Volume
Avg volume
PT. Kino Indonesia Tbk (KINO) adalah kegiatan manufaktur dan distribusi barang konsumen terintegrasi dengan produk seperti perawatan tubuh, makanan dan minuman, dan apotek. Saat ini Kino Indonesia memiliki 19 merek dengan 16 kategori produk di mana beberapa di antaranya berhasil memperoleh pilihan merek teratas di kalangan konsumen. Kino Indonesia juga memiliki usaha patungan lain dengan Morinaga & Company Limited dari Jepang untuk memperluas bisnis kami di Indonesia. Itu adalah PT. Morinaga Kino Indonesia, yang secara resmi dibentuk pada 2013.
Balik lagi bahas yang mau IPO.
Kali ini, ada satu calon emiten IPO yang menarik perhatian saya. Selain dari sisi sektor yang menjadi coverage saya, emiten ini sekaligus menyelenggarakan aksi korporasi yang berdekatan dengan rencana IPO tersebut. Aksi korporasi ini berupa akuisisi emiten ini oleh private equity yang pernah punya pengalaman juga di sektor yang sama - namun sudah exit beberapa tahun lalu. Yang lain, emiten IPO ini produknya terbilang terkenal, terutama di level anak anak dan remaja. Produknya relatif mudah ditemukan dimana mana. Udah bisa kebayang?
Emiten ini menjadi pembuka konten Yang Mau IPO di 2025 ini, yaitu Yupi Indo Jelly Gum (YUPI), produsen permen Yupi.
======
Produsen soft candy ini berdiri sejak tahun 1996, dan awalnya dimiliki oleh entitas Malaysia. Namun sejak era 2000an (ada kemungkinan 2010an - menggunakan asumsi pengendali YUPI berganti nama di 2011, tidak ada keterangan perpindahan pemilik kapan di prospektus), entitas YUPI kemudian dibeli oleh grup Gunung Sewu, konglomerasi milik keluarga Angkosubroto, dan Mahanusa Capital, perusahaan investasi milik Daniel Budiman.
Gunung Sewu sendiri memiliki sejumlah entitas bisnis di berbagai sektor, terutama di sektor perkebunan (Great Giant Pineapple), peternakan (Sreeya Sewu - SIPD) dan asuransi (Sequis Life). Sementara Mahanusa Capital berinvestasi di sejumlah sektor dan bisnis. Yang terkenal, misalnya adalah Pacific Place di Jakarta, PrivyID dan Modalku. Namun, dalam pelaksanaan IPO ini, patungan kedua entitas ini memutuskan akan menjual kepemilikannya di YUPI. Pertama, melalui pelepasan 7% saham eksisting dari Sweets Indonesia (pengendali YUPI). Pelepasan ini, dikombinasikan penerbitan saham baru 3%, membuat YUPI hanya menyerap sejumlah Rp 640 Milyar dari total Rp 2,1 Triliun dana IPO yang kemudian masuk ke kas perusahaan. Sisanya akan dipegang oleh pengendali YUPI (exit).
Kedua, melalui penjualan saham sepenuhnya mereka kepada Affinity Equity setelah IPO berlangsung. Penjualan ini membuat Affinity Equity akan menjadi pengendali baru YUPI, sejumlah 90% saham. Bagi private equity ini, investasi di sektor konsumer Indonesia bukan pertama kalinya. Mereka pernah berinvestasi di Sido Muncul (SIDO) pada 2017-2021. Investasi eksisting mereka di Indonesia saat ini adalah di https://cutt.ly/trufOkW8, OTT streaming lokal, yang isunya berencana IPO juga di tahun ini. Namun berbeda dengan langkah mereka di keduanya, dimana mereka menjadi non pengendali dengan saham minimal, Affinity Equity sekarang mencoba menjadi pengendali. Pengalihan ini direncanakan terjadi maksimal setahun setelah IPO berlangsung, sehingga sudah diumumkan juga calon Komisaris baru yang berasal dari Affinity.
