Volume
Avg volume
PT Jembo Cable Company Tbk., merupakan salah satu produsen kabel terkemuka di Indonesia, hal ini ditandai dengan Perseroan menjadi pelopor dalam hal produksi kabel di Indonesia, diantaranya; Kabel Serat Optik (Fiber Optic Cable) tahun 1993 dan Kabel Power dengan Lapisan Metal Bergelombang (Metal Corrugated Armoured Cable) tahun 2015. Sejak didirikan pada bulan April 1973, PT Jembo Cable Company Tbk., terus menambah varietas produknya, dimulai dari Kabel Listrik Tegangan Rendah - penghantar tembaga, kemudian dilanjutkan dengan Kabel Tegangan Rendah - penghantar aluminium, lalu Kabel Tegangan Menengah, kemudian Kabel Telepon dan K... Read More
#7 : Laporan Posisi Keuangan (Neraca) -> Aset -> Uang Muka Pembelian
Uang muka pembelian (advance, down payment) adalah uang (kas) yang sudah dibayarkan kepada pihak lain untuk memperoleh aset yang perusahaan butuhkan.
...............
Uang muka bisa diklasifikasikan ke Aset Lancar atau Aset Tidak Lancar, tergantung tujuan uang muka itu diberikan.
Jika uang muka diberikan untuk membeli persediaan atau aset lancar lainnya, maka diklasifikasi sebagai Aset Lancar.
Jika uang muka diberikan untuk membeli aset tetap (tanah, bangunan, mesin, kendaraan, dll), investasi, sewa jangka panjang, atau aset tidak lancar lainnya, maka diklasifikasi sebagai Aset Tidak Lancar.
................
Uang muka pembelian adalah aset yang nyatanya tidak dalam penguasaan perusahaan. Mengapa ?
Karena uang sudah di tangan pihak lain, sementara barang yang diperlukan belum ada di tangan perusahaan.
Oleh karena itu memperhatikan akun uang muka ini cukup penting.
..................
Uang muka pembelian sering kali menjadi prasyarat dan jaminan bagi pihak lain untuk mengerjakan order barang (aset) yang dibutuhkan perusahaan. Belum terima uang, maka belum mau dikerjakan.
Setelah terima uang, baru barang persediaan dikirim.
Setelah terima uang, baru mesin dirakit, gudang dibangun, tanah diurus syarat jual belinya, dll.
Jadinya uang muka pembelian adalah kebalikan dari utang usaha.
Kalau uang muka, perusahaan harus bayar dulu baru dapat barang.
Sementara kalau utang, perusahaan bisa dapat, pakai, dan bahkan jual dulu barangnya sampai laku, baru kemudian bayar sesuai tempo yang disepakati.
Kalau apa-apa belinya harus pakai uang muka, tentu bisa jadi problem buat perusahaan terutama dalam mengelola kelancaran arus kas.
Apalagi kalau utang usaha umurnya pendek, harus bayar supplier dengan tempo cepat, tapi piutang umurnya panjang karena sulit menagih customer.
..............
Untuk perusahaan yang membutuhkan persediaan (bahan baku dll) terkait komoditas atau barang impor yang agak sulit didapat.
Pemberian uang muka pembelian juga menjadi upaya untuk menjamin ketersediaan stok secara kontinyu dan tepat waktu, sehingga mendukung kelancaran proses produksi dan jualan.
Pengaturan uang muka pembelian yang baik bisa bermanfaat bagi perusahaan untuk mendapatkan harga terbaik dan jumlah stok terbaik, di tengah fluktuasi harga dan volatilitas stok di pasaran (kadang langka, kadang melimpah).
Kapan saatnya borong, kapan saatnya menahan pembelian, uang muka menjadi salah satu instrumen yang dipakai karena pesanan perusahaan bisa didahulukan.
.............
Uang muka pembelian yang meningkat juga bisa menjadi indikasi perusahaan sedang growth (ekspansif).
Misalnya uang muka pembelian persediaan yang naik, bisa jadi perusahaan sedang berupaya mengejar output produksi untuk memenuhi kenaikan demand.
Adanya uang muka untuk beli aset tetap misalnya pabrik / gudang, menandakan perusahaan sedang ekspansi meningkatkan output produksi untuk jangka panjang, dan mungkin juga membuka target pasar di wilayah baru.
.............
Tapi hati-hati mangkrak.
Uang muka untuk beli persediaan sudah masuk ke supplier, tapi barang gak dikirim-kirim.
Sudah bayar uang muka beli mesin, tapi mesinnya gak jadi-jadi dirakit, gak bisa dipakai buat produksi.
Sudah bayar uang untuk beli gudang, tapi konstruksinya lambat gak selesai-selesai karena ada problem, sengketa, dll.
Uang hilang, aset pun tak dapat.
Hati-hati kalau ada indikasi seperti ini.
............
Ada pula 'niat jahat' memanfaatkan akun uang muka pembelian ini.
Contoh kasus :
Perusahaan berencana beli aset milik owner (pengendali) nya sendiri, dan diharuskan bayar uang muka.
Artinya, owner sudah dapat uang dari perusahaan, yang bisa langsung dinikmati.
Tapi asetnya tak kunjung diserahkan ke perusahaan karena ragam alasan.
Yang artinya owner masih menguasai dan bisa terus menikmati aset tersebut.
Akhirnya aset uang muka pembelian ini terus menggantung di laporan keuangan perusahaan, yang sebenarnya berpotensi hilang duit dan tinggal menunggu waktu dicatat jadi kerugian.
Kalau misal ketemu yang begini, hindari.
...............
