aset Rp247 juta gara-gara utang.
8. Interest Coverage – 1.42
💧 Artinya: Laba operasi cuma 1,42x dari beban bunga.
⚠️ Sangat tipis, rawan kalau profit turun.
📦 Ibarat tiap bulan harus bayar bunga Rp10 juta, untung operasional cuma Rp14,2 juta → sisa tipis banget.
9. Free Cash Flow – Rp43 Miliar (Quarter)
💧 Artinya: Masih ada napas cash yang positif.
✅ Lumayan, ada bensin buat lanjut jalan.
📦 Ibarat warung tiap bulan bayar semua beban, masih sisa duit Rp43 ribu dari tiap Rp100 ribu penjualan.
10. Altman Z-Score – 0.01
💧 Artinya: Super rendah, sinyal distress berat.
🚨 Potensi bangkrut tinggi kalau gak ada perbaikan.
📦 Ibarat warung habis-habisan, tiap hari ada resiko gulung tikar kalau penjualan turun.
👉 Jadi kalau dibungkus bahasa warung:
LEAD bisa bayar utang jangka pendek, masih ada cashflow, tapi struktur utangnya berat banget, bunga mepet, dan sinyal bangkrut (Z-score) nyala merah. 🚨
$LEAD Valuasi Saham Lead
📊 Analisa Valuasi Saham LEAD
PE Ratio
Annualised: 92,93 → ini keliatan "mahal banget", kayak harga gorengan naik pas Lebaran 😅.
Earnings Yield (12,24%)
→ Artinya return laba dibanding harga saham cukup oke. Kalau deposito 3-4%, ini 3x lipat.
Price to Sales (0,74)
→ Saham dihargai lebih murah dari penjualan per sahamnya. Jadi valuasi relatif murah, karena <1 itu biasanya sinyal undervalued.
PBV (0,71)
→ Harga saham lebih rendah dari nilai bukunya. Kayak beli motor seharga 7 juta padahal harga pasar motor itu 10 juta. Diskon menarik.
Price to Cashflow (1,73) & Free Cashflow (1,88)
→ Murah. Berarti harga saham dibanding arus kasnya masih rendah. Ini sinyal positif.
EV to EBIT (7,54) & EV/EBITDA (4,00)
→ Sangat rendah, biasanya dianggap murah kalau EV/EBITDA < 8. Jadi valuasi enterprise-nya juga masih masuk akal.
PEG Ratio (0,05)
→ Super murah. PEG < 1 itu biasanya undervalued, ini malah 0,05. Artinya harga saham nggak sebanding sama growth.
Tapi PEG 3yr: 7,11 → di sini jebakannya. Kalau dilihat dari 3 tahun, growth nggak konsisten, makanya PEG jadi tinggi.
⚖️ Kesimpulan Warung
Secara valuasi LEAD ini murah: PBV < 1, P/S < 1, EV/EBITDA juga murah.
PE TTM 8,17 masih oke banget, bahkan lebih murah dari rata-rata IHSG.
Cuma problemnya: growth historisnya jelek (PEG 3yr tinggi banget). Jadi saham ini kelihatan murah, tapi pasar mungkin belum percaya sama pertumbuhan jangka panjangnya.
📌 Ibarat warung: jualan lagi murah (diskonan), tapi pelanggan masih ragu apakah warung ini bisa konsisten buka tiap hari atau tiba-tiba tutup.