Volume
Avg volume
Perseroan berkedudukan di Jakarta Pusat didirikan pertama kali dengan nama PT Sumber Primautama dengan Akta Pendirian Perseroan Terbatas No. 65 tanggal 27 Desember 2006. Perseroan merupakan perusahaan induk yang memiliki dan mengelola Entitas Anak yang bergerak dalam bidang TV berbayar, fixed broadband/IPTV, layanan siaran digital (streaming). Perseroan memiliki 4 Perusahaan Anak dengan kepemilikan langsung yaitu MNC Vision, MNC Play, MNC Now, dan NV. Kantor Pusat Perseroan terletak di Jakarta dan berlokasi di MNC Tower Lantai 27, Jl. Kebon Sirih No. 17-19, Jakarta Pusat, 10340
@antonlim502 parah abis, pantes saham2nya ngumpul di 50 kebawah $BABP $BHIT $IPTV bcap next bmtr ini dihabisin, sampe tag nya gak cukup š„¶
BMTR 2024: Laba Anjlok Tapi Gaji Direktur dan Komisaris Naik?
BMTR adalah perusahaan media besar, tapi kalau lihat angka-angkanya di laporan keuangan, rasanya lebih mirip perusahaan yang sedang kehabisan napas. Tahun 2024, pendapatan BMTR turun -1,02% dari Rp10,16 triliun ke Rp10,06 triliun. Tidak terlalu buruk? Mungkin, kalau bukan karena laba bersih yang ambruk lebih dalam. Laba bersih anjlok -14,1% ke Rp917,22 miliar, dan yang lebih parah, laba yang bisa diklaim oleh pemilik BMTR justru turun -20,7%, dari Rp677,55 miliar ke Rp537,40 miliar. Jadi siapa yang menikmati profit? Bukan pemegang saham mayoritas, tapi kepentingan non-pengendali yang hanya mengalami penurunan laba -2,7%. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Salah satu biang kerok anjloknya laba adalah segmen TV berbayar yang sekarat. Dulu, bisnis ini jadi andalan, tapi sekarang malah makin bikin beban. Pendapatan TV berbayar turun -19,23%, dari Rp2,08 triliun ke Rp1,68 triliun, dan yang lebih parah, laba segmen ini anjlok -87,17%, dari Rp182,4 miliar ke Rp23,4 miliar. Dengan orang-orang yang makin betah nonton Netflix, Disney+, dan YouTube, siapa yang masih mau bayar TV kabel konvensional?
Ironisnya, di tengah anjloknya laba, gaji komisaris dan direksi malah naik +5,85%, dari Rp12,12 miliar ke Rp12,83 miliar. Hebat, bukan? Laba turun, tapi bos-bosnya tetap dapat bonus tambahan. Kalau ini bukan bentuk "efisiensi" ala konglomerat, entah apa lagi. Dengan jumlah dewan direksi dan komisaris yang 8 orang, berarti setiap orang rata-rata mengantongi Rp1,6 miliar per tahun atau sekitar Rp133 juta per bulan. Sementara bisnisnya makin sulit, pemegang saham cuma bisa gigit jari.
Di sisi lain, beban keuangan BMTR makin berat. Beban bunga naik +12,21%, dari Rp651,34 miliar ke Rp730,90 miliar. Dengan total liabilitas Rp7,16 triliun, BMTR butuh hampir 4 tahun untuk melunasi semua utangnya kalau hanya mengandalkan arus kas operasional (CFO: Rp1,90 triliun). Ini dengan asumsi BMTR tidak mengeluarkan uang untuk belanja modal, yang tentu saja tidak realistis. Artinya, utang ini bakal tetap jadi beban lama.
Dari segi profitabilitas, BMTR makin suram. ROIC (Return on Invested Capital) hanya 3,98%, sedangkan WACC (Weighted Average Cost of Capital) mencapai 13,1%. Artinya, BMTR menghasilkan return jauh di bawah biaya modalnya. Dalam bahasa kasar, setiap rupiah yang diinvestasikan di BMTR justru memberikan hasil yang lebih rendah daripada biaya yang harus dikeluarkan untuk membiayai modal. Bisnis yang "membakar uang" seperti ini jelas bukan tanda perusahaan yang sehat. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dari sisi aset, BMTR masih punya total aset Rp36,24 triliun, naik +2,77% dari tahun sebelumnya. Tapi kalau dilihat lebih dalam, kas dan setara kas turun dari Rp2,99 triliun ke Rp2,03 triliun (-32%). Perusahaan mungkin sedang mengalokasikan dana untuk investasi atau pelunasan utang, tapi kalau cashflow makin ketat sementara profitabilitas terus melemah, BMTR bisa berada dalam posisi yang tidak nyaman dalam beberapa tahun ke depan.
