Volume
Avg volume
PT. Kimia Farma Tbk (KAEF) adalah perusahaan Kesehatan terintegrasi. Perusahaan ini bergerak di bidang produksi, pengolahan, pemasaran, dan distribusi bahan kimia, farmasi, biologi, dan bahan lainnya di Indonesia.
$DVLA: Saham Valuasi Murah?
Diskusi hari ini di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
PT Darya-Varia Laboratoria Tbk (DVLA) ini kalau dibaca laporan keuangannya kuartal I 2025, sepintas terlihat gagah. Laba bersih naik 16,9% jadi Rp78,9 miliar, sementara penjualan hanya naik tipis 2,3% ke Rp544,3 miliar. Apa yang bikin beda? Efisiensi. Mereka berhasil memangkas beban pokok penjualan sampai 4,7%, bikin gross margin naik jadi 56,7% dan operating margin nempel ke 18,9%. Bahkan net margin-nya ikut naik ke 14,5%. Ini bukan karena one-off, bukan karena jual aset atau laba non-core lain tapi karena pos-pos non-inti seperti gain penjualan aset dan pendapatan shared service cuma sumbang di bawah 0,4% dari pendapatan. Jadi bisa dibilang, ini murni dari kinerja bisnis inti. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Namun, sebagus-bagusnya laporan laba rugi, semuanya mulai goyah waktu kita buka laporan arus kas. Arus kas operasi cuma Rp60,5 miliar alias 77% dari laba. Kasih tanda warning besar di situ. Kenapa? Karena piutang usaha nambah Rp125,6 miliar (+17%), dan persediaan naik Rp36,3 miliar (+9%). Padahal penjualan hanya naik 2%. Kas terjebak di piutang dan stok. Ini kayak warung bakso Nyangkut Pak Toto yang tiap hari rame, tapi semua pelanggan bayar tanggal 30, dan stok mie kuning numpuk karena takut kehabisan pas ada rombongan. Ya omzet tinggi, tapi uangnya baru masuk dua bulan lagi.
Yang lebih bikin melek lagi adalah 76% dari seluruh penjualan DVLA dikirim ke satu pelanggan utama yaitu PT Anugerah Pharmindo Lestari (APL). Distributor tunggal ini, kalau telat bayar, seluruh laporan laba rugi bisa jadi angan-angan. Dan kenyataannya? DSO (days sales outstanding) sudah 138 hari. Hampir 5 bulan. Belum lagi DI (days inventory) 166 hari. Jadi modal kerja DVLA betul-betul tersangkut di pelanggan dan gudang. Untungnya, pemasok baik hati karena DPO (days payables outstanding) sekarang 63 hari, artinya mereka masih kasih waktu DVLA untuk bernapas. Tapi ini nggak bisa jadi strategi jangka panjang. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau dilihat dari model bisnis, DVLA memang cukup keren di atas kertas. Mereka punya dua pabrik sendiri di Gunung Putri, satu buat sediaan padat, satu pabrik buat sediaan cair. Mereka produksi produk consumer health seperti Vicks (lisensi dari P&G), obat resep dari United Life Sciences (ULS), dan kosmetik dari Pierre Fabre. Mereka juga maklon produk pihak ketiga lewat PT Medifarma. Di hilir, distribusinya dikunci APL, dan ekspor sebagian kecil (7%) lewat Concord, yang ternyata juga pihak berelasi. Jadi seluruh rantai pasoknya dari lisensi luar negeri, produksi sendiri atau maklon, lalu jual ke satu distributor besar. Ibarat Pak Toto yang punya warung bakso lengkap dari ternak sapi sampai layanan delivery, tapi semua pelanggannya cuma satu yakni BudiDolDol bin Judd Old Trafford, influencer saham yang sekarang juga nyambi promosi sabung online di Kamboja. Kalau BudiDolDol ngambek, semua warung bisa mati gaya.