Oleh karena itu, pastikan uang muka pembelian yang ada di laporan keuangan emiten itu "sehat".
Uang muka yang sudah direalisasikan asetnya oleh pihak lain (sudah perusahaan terima / bisa dipakai barangnya), akan mengurangi saldo uang muka pembelian, sekaligus menambah saldo aset yang perusahaan terima.
Tanpa perlu keluar kas lagi, kecuali kalau memang masih kurang duit (belum lunas).
Kalau uang muka untuk beli aset tetap, jangan mangkrak bertahun-tahun.
Segeralah direklasifikasi, dengan menambah di bagian aset tetap (bisa diamati di catatan atas laporan keuangan bagian aset tetap di kolom reklasifikasi), dan sembari mengurangi saldo uang muka pembelian.
Kalau uang muka untuk beli persediaan, jangan pula uang muka ini makin membesar tanpa disertai kenaikan persediaan dan penjualan.
..............
Kesimpulan :
Saldo uang muka pembelian yang naik bisa menjadi indikasi perusahaan terus berkembang.
Namun di sisi lain, meningkatkan risiko arus kas tersendat jika tidak dibarengi penjualan dan penagihan piutang yang lancar.
Yang lebih parah lagi kalau 'mangkrak', uang sudah diterima pihak lain, tapi asetnya tidak kunjung perusahaan terima.
............
Terima kasih 🙏
Saya lampirkan contoh laporan keuangan random dari $MYOR, yang kebetulan ada uang muka pembelian di Aset Lancar dan juga Aset Tidak Lancar.
Postingan ini adalah series ke #7.
Series bahasan laporan keuangan terdahulu :
#1 : Kas dan Setara Kas
https://stockbit.com/post/16021406
#2 : Persediaan
https://stockbit.com/post/16033440
#3 : Piutang
https://stockbit.com/post/16044618
#4 : Beban Dibayar di Muka
https://stockbit.com/post/16076286
#5 : Pajak Dibayar di Muka
https://stockbit.com/post/16089851
#6 : Investasi di Surat Berharga
https://stockbit.com/post/16114500
$DRMA $PBRX $JECC $ERAA
1/4
@Valhala82
Udah coba dulu 6 bulan yg lalu, namun sayang, susah banget ini beli barangnya.
Sepanjang di bursa ada 3 barang yg susah banget dapetnya.
$MFMI - Result nyerah belinya, tidak jadi masuk
$KMDS - Result HAKA karena melihat meski susah jual juga ada deviden yg setara SUKUK.
$JECC - Result berhasil namun cuma selot2 itu juga kalau beruntung, dan begitu masuk langsung kaya sewot penunggunya di habisi harganya, bertahan beberapa minggu dan keluar dengan gain lumayan.
Iseng review performance $TBMS ✅✅✅termasuk Q1 2022, 2023 dan 2024 versi ROE dan ROA
Konten Lawas: https://stockbit.com/post/14692132
$KBLI $SCCO $VOKS $JECC
website emiten: https://cutt.ly/7eEgLo6y
management-policy : https://cutt.ly/reEgLo4B
LK Q2 2024 : https://cutt.ly/yeEgLo9C
File xls, https://cutt.ly/6eEgLpgP ulasan terbaru ada di sub sheet "Emiten ver. 1.1"
1/3
Kalau di kasus saham stock split seperti $JECC, dividen yang diterima akan tetap sama saja besaran yield-nya dengan sebelum stock split.
Asalkan laba bersih sama dan payout ratio sama.
Rasio stock split kan 1:5
Jadi, harga saham sekarang 625 ini akan dapat dividen 50. Yield 8%.
Yang artinya kalau sebelum stock split harganya 3125 dapat dividen 250. Yield 8%.
Yang beda cuma dulu beli (punya)nya 1 lot, sekarang jadi 5 lot.
$JECC sebelum stock split total saham 100jt sekian dapat deviden 250
setelah stock split saham jadi 750jt sekian
maka deviden jadi 48sekian jika laba sama
makanya kok sepi yng beli
Saham Kabel di IHSG
Ada 7 saham kabel di Indonesia. Dari data yang tersebut, terdapat 5 perusahaan yang mencetak laba, yaitu SCCO, KBLI, KBLM, JECC, dan IKBI 🚀. Namun, ada 2 perusahaan yang mencatatkan rugi, yaitu CCSI dan VOKS 👎.
Untuk data rekap Excel nya sudah saya share di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Dari segi pertumbuhan laba, 4 perusahaan berhasil meningkatkan laba mereka, yaitu SCCO, KBLI, KBLM, dan JECC 🚀, sementara 3 perusahaan lainnya mengalami penurunan laba, yaitu IKBI, CCSI, dan VOKS 👎.