Keluar dari aksi korporasi tersebut, Yupi yang dikenal dengan permen gelnya ini menempati posisi teratas di pasar Indonesia. Permennya dikenal luas, terutama di kalangan anak anak dan remaja, dan dijual di berbagai ritel belanja, baik level Warung Madura (deket rumah saya aja ada), minimarket hingga supermarket dan hypermarket. Dari sisi bentuk, YUPI bisa memproduksi 4 tipe permen : Gummy, Bolicious, Extruded Soft Candy dan Marshmallow. Produk unggulan Yupi ada di gummy, yang bersifat kenyal mirip gel. Selain keempat tipe ini, YUPI juga membuka jasa maklon (OEM - Original Equipment Manufacturer) untuk produk soft candy yang lain, seperti soft candy yang bersifat nutrisional (ada fungsi kesehatan). Kan ada tuh produk produk, misalnya dari grup Kalbe (KLBF), yang bikin multivitamin dengan format gummy seperti ini. Contohnya seperti itu.
Selain dikenal di Indonesia, YUPI juga memperluas pasar ke Asia Tenggara dan 36 negara lainnya. Namun, pasar utama Yupi adalah di Asia Tenggara, dimana di sejumlah negara pasar utama, seperti Malaysia, Singapura dan Thailand, YUPI menempati posisi 5 besar di segmennya. Untuk Indonesia sendiri, mereka bersaing dengan, antara lain, grup Unifam (Milkita), Perfetti Van Melle (Mentos) dan Mars (Sugus). Posisi yang sangat strategis ini menempatkan YUPI pada peluang pertumbuhan yang menjanjikan. Tentu dengan catatan, bahwa kondisi ekonomi bagus, daya beli yang meningkat - karena posisi pembelian permen yang cenderung lebih ke kebutuhan tersier - dan efektivitas strategi kedepannya.
Produksi YUPI dilakukan di 2 lokasi, Gunung Putri (Bogor) dan Karanganyar. Namun mereka juga berencana menambah lokasi produksi. Penggunaan dana IPO, salah satunya, untuk memperlancar proses pembangunan fasilitas produksi YUPI di Nganjuk, Jawa Timur. Pembangunan pabrik produksi ini direncanakan berlangsung antara 2025-2026. Selain fasilitas produksi, YUPI juga memiliki fasilitas pengemasan di Samolo (Cianjur).
Dari sisi kinerja keuangan, YUPI berhasil meningkatkan kinerja dari tahun 2021 ke 2023, dengan rata rata margin laba kotor (salah satu acuan dalam bisnis konsumer) 29-35%. Namun terdapat sedikit koreksi pendapatan YUPI di Q3 2024 vs Q3 2023, dimana terjadi penurunan dari Rp 2,5 Triliun menjadi Rp 2,4 Triliun. Penurunan ini, menurut manajemen, disebabkan tekanan daya beli konsumen di Indonesia maupun di pasar internasional. Meski demikian, efisiensi membuat laba kotor mereka naik dari Rp 734 Milyar menjadi Rp 835 Milyar.
Oh ya, YUPI secara konsisten sudah membagikan dividen untuk pengendalinya dalam beberapa tahun terakhir.
=======
Pro :
- Posisi di pasar Indonesia yang signifikan
- Potensi pertumbuhan dari pasar ekspor yang sudah digarap
- Sebagian besar direksi sudah lama menjabat di perusahaan (lebih dari 10 tahun), sehingga cukup mendalami bisnis
- Peluang di soft candy yang bernutrisi dan sehat, baik digarap sendiri maupun maklon pihak lain
- Sudah rutin bagi dividen sebelum IPO, dengan kecilnya jumlah hutang bank/berbunga.
Kontra dan tantangan :
- Permen masih dianggap kebutuhan sekunder ke tersier, sehingga pelemahan ekonomi bisa mempengaruhi bisnis
- Perubahan regulasi berkaitan dengan kesehatan, dimana YUPI cenderung dikenal dengan permen manis
- Harga dan supply gula, sebagai bahan utama dari pembuatan soft candy
Bacaan menarik soal saham, investasi dan bisnis lainnya, cek Instagram, TikTok dan Threads @plbk.investasi, serta Twitter/X @plbkinvestasi. Cek juga tulisan lainnya di s. id / plbkrinaliando.
