Volume
Avg volume
PT. Indonesia Fibreboard Industry Tbk (IFII) didirikan pada tanggal 24 September 2007. Perusahaan bergerak dalam bidang industri Medium Density Fibreboard (MDF) dan produk kayu olahan lainnya. MDF merupakan olahan kayu yang berupa papan yang digunakan sebagai pengganti dari plywood sebagai bahan baku pembuatan furniture. Perusahaan memulai kegiatan operasi komersialnya sejak bulan Oktober 2012. Pabrik Perusahaan berlokasi di Sumatera Selatan.
$IFII Terimakasih Bapak/Ibu Emiten Owner & Market Maker untuk profit selama saya hold sebentar sejak 20 Agustus 2025. Saya skip dividen tapi tetap memantau karena ada potensi kenaikan.
Semoga bisa trading kembali di momen yang tepat.
Berkah Dalem.
Terimakasih untuk hari ini $KRAS $IFII
Masih mencoba konsisten sesuai target harian, tapi belum konsisten 🥹
lama gak buat postingan
Karena info dividen lagi sepi, ramenya nanti di pertengahan Oktober - awal Desember
tag random
$IFII $BBRI $DMAS
📖 Investor Story: IFII – “Global Exporter at Local Price”
Pernah nggak sih kamu merasa harga barang di pasar lokal “nggak nyambung” dengan kualitasnya? Kayak nemu sneakers branded di outlet, harganya masih setengah dari harga mall. Nah, itu mirip dengan cerita IFII (Indonesia Fibreboard Industry Tbk).
🔍 Kenapa menarik?
IFII adalah salah satu produsen Medium Density Fibreboard (MDF) terbesar di Indonesia. Produk mereka dipakai buat furnitur, interior, sampai konstruksi, dan lebih dari 80% penjualannya diekspor – mayoritas ke Timur Tengah dan Jepang. Jadi meski basisnya lokal, panggungnya sudah global.
💰 Angka yang bikin berhenti scroll:
✓ Laba bersih 2024 naik +77% YoY 🚀
✓ Ekspor menyumbang Rp 1,02 triliun dari total Rp 1,24 triliun penjualan
✓ Debt to Equity Ratio (DER) cuma 0,21x → struktur keuangan super sehat
✓ Dividend yield terakhir 4,5%
Buat investor jangka panjang, kombinasi “growth + income” ini jarang banget ketemu: laba yang tumbuh pesat + dividen konsisten.
🌱 Bonus point:
IFII juga masuk jalur tren global ESG. Mereka memanfaatkan limbah produksi jadi bahan bakar boiler & paving block. Artinya, mereka nggak cuma efisien, tapi juga ramah lingkungan.
📊 Valuasi?
Di sinilah menariknya: rasio valuasi IFII (P/E, P/B, EV/EBITDA) semuanya jauh di bawah rata-rata industri. Bahasa sederhananya: pasar masih menghargai IFII seperti “pemain lokal”, padahal realitanya sudah eksportir global.
✨ Refleksi investor:
Investor sabar nggak buru-buru ngejar hype, tapi berani melihat cerita di balik angka. Dan cerita $IFII ini seperti barang bagus di outlet – kualitas global, harga lokal.
---------------
Calm Creates Clarity. Value Creates Opportunity.
https://cutt.ly/9rKLw72E
---------------
⚠️ Disclaimer
Tulisan ini disusun untuk tujuan edukasi dan refleksi investasi, bukan merupakan rekomendasi beli atau jual saham tertentu. Seluruh data keuangan dan valuasi yang disebutkan bersumber dari laporan publik perusahaan dan analisis yang tersedia pada saat penulisan.
Keputusan investasi sepenuhnya berada di tangan pembaca. Ingatlah bahwa harga saham dapat berfluktuasi dan investasi di pasar modal mengandung risiko, termasuk kemungkinan kehilangan sebagian atau seluruh modal.
Selalu lakukan riset mandiri (do your own research) atau konsultasi dengan penasihat keuangan sebelum mengambil keputusan investasi.
EmitenNews.com - Indonesia Fiberboard Industry (IFII) akan menyalurkan dividen interim Rp56,47 miliar. Besaran dividen itu, diambil sekitar 51,82 persen dari koleksi laba bersih per 30 Juni 2025 sebesar Rp108,99 miliar. So, para investor akan mendapat santunan dividen Rp6 per lembar.
Rencana pembag...
www.emitennews.com
JAKARTA - PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk (IFII), emiten pengolahan kayu, mengumumkan pembagian dividen interim sebesar Rp56,47 miliar atau setara Rp6 per saham.
Corporate Secretary IFII, Evan Kristian, menyampaikan bahwa keputusan ini telah mendapat persetujuan dari dewan direksi dan komisari...
www.idnfinancials.com
News Update
👉 IHSG sesi I ditutup menguat 0,30% ke 7,929.
👉 Untuk capai negara maju, RI sudah mencapai indikator SDGs 61,4% menurut Bappenas.
👉 Krisis politik di Prancis membuat investor mengobral saham dan obligasi negara tersebut.
