Volume
Avg volume
PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. atau HMSP adalah salah satu pemimpin produsen rokok di Indonesia. Perseroan memproduksi sejumlah merek rokok kretek yang dikenal luas, seperti A Mild, Sampoerna Kretek serta βRaja Kretekβ yang legendaris Dji Sam Soe. Perseroan terafiliasi dengan PT Philip Morris Indonesia (PMID) dan bagian dari Philip Morris International Inc. (PMI), perusahaan rokok tembakau terkemuka di dunia. Sampoerna mengoperasikan 7 fasilitas produksi di Indonesia dan bermitra dengan 38 Mitra Produksi Sigaret (MPS). Sampoerna menjual dan mendistribusikan rokok melalui total 106 kantor penjualan yang tersebar di pulau Sumat... Read More
@nurmanhasbi Balada $GGRM
Saat ini, GGRM berada dalam fase yang bisa dibilang mirip dengan karakter utama di anime yang kehilangan kekuatan supernya. Dulu, saham ini adalah pilihan utama investor yang mencari saham consumer goods dengan stabilitas tinggi, dividen rutin, dan pertumbuhan yang solid. Namun, sekarang, setelah berbagai tekanan dari regulasi cukai, perubahan pola konsumsi masyarakat, hingga diversifikasi bisnis yang agak absurd, saham ini seolah-olah kehilangan arah. Harga saham yang dulu berada di kisaran 20 ribuan kini terjun bebas ke 11 ribuan, memaksa banyak investor untuk cutloss dan beralih ke aset yang lebih menjanjikan. Seolah-olah ada plot twist kejam dari penulis skenario yang memutuskan untuk menyiksa investor dengan penurunan harga yang brutal. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Revenue yang seharusnya menjadi indikator utama kesehatan bisnis justru mengalami kontraksi sebesar 9.61% year-to-date (YTD). Ini bukan penurunan kecil, apalagi untuk perusahaan rokok yang memiliki pangsa pasar besar di Indonesia. Sementara kompetitornya, HMSP, masih bisa mencatatkan pertumbuhan tipis sebesar 1.34%, yang artinya mereka masih bisa bertahan meskipun industri sedang dihantam badai regulasi dan shifting preferensi konsumen. Di sisi lain, WIIM juga mengalami penurunan 7.76%, tapi karena perusahaan ini memiliki strategi yang lebih adaptif dan harga sahamnya sudah mencerminkan valuasi rendah, pasar tampaknya lebih bisa menerima kondisi mereka. Namun, GGRM seolah menjadi contoh klasik dari perusahaan yang gagal beradaptasi dalam menghadapi tekanan eksternal.
Kalau revenue saja sudah anjlok, bagaimana dengan laba? Di sinilah tragedi sebenarnya terjadi. Net income GGRM terjun bebas hingga 77.74%. Ini bukan lagi sekadar penurunan, tapi lebih mirip seperti meteor yang jatuh dari langit. Bandingkan dengan HMSP yang hanya turun 15.80% atau WIIM yang mengalami koreksi 52.99%. Ini mengindikasikan bahwa GGRM mungkin memiliki struktur biaya yang tidak efisien atau terlalu bergantung pada volume penjualan yang kini semakin menurun. Net Profit Margin (NPM) mereka juga mengenaskan, hanya 0.28%. Ini seperti restoran mewah yang dulu selalu penuh pelanggan, tapi kini hanya bisa bertahan dengan keuntungan tipis di setiap transaksi. Sementara itu, HMSP masih mampu mencetak NPM 6.22%, dan WIIM 4.98%, yang artinya mereka masih punya ruang untuk bertahan di tengah ketidakpastian regulasi.
Dari sisi valuasi, GGRM terlihat sangat murah, dengan Price to Book Value (PBV) hanya 0.34. Secara teori, ini adalah diskon besar, karena pasar menilai perusahaan jauh di bawah nilai bukunya. Tapi apakah ini peluang emas atau justru sinyal bahwa pasar sudah kehilangan kepercayaan? Bandingkan dengan HMSP yang memiliki PBV 2.60 atau WIIM dengan 0.74. Jika investor masih optimis dengan prospek industri, PBV yang rendah ini mungkin menarik. Tapi mengingat laba anjlok dan diversifikasi yang tidak jelas, mungkin ini adalah classic value trapβsaham yang tampak murah tapi sebenarnya tetap berisiko tinggi.