Untuk return harga 1 tahun, hanya 2 perusahaan yang mengalami kenaikan, yaitu KBLI dan KBLM 🚀, sedangkan 5 perusahaan lainnya mengalami penurunan return harga, yaitu SCCO, JECC, IKBI, CCSI, dan VOKS 👎. https://bit.ly/3PP2BgF
Rincian saham kabel (gambar 1):
1. $SCCO: Laba Rp152,9 Miliar, Laba Tumbuh 14,89% 🚀, Return Harga 1 Tahun -13,27% 👎
2. $KBLI: Laba Rp105,16 Miliar, Laba Tumbuh 275,45% 🚀, Return Harga 1 Tahun 22,29% 🚀
3. $KBLM: Laba Rp30,11 Miliar, Laba Tumbuh 145,20% 🚀, Return Harga 1 Tahun 20,53% 🚀
4. $JECC: Laba Rp28,82 Miliar, Laba Tumbuh 111,46% 🚀, Return Harga 1 Tahun -9,29% 👎
5. $IKBI: Laba Rp5,42 Miliar, Laba Tumbuh -86,39% 👎, Return Harga 1 Tahun -41,37% 👎
6. CCSI: Laba Rp-8,25 Miliar 👎, Laba Tumbuh -508,38% 👎, Return Harga 1 Tahun -44,54% 👎
7. VOKS: Laba Rp-27,73 Miliar 👎, Laba Tumbuh -1123,22% 👎, Return Harga 1 Tahun -9,05% 👎
Dari data yang ada, tidak ada perusahaan yang mengalami penurunan laba tetapi harga sahamnya naik. Itu artinya market masih waras sedikit. https://bit.ly/45FDAJu
Namun, terdapat dua perusahaan yang mengalami kenaikan laba tetapi harga sahamnya justru anjlok 👎. Pertama, SCCO mencatatkan kenaikan laba sebesar 14,89% 🚀, namun harga sahamnya turun sebesar -13,27% 👎 dalam satu tahun terakhir. Kedua, JECC juga berhasil meningkatkan labanya sebesar 111,46% 🚀, tetapi harga sahamnya mengalami penurunan sebesar -9,29% 👎 dalam periode yang sama.
Terdapat 5 perusahaan kabel yang membagikan dividen, yaitu SCCO, KBLI, KBLM, JECC, dan IKBI 🚀. Sementara itu, CCSI dan VOKS tidak membagikan dividen 👎.
Jika dilihat dari sisi valuasi, PBV rata-rata dari ketujuh perusahaan ini adalah 0,63 dengan median PBV berada di angka 0,61. VOKS memiliki PBV paling tinggi di angka 1,06, sementara KBLM memiliki PBV paling rendah di angka 0,32. Artinya, KBLM mungkin dinilai paling undervalued dari sisi harga saham terhadap nilai bukunya 🚀, sementara VOKS cenderung overvalued atau dinilai lebih mahal dibandingkan yang lain 👎. https://bit.ly/3OZWjZR
Di sisi lain, PER rata-rata dari perusahaan-perusahaan ini adalah 3,77, dengan median PER di angka 6,77. IKBI memiliki PER tertinggi di angka 24,19, menunjukkan valuasi yang cukup tinggi 🚀, sedangkan VOKS memiliki PER terendah di angka -13,56, menunjukkan bahwa perusahaan ini mengalami kerugian dan valuasinya sangat negatif 👎. CCSI juga mencatatkan PER negatif -11,99, yang menandakan kinerja yang kurang baik dari sisi profitabilitas 👎.
Dari data yang ada, perusahaan dengan laba terbesar adalah SCCO yang mencatatkan laba sebesar Rp152,9 miliar 🚀. Di sisi lain, perusahaan dengan laba terkecil namun masih positif adalah IKBI, dengan laba sebesar Rp5,42 miliar 🚀. Namun, tidak semua perusahaan dalam daftar ini mencatatkan laba positif. VOKS mencatatkan laba paling kecil dengan nilai negatif, yaitu Rp-27,73 miliar 👎, menunjukkan adanya kerugian yang signifikan. https://bit.ly/452Uzpy
Jika kita melihat rata-rata laba dari seluruh perusahaan kabel ini, didapatkan mean laba sebesar Rp40,77 miliar. Namun, jika kita menggunakan median laba, yaitu nilai tengah dari semua data laba, angkanya berada di Rp28,82 miliar. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun beberapa perusahaan memiliki laba yang cukup besar, ada juga yang mengalami kerugian, sehingga mempengaruhi rata-rata keseluruhan.
SCCO dan KBLI adalah dua perusahaan yang menonjol karena kinerja labanya, berada di atas baik mean maupun median laba 🚀. Ini menandakan bahwa mereka adalah yang paling stabil dan kuat dari segi profitabilitas. Sementara itu, KBLM dan JECC berada di antara, dengan kinerja yang di atas median tetapi masih di bawah mean 🚀.
Di sisi lain, ada beberapa perusahaan yang berada di bawah baik mean maupun median laba. IKBI, meskipun masih mencatat laba positif, berada di bawah keduanya 🚀, menunjukkan bahwa kinerja profitabilitasnya tidak sekuat yang lain. CCSI dan VOKS, yang mencatat laba negatif, berada di posisi terendah 👎. Ini menandakan tantangan finansial yang cukup serius bagi perusahaan-perusahaan ini. https://bit.ly/3XemeAx
Sebagian besar perusahaan kabel ini menunjukkan valuasi yang cukup menarik, dengan PBV yang relatif rendah dan beberapa perusahaan yang masih memiliki PER positif 🚀. Namun, ada juga perusahaan seperti VOKS dan CCSI yang perlu perhatian lebih karena valuasinya yang negatif, yang mencerminkan kinerja keuangan yang kurang baik 👎.
