Volume
Avg volume
Perseroan didirikan pada tahun 1975 dan memulai kegiatan produksi pada tahun 1976 di sebuah pabrik pemintalan kapas di Purwakarta, yang terus memperluas bisnis Benang Pintal, serta melakukan diversifikasi untuk produksi Benang Polyester Filament , Polyester Staple Fiber, PET Resin, Polyester Chip, dan Kain Polyester Filament untuk pasar global dari pabrik-pabrik berlokasi di Purwakarta, Campaka dan Bandung, Indonesia dan melalui anak perusahaan tidak langsung, di Uzbekistan, Sri Lanka dan Turki. Perseroan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 1990.
Rilis data proyeksi produksi dan stok komoditas pertanian US
✔️ Prospective Plantings Corn 2025 = 95,326M (vs previous 90,036M, vs consensus 94,35M)
❌ Prospective Plantings Cotton 2025 = 9,867M (vs previous 10,673M, vs consensus 10,17M)
❌ Prospective Plantings Soy 2025 = 83,495M (vs previous 86,51M, vs consensus 83,82M)
❌ Prospective Plantings Wheat 2025 = 45,35M (vs previous 47,498M, vs consensus 46,50M)
➖ Quarterly Grain Stocks Corn Mar = 8,15B (vs previous 12,074B, vs consensus 8,13B)
➖ Quarterly Grain Stocks Soy Mar = 1,91B (vs previous 3,1B, vs consensus 1,90B)
➖ Quarterly Grain Stocks Wheat Q1 = 1,24B (vs previous 1,57B, vs consensus 1,22B)
Proyeksi produksi Jagung US meningkat di atas ekspektasi. Namun produksi kedelai, kapas, dan gandum diperkirakan menurun di bawah ekspektasi.
Stok komoditas pertanian secara kuartalan juga menurun, walaupun masih sedikit di atas ekspektasi.
Kondisi ini menggambarkan bakal makin ketatnya supply-demand produk pertanian US di tahun 2025 ini.
Dengan adanya kebijakan tarif dan perang dagang maka efek negatifnya bisa lebih parah.
Harga pangan dan komoditas pertanian lain bisa naik, menyulitkan inflasi di US turun.
Penurunan produksi pertanian di US juga bukan kabar baik bagi negara yang masih impor hasil pertanian US, termasuk Indonesia.
$INDR $PBRX $MAIN
Dan tetap masih rugi di Q4 2024 $INDR
Katanya turnaround di Q2, lalu Q3, kata user 'kazakizi' makro gak terlalu pengaruh, kondisi sektor gak terlalu pengaruh, INDR lebih hebat sendiri, tapi kok ya sampe Q4 gak untung-untung 🤔
🔥 Pemerintah Genjot Deregulasi! Industri Tekstil dan Sepatu Bakal Melonjak?
Pemerintah mempercepat deregulasi industri padat karya demi meningkatkan investasi dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja. 🚀
Presiden Prabowo menargetkan penyederhanaan regulasi sektor tekstil dan sepatu yang saat ini menyerap hampir 4 juta tenaga kerja dan mengekspor lebih dari USD 2 miliar!
Deregulasi ini juga mencakup harmonisasi tarif serta percepatan perizinan dalam Proyek Strategis Nasional (PSN). 📈
Apakah langkah ini bisa mendongkrak daya saing industri Indonesia?
🔗 https://cutt.ly/Frolr8s0
$INDR $ARGO $CNTX
$INDR pengaruh suku bunga dan kurs terhadap kinerja perusahaan
Suku bunga : kalau turun, maka beban bunga akan berkurang. Industri ini butuh economy of scale, sehingga butuh suntikan modal dan pinjaman dari bank untuk bisa profit.
Kurs: harus lihat komposisi antara penjualan ekspor dengan impor bahan baku. Kalau ekspor dia tinggi sedangkan bahan baku dari dalam negeri, melemahnya kurs rupiah sebenarnya menguntungkan. Ibaratnya tadinya jual barang 16.000, modal 14.000, jadi jual 17.000 modal tetap 14.000.
Ternyata pembelian bahan baku INDR menggunakan kurs dollar amerika cukup besar sekitar 90%. Pembelian mata uang lain kurleb <10%. Jadi sebenernya dengan penjualan terbesar ke Indonesia (dalam rupiah) sebesar 40an% sedangkan pembelian bahan baku (dalam USD) itu mengakibatkan kerugian dari INDR itu sendiri.
di INDR sendiri sebenarnya impor bahan baku ga di mention dari mana, tapi ada dari utang usaha, pemasok dalam negeri cukup besar 100jt USD, sedangkan dari luar negeri 44jt USD. Sebenernya ga cukup menggambarkan supply INDR sendiri sih, soalnya kalau dari LN itu bisa pakai LC jadi mungkin mereka bisa aja ga pakai utang usaha.