Masalah tambah seru waktu kita lihat transaksi dengan pihak berelasi. Ada royalti ke ULS Rp8,4 miliar, manajemen fee ke Blue Sphere Singapore Rp10,7 miliar, dan biaya maklon ke PT Medifarma Rp9,3 miliar. Semuanya rutin tiap tahun dan cukup gendut, total hampir 6% dari revenue. Bahkan 34% dari pendapatan lain-lain DVLA datang dari PT Medifarma juga. Jadi sisi laba banyak juga yang bocor ke internal grup. Piutang ke Concord (ekspor) juga nambah Rp11,6 miliar dan jadi 86% dari seluruh piutang pihak berelasi. Yang artinya? Laba kelihatan naik, tapi uangnya belum tentu masuk bank. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Sekarang soal modal. DVLA ini didirikan sejak 1976, IPO 1994, dan sejak 1998 tidak pernah lagi rights issue besar. Jumlah saham beredar 1,12 miliar lembar, dengan mayoritas dikendalikan oleh Blue Sphere Singapore (92,1%). Public cuma pegang 7,9%. Jadi jangan heran kalau sahamnya nggak likuid. Mereka juga rajin kasih dividen, tahun lalu total Rp121 miliar dibagi ke pemegang saham, padahal FCF (free cash flow) hanya Rp82 miliar. Bayar dividen dari kantong tabungan? Yes.
Tapi perlu diakui, ada kelebihan yang nggak bisa diabaikan. Pertama, posisi kas DVLA masih solid Rp399 miliar. Mereka nggak punya utang bank, cuma liabilitas sewa kecil kurang dari Rp1 miliar. Capex mereka kecil banget, hanya Rp22 miliar per kuartal, sekitar 1,3× dari depresiasi. Free cash flow memang turun 30%, tapi masih positif. EV/EBITDA sekitar 3×, P/E 6×, dan PBV 1,25×. Bahkan net cash per saham sekitar Rp356, atau 21% dari harga saham Rp1.700.
Valuasi ini mencerminkan satu hal yakni pasar percaya laba DVLA oke, tapi mempertanyakan kemampuan mereka mengubah laba jadi kas. Pasar juga khawatir soal risiko konsentrasi pelanggan (APL), lisensi luar negeri, dan tingginya biaya intra-grup.
Sementara ini kekurangannya bisa diimbangi kelebihannya. Kas besar, bebas utang, dan margin yang kuat menahan tekanan likuiditas. Tapi ini hanya bisa bertahan kalau distribusi ke APL lancar dan stok terserap pasar. Kalau APL molor makin lama dan tender BPJS telat, kas bisa turun tajam. Kalau royalti dan fee naik atau lisensi tak diperpanjang, margin bisa tergilas. Dan kalau begitu terus, kita bakal lihat dividen tertekan dan valuasi makin susut. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Sebagai investor, harapannya sederhana yaitu DSO dipangkas minimal 15 hari, stok disesuaikan ke permintaan, fee intra-grup dinego ulang atau minimal nggak naik, dan volume consumer-health naik dua digit. Kalau semua itu kejadian, CFO naik, FCF sehat, dividen tetap jalan, valuasi bisa rerating ke P/E 10×. Harga saham bisa lari ke Rp2.700 dan tetap sustain. Tapi kalau harapan tinggal harapan? Kalau piutang makin menua, stok makin numpuk, fee intra-grup makin gendut, dan pelanggan utama nahan bayar, cashflow bisa nyungsep. Pada titik itu, DVLA harus pilih antara stop dividen, cari utang, atau cari pemegang saham baru lewat rights issue.