Tapi pada akhirnya, bandar punya kuasa atas harga saham.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
(caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Dan jangan lupa kunjungi Pintarsaham di sini
https://bit.ly/3QtahWa
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://bit.ly/3YGX6Dc
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
https://bit.ly/44osZSV
https://bit.ly/47hnUgG
https://bit.ly/47eBu4b
https://bit.ly/3LsxlQJ
1/2
$JECC Perusahaan Orang Dalam
PT Jembo Cable Company Tbk (JECC) memiliki beberapa transaksi signifikan dengan pihak berelasi selama periode enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2024. Pihak berelasi ini adalah orang dalam perusahaan. Transaksi pihak berelasi memiliki peran signifikan dalam keuangan dan operasional perusahaan. Pengaruhnya dapat terlihat langsung dalam laporan keuangan, terutama jika transaksi ini mencakup persentase besar dari pendapatan atau beban perusahaan. Selain itu, hubungan dekat antara pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi dapat memunculkan potensi konflik kepentingan, yang mungkin berdampak pada keputusan bisnis yang tidak sepenuhnya berdasarkan pertimbangan independen. https://bit.ly/45FDAJu
Di sisi positif, transaksi pihak berelasi dapat memberikan fleksibilitas dan dukungan finansial yang lebih besar bagi perusahaan, seperti akses modal dengan syarat yang lebih mudah. Hubungan yang dekat juga memungkinkan efisiensi operasional, karena pihak berelasi lebih memahami kebutuhan bisnis perusahaan. Ini bisa memperkuat hubungan bisnis jangka panjang dan memastikan stabilitas operasional.
Namun, ada sisi negatif yang perlu diperhatikan. Risiko konflik kepentingan dapat muncul jika transaksi lebih menguntungkan pihak berelasi dibandingkan kepentingan perusahaan atau pemegang saham minoritas. Transparansi dalam transaksi ini juga sering menjadi masalah, karena bisa jadi tidak mengikuti standar pasar yang wajar. Hal ini berpotensi mengarah pada penyalahgunaan atau pengalihan aset yang merugikan perusahaan. Selain itu, jika transaksi tidak dikelola dengan baik, reputasi perusahaan bisa terancam, mengurangi kepercayaan dari pemegang saham dan investor. https://bit.ly/3YGX6Dc
Penjualan kepada pihak berelasi:
- PT Monaspermata Persada: JECC mencatat penjualan sebesar Rp82,67 miliar kepada PT Monaspermata Persada, yang merupakan entitas induk langsung dari JECC. Penjualan ini mencakup 5,64 persen dari total revenue perusahaan.
- PT Sinarmonas Industries: Penjualan kepada PT Sinarmonas Industries mencapai Rp237,09 miliar atau 16,17 persen dari total revenue. PT Sinarmonas Industries dimiliki oleh pemegang saham yang juga merupakan pemegang saham mayoritas di JECC.
Pembelian dari pihak berelasi:
- PT Sinarmonas Industries: JECC melakukan pembelian sebesar Rp70,72 miliar atau sekitar 4,82 persen dari total revenue dari PT Sinarmonas Industries, yang merupakan salah satu pemasok utama perusahaan.
- PT Aluminametal Utama: Pembelian dari PT Aluminametal Utama tercatat sebesar Rp61,09 miliar, atau 4,17 persen dari total revenue. PT Aluminametal Utama juga dimiliki oleh pemegang saham mayoritas JECC.
- PT Monaspermata Persada: Pembelian dari PT Monaspermata Persada mencapai Rp8,80 miliar, atau 0,60 persen dari total revenue. Sebagai entitas induk, transaksi ini menunjukkan dukungan berkelanjutan antara perusahaan dengan induknya.
- PT Ryu Ei Kogyo: Pembelian dari PT Ryu Ei Kogyo sebesar Rp4,76 miliar, atau 0,32 persen dari total revenue. PT Ryu Ei Kogyo memiliki hubungan keluarga dengan pengurus JECC.
Piutang usaha dari pihak berelasi:
- PT Sinarmonas Industries: JECC memiliki piutang usaha dari PT Sinarmonas Industries sebesar Rp315,44 miliar, yang setara dengan 14,68 persen dari total aset perusahaan.
- PT Monaspermata Persada: Piutang dari PT Monaspermata Persada sebesar Rp23,14 miliar atau 1,08 persen dari total aset perusahaan.
Utang usaha kepada pihak berelasi:
- PT Aluminametal Utama: JECC mencatat utang usaha sebesar Rp72,23 miliar kepada PT Aluminametal Utama, yang merupakan 3,36 persen dari total aset.
- PT Sinarmonas Industries: Utang usaha kepada PT Sinarmonas Industries mencapai Rp55,36 miliar atau 2,58 persen dari total aset.
- PT Monas Permata Persada: Utang usaha sebesar Rp5,03 miliar kepada PT Monas Permata Persada mencerminkan transaksi internal dengan entitas induk.
- PT Ryu Ei Kogyo: Utang usaha kepada PT Ryu Ei Kogyo sebesar Rp6,93 miliar atau 0,32 persen dari total aset.