Jadi, apakah BMTR ini perusahaan yang bagus? Kalau hanya dilihat dari skala bisnisnya, mungkin masih terlihat besar dan dominan di industri media. Tapi dari sisi fundamental, ini lebih mirip perusahaan yang sedang berjuang untuk tetap relevan. Pendapatan stagnan, laba anjlok, bisnis TV berbayar sekarat, beban bunga naik, profitabilitas di bawah biaya modal, dan komisaris-direksi yang tetap menikmati kenaikan gaji meskipun perusahaan sedang dalam tekanan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
BMTR adalah salah satu raksasa media di Indonesia, tapi kalau dilihat dari sisi profitabilitas, perusahaan ini lebih terlihat seperti dinosaurus yang mulai kesulitan bertahan di era digital. Masalah utamanya sederhana: return yang dihasilkan dari modal yang digunakan jauh lebih kecil daripada biaya modal itu sendiri. Kalau ini terjadi terus-menerus, artinya BMTR bukan bisnis yang mencetak uang, tapi justru membakar uang.
Bagaimana cara mengetahuinya? Caranya dengan melihat dua angka penting: WACC (Weighted Average Cost of Capital) dan ROIC (Return on Invested Capital). WACC bisa diibaratkan sebagai harga yang harus dibayar BMTR untuk bisa menjalankan bisnisnyaāentah itu dalam bentuk biaya bunga dari utang atau ekspektasi return dari investor saham. Sedangkan ROIC adalah seberapa besar keuntungan yang BMTR hasilkan dari modal yang telah mereka investasikan dalam bisnis.
Nah, di sinilah masalahnya. WACC BMTR mencapai 13,1%, tapi ROIC-nya cuma 3,98%. Artinya, untuk setiap rupiah yang mereka gunakan untuk operasional, mereka hanya bisa menghasilkan 3,98% keuntungan, padahal biaya modal mereka lebih dari 13%. Dengan kata lain, BMTR bekerja keras hanya untuk tetap merugi dari perspektif investasi.
Logikanya begini: Bayangkan punya bisnis di mana kamu harus meminjam uang dengan bunga 13%, tapi usaha yang kamu jalankan cuma bisa menghasilkan 4% keuntungan dari modal yang dipakai. Jelas ini tidak masuk akal, kan? Setiap tahun, ada kekurangan 9% yang harus ditutupi. Itulah yang terjadi di BMTRāmodal mereka lebih mahal daripada return yang dihasilkan.
Kenapa ini terjadi? Salah satu penyebab utamanya adalah struktur bisnis yang masih terlalu berat di segmen-segmen yang sudah mulai kehilangan relevansi, seperti TV berbayar yang kehilangan pelanggan akibat pertumbuhan platform streaming. Pendapatan dari TV berbayar turun drastis -19,23%, dan lebih buruk lagi, laba dari segmen ini ambruk -87,17%. BMTR masih menghasilkan uang, tapi masalahnya mereka tidak bisa menghasilkan cukup uang untuk menutup biaya modal mereka.
Sementara itu, perusahaan masih harus membayar bunga utang yang semakin besar. Beban bunga naik +12,21% ke Rp730,90 miliar, yang tentu saja makin memperburuk situasi. Dengan kondisi seperti ini, satu-satunya cara untuk bertahan adalah meningkatkan profitabilitas atau menurunkan biaya modal. Sayangnya, yang dilakukan justru sebaliknya: gaji direksi dan komisaris malah naik +5,85%, sementara laba bersih turun -14,1%. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Jadi, BMTR bagus atau jelek? Dari segi skala bisnis, BMTR masih perusahaan besar. Tapi dari sisi fundamental, perusahaan ini sedang menghadapi masalah serius dalam menciptakan nilai tambah bagi investornya. Kalau mereka tidak segera mengubah strategi, BMTR bisa terus berjalan di jalur yang sama: bisnis besar yang terus ada, tapi makin tidak menarik bagi pemegang saham.