Jadi, DVLA bukan perusahaan yang jelek, mereka margin-nya bagus, balance sheet-nya kuat, dan punya histori stabil. Tapi mereka sedang menjalani fase di mana laba terlihat bagus, tapi uangnya belum tentu nyampe. Seperti warung bakso Pak Toto yang rame terus, tapi nota pelanggan menumpuk di laci. Sementara influencer BudiDolDol bin Judd Old Trafford terus makan gratis sambil sibuk promosi “Bakso 4D online”. Jadi, ini perusahaan yang capable, tapi dengan struktur yang rawan. Kalau bisa dikunci ulang, potensi jangka panjangnya menarik. Tapi kalau tidak, siap-siap ngelihat laba terus naik, tapi kasnya entah ke mana. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$SIDO $KAEF
1/10
$KAEF - KPPU Putus Kimia Farma Diagnostika Tak Bersalah Terkait Dugaan Pelanggaran Kemitraan
yok bisa yok
Hype Emiten. Jumat, 23 Mei 2025
Kata kunci: KLBF, ekspansi luar negeri, hedging mata uang, joint venture China
Kalbe Masuk China! Perkuat Cengkeraman di Asia Pasifik
Kalbe Farma Tbk (KLBF) resmi membentuk joint venture di China untuk memproduksi dan mendistribusikan produk farmasi di pasar lokal dan kawasan Asia. Langkah strategis ini menjadi bagian dari upaya jangka panjang Kalbe dalam memperluas skala internasional dan mengurangi ketergantungan pada dolar AS.
---
Kenapa China?
China = pasar farmasi terbesar kedua di dunia
Potensi ekspansi besar, terutama lewat kemitraan lokal
Transaksi dalam mata uang yuan mengurangi risiko volatilitas dolar
Mitra lokal memudahkan penetrasi rantai distribusi regional
---
Target KLBF:
Efisiensi operasional lintas negara
Akses cepat ke pasar regional
Diversifikasi pendapatan luar negeri
Kolaborasi jangka panjang dengan pemain lokal
---
Dari Teknikal Saham: KLBF Masih Hot!
Saham KLBF reli >50% dari level terendah awal tahun
Saat ini konsolidasi sehat di kisaran 1.400-an
Volume masih tinggi, dengan akumulasi mencolok dari broker BB & BK
Area retest ideal: 1.300–1.400 sebelum lanjut naik
---
Komentar Analis:
“Langkah Kalbe masuk China bukan hanya ekspansi, tapi hedging strategy cerdas di tengah ketidakpastian mata uang global.”
---
Kesimpulan:
Kalbe membuktikan keseriusannya bermain di panggung global. Langkah joint venture ini bisa menjadi katalis jangka panjang untuk kinerja fundamental dan sentimen saham KLBF.
Apakah kamu sudah pegang KLBF atau masih nunggu breakout selanjutnya?
$KLBF $TSPC $KAEF
Net Debt yang Terkendali Itu Seperti Apa?
Pertanyaan salah satu user Stockbit bukan di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Untuk memahami Net Debt terkendali itu maka coba bayangkan dulu kamu punya utang ke teman Rp1 juta, tapi di dompet kamu ada Rp2 juta. Gampang gak bayar utangnya? Gampang banget, tinggal transfer, malah masih sisa buat jajan sate. Logika ini sama persis dengan konsep net debt di dunia saham. Net debt itu artinya total utang berbunga dikurangi kas dan setara kas. Jadi bukan cuma ngitung utangnya berapa, tapi juga lihat: “kas perusahaan cukup gak buat nutupin utang?” Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Contoh
Utang berbunga = Rp800 miliar
Kas dan setara kas = Rp1 triliun
Itu artinya Net debt = 800 Miliar - 1 Triliun = minus Rp200 miliar
Alias perusahaan ini gak punya beban utang bersih, malah kelebihan duit. Ini namanya net debt negatif atau posisi super ideal, karena perusahaan gak perlu jungkir balik bayar cicilan, kas tetap tebal, dan dividen tetap aman.
Tapi gimana kalau net debt-nya positif, alias utangnya masih lebih besar dari kas? Maka di sinilah kita nilai apakah utangnya itu terkendali atau udah masuk zona bahaya.