Rincian:
1. Penjualan kepada Pihak Berelasi:
- PT Monaspermata Persada: Rp82,67 miliar (5,64% dari total revenue)
- PT Sinarmonas Industries: Rp237,09 miliar (16,17% dari total revenue)
- Total Penjualan kepada Pihak Berelasi: Rp319,76 miliar (21,81% dari total revenue yang sebesar Rp1,47 triliun)
2. Pembelian dari Pihak Berelasi:
- PT Sinarmonas Industries: Rp70,72 miliar (4,82% dari total revenue)
- PT Aluminametal Utama: Rp61,09 miliar (4,17% dari total revenue)
- PT Monaspermata Persada: Rp8,80 miliar (0,60% dari total revenue)
- PT Ryu Ei Kogyo: Rp4,76 miliar (0,32% dari total revenue)
- Total Pembelian dari Pihak Berelasi: Rp145,37 miliar (9,91% dari total revenue yang sebesar Rp1,47 triliun)
3. Piutang Usaha dari Pihak Berelasi:
- PT Sinarmonas Industries: Rp315,44 miliar (14,68% dari total aset)
- PT Monaspermata Persada: Rp23,14 miliar (1,08% dari total aset)
- Total Piutang Usaha dari Pihak Berelasi: Rp338,58 miliar (15,76% dari total aset yang sebesar Rp2,15 triliun)
4. Utang Usaha kepada Pihak Berelasi:
- PT Aluminametal Utama: Rp72,23 miliar (3,36% dari total aset)
- PT Sinarmonas Industries: Rp55,36 miliar (2,58% dari total aset)
- PT Ryu Ei Kogyo: Rp6,93 miliar (0,32% dari total aset)
- PT Monas Permata Persada: Rp5,03 miliar (0,23% dari total aset)
- Total Utang Usaha kepada Pihak Berelasi: Rp139,55 miliar (6,49% dari total aset)
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
(caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Dan jangan lupa kunjungi Pintarsaham di sini
https://bit.ly/3QtahWa
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://bit.ly/3YGX6Dc
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
https://bit.ly/44osZSV
https://bit.ly/47hnUgG
https://bit.ly/47eBu4b
https://bit.ly/3LsxlQJ
1/2
$JECC LK Q2 2024: Laba Naik Tapi Sangat Bergantung Pada Pihak Berelasi
PT Jembo Cable Company Tbk (JECC) adalah perusahaan yang bergerak di industri pembuatan kabel listrik dan telekomunikasi. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1973 dan berkantor pusat di Tangerang, Banten, dengan pabrik berlokasi di Jl. Pajajaran, Kota Tangerang. PT Jembo Cable memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1974.
Entitas induk langsung perusahaan ini adalah PT Monaspermata Persada, yang memiliki 52,57% saham perusahaan. Pada semester pertama tahun 2024, jumlah karyawan PT Jembo Cable mencapai 864 orang, sedikit meningkat dari 861 karyawan pada tahun 2023✅. https://bit.ly/45FDAJu
Susunan Dewan Komisaris dan Direksi per Juni 2024 adalah sebagai berikut:
- Komisaris Utama: Santoso
- Komisaris: Tommy Wijaya
- Komisaris Independen: Drs. Agus Kristiyono, Ak, MBA
- Direktur Utama: Mary Ang Santoso
- Direktur: Antonius Benady
- Direktur: Jimmy Wijaya Joeng
- Direktur: Ignatius Nugraha Widiyanta
- Direktur: Bambang Pramadi Pramusinto
Dalam enam bulan pertama tahun 2024, penjualan bersih perusahaan mencapai Rp1,466 triliun, meningkat dari Rp1,346 triliun ✅ pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sebagian besar penjualan berasal dari kabel listrik, yang menyumbang 90% dari total penjualan. https://bit.ly/3PP2BgF
PT Jembo Cable memiliki hubungan erat dengan beberapa pihak berelasi, termasuk PT Sinarmonas Industries dan PT Monaspermata Persada, yang terlibat dalam sebagian besar transaksi penjualan dan pembelian bahan baku.
Pemegang saham utama per 30 Juni 2024 adalah:
- PT Monaspermata Persada: 52,57%
- PT Indolife Pensiontama: 17,58%
- Fujikura Ltd, Japan: 13,51%
- Fujikura Asia Ltd, Singapore: 6,49%
- Masyarakat: 9,85%
Aset perusahaan mengalami penurunan sebesar Rp75,71 miliar atau 3,50% dari Rp2,162 triliun pada akhir 2023 menjadi Rp2,087 triliun pada pertengahan 2024. Penurunan ini disebabkan oleh turunnya kas dan setara kas sebesar Rp61,92 miliar atau 39,16%. Meskipun demikian, persediaan mengalami kenaikan signifikan sebesar Rp168,82 miliar atau 39,28%, menjadi komponen yang paling menahan penurunan total aset. ✅ https://bit.ly/3YGX6Dc
Aset Terbesar
1. Persediaan: Rp598,69 miliar (28,69% dari total aset, naik 39,28%) ✅
2. Piutang Pihak Ketiga: Rp427,53 miliar (20,49% dari total aset, turun 33,65%) ❌
3. Piutang Pihak Berelasi: Rp338,73 miliar (16,23% dari total aset, naik 15,09%) ✅
4. Aset Tetap: Rp512,27 miliar (24,55% dari total aset, naik 0,75%) ✅
5. Kas dan Setara Kas: Rp96,18 miliar (4,61% dari total aset, turun 39,16%) ❌
Di sisi lain, liabilitas perusahaan juga mencatat penurunan sebesar Rp66,73 miliar atau 4,87% dari Rp1,369 triliun menjadi Rp1,303 triliun. Penurunan ini terutama didorong oleh turunnya utang usaha kepada pihak ketiga sebesar Rp128,72 miliar atau 38,97%, serta penurunan utang pajak sebesar Rp5,31 miliar atau 53%. ✅ Namun, pinjaman bank jangka pendek naik 8,53%, yang menyumbang peningkatan pada beban keuangan. ❌