Kalau tidak ada gebrakan besar, BMTR akan terus jadi dinosaurus di era digital, besar tapi semakin ketinggalan zaman. Dan seperti yang kita tahu, dinosaurus akhirnya punah.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$MNCN $IPTV
1/10
Belum lagi :
Pesaingnya memang akan diam saja wkwkwk $LINK yang ambisius saja gagal yang heran sejak diambil $EXCL tambah jelek kinerjanya $IPTV saja babak belur sampai harus jual ke ISAT
INDIhome juga digempur provider kecil yang megap2an
CBN net dari DNET backup salim grup saja begitu2 saja wkwkwk padahal sudah kerjasama dengan PANI
Memangnya capex seperti kisah dongeng membangun candi dalam satu malam
Memangnya capex uang gratis tiba2 dapat diberikan dari bank tanpa jaminan aset ?
Memangnya tidak perlu bayar bunga untuk pinjaman ? kecuali ada simsalabim
Proyek yang ambisius biasanya cerita indah di teori, prakteknya gagal
@A91A6144 waduh masih mo maen di bawah lagi ternyata $IPTV š¤ ya wis lah... hajar ke 8 perak ndarr š¤£
$IPTV ada kemungkinan naik kah ? news mana news ?
mulai cicil nih 22-23... semoga nyusul $IATA dan kalau bisa mirip2 $MDIA dulu targetnya ššš
$ISAP $IPTV $ASII
#NabungLot saham ISAP
#NabungLot saham IPTV done š¤ Cukuplah,, nanti klo terjun bebas lg bru serok bawah lg šš
skrng lanjut #NabungLot saham ISAP š
Cek ombak dulu 24 Lot š
Jangan di tiru,, bahaya dah šš
šŖ±šŖ±šš
$IPTV $BMTR $MNCN
#NabungLot saham IPTV
Total saat ini 147 Lot + 4450 Lot + 21940 Lot = 26.537 Lot šš
Jangan ditiru bahaya dah šš
šŖ±šŖ±šš
1/2
$IPTV
ehh salah ketik wkwk totalnya 21.940 Lot šš kaya bener gue klo punya Lot sebanyak itu š
ngetiknya kecepetan š
$IPTV $BMTR $MNCN
#NabungLot saham IPTV
Tambah 4.750 Lot.. Total saat ini 7.999 Lot + 13.941 = 21.940 Lot š
Jangan di ikutin,, bahaya dah šš
1/3
$BHIT MULAI LAGI YEAYYYYY !!! LUMAYAN 27 KE 31... YUK KE 35 KEATAS LAGI BARU JUAL DIKIT2 KALO BISA 40
$BMTR ššššš GA JALAN2
$IPTV PALING MURAH GA JALAN2, CICIL AJA DIKIT2 SAMPE JALAN
$BMTR $MNCN $IPTV
š ChatGPT Membedah š
Hanya hiburan semata š Hanya obrolan ngalor ngidul bersama ChatGPT š Bukan ajakan Jual Beli š
šš Jika Saya sebagai Pengendali šš
Jika saya sebagai pengendali PT Global Mediacom Tbk (BMTR), PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN), dan PT MNC Vision Networks Tbk (IPTV), saya akan mempertimbangkan strategi berikut untuk memperkuat posisi grup sebagai pemimpin media dan teknologi di Indonesia serta Asia Tenggara:
1. Memperkuat Dominasi Media Tradisional dan Digital:
Optimalisasi Konten dan Distribusi: MNCN telah lama menjadi pemimpin di industri media Indonesia dengan empat saluran televisi FTA nasional: RCTI, MNCTV, GTV, dan iNews. Untuk mempertahankan dan memperluas audiens, penting untuk terus mengembangkan konten berkualitas tinggi yang relevan dengan berbagai segmen pasar. Selain itu, memperluas distribusi melalui platform digital dan over-the-top (OTT) seperti RCTI+ akan meningkatkan jangkauan dan interaksi dengan pemirsa.
Inovasi dalam Layanan Pelanggan: IPTV, melalui anak perusahaan seperti MNC Play dan MNC Vision, telah memimpin pasar TV berlangganan di Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan generasi milenial dan Gen Z yang menginginkan fleksibilitas, pengembangan layanan streaming on-demand dan paket berlangganan yang disesuaikan akan menjadi kunci.
2. Ekspansi Infrastruktur Teknologi dan Data Center:
Pengembangan Data Center: Dengan meningkatnya kebutuhan akan layanan cloud dan penyimpanan data, investasi dalam pembangunan data center modern akan menjadi prioritas. Rencana akuisisi PT Infokom Elektrindo oleh IPTV merupakan langkah strategis untuk memperkuat lini bisnis teknologi informasi dan komunikasi, termasuk pengembangan data center.
Integrasi Layanan ICT: Menggabungkan layanan telekomunikasi, internet broadband, dan data center akan menciptakan ekosistem teknologi yang terintegrasi, memungkinkan penyediaan solusi lengkap bagi pelanggan korporat dan ritel.
3. Diversifikasi Pendapatan melalui Digitalisasi:
Monetisasi Platform Digital: Dengan peluncuran aplikasi OTT seperti RCTI+, terdapat potensi signifikan untuk pendapatan dari iklan digital, langganan premium, dan kemitraan konten. Target kontribusi pendapatan dari platform digital sebesar 10-20% dalam beberapa tahun ke depan adalah realistis dengan strategi pemasaran dan konten yang tepat.
Pengembangan Ekosistem Digital: Memanfaatkan basis pengguna yang besar untuk menawarkan layanan tambahan seperti e-commerce, pendidikan online, dan layanan keuangan digital akan memperluas sumber pendapatan dan meningkatkan retensi pengguna.
4. Peningkatan Efisiensi Operasional dan Sinergi Antar Unit Bisnis:
Integrasi Operasional: Meningkatkan kolaborasi antara unit bisnis, seperti produksi konten oleh MNCN yang didistribusikan melalui platform IPTV, akan mengoptimalkan sumber daya dan mengurangi biaya.
Investasi dalam Teknologi: Mengadopsi teknologi terbaru dalam produksi dan distribusi konten, serta dalam operasional data center, akan meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan.
5. Ekspansi Regional dan Internasional:
Penetrasi Pasar Asia Tenggara: Memanfaatkan konten lokal yang kuat untuk memasuki pasar negara tetangga melalui kemitraan atau peluncuran layanan OTT regional.
Kemitraan Strategis: Bekerja sama dengan perusahaan teknologi global untuk menghadirkan inovasi dan memperluas jangkauan layanan.
Dengan menerapkan strategi-strategi di atas, BMTR dapat memperkuat posisinya sebagai grup media terbesar di Indonesia, MNCN dapat mengukuhkan diri sebagai entitas media terdepan di Asia Tenggara, dan IPTV dapat berperan sebagai pendukung utama dalam infrastruktur teknologi melalui pengembangan data center dan layanan ICT lainnya.
$IPTV $BMTR $MNCN
š ChatGPT Membedah š
"SEANDAINYA" IPTV beralih menjadi bisnis teknologi informasi dan komunikasi (ICT) dan menjadi pengembangan pusat data...
ini hanya hiburan semata,, obrolan ngalor ngidul pagi hari bersama ChatGPT šš
bukan ajakan jual beli šš
PT MNC Vision Networks Tbk (IPTV) telah menunjukkan minat untuk memasuki bisnis pusat data melalui rencana akuisisi PT Infokom Elektrindo, anak perusahaan PT Global Mediacom Tbk (BMTR), pada Juli 2022. Langkah ini bertujuan memperkuat lini bisnis teknologi informasi dan komunikasi (ICT) IPTV, termasuk pengembangan pusat data.
Pada November 2023, IPTV melalui anak usahanya, PT MNC Kabel Mediacom (MKM), menjual aset infrastruktur fiber-to-the-home (FTTH) dan pelanggan MNC Play kepada PT Asianet Media Teknologi dan PT Indosat Tbk (ISAT) dengan total nilai transaksi sebesar Rp3,3 triliun. Penjualan ini memberikan likuiditas tambahan yang dapat dialokasikan untuk pengembangan bisnis pusat data.
Dalam konteks ini, perusahaan-perusahaan dari Uni Emirat Arab (UEA) telah menunjukkan minat untuk berinvestasi dalam infrastruktur digital di Indonesia, termasuk pembangunan pusat data. Misalnya, EDGNEX, anak perusahaan DAMAC Group yang berbasis di Dubai, mengumumkan rencana investasi pusat data sebesar 15 MW di Indonesia. Selain itu, pemerintah Indonesia dan UEA telah sepakat untuk melanjutkan kerja sama investasi di bidang ekonomi digital dan infrastruktur.
Jika perusahaan Arab tersebut tertarik untuk berinvestasi dalam proyek pusat data yang dikembangkan oleh IPTV, kolaborasi ini dapat mempercepat realisasi dan ekspansi bisnis pusat data IPTV. Dukungan finansial dan keahlian dari investor UEA dapat membantu IPTV membangun fasilitas pusat data berstandar internasional, memenuhi permintaan yang terus meningkat di Indonesia.
Dengan sinergi antara sumber daya yang dimiliki IPTV dan investasi dari mitra UEA, perusahaan berpotensi menjadi pemain utama dalam industri pusat data di Indonesia, memanfaatkan pertumbuhan pesat sektor ekonomi digital dan kebutuhan akan infrastruktur data yang andal.