Penjualan INDR itu terbesar ke Indonesia dan Asia. Setelah itu Amerika, Eropa, dan others country. Amerika lagi perang dagang ke China. Penjualan INDR ke Amerika kontribusinya sebesar 9%. Ini bisa jadi opportunity yang cukup baik, margin penjualan ke Amerika juga cukup tinggi.
(sebagai catatan pribadi)
$INDR - turnaround company? (part 1)
impor tekstil dari china mengalami penurunan 36,6% MoM (harus dicek pertahun).
AS pasang tarif 20% ke China. Salah satu potensi market baru utk pangsa Indonesia.
Manajemen yang profesional, supply yang semakin dikit (SRIL pailit), demand yang tetap jadi salah satu katalis positif.
Pemerintah per 9 Agustus 2024 terbitkan tarif impor ke barang2 China, Korea, Vietnam, dan tarif2 kain hasil kapas.
Risknya adalah persaingan usaha terutama dg negara2 lain dg labor yang lebih rendah.
industri tekstil butuh tenaga kerja yang banyak karena perlu banyak yang di custom.
(sebagai catetan biar ga lupa)
Salut sama holder $INDR kuat banget pegang emiten yang konsisten minus setiap kuartal, tidak bagi dividen, dan dianaktirikan sama induknya.
Kalian hebattt
$INDR
kemarinan Wonderful Company sampai harga naik ke 13k
skrg jd busuk Company?
rugi dan rugi terus lagi 🤣
Indo-Rama, yang sangat bergantung pada PTA dan MEG sebagai bahan baku utama, sepertinya terjebak dalam sebuah permainan teka-teki yang penuh fluktuasi. Sejak 2020, harga PTA dan MEG bergerak bak ombak yang tak bisa diprediksi naik turun tanpa ada kepastian. Saat pandemi melanda, harga bahan baku ini anjlok, namun seiring dengan pemulihan ekonomi setelahnya, harga-harga ini kembali melambung. Kenaikan biaya bahan baku ini jelas menekan margin keuntungan Indo-Rama yang harus membeli bahan dengan harga tinggi, meskipun penjualan naik.
Masalah semakin rumit dengan gangguan pasokan dan biaya produksi yang membengkak di 2022-2023, yang menciptakan kerugian tersembunyi meskipun penjualan meningkat. Tapi ada harapan. Di 2024, dengan harga PTA dan MEG yang mulai stabil atau bahkan turun, ada ruang bagi Indo-Rama untuk bangkit. Keseimbangan harga bahan baku yang lebih terkendali bisa membuka jalan bagi perusahaan untuk memperbaiki margin keuntungan yang sempat tergerus. Namun, ada misteri di balik ini apakah harga bahan baku yang stabil ini hanya sementara, atau apakah Indo-Rama akan menemukan strategi jitu untuk memanfaatkan momentum dan keluar dari bayang-bayang fluktuasi harga yang tak terduga? Waktu yang akan memberikan jawabannya.
$INDR
Tahun 2023 adalah tahun yang penuh teka-teki untuk Indo-Rama. Penjualan meningkat, tetapi pendapatan malah turun. Tonase penjualan memang naik, terutama untuk benang pintal, yang seharusnya menjadi tanda positif. Tapi ada yang aneh: meskipun produk terjual lebih banyak, harga jual per unit (ASP) justru turun. Ini jadi kunci masalahnya—penurunan ASP yang terus terjadi sejak 2020, bikin pendapatan nggak bisa mengejar volume penjualan yang lebih besar.
Coba lihat deh, ASP untuk kain turun dari US$ 0.80 di 2020 jadi cuma US$ 0.73 di 2023. Begitu juga dengan benang pintal, yang turun tajam dari US$ 3,59 di 2020 ke hanya US$ 2,85 per kg di 2023. Poliester nggak jauh beda, dengan ASP yang turun dari US$ 1,19 menjadi US$ 1.03. Penurunan harga jual per unit ini, meskipun volume penjualan naik, membuat margin laba semakin tipis.
Tapi, di balik semua itu, ada cahaya di ujung terowongan. Di 2024, meskipun penurunan ASP masih menjadi tantangan, ada harapan baru: biaya bahan baku mulai stabil. Jika harga bahan baku tetap terkendali dan Indo-Rama bisa mengoptimalkan harga jual, ada potensi besar untuk turnaround yang mengejutkan. Dengan penjualan yang terus meningkat dan biaya yang lebih efisien, Indo-Rama mungkin bisa kembali mencatatkan profitabilitas yang solid.
Jadi, meskipun penurunan ASP jadi salah satu masalah besar yang membebani Indo-Rama, dengan strategi yang tepat di 2024, kesempatan untuk bangkit masih sangat terbuka. Semua ini kembali ke bagaimana mereka bisa mengelola biaya dan harga jual, serta menavigasi pasar dengan lebih cerdas. Apakah mereka akan berhasil mengubah arah? Hanya waktu yang akan memberi jawabannya.
$INDR
1/3
Pada 2021, Indo-Rama berdiri tegak dengan penjualan IDR 12,6 triliun dan net margin 10%, sebuah prestasi yang tampak sempurna. Namun, di balik angka-angka itu, ada keputusan besar yang menyembunyikan potensi masalah di masa depan. Biaya bahan baku yang stabil dan operasional yang efisien membuat laba mengalir deras, tetapi siapa sangka bahwa pembelian bahan baku besar-besaran pada 2022, saat harga bahan baku melambung tinggi, akan menjadi bom waktu yang menunggu untuk meledak? Di 2024, meski penjualan naik menjadi IDR 13,8 triliun, kerugian bersih justru muncul, mematahkan harapan. Kerugian persediaan yang mengendap dan tingginya COGS akibat pembelian bahan baku pada harga tinggi di 2022 terus menghantui, meski pasar menunjukkan tanda-tanda pemulihan.
Tapi apa yang terjadi setelah semua ini beres? Jika harga bahan baku tetap rendah, dan kerugian persediaan berhasil diselesaikan, Indo-Rama mungkin akan menemukan dirinya di jalur yang benar lagi. Bayangkan saja, biaya bahan baku yang lebih rendah berarti COGS yang jauh lebih rendah, dan margin laba yang lebih tebal. Dengan penjualan yang terus tumbuh, serta keputusan yang lebih bijaksana dalam pengadaan bahan baku, perusahaan bisa kembali meraih profitabilitas yang tinggi. Tapi, tentu saja, hanya waktu yang akan mengungkap apakah Indo-Rama bisa keluar dari bayang-bayang keputusan masa lalu atau terjebak dalam siklus yang terus menggerogoti. Sebuah teka-teki yang belum sepenuhnya terpecahkan.
$INDR
@JalanSunyi18 tinggal baca aja laporan keuangan $INDR biar bisa lihat apa itu manfaat pajak tangguhan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Manfaat pajak tangguhan itu ibarat tabungan pajak buat perusahaan. Ketika INDR mencatat rugi di laporan pajak, mereka bisa menyimpan hak untuk mengurangi pajak di tahun-tahun mendatang saat nanti mulai untung lagi. Ini terjadi karena ada perbedaan cara pencatatan antara laporan keuangan dan aturan pajak. Misalnya, kalau perusahaan menyusutkan aset lebih cepat di laporan pajak, laba kena pajak jadi lebih kecil sekarang, tapi nanti bisa lebih besar. Nah, selisih ini jadi aset pajak tangguhan, yang bisa dimanfaatkan untuk mengurangi pajak masa depan. Dalam kasus INDR, mereka punya rugi fiskal USD 103,03 juta, yang artinya di tahun-tahun berikutnya mereka bisa pakai rugi ini buat mengurangi pajak yang harus dibayar. Jadi, meskipun kelihatannya rugi, sebenarnya mereka lagi menyusun strategi biar bayar pajaknya lebih kecil di masa depan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
$BBCA $BKSW
$INDR: Apakah Ada Transfer Pricing?
Pertanyaan salah satu user Stockbit di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
PT Indo-Rama Synthetics Tbk (INDR) ini bisnisnya memang menarik. Mereka bergerak di industri serat poliester, benang pintal, dan tekstil, dengan jaringan global di bawah Indorama Corporation. Dari laporan keuangan, mereka jelas pemain besar, tapi kalau ditelusuri lebih dalam, ada banyak kejanggalan yang bikin mikir: "Ini beneran rugi atau cuma strategi akuntansi?" Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dari sisi aset, total aset INDR Rp 12,567 triliun, turun 0,72% dari Rp 12,658 triliun tahun lalu. Aset tetap masih jadi yang terbesar, Rp 7,296 triliun atau 58,06% dari total aset, tapi menariknya, kas mereka melonjak 112,95% dari Rp 203,23 miliar menjadi Rp 432,67 miliar. Kok bisa kas naik, tapi tetap rugi? Sementara itu, piutang usaha naik 5,68% dari Rp 1,358 triliun menjadi Rp 1,435 triliun, dan persediaan malah turun drastis 21,06% dari Rp 3,094 triliun ke Rp 2,442 triliun. Sinyal efisiensi atau ada sesuatu yang nggak kelihatan?
Di sisi liabilitas, totalnya Rp 6,149 triliun, turun 1,74% dari Rp 6,258 triliun. Utang berbunga jangka pendek turun 23,87% dari Rp 638,99 miliar ke Rp 486,48 miliar, tapi utang berbunga jangka panjang malah naik 19,66% dari Rp 1,488 triliun ke Rp 1,781 triliun. Jadi, mereka ngurangin utang jangka pendek tapi tetap doyan berutang jangka panjang. Klasik.
Sekarang masuk ke laporan laba rugi. Pendapatan naik 14,27% dari Rp 12,111 triliun menjadi Rp 13,839 triliun. Lumayan kan? Tapi beban pokok pendapatan juga naik 11,15% dari Rp 12,436 triliun ke Rp 13,823 triliun. Margin laba kotor nyaris nggak ada, cuma Rp 167,63 miliar, meski sudah lebih baik dibanding tahun lalu yang minus Rp -325,54 miliar. Kalau ada yang bertanya-tanya kenapa mereka rugi, ini jawabannya: biaya produksi kegedean. Gaji dan tunjangan naik 10,16% dari Rp 137,12 miliar menjadi Rp 151,05 miliar, biaya transportasi naik 13,71% dari Rp 33,90 miliar ke Rp 38,54 miliar, biaya administrasi naik 12,72% dari Rp 94,40 miliar ke Rp 106,41 miliar. Pokoknya, semua naik kecuali laba. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Anehnya, arus kas dari operasi (CFO) tetap positif Rp 611,98 miliar, meskipun turun 35,67% dari Rp 951,27 miliar tahun lalu. Arus kas investasi lebih baik, defisitnya mengecil 22,32% dari Rp -574,81 miliar ke Rp -446,53 miliar, dan arus kas pendanaan malah jeblok 54,14% dari Rp -344,46 miliar ke Rp -530,95 miliar. Ini bikin penasaran: kalau beneran rugi, kok masih bisa generate kas operasional positif?
Jawabannya ada di laporan transaksi dengan pihak berelasi. 50,01% dari total pembelian berasal dari perusahaan dalam grup. Pemasok terbesar? Indorama Universal Pte Ltd (ISN), PT INEOS Aromatics Indonesia, dan PT Indorama Petrochemicals (PTIP), semuanya masih satu keluarga. Sementara itu, pendapatan dari pihak berelasi cuma 4,91% dari total revenue. Jadi, mereka banyak beli dari grup sendiri dengan harga yang nggak jelas transparansinya, sementara penjualan ke grup jauh lebih kecil. Klasik transfer pricing? Bisa jadi. Who knows.
Bukti lainnya? Rugi fiskal yang terus membengkak. Dari USD 60,07 juta di 2023 naik 71,52% jadi USD 103,02 juta di 2024. Akibatnya? Beban pajak nihil. Apakah ini sudah textbook banget: "bikin rugi" supaya nggak bayar pajak? Entahlah. Tapi anehnya, kas tetap mengalir positif.
Jadi, apakah INDR pura-pura rugi? Secara teknis, mereka nggak salah, karena ini strategi akuntansi yang sah. Apakah ini ilegal? Entahlah. Saya juga tidak tahu.
Kalau melihat laporan pajak INDR, bisa dibilang akuntannya benar-benar jago dalam memanfaatkan aturan perpajakan. Tidak ada beban pajak kini yang dicatat di laporan laba rugi, padahal perusahaan tetap beroperasi dengan pendapatan yang naik 14,27% menjadi Rp 13,839 triliun. Mereka berhasil mencatatkan rugi fiskal yang besar, sehingga justru mendapatkan manfaat pajak sebesar USD 9,15 juta dari aset pajak tangguhan.
Strategi ini bisa terjadi karena perusahaan memanfaatkan rugi fiskal yang terus meningkat untuk mengurangi pajak terutang di masa depan. Pada tahun 2024, rugi fiskal INDR membengkak menjadi USD 103,03 juta, naik dari USD 60,07 juta di 2023. Artinya, mereka punya saldo rugi yang bisa digunakan untuk menutupi laba di tahun-tahun mendatang, sehingga pajak yang harus dibayar tetap rendah atau bahkan nihil.
Dari sisi perpajakan, ini bukan pelanggaran, tetapi lebih ke strategi perencanaan pajak yang sangat efisien. Selama transaksi dengan pihak berelasi dan harga transfer bisa dibuktikan wajar, maka ini sah-sah saja. Namun, kalau ada perubahan regulasi pajak atau pengawasan yang lebih ketat terkait transaksi dengan grup seperti Indorama Universal Pte Ltd, INEOS, dan PTIP, maka strategi ini bisa lebih sulit dijalankan ke depannya. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Jadi, apakah akuntannya jago? Jelas jago. Mereka bisa membuat perusahaan tetap bernapas lega secara kas, sambil mencatatkan rugi akuntansi yang membuat pajak tetap rendah atau bahkan nihil. Ini contoh klasik bagaimana rugi di laporan keuangan belum tentu berarti bisnisnya buruk—bisa jadi itu hanya strategi optimasi pajak yang cerdas.
INDR masih punya peluang untuk rebound kalau bisa mengelola beberapa faktor dengan baik. Pendapatan naik 14,27% dari Rp 12,111 triliun menjadi Rp 13,839 triliun, menunjukkan permintaan tetap ada meskipun margin tipis. Persediaan bahan baku dalam perjalanan turun drastis 55,20% dari Rp 36,04 juta ke Rp 16,14 juta, menandakan efisiensi dalam rantai pasokan. Jika harga bahan baku stabil dan INDR bisa menaikkan harga jual, margin berpotensi membaik. Saat ini, INDR masih bergantung pada pemasok dalam grup, dengan Indorama Universal Pte Ltd (ISN) menyumbang 23,62% dari total pembelian, PT INEOS Aromatics Indonesia 19,33%, dan PT Indorama Petrochemicals (PTIP) yang pada 2023 berkontribusi 10,96%. Ketergantungan ini memastikan pasokan yang stabil, tetapi juga membuka celah bagi strategi harga transfer yang sulit dipantau.
PT INEOS Aromatics Indonesia merupakan bagian dari INEOS Group, perusahaan kimia multinasional yang didirikan oleh Sir Jim Ratcliffe. INEOS Group beroperasi di sektor petrokimia, termasuk aromatik, dan juga memiliki keterlibatan dalam dunia olahraga. Pada Desember 2023, INEOS mengakuisisi 27,7% saham Manchester United, meningkatkan kepemilikannya menjadi hampir 29% pada awal 2025. Ini berarti PT INEOS Aromatics Indonesia dan INEOS yang memiliki saham di Manchester United berada dalam satu entitas perusahaan yang sama.
Sebagai pemasok utama, PT INEOS Aromatics Indonesia menyediakan Purified Terephthalic Acid (PTA), bahan baku penting dalam produksi serat poliester dan produk tekstil INDR. Pada tahun 2024, pembelian bahan baku dari INEOS mencapai 19,33% dari total pembelian, sedikit lebih rendah dibandingkan 20,56% pada 2023. Ketergantungan tinggi pada pemasok dalam grup bisa memengaruhi struktur biaya dan margin laba. Dalam praktik bisnis global, transaksi antar perusahaan dalam grup diawasi untuk memastikan kesesuaiannya dengan prinsip harga wajar (arm’s length principle), terutama terkait transfer pricing. Oleh karena itu, transparansi dalam penetapan harga bahan baku menjadi kunci bagi laporan keuangan INDR serta persepsi regulator terhadap kebijakan perpajakannya. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
INDR memiliki beberapa kreditor utama, baik bank lokal maupun internasional, dengan komposisi utang yang cukup menarik. Total utang bank jangka pendek mencapai USD 30,10 juta, turun dari USD 41,45 juta pada 2023, dengan mayoritas berasal dari PT Bank QNB Indonesia Tbk (USD 20,00 juta) dan PT Bank Central Asia Tbk (USD 10,10 juta). Sementara itu, utang dari PT Bank SMBC Indonesia Tbk yang sebelumnya USD 8,95 juta, kini sudah lunas.
Di sisi jangka panjang, INDR justru menambah pinjaman, dengan total naik dari USD 75,39 juta menjadi USD 87,54 juta. PT Bank HSBC Indonesia menjadi kreditor terbesar dengan pinjaman USD 40,94 juta, naik dari USD 38,39 juta, diikuti oleh PT Bank SMBC Indonesia Tbk $BTPN (USD 15,00 juta), PT Bank Central Asia Tbk $BBCA (USD 10,00 juta), dan Sumitomo Mitsui Banking Corporation Singapore (USD 15,00 juta). Beberapa bank lain seperti PT Bank SBI Indonesia dan PT Bank DBS Indonesia juga memiliki eksposur, meskipun jumlahnya lebih kecil.
Dari sisi bunga, utang dalam Dolar AS memiliki suku bunga antara 4,73% - 6,83% pada 2024, sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang berada di kisaran 4,48% - 6,86%. Dengan komposisi ini, HSBC menjadi pemberi pinjaman terbesar, sementara INDR tampaknya lebih memilih menekan utang jangka pendek dan memperpanjang tenor dengan tambahan pinjaman jangka panjang.
Namun, ada beberapa faktor yang bisa menghambat potensi rebound. Beban bahan baku masih sangat tinggi, mencapai 73,66% dari total biaya produksi, yang membuat margin laba tetap tipis meskipun pendapatan naik. Kalau harga bahan baku naik lagi, INDR bisa semakin sulit untuk mencetak laba. Beban keuangan juga terus meningkat, terutama karena utang berbunga jangka panjang naik 19,66% dari Rp 1,488 triliun menjadi Rp 1,781 triliun. Ini berarti perusahaan masih bergantung pada pembiayaan jangka panjang yang bisa menjadi beban jika kondisi pasar tidak membaik. Selain itu, kalau ada regulasi pajak yang lebih ketat terkait transaksi pihak berelasi, strategi perencanaan pajak INDR bisa terganggu. Selama ini, perusahaan bisa menghindari pajak dengan mencatatkan rugi akuntansi, tetapi kalau otoritas pajak mulai menyoroti transaksi antar perusahaan dalam grup, mereka bisa dipaksa membayar pajak lebih besar yang akan makin menekan profitabilitas. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Jadi, apakah INDR bisa rebound? Secara teori, bisa, asal bisa menjaga efisiensi bahan baku, mengurangi ketergantungan pada grup untuk pembelian, dan mulai memperbaiki margin dengan menaikkan harga jual. Tapi kalau strategi harga transfer dan manajemen beban masih seperti ini, rebound bisa jadi lebih lama atau bahkan nggak terjadi sama sekali.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138 (caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Jangan lupa kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://bit.ly/44osZSV
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/9
@Aamon91 jd maksud om semua perusahaan tekstil managementny ga BERES semua??? liat noh $INDR mpe berdarah2 gituuuu...lihat fakta di lapangan om jastiper2 bebas masukkan barang dgn harga yg murah, pengimpor2 yg bebas masukkn produk, 🥶 bukan salah china jg om, tapi memang pemerintah mempermudah bahkan memfasilitasi masukkny produk2 dr luar🤷🏻♂️ system trade in n out, yg dikorbankan yah manufaktur yg padat karya gimana #kaburajadulu ga makin menjadi2 🙃 $SRIL korban, kedepan lihat aja bajal lebih banyak pabrik yg berguguran
$SRIL korban tinggal tunggu PBRX SBAT $INDR dan msh byk perusahaan padat karya tekstil yg tercatat di $IHSG all bakal menyusul As Soon As Possible , jika aturan impor msh mendapat relaksasi pemerintah ini katanya menjaga sektor padat karya, tapi impor msh dimudahkan yg berujung mematikan industri sendiri...MIRISSSS...🤷🏻♂️🥶🤦🏻♂️ omon omon 🙏🏻 cuap
➖ Ya moga aja bisa terwujud, walaupun banyak sekali yang gak terjadi sesuai harapan di masa lalu. Tesla, IKN, Apple, Starlink, dll.
Tapi dari omongan 'prime minister' ada juga yang kejadian seperti PPN 12% yang ditunda.
Mau bagaimanapun beliau ini ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN). Jadi bisa apa selain berharap yang baik terwujud.
https://cutt.ly/JrrCqM5z
$IHSG $ASII $INDR
$INDR bianis tekstilnya dah ga jelas. tambang jg acak adul. diversifikasi tp bukan keahliannya.
Tag: $UNVR $TLKM