$DART $SIPD $KINO
1/2
@MamaInvestor @SheilaFebri nah iya bener tuh, namanya Robin Ong Eng, udah aku post detail profile orangnya silahkan dibaca di sini https://stockbit.com/post/17794759
$YUPI $KINO $MYOR
### 📉 Analisis Saham $KINO (Kino Indonesia Tbk.)
⏳ **Penutupan terakhir:** 1.180 (-0.84%) → Harga menunjukkan penurunan kecil, menandakan potensi bearish jangka pendek.
🔍 **Indikator Teknis**
1️⃣ **Trendline & Moving Average (MA)**
- **MA20:** 1.194 (Harga di bawah MA20, menandakan potensi bearish jangka pendek.)
- **MA50:** 1.206 (Harga di bawah MA50, menunjukkan tekanan bearish.)
- **MA200:** 1.275 (Harga jauh di bawah MA200, indikasi bearish jangka panjang.)
2️⃣ **Fibonacci Retracement & Pivot Points**
- **Support:**
- **S1:** 1.180 (Support saat ini, jika breakdown bisa turun lebih dalam.)
- **S2:** 1.175 (Support berikutnya yang harus diperhatikan.)
- **S3:** 1.150 (Support kuat yang perlu diwaspadai.)
- **Resistance:**
- **R1:** 1.194 (Resistance pertama, jika breakout bisa melanjutkan kenaikan.)
- **R2:** 1.200 (Jika bisa breakout, ada peluang untuk melanjutkan tren bullish.)
- **R3:** 1.240 (Target lebih tinggi jika tren tetap bullish.)
3️⃣ **Ichimoku Cloud**
☁️ Harga berada di bawah awan Ichimoku, mengindikasikan tren bearish yang kuat. Belum ada tanda-tanda pembalikan arah.
4️⃣ **MACD**
📊 Histogram MACD negatif dan menunjukkan tekanan jual, dengan MACD Line di bawah Signal Line. Jika MACD Line bisa crossover ke atas Signal Line, ini bisa menjadi sinyal bullish.
5️⃣ **Volume & Net Foreign**
📊 Volume transaksi: 100K (cukup rendah, menunjukkan minat jual yang meningkat).
📉 Net Foreign Sell: -714K (Investor asing melakukan distribusi, menekan harga lebih rendah.)
6️⃣ **RSI & Stochastic**
- **RSI (14):** 41.1 (Menunjukkan kondisi netral, memberikan ruang untuk pergerakan lebih lanjut.)
- **Stochastic:** 27.2 (Menunjukkan kondisi oversold, memberikan potensi untuk rebound.)
📉 **Level Penting**
✅ **Bullish scenario:**
- Jika harga bertahan di atas 1.180, bisa ada rebound ke 1.194-1.200.
- Jika breakout 1.240, bisa lanjut ke 1.275-1.300.
🚨 **Bearish scenario:**
- Jika breakdown 1.180, bisa turun ke 1.175 atau lebih rendah.
- Jika breakdown 1.150, potensi downtrend lebih panjang ke 1.137.
🎯 **Kesimpulan & Potensi**
🔹 **Potensi Bullish:**
✅ Jika ada pantulan dari support kuat di 1.180.
✅ Jika MACD menunjukkan momentum bullish yang kuat.
✅ Jika harga bisa kembali di atas 1.194, ada peluang bullish recovery.
🔻 **Potensi Bearish:**
🚨 Harga masih di bawah MA20 dan MA50, tren jangka pendek masih perlu diperhatikan.
🚨 Volume rendah tetapi didominasi tekanan jual dari investor asing.
🚨 Stochastic menunjukkan kondisi oversold, ada risiko pembalikan.
📌 **Rekomendasi**
🔹 **Untuk Trader:**
- Buy on weakness di 1.180 jika ada pantulan.
- Target jual di 1.194-1.200.
- Cut loss jika turun di bawah 1.150.
🔹 **Untuk Investor:**
- Wait and see, karena tren masih perlu diperhatikan.