Lalu bagaimana dengan cash flow? GGRM masih bisa mencatatkan Cash from Operations sebesar 6.528 Triliun, sedikit lebih baik dari HMSP yang 6.156 Triliun. Tapi yang jadi masalah, Free Cash Flow (FCF) mereka hanya 2.224 Triliun, jauh lebih rendah dibanding HMSP yang mencapai 4.093 Triliun. Artinya, GGRM harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk operasional atau investasi yang tidak menghasilkan arus kas bebas yang cukup besar. Ini bisa menjadi masalah jangka panjang, karena tanpa arus kas yang sehat, perusahaan akan kesulitan untuk mempertahankan bisnisnya, apalagi membayar dividen. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau kita bicara soal harga saham, ini adalah bagian yang paling menyakitkan bagi investor yang sudah nyangkut. Dalam satu tahun terakhir, saham GGRM sudah turun 44.73%. Bandingkan dengan HMSP yang turun 30.06%, yang meskipun juga mengalami tekanan, tapi tidak separah GGRM. Yang lebih menarik adalah WIIM, yang dalam lima tahun terakhir justru naik 363.77%. Ini membuktikan bahwa ada sesuatu yang dilakukan WIIM yang berhasil menarik perhatian pasar, sementara GGRM justru terus merosot. Dalam lima tahun terakhir, saham GGRM sudah turun 80.40%, seperti sebuah kapal yang perlahan tenggelam tanpa ada upaya penyelamatan yang jelas.
Diversifikasi GGRM ke bisnis tol dan bandara tampaknya juga bukan solusi instan. Infrastruktur adalah bisnis dengan jangka waktu balik modal (BEP) yang panjang dan Return on Invested Capital (ROIC) yang tidak selalu menjanjikan. Jika di sektor rokok mereka sudah kesulitan menjaga profitabilitas, bagaimana mereka bisa berharap proyek infrastruktur bisa mendongkrak kinerja mereka? Ini seperti seseorang yang sudah kesulitan bayar cicilan rumah, lalu memutuskan membeli hotel dengan harapan bisa mendapatkan keuntungan jangka panjang. Mungkin saja berhasil, tapi risikonya besar, dan dalam banyak kasus, justru berakhir dengan utang yang makin menggunung.
Lalu, apakah masih ada harapan? Secara fundamental, sulit untuk optimis. Tapi jika kita bicara tentang bagaimana pasar bekerja, masih ada kemungkinan bahwa bandar akan mencoba menggoyang saham ini kembali. Sudah bukan rahasia bahwa ketika semua investor ritel sudah cutloss dan kehilangan harapan, sering kali itulah momen ketika saham mulai digoreng lagi. Namun, ini bukan strategi investasi yang bisa diandalkan dalam jangka panjang. Jika GGRM tidak bisa memperbaiki struktur biaya, menyesuaikan strategi pemasaran, atau menemukan cara untuk bertahan di tengah kenaikan cukai, maka kebangkitan harga sahamnya hanya akan bersifat sementara, sebelum kembali jatuh ke tren penurunan.
GGRM saat ini seperti karakter anime yang sudah kehilangan kekuatannya, tapi masih mencoba bertarung dengan harapan ada keajaiban yang menyelamatkannya. Sayangnya, keajaiban dalam dunia saham tidak sering terjadi tanpa adanya fundamental yang mendukung. Para investor yang masih bertahan di saham ini mungkin harus bertanya pada diri sendiri: apakah mereka masih percaya pada bisnis inti GGRM, atau hanya berharap pada keajaiban pasar yang digerakkan oleh bandar? Sebab, dalam dunia investasi, berharap tanpa strategi hanya akan berakhir dengan kekecewaan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
$WIIM $HMSP
$HMSP ketika sektor lebih sering diterpa hal negatif seperti cukai rokok yg selalu naik dan saham ini dulu termasuk favorit dengan slogan:
Rp 3000 sudah murah kapan lagi dividen besar
RP 2000 murah banget tinggal tidur dapet dividen besar
RP 1000 saham dividen besar dan harganya masih murah dan rokok electric
RP 600 mulai sepi mungkin mulai sadar.
$UNVR sekarang harus bersaing dengan produk produk UMKM yg lebih murah dengan fungsi yang sama sehingga menggerus laba .
Cutloss $GGRM
Sharing kisah salah satu user Stockbit di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 yang cutloss GGRM. Nama disamarkan https://stockbit.com/post/13223345
Seorang investor baru saja mengalami cutloss brutal di saham GGRM, beli di harga 20 ribuan, jual di Rp11.000-an. Dia duduk termenung di depan layar, merenungi hidup, bertanya-tanya apakah pasar saham ini nyata atau cuma ilusi seperti dunia isekai. Kalau ini anime, dia sudah masuk fase villain origin, mungkin jadi antagonis baru di dunia investasi, siap bersumpah tidak akan pernah menyentuh saham rokok lagi. Kalau ini film Hollywood, ini adalah momen dramatis sebelum protagonis kembali dengan strategi baru dan membalas dendam di pasar modal. Tapi di dunia nyata? Dia sedang memproses trauma batin yang akan membentuk caranya berinvestasi ke depan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Saham GGRM dulu adalah dividen darling