Liabilitas Terbesar dan Pertumbuhannya:
1. Pinjaman Bank Jangka Pendek: Rp798,37 miliar (38,27% dari total aset, naik 8,53%) ❌
2. Utang Usaha Pihak Ketiga: Rp201,56 miliar (9,66% dari total aset, turun 38,97%) ✅
3. Utang Usaha Pihak Berelasi: Rp139,55 miliar (6,69% dari total aset, naik 66,39%) ❌
4. Liabilitas Imbalan Kerja: Rp63,78 miliar (3,06% dari total aset, naik 0,41%) ❌
5. Pinjaman Bank Jangka Panjang: Rp6,51 miliar (0,31% dari total aset, naik signifikan 2334,82%) ❌
Total utang berbunga naik 7,63% menjadi Rp808,67 miliar, yang setara dengan 63,46% dari total ekuitas dan 38,74% dari total aset perusahaan. Kenaikan ini menjadi perhatian khusus mengingat utang berbunga meningkat meski perusahaan berhasil menurunkan beban bunga. ❌ https://bit.ly/3OZWjZR
Di sisi lain, piutang perusahaan mengalami penurunan sebesar Rp172,28 miliar atau 22,44%. Penurunan ini terutama disebabkan oleh turunnya piutang pihak ketiga sebesar Rp216,67 miliar atau 33,65%. ❌
Piutang Terbesar
1. Piutang Pihak Ketiga: Rp427,53 miliar (20,49% dari total aset, turun 33,65%) ❌
2. Piutang Pihak Berelasi: Rp338,73 miliar (16,23% dari total aset, naik 15,09%) ✅
3. Piutang Lain-lain Pihak Ketiga: Rp4,97 miliar (0,24% dari total aset, turun 60,52%) ❌
4. Piutang Pajak Dibayar Dimuka: Rp31,25 miliar (1,50% dari total aset, naik 39,69%) ✅
Persediaan naik signifikan sebesar Rp168,82 miliar atau 39,28%, didukung oleh kenaikan stok barang jadi dan bahan baku. Semua persediaan telah diasuransikan untuk menutupi potensi kerugian. ✅
Persediaan Terbesar
1. Barang Jadi: Rp274,44 miliar (terbesar di antara komponen persediaan) ✅
2. Bahan Baku: Rp121,33 miliar (naik signifikan) ✅
3. Barang dalam Proses: Rp205,63 miliar (naik tajam) ✅
Dari sisi pendapatan, revenue perusahaan meningkat sebesar Rp119,86 miliar atau 8,90% menjadi Rp1,466 triliun. Segmen terbesar adalah penjualan kabel listrik dan telekomunikasi. ✅
Sumber Revenue Terbesar
1. Penjualan Kabel Listrik: Rp1,326,20 miliar ✅
2. Penjualan Kabel Telekomunikasi: Rp83,83 miliar ✅
3. Penjualan Produk Lainnya: Rp56,29 miliar ✅
Namun, beban pokok penjualan (COGS) naik 5,47%, mencapai Rp1,339 triliun, yang sedikit menggerus margin laba perusahaan. ❌
COGS:
- Bahan Baku yang Digunakan: Rp1,326,82 miliar (90,49% dari total revenue, naik 18,41%) ❌
- Upah Langsung: Rp47,67 miliar (3,25% dari total revenue, turun 1,51%) ✅
- Beban Produksi Tidak Langsung: Rp44,02 miliar (3,00% dari total revenue, turun 9,79%) ✅
- Persediaan Barang dalam Proses: Rp205,63 miliar (14,02% dari total revenue, naik signifikan) ❌
- Persediaan Barang Jadi: Rp274,44 miliar (18,72% dari total revenue, naik signifikan) ❌
Komponen terbesar dari COGS adalah bahan baku yang digunakan, yang mencakup 90,49% dari total revenue dan mengalami kenaikan sebesar 18,41%. Kenaikan ini mengindikasikan adanya peningkatan biaya bahan baku yang dapat menekan margin laba. Upah langsung dan beban produksi tidak langsung mencatat penurunan, yang menunjukkan efisiensi dalam pengelolaan tenaga kerja dan biaya produksi lainnya. Namun, peningkatan signifikan pada persediaan barang dalam proses dan barang jadi menunjukkan bahwa ada lebih banyak produk yang belum terjual atau dalam tahap penyelesaian, yang bisa menjadi perhatian dalam manajemen persediaan.
Dari sisi pemasok, perusahaan memiliki beberapa vendor utama yang berkontribusi besar terhadap total pembelian bahan baku. Vendor terbesar adalah PT Tembaga Mulia Semanan, yang menyuplai lebih dari separuh kebutuhan bahan baku perusahaan. Meskipun konsentrasi pada satu vendor ini menunjukkan hubungan bisnis yang kuat, hal ini juga dapat menjadi risiko jika terjadi gangguan dalam pasokan. https://bit.ly/452Uzpy
Vendor
- PT Tembaga Mulia Semanan TBMS: Rp597,97 miliar (28,65% dari total aset, naik 46,42%) ✅
- PT Karya Sumiden Indonesia: Rp285,42 miliar (13,68% dari total aset, turun 2,27%) ❌
- PT Sinarmonas Industries: Rp148,49 miliar (7,11% dari total aset, turun 12,28%) ❌
PT Tembaga Mulia Semanan adalah pemasok terbesar yang menunjukkan pertumbuhan signifikan dalam kontribusinya terhadap total pembelian perusahaan. Sebaliknya, PT Karya Sumiden Indonesia dan PT Sinarmonas Industries mengalami penurunan kontribusi, yang dapat memengaruhi stabilitas pasokan.
Dari sisi pelanggan, perusahaan juga bergantung pada beberapa pelanggan utama yang menyumbang sebagian besar pendapatan. Pelanggan terbesar, PT Sinarmonas Industries, memberikan kontribusi signifikan terhadap revenue, menunjukkan hubungan bisnis yang stabil dan berkembang.