- Jika harga kembali di atas 1.240, bisa pertimbangkan masuk.
📊 **Kesimpulan:**
Saham KINO menunjukkan penurunan kecil (-0.84%), dan saat ini berada di sekitar support S1 (1.180). Jika harga bertahan di atas level ini, ada potensi untuk rebound. Namun, jika terjadi breakdown di bawah 1.175, perlu waspada terhadap potensi penurunan lebih lanjut. 🚀
Berita belakangan ini kayaknya bikin kita pesimis banget ya.
Kelesuan ekonomi, efisiensi pemerintahan hingga ancaman serius pada ekonomi mayoritas penduduk Indonesia, sampai sampai ancaman deindustrialisasi yang semakin nyata, bener bener harus dicari solusinya. Solusi yang ada saat ini, menurut sebagian pihak, adalah menggalakkan kembali penggunaan produk lokal, penggunaan brand lokal yang masif. Hal ini, harapannya bisa sedikit membantu meredakan situasi yang ada saat ini, sekaligus menjaga level konsumsi masyarakat yang jadi penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia pada umumnya.
Namun, menurut saya makna kembali menggunakan produk lokal, atau istilah yang terkenal dalam iklan Maspion, “cintailah ploduk ploduk Indonesia” seharusnya diperluas tidak hanya soal produk yang bahan dan pemiliknya dari Indonesia, tapi jauh lebih dari itu. Kenapa sih? Ada alasannya….
======
Mulai adanya anjuran penggunaan - bahkan review yang banyak - produk lokal atau brand lokal yang mulai menggaung di sebagian masyarakat ini, mulai mengingatkan saya pada situasi mirip mirip di krisis ekonomi 1997-1998. Cuma bedanya, anjuran penggunaan sekarang ini banyakan didorong organik oleh masyarakat, sementara saat itu sudah menjadi propaganda dari atas yang masuk ke iklan iklan dan konten media, termasuk program televisi. Power Bangga Buatan Indonesia sekarang ngga sebesar propaganda cinta Rupiah dan cinta produk Indonesia di periode itu, yang bisa jadi disebabkan karena divergensi media dan kurang seriusnya tekanan pemerintah untuk mendorong hal tersebut.
Apapun alasannya, saya setuju saja bahwa cintailah ploduk ploduk Indonesia itu harus terus digaungkan. Meski tentu belum bisa sepenuhnya, karena berkaitan dengan bahan baku maupun produk yang belum sepenuhnya ada di Indonesia, serta preferensi pribadi terhadap kecocokan kualitas, brand dsb, namun upaya itu tentunya harus dilakukan. Hal ini berkaitan dengan konsumsi dalam negeri yang perlu digenjot demi mempertahankan lebih banyak lapangan kerja dan membuat pebisnis atau pengusaha bisa pede dalam menjalankan ekspansi yang membuat lapangan kerja bertambah. Ya dong, kalo ngga ada permintaan, kalau rakyatnya ngga bisa belanja dan males belanja, pengusaha mau ekspansi apa? Yang ada stagnan.
Namun menurut saya, dengan situasi bisnis dan ekonomi Indonesia saat ini, makna cintailah ploduk ploduk Indonesia seharusnya diperluas. Tanpa bermaksud mengabaikan pelaku bisnis dan brand Indonesia, perluasan ini seharusnya juga memasukkan bisnis atau brand asing yang sudah berinvestasi di Indonesia dengan serius dan memberi dampak positif bagi banyak orang Indonesia sepanjang mata rantainya. Kata serius disini, maksudnya tentu adalah mematuhi aturan yang ada disini, melakukan ekspansi terus menerus, menggunakan sebanyak mungkin bahan baku dan kerja sama dengan industri di Indonesia, mendorong pemberdayaan masyarakat dan bisa jadi sudah melekat pada kehidupan sehari-hari masyarakat. Kok gitu?