Yang pertama kita lihat adalah bandingannya sama laba operasional (EBITDA). Idealnya, rasio Net Debt / EBITDA itu di bawah 2 kali. Artinya, kalau perusahaan punya EBITDA Rp500 miliar, utangnya maksimal Rp1 triliun masih dianggap aman. Kenapa? Karena berarti dalam 2 tahun, semua utang itu bisa lunas dari hasil usaha rutin, tanpa perlu jual aset atau utang baru. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Lalu kita lihat dari sisi arus kas. Utang boleh gede, tapi kalau arus kas-nya gede juga, gak masalah. Patokan umumnya, Net Debt sebaiknya gak lebih dari 3 kali Free Cash Flow (FCF). Jadi kalau FCF perusahaan Rp200 miliar setahun, net debt aman itu maksimal Rp600 miliar. Kalau FCF kecil atau malah minus, dan utang makin numpuk? Wah, itu udah lampu kuning.
Selain itu, kita juga bisa lihat seberapa gampang perusahaan bayar bunga utangnya. Caranya pakai rasio Interest Coverage (EBIT / Beban Bunga). Kalau angkanya >3x, berarti perusahaan masih nyaman bayar bunga. Tapi kalau cuma 1x atau bahkan di bawah itu, artinya semua laba dipakai buat bayar bunga aja,belum cicilan pokoknya. Ini kayak kamu gaji Rp5 juta tapi cicilan bunga doang udah Rp4,9 juta. Sakit, Pak Toto Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Contoh lagi
$UNTR = net debt-nya negatif, kas lebih banyak dari utang. Ini perusahaan yang sehat, bahkan bisa dibilang punya “cadangan napas” panjang.
$ASII = punya utang, tapi dibandingkan FCF dan EBITDA, masih terkendali banget. Mereka bisa bayar kapan aja tanpa ganggu operasional.
$KAEF WIKA WSKT GIAA = net debt besar, kas tipis, arus kas operasional seret. Ini contoh utang gak terkendali, dan bisa bahaya kalau gak segera diberesin. Potensi gagal bayar.
Jadi kalau kamu mau tahu perusahaan yang kamu incar itu sehat atau enggak, jangan cuma lihat labanya doang. Lihat juga seberapa banyak utangnya, dan apakah kas serta arus kasnya cukup kuat buat ngadepin utang itu. Net debt yang terkendali itu artinya perusahaan gak gelagapan tiap bayar cicilan, gak terpaksa jual aset, dan gak ngemis-ngemis rights issue. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Investasi itu kayak pilih pasangan, bukan soal siapa yang paling ganteng atau cantik, tapi siapa yang paling tahan banting hadapi hidup. Dan net debt yang terkendali, adalah salah satu tanda bahwa perusahaan itu tahan banting.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10
$PEHA: Anak Sakit, Ibu Sakit
Request salah satu member External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Bayangkan ada perusahaan farmasi. Namanya PEHA, bagian dari keluarga besar Kimia Farma $KAEF, dan tentu saja, keluarga besar BUMN. Harusnya sih solid, stabil, dan setidaknya bisa bikin paracetamol tanpa bikin manajemennya sendiri pusing. Tapi nyatanya? Tahun 2024, PEHA nggak cuma pusing, ini udah level vertigo akut plus migrain kronis. Minum antimo tidak cukup mengobati. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Semua berawal dari ide cerdas manajemen lama yakni ekspansi lewat akuisisi. Tahun 2020 mereka beli Lucas Djaja Group seharga Rp315 miliar, padahal nilai aset bersih perusahaan itu cuma sekitar Rp180 miliar. Tapi kan ini bukan sembarang akuisisi, ini akuisisi penuh “harapan”, sisanya Rp134 miliar dicatat sebagai goodwill. Iya, goodwill. Istilah keren buat angka yang cuma ada di Excel, bukan di dunia nyata. Dan empat tahun kemudian, harapan itu berubah jadi “koreksi.” Impairment goodwill Rp53,9 miliar langsung dibukukan tahun ini. Sakit? Jelas. Tapi lebih sakit karena selama 4 tahun mereka pura-pura nggak salah.