Pelanggan:
- PT Sinarmonas Industries: Rp446,58 miliar (21,41% dari total aset, naik 35,57%) ✅
- PT PLN (Persero): Rp153,57 miliar (7,36% dari total aset, naik 22,79%) ✅
- PT Monaspermata Persada: Rp161,59 miliar (7,74% dari total aset, naik 19,22%) ✅
- RDMP Balikpapan: Rp120,30 miliar (5,76% dari total aset, naik 9,72%) ✅
PT Sinarmonas Industries adalah pelanggan terbesar dengan pertumbuhan yang signifikan, menunjukkan bahwa perusahaan berhasil mempertahankan dan meningkatkan kontribusi dari pelanggan utamanya. PT PLN (Persero), PT Monaspermata Persada, dan RDMP Balikpapan juga menunjukkan pertumbuhan yang positif, yang berarti perusahaan memiliki portofolio pelanggan yang kuat dan beragam. https://bit.ly/3OZWjZR
Beban usaha lainnya juga mengalami peningkatan, dengan beban SGA naik 60,82% menjadi Rp83,02 miliar. Kenaikan ini didorong oleh beban gaji dan biaya pemasaran yang meningkat tajam. ❌
SGA Terbesar:
- Gaji, Upah, dan Tunjangan: Rp21,54 miliar (1,47% dari total revenue, naik 50,83%) ❌
- Administrasi Bank: Rp7,84 miliar (0,53% dari total revenue, data pembanding tahun lalu tidak tersedia, sehingga pertumbuhan tidak dapat dihitung) ❌
- Penyusutan Aktiva Tetap: Rp4,15 miliar (0,28% dari total revenue, naik 31,64%) ❌
- Perbaikan dan Pemeliharaan: Rp2,64 miliar (0,18% dari total revenue, naik 2,74%) ❌
- Pertemuan dan Pergaulan: Rp1,56 miliar (0,11% dari total revenue, naik 33,54%) ❌
Komponen terbesar dari SGA adalah gaji, upah, dan tunjangan, yang mencakup 1,47% dari total revenue dan mengalami kenaikan signifikan sebesar 50,83%. Kenaikan ini menunjukkan adanya peningkatan biaya terkait tenaga kerja yang dapat mempengaruhi profitabilitas. Administrasi bank juga menyumbang bagian yang cukup besar dari SGA, meskipun data pembanding untuk tahun sebelumnya tidak tersedia, yang menghambat perhitungan pertumbuhannya. Penyusutan aktiva tetap, perbaikan dan pemeliharaan, serta pertemuan dan pergaulan juga mengalami kenaikan, yang secara keseluruhan menambah beban pada SGA perusahaan.
Dari segi laba, laba usaha naik signifikan sebesar 65,23% menjadi Rp127,72 miliar, sementara laba bersih tahun berjalan meningkat 111,41% menjadi Rp28,82 miliar. ✅
Arus kas operasional (CFO) mencatatkan arus kas negatif sebesar Rp72,78 miliar, memburuk dibandingkan periode sebelumnya yang juga negatif. Hal ini menandakan bahwa CFO tidak cukup untuk menutupi kebutuhan pembiayaan dan investasi perusahaan. ❌
Cadangan kas turun signifikan sebesar Rp61,92 miliar atau 39,16%, terutama disebabkan oleh arus kas negatif dari aktivitas operasional. ❌
Unappropriated Retained Earnings tercatat positif sebesar Rp384,98 miliar, menunjukkan potensi pembagian dividen. ✅
Dari analisis #Skydrugznomic #Jongkoxnomic #JECC di LK Q2 2024 menunjukkan beberapa perkembangan positif, namun terdapat banyak tantangan yang perlu diatasi. Pendapatan perusahaan mengalami peningkatan sebesar 8,90% dari Rp1,346,47 miliar menjadi Rp1,466,32 miliar, yang merupakan indikasi pertumbuhan revenue yang baik ✅. Laba bersih juga mencatat kenaikan signifikan sebesar 111,41%, dari Rp13,63 miliar menjadi Rp28,82 miliar, menandakan bahwa perusahaan mampu meningkatkan profitabilitasnya dengan baik ✅.
Namun, terdapat beberapa masalah kritis dalam aspek arus kas dan pengelolaan utang. Arus kas operasi (CFO) menurun menjadi negatif Rp72,78 miliar, lebih buruk dari tahun sebelumnya yang juga negatif Rp60,15 miliar ❌. Meskipun arus kas dari pelanggan meningkat sebesar 16,73% menjadi Rp1,758,59 miliar, yang lebih besar dari total revenue ✅, CFO yang negatif ini menunjukkan bahwa arus kas operasional perusahaan tidak cukup untuk menutupi kebutuhan modal kerja dan pengeluaran lainnya ❌. https://bit.ly/45FDAJu
Situasi ini semakin diperparah oleh fakta bahwa CFO tidak mampu menutupi belanja modal (Capex) dan pembayaran utang berbunga ❌. Dengan cadangan kas yang hanya sebesar Rp96,18 miliar, yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan utang bank sebesar Rp808,67 miliar, perusahaan berada dalam posisi yang rentan ❌. Selain itu, utang berbunga perusahaan justru meningkat sebesar 7,63% menjadi Rp808,67 miliar, yang menunjukkan bahwa risiko keuangan perusahaan semakin tinggi ❌.
Return on Equity (ROE) yang hanya 7,35% dan Net Profit Margin (NPM) sebesar 1,97% berada di bawah standar ideal, yang seharusnya masing-masing di atas 10% ❌. Operating Profit Margin (OPM) juga berada di bawah ekspektasi, hanya mencapai 8,71% ❌. Selain itu, Price to Book Value (PBV) perusahaan lebih tinggi dari rata-rata historis lima tahun sebesar 1,09, serta Price to Earnings Ratio (PER) berada di bawah rata-rata historis, menunjukkan bahwa valuasi saham saat ini lebih rendah dari biasanya ✅.
Terdapat risiko signifikan yang dihadapi perusahaan, terutama terkait dengan fluktuasi kurs dan suku bunga. Liabilitas dalam mata uang asing yang lebih besar dibandingkan asetnya menandakan risiko kurs yang tinggi ❌. Ditambah lagi, dengan adanya utang berbunga, risiko suku bunga akan semakin meningkat jika terjadi kenaikan suku bunga, yang bisa berdampak buruk pada profitabilitas perusahaan ❌.
Dari sisi hubungan bisnis, terdapat ketergantungan yang cukup besar terhadap pihak berelasi, dengan piutang relasi mencapai 44,23% dari total piutang dan revenue relasi sebesar 41% dari total revenue ❌. Selain itu, piutang macet mencapai 42,87% dari total piutang, yang jauh di atas batas ideal sebesar 10% ❌.
Di sisi lain, perusahaan berhasil membayar dividen sebesar Rp37,80 miliar pada periode ini, menunjukkan komitmen perusahaan kepada pemegang sahamnya ✅. Tidak ada Rights Issue atau private placement yang dilakukan, yang merupakan tanda stabilitas struktural pada periode ini ✅. Pemegang saham pengendali yang kuat, PT Monaspermata Persada, juga memberikan landasan yang solid bagi perusahaan ✅.
Namun, peningkatan jumlah investor sebesar 171 orang dalam satu bulan terakhir menunjukkan bahwa ada minat yang bertambah terhadap saham perusahaan, meskipun secara umum lebih ideal jika jumlah investor berkurang di masa penurunan kinerja ❌.
PT Jembo Cable Company Tbk menunjukkan tanda-tanda positif dalam hal pertumbuhan revenue dan laba, namun dibayangi oleh tantangan signifikan dalam pengelolaan arus kas, utang, risiko kurs, dan suku bunga. Dengan lebih banyak indikator negatif daripada positif (11 ✅ vs 23 ❌), perusahaan perlu segera melakukan perbaikan di berbagai area untuk memastikan stabilitas dan pertumbuhan yang berkelanjutan.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
(caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan
https://stockbit.com/post/13223345
Dan jangan lupa kunjungi Pintarsaham di sini
https://bit.ly/3QtahWa
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://bit.ly/3YGX6Dc
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
https://bit.ly/44osZSV
https://bit.ly/47hnUgG
https://bit.ly/47eBu4b
https://bit.ly/3LsxlQJ
$TBMS $SCCO $KBLI $KBLM
1/2
Rilis data neraca perdagangan Indonesia Juli 2024 oleh BPS
✔️ Ekspor = USD 22,21 miliar.
Naik +6,55% mtm dari Juni 2024, dan naik +6,46% yoy dari Juli 2023.
Lebih tinggi dari ekspor Juni 2024 yang naik +1,17% yoy, dan lebih tinggi dari ekspektasi +3,85% yoy.
➖ Ekspor Kumulatif Jan-Jul 2024 = USD 147,30 miliar.
Turun -1,47% ytd yoy dibandingkan Jan-Jul 2023.
Tapi angka ini membaik dari Jan-Jun 2024 yang ekspor kumulatifnya turun -2,76% ytd yoy.
➖ Impor = USD 21,74 miliar.
Naik +17,82% mtm dari Juni 2024, dan naik +11,07% ytd dari Juli 2023.
Nilai impor ini naik lebih tinggi dari Juni 2024 +7,58% yoy, dan sangat jauh melebihi ekspektasi di +0,04% yoy.
Kenaikan nilai impor ini dikarenakan meningkatnya impor bahan baku/penolong dan barang modal.
Sementara impor barang konsumsi malah menurun secara tahunan dan peningkatan bulanannya masih di bawah peningkatan impor bahan baku/penolong dan barang modal.
➖ Impor Kumulatif Jan-Jul 2024 = USD 131,38 miliar
Naik +2,40% ytd yoy dari periode Jan-Jul 2023. Didorong oleh naiknya impor bahan baku/penolong.
Nilai impor kumulatif ini makin meningkat dari Jan-Jun 2024 yang naik +0,84% ytd yoy.
➖ Neraca Perdagangan Juli mengalami surplus USD 0,47 miliar.
Surplus ini sudah bertahan selama 51 bulan berturut-turut.
Surplus menyusut dibanding Juni 2024 USD 2,39 miliar, dan di bawah ekspektasi 2,45 miliar.
Naik signifikannya nilai ekspor, dibarengi oleh naiknya nilai impor yang lebih tinggi lagi.
➖ Neraca Perdagangan Jan-Jul 2024 secara kumulatif mengalami surplus USD 15,92 miliar.
Angka ini turun USD -5,28 miliar atau -24,9% ytd yoy dari Jan-Jul 2023 yang mencapai USD 21,20 miliar.
Surplus kumulatif ini juga makin mengecil dibanding Jan-Jun 2024 yang turun -22,4% ytd yoy.
https://cutt.ly/ievUWhwA
Naiknya nilai ekspor adalah hal baik.
Namun menyusutnya surplus bukanlah hal yang cukup baik, walaupun masih terus mempertahankan tren surplus 51 bulan berturut-turut.
Akan tetapi, meningkatnya nilai impor dari kontributor utama bahan baku/penolong juga bisa memberi sinyal penguatan aktivitas ekonomi utamanya manufaktur domestik.
$BBCA $BMRI $BBNI $SCCO $JECC