Nasionalisme itu bukan hanya sekadar taklid buta bahwa semuanya harus kita miliki dan tentang semuanya orang Indonesia. Nasionalisme yang terpenting, secara prinsip, adalah kontribusi pada negara dan masyarakat. Ngga semua orang dan bisnis Indonesia itu beneran nasionalis. Nasionalisme bagi mereka, antara jadi formalitas karena kewajiban atau yaa.. Buat bahan marketing ato branding. Sementara kontribusi mereka? Ngga tahu. Bahkan, bisa jadi ada orang dan bisnis Indonesia yang “menggadaikan” negara dan kepentingan rakyat lainnya demi tujuan pribadi. Macem macem bentuknya. Yang penting cuan, katanya.
Dalam konteks ekonomi, nasionalisme itu terukur melalui nilai investasi yang dikucurkan, dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar, dampak pada penerimaan negara (perpajakan, Penerimaan Negara Bukan Pajak - PNBP), adanya alih teknologi dan inovasi, penggunaan bahan baku dan industri lokal hingga pembukaan lapangan kerja. Jika unsur unsur ini kurang maksimal, maka nasionalisme jadi semu semata. Sehingga, baik pengusaha lokal maupun asing, tentu selama berkontribusi dalam hal hal tadi, seharusnya sudah bisa dianggap menjadi satu bagian dari ekonomi Indonesia.
Yang lain, rasionalitas pasarlah yang sebenarnya berjalan. Cintai produk produk (yang dibuat di) Indonesia, baik yang sepenuhnya Indonesia murni, franchise (lokal dan pemain asing) maupun pemain asing yang serius berbisnis di Indonesia, sebenarnya tidak menjadi isu utama bagi masyarakat Indonesia kebanyakan. Isu masyarakat umumnya masih berkaitan antara harga VS kualitas, yang lebih rasional dan seharusnya menjadi motivasi untuk tiap brand atau produk lokal maupun asing, untuk berbenah.
Mendukung produk atau brand lokal, tentu ngga salah. Namun mendukung tanpa mendorong mereka untuk lebih berbenah diri, lebih profesional dan siap bersaing, bahkan sampai ke level ekspor, itu bukan nasionalisme. Itu namanya meninabobokan. Bisanya cuma jadi jago kandang.
Padahal, Bangga Buatan Indonesia bukan hanya sekadar membuat persepsi kita berubah soal “brand lokal ngga bagus dan brand asing bagus” (yang kadang bisa sebaliknya) yang membuat kita bangga menggunakan atau mengonsumsinya. Tapi jauh dari itu, ada persepsi yang ingin dilempar ke luar, bahwa ada brand lokal kita yang bener bener kita bisa banggakan dan bisa kita lempar ke ekspor (sampai seharum nama Indomie, misalnya), sehingga itu membuktikan bahwa pasar kita siap, produsen lokal kita sudah siap bersaing dan itu mengandung dukungan penuh pemerintah, yang membuat iklim investasi jadi lebih sehat, dan ini bisa mendorong investor asing masuk, karena mereka melihat ada peluang dan tantangan menarik, melalui dinamika persaingan dengan brand lokal. Jadinya, ini juga bisa memperbaiki branding kita dimata investor asing, setelah kemarin kemarin banyak isu investasi yang “babak belur” seperti keluhan Hyundai, Tesla dan Starlink “PHP” dan tarik ulur pelarangan impor produk Apple dan iPhone secara resmi.
“Tapi kalo brand atau bisnisnya kecil kecilan, harus kita dukung penuh dong, dan menurut gue itu yang jadi tujuan Bangga Buatan Indonesia sebenernya?”
Betul, tapi dukungan penuh untuk usaha UMKM begini, yang menjadi mayoritas pelaku usaha di Indonesia, tentunya lebih banyak dimainkan (dan memang seharusnya) oleh pemerintah. Kita sebagai konsumen cuma bisa sampai level promosi, baik review maupun mulut ke mulut. Tapi perannya sebatas itu. Ngga bisa lebih. Yang bisa mengubah nasib mereka sendiri, selain tentu diri UMKM itu sendiri, juga peran pemerintah dalam kemudahan berusaha, keamanan dan akses pendanaan yang lebih beragam.