Penjualan anjlok dari Rp1 triliun ke Rp744 miliar (−25,8%). Tapi tunggu dulu, beban usahanya malah naik dari Rp440 miliar ke Rp476 miliar (+8,1%). Penjualan turun, biaya naik. Kayak kamu jualan gorengan makin sepi, tapi malah upgrade dapur ke model industrial. Hasilnya? Laba usaha berbalik jadi rugi Rp298 miliar, dan rugi bersih Rp291 miliar. Net profit margin? -39%. Jadi tiap Rp10.000 masuk dari pembeli, PEHA justru tekor Rp3.900. Ini udah bukan bisnis. Ini aksi sosial terselubung. Bahkan jualan bakso Pak Toto tidak sesok sial ini. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kita Total aset turun dari Rp1,77 triliun ke Rp1,43 triliun. Ekuitas tinggal Rp393 miliar, padahal setahun sebelumnya masih Rp677 miliar. Retained earnings jeblok ke minus Rp376 miliar. Yang menarik? Utang bank jangka pendek Rp393 miliar, jangka panjang Rp243 miliar, dan ada tambahan utang dari pemegang saham (Kimia Farma) Rp70,6 miliar. Artinya? Udah nggak ada yang mau kasih pinjaman, akhirnya minjam ke orang tua sendiri. Bahkan covenant utang dilanggar, dan mereka minta penundaan bunga. Jadi ini bukan sekadar krisis likuiditas. Ini udah masuk ICU.
Mau tahu kenapa kas operasi mereka positif Rp141 miliar padahal rugi bersih? Karena mereka bersih-bersih besar-besaran, impair aset tetap, piutang macet, persediaan kadaluarsa, semua dicatat tahun ini. Jadi bukan karena bisnis jalan, tapi karena nyapu gudang. Piutang turun jadi Rp335 miliar, tapi piutang yang lewat 90 hari malah naik. Persediaan turun ke Rp168 miliar, tapi pencadangan meningkat dua kali lipat, itu artinya stok lama yang udah gak laku akhirnya diakui basi juga. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Segmen usahanya pun kisah sedih tersendiri. OGB alias obat generik berlogo, nyumbang 57% revenue, tapi marginnya paling kecil. Segmen ethical dan OTC yang marginnya besar, justru penyusutannya paling parah karena turun 44% dan 25%. Jadi mereka malah semakin bergantung pada lini yang volumenya besar tapi untungnya kecil, atau bahkan rugi. Ini ibarat restoran banting harga nasi goreng jadi Rp5.000, padahal modalnya Rp6.000. Tapi bangga karena antreannya panjang. Antrian bakso Pak Edi lebih panjang.
Dan jangan lupa properti investasi. PEHA punya properti investasi senilai Rp104 miliar yang entah ngapain, tidak menghasilkan revenue, tidak dijual, tidak dipakai. Mungkin sekadar hiasan di neraca. Goodwill masih dicatat Rp53 miliar walau udah jelas enggak menghasilkan apa-apa. Aset tetap nyaris tidak ada capex. Mereka bahkan menulis di catatan bahwa nilai wajar tanah Rp164 miliar, tapi dicatat lebih rendah karena pakai model biaya historis. Mungkin manajemen berpikir, “Kami punya aset bagus, tapi enggak mau nilaiin sesuai pasar. Kenapa? Biar pajaknya rendah dan tidak kelihatan punya potensi.”
Semua ini ujung-ujungnya nunjukin satu hal kalau PEHA selama ini dibangun di atas ilusi optimisme dan penundaan pengakuan realita. Akuntansi mereka ibarat nonton film horor: seramnya bukan karena hantunya muncul mendadak, tapi karena kamu tahu dari awal bahwa hantu itu ada, cuma baru dimunculin di akhir film. Tahun 2024 adalah tahun "tunjuk hidung" dan semua masalah yang disapu ke bawah karpet akhirnya membusuk dan meledak. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Jadi, kenapa PEHA sakit? Itu karena akuisisi gagal, produk margin rendah, struktur biaya berat, piutang tak tertagih, stok kadaluarsa, utang kelewat besar, dan manajemen yang terlalu lama berakrobat dalam ilusi. Tapi apakah masih ada harapan? Mungkin. Kalau manajemen sekarang benar-benar berani bongkar total, jual aset non-produktif, stop jual rugi, fokus ke lini profitabel, dan mulai berpikir layaknya perusahaan sehat, bukan zombie farmasi. Tapi kalau strategi mereka masih ngarep tender pemerintah, daur ulang utang, dan simpan bangkai di neraca? Maka satu-satunya yang bisa disarankan cuma satu yakni siapkan formalin, bukan strategi turnaround.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$SIDO
1/6
Tentang $KAEF Yang Sampai Sekarang Belum Rilis LK Full Year 2024
Diskusi hari ini tentang KAEF di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Bayangkan sebuah perusahaan yang sudah ada sejak zaman Hindia Belanda, bangga jadi pelopor farmasi nasional, punya apotek di tiap kota, pabrik obat sendiri, armada distribusi nasional, bahkan klinik kesehatan dan laboratorium. Kedengarannya seperti mesin uang yang tidak akan pernah kehabisan bahan bakar. Tapi kenyataannya, mesin ini sekarang lebih mirip mobil tua mogok yang terus dipaksa jalan pakai dorongan holding, sambil berharap ada investor yang kasihan. Inilah kisah nyata Kimia Farma (KAEF), perusahaan yang dulunya dibanggakan negara, tapi sekarang menjadi studi kasus bagaimana bisnis bisa gagal total walau punya segalanya, asal dikelola dengan penuh ketidakpedulian dan kesombongan struktural. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Per kuartal tiga 2024, rugi bersih tembus Rp550 miliar, kas tinggal Rp505 miliar, dan arus kas operasional minus Rp112,9 miliar. Itu berarti jualan jalan, tapi duit gak masuk. Sementara utang berbunga sudah menyentuh Rp5,8 triliun, dan bunga saja sudah nelen Rp214 miliar dalam 3 bulan. Artinya jual obat gak cukup buat bayar bunga doang, apalagi utangnya. Tapi yang lebih bikin miris, laporan keuangan tahunan 2024 dan Q1 2025 bahkan belum dirilis sampai akhir Mei 2025. Bayangin, perusahaan publik, BUMN pula, gak bisa rilis laporan tepat waktu. Kalau ini startup kecil seperti eFishery, mungkin bisa dimaklumi. Tapi ini BUMN yang punya sejarah lebih panjang dari umur republik.
Akar masalah KAEF bukan di revenue yang masih di atas Rp10 triliun. Bukan juga di market share karena mereka punya jaringan apotek terbanyak se-Indonesia. Masalahnya adalah mereka ingin melakukan semuanya, tapi gak ada satu pun yang efisien. KAEF produksi bahan baku lewat KFSP dan SIL, bikin obat di Phapros, distribusi lewat KFTD, jualan di apotek KFA, buka klinik lewat KFD, dan bahkan nyoba ekspansi ke Arab Saudi. Tapi dari semua itu, cuma distribusi yang untung. Sisanya merugi kayak gak ada rem. KFA rugi Rp695 miliar, manufaktur rugi lebih dari Rp1 triliun, klinik? ya rugi juga. Sementara biaya tetap seperti gaji direksi, sewa, dan logistik dibiarkan jalan terus. Ini kayak rumah bocor di mana-mana tapi pemiliknya sibuk ngecat dinding biar kelihatan estetik di Instagram. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dan ketika cash mulai habis dan bank sudah enggan ngasih utang, apa solusinya? Minta suntikan ke Bio Farma. Holding-nya rela kasih pinjaman Rp467 miliar buat nutup cicilan utang ke Maybank dan Danamon. Tapi pinjaman ini bukan kado ulang tahun. Ini pinjaman berbunga 7,4%–7,65%, dan klausulnya sadis, telat bayar 10 hari, Bio Farma boleh ambil alih. Jadi bukan cuma hidup dari utang, tapi hidup dari utang yang bisa bikin perusahaan diambil alih kalau gak sanggup bayar tepat waktu. Bahkan OWK (Obligasi Wajib Konversi) Rp315 miliar yang seharusnya bisa dikonversi jadi ekuitas—baru 4% yang dikonversi. Sisanya? Masih utang, dan masih berbunga. Jadi ya, sambil jualan obat, mereka juga jualan harapan, semoga investor gak sempat buka LK. OWK nya nanti akan di konversi di harga 1025 rupiah.
Lalu orang-orang mulai bilang, “Tapi kan ada vaksin TBC dari Bill Gates, bisa jadi momentum.” Sayangnya, KAEF bukan Bio Farma. Vaksin itu diproduksi holding. Peran KAEF? Mungkin cuma jadi tukang antar dan pembuka gerai. Kita sudah lihat di vaksin COVID, mereka dapet jasa distribusi dan pelaksanaan, tapi hasilnya tetap nihil. Revenue masuk, tapi cash flow gak nambah. Bahkan persediaan vaksin kemungkinan masuk ke penyisihan persediaan rusak senilai Rp197 miliar. Jadi kalau kamu kira vaksin bisa menyelamatkan perusahaan ini, ya, sama kayak berpikir bisa selamat dari kebangkrutan cuma karena punya motor buat ojek online, padahal BBM dan cicilan belum lunas.
Ada harapan baru bernama Danantara, badan investasi negara yang katanya akan reformasi BUMN. Tapi sampai sekarang, tidak ada satu pun rupiah intervensi langsung dari Danantara ke KAEF. Semua bantuan masih datang dari Bio Farma. Danantara masih sibuk mereview 844 BUMN. Ya, kita tunggu saja, semoga mereka sempat mampir sebelum KAEF kehabisan napas. Tapi kalau mau bicara serius ya satu-satunya cara KAEF bangkit adalah potong dalam. Tutup unit usaha rugi. Kurangi apotek. Rampungkan konversi OWK. Fokus hanya ke distribusi. Dan paling penting adalah ganti manajemen yang kerjanya cuma tambal sulam dan telat rilis laporan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Jadi kenapa saham KAEF masih bisa dibeli? Karena valuasinya sudah terdiskon habis-habisan. Kalau restrukturisasi beneran jalan, kalau Bio Farma serius ubah pinjaman jadi saham, kalau Danantara turun tangan, dan kalau vaksin TBC jadi program nasional maka KAEF mungkin bisa rebound. Tapi ya, itu banyak banget "kalau"-nya. Sementara alasan buat gak beli? Cukup satu yakni perusahaan ini belum menunjukkan keinginan untuk berubah. LK telat, kas tipis, utang tinggi, manajemen pasif, dan sistem birokratis yang justru jadi beban. Sekarang, KAEF bukan perusahaan dengan masalah. KAEF adalah masalah.
Akhirnya, ini bukan soal farmasi, bukan soal pandemi, dan bukan soal sejarah panjang. Ini soal keberanian buat jujur bahwa KAEF sudah gak sehat, dan harus dirawat dengan tindakan radikal bukan lagi vitamin B12 dan PR manis. Kalau tidak, raksasa ini akan pelan-pelan ambruk. Bukan karena tidak mampu, tapi karena terlalu malas untuk berubah. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$IRRA $SIDO
1/6