👉 $IFII berencana untuk membagikan deviden interim sebesar Rp6/saham.
👉 Direksi $MCOR membeli 328.862 lembar saham perseroan di harga Rp66/saham.
👉 Anak usaha tidak langsung MITI kembali meraih izin usaha pertambangan.
👉 KETR infokan rencana penambahan kegiatan usaha baru.
👉 $ASII serap capex Rp8,8T pada semester I-2025, atau 33,8% dari total anggaran capex.
IDXChannel - PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk (IFII) berencana melakukan pembagian dividen interim untuk periode tahun buku 2025 sebesar Rp56,47 miliar. Nilai tersebut setara Rp6 per saham.
"Dengan ini diberitahukan kepada pemegang saham IFII, bahwa direksi perseroan pada Selasa 26 Agustus 2025 ...
www.idxchannel.com
Menavigasi Pasar Modal Indonesia: Panduan Buat Investor Ritel
Ringkasan Eksekutif:
Ekonomi Indonesia diprediksi makin ngebut di 2026. Kombinasi kebijakan pemerintah, kemenangan penting di WTO, sampai meledaknya jumlah investor ritel bikin pasar modal makin rame. Peluang gede banget, tapi juga ada resikonya—apalagi kalau portofolio terlalu numpuk di satu sektor. Kuncinya? Paham arah ekonomi, jaga diversifikasi, dan jangan kebawa arus hype doang.
Gambaran Besar: Ekonomi Lagi Banyak Angin Segar
Indonesia lagi masuk fase baru pertumbuhan. Bank Indonesia udah nurunin suku bunga biar konsumsi jalan lagi. Pemerintah juga gaspol dengan reformasi struktural. Salah satunya lewat hilirisasi industri—bukan cuma jual bahan mentah, tapi ngolahnya jadi produk yang punya nilai tambah.
Contoh paling nyata ada di nikel. Dulu cuma ekspor bijih, sekarang udah diproses jadi komponen baterai buat mobil listrik.
Baru-baru ini juga Indonesia menang sengketa di WTO lawan Uni Eropa soal tarif biodiesel. Efeknya? Ekspor minyak sawit berpotensi makin kenceng.
Sementara itu, wajah pasar modal juga berubah drastis. Investor ritel sekarang tembus 17 juta orang, terbesar se-ASEAN. Masuknya dana domestik bikin pasar lebih likuid dan stabil. Tapi hati-hati: makin banyak investor ritel juga berarti resiko trading spekulatif dan ikut-ikutan tren (herd behavior) makin tinggi.
Studi Kasus: Portofolio yang Lagi Hits
Bayangin ada portofolio berisi 4 saham:
✓ PTPS (Sawit)
✓ HRUM (Batu Bara & Nikel)
✓ ESSA (LPG & Amonia)
✓ FII (Kayu Lapis)
Sekilas, portofolio ini kelihatan solid banget. PTPS bisa naik gara-gara putusan WTO, $HRUM dan $ESSA kecipratan rezeki dari program hilirisasi, sementara $IFII juga ketolong angin positif industri.
Tapi kalau dilihat lebih dalam, kelemahannya jelas: terlalu fokus di komoditas. Jadi kalau harga global turun, semua saham di portofolio bisa keok bareng-bareng. Inilah kenapa diversifikasi penting banget.
Langkah Praktis: Cara Bangun Portofolio Anti-Rapuh
Supaya portofolio makin tahan banting, ada beberapa langkah simpel yang bisa dilakuin:
1. Diversifikasi ke Luar Komoditas
Sektor non-komoditas juga punya prospek menarik:
✓ Keuangan: Turunnya suku bunga bikin kredit bank lebih gampang ngalir.
✓ Konsumsi Harian: Program sosial kayak makan gratis bisa ningkatin daya beli. Produsen barang kebutuhan pokok langsung kecipratan untung.
✓ Teknologi: Transformasi digital nasional masih punya ruang pertumbuhan gede ke depan.
2. Cek Resiko Konsentrasi
Dengan investor ritel makin banyak, volatilitas pasar bisa lebih ekstrim. Coba sesekali pindahin profit dari saham komoditas ke sektor yang lebih stabil.
3. Upgrade Wawasan
Jangan cuma ngandelin rekomendasi medsos atau rumor. Luangkan waktu baca laporan keuangan, ikutin kebijakan ekonomi, dan cek fundamental perusahaan.
Penutup: Jadi Investor yang Lebih Smart
Pasar Modal Indonesia lagi panas-panasnya, tapi cara terbaik untuk bertahan bukan cuma nekat beli saham. Kuncinya ada di disiplin, belajar terus, dan diversifikasi yang cerdas.
Jadi, jangan sekadar ikut tren. Bangun portofolio yang bisa tumbuh dan tahan banting—biar investasi kamu nggak gampang goyang walau pasar lagi roller coaster.
---------------
Disclaimer: Artikel ini cuma buat edukasi, bukan rekomendasi jual/beli. Saham yang disebut hanyalah contoh studi kasus. Selalu lakukan riset mandiri atau konsultasi sama penasihat keuangan sebelum ambil keputusan investasi.