Jadi, cintailah ploduk ploduk Indonesia, maknanya lebih dari siapa, tapi apa.
Bacaan menarik soal saham, investasi dan bisnis lainnya, cek Instagram, TikTok dan Threads @plbk.investasi, serta Twitter/X @plbkinvestasi. Cek juga tulisan lainnya di s. id / plbkrinaliando.
$KINO $MYOR $MRAT
1/2
$GRPM AKU KIRA INI SAHAM PENGEMBANG PERUMAHAN....TERNYATA COLA COLA....HEHEHEEEE
KERJASAMA DISTRIBUTOR $KINO
Another view online and digital marketing
Menggunakan strategi marketing di media sosial (TikTok/ Tokopedia/Shopee) dengan ROAS (Return on Ad Spend) tinggi untuk meningkatkan penjualan dalam waktu singkat memang efektif, tetapi ada beberapa kekurangan yang dapat berdampak buruk pada brand loyalty dan brand image yang penting untuk mempertahankan penjualan jangka panjang.
1. Kurangnya Keterlibatan Otentik
• Fokus pada iklan performa tinggi sering mengabaikan engagement organik dengan audiens.
• Interaksi yang dangkal dapat membuat audiens merasa merek Anda hanya peduli pada penjualan, bukan membangun hubungan.
2. Kesan Diskon atau Opportunistic
• Strategi dengan penekanan pada promosi atau diskon untuk mendorong penjualan cepat dapat merusak persepsi nilai merek.
• Audiens mungkin menganggap merek sebagai “murahan” atau hanya relevan untuk transaksi, bukan untuk pengalaman jangka panjang.
Contoh kasus: Produk In*skin dengan salah satu konten perihal counter black-campaign di era launching menghasilkan respons negatif di TikTok.
3. Over-Targeting dan Repetisi Iklan
• Algoritma sosial media sering menargetkan audiens yang sama secara berulang-ulang, yang dapat menyebabkan iklan fatigue atau rasa terganggu.
• Hal ini dapat menciptakan persepsi negatif terhadap merek.
4. Tidak Membangun Loyalitas Jangka Panjang
• ROAS tinggi biasanya berasal dari audiens baru yang belum loyal.
• Jika pengalaman pembelian tidak memuaskan atau tidak ada upaya retensi, pelanggan baru ini mungkin tidak akan kembali.
5. Risiko Ketergantungan pada Paid Ads
• Mengandalkan paid ads untuk penjualan cepat dapat mengalihkan fokus dari strategi organik seperti content marketing dan community building, yang penting untuk brand loyalty.
6. Kurangnya Konsistensi Pesan Brand
• Jika pesan iklan terlalu berorientasi pada transaksi (misalnya, “Beli sekarang!”), ini dapat bertentangan dengan nilai atau misi merek yang lebih besar.
• Akibatnya, brand image menjadi kurang konsisten di mata audiens.
Cara Mengatasi:
• Kombinasikan strategi ROAS tinggi dengan upaya engagement organik.
• Fokus pada storytelling yang menunjukkan nilai merek, bukan hanya promosi diskon.
• Berikan pengalaman pelanggan yang luar biasa untuk membangun loyalitas.
• Optimalkan strategi retensi seperti email marketing dan program loyalitas.
Tag $ADES $UNVR $KINO
🌿 IPO PT Brigit Biofarmaka Teknologi ( $OBAT ): Peluang di Herbal
Maklon herbal, kosmetik, & minuman fungsional jadi fokus utama PT Brigit Biofarmaka. Dengan valuasi menarik & prospek pasar sehat, apa ini peluang investasi terbaik Anda?
📊 Simak detailnya: https://cutt.ly/ee1Nb3wh $MRAT $KINO
$KINO closing di 1260 tanpa volume. buat trader tidak menarik. tunggu nanti kalau volumenya naik signifikan.
$KINO
.
buat sobat KINOS kalo mau cicil² skrg saatnya, jangan ntar lapkeu uda bagus ngacirrr ✈️ baru kelian kejer.. inget MYOR 2022 turun 1.5k
.
🍻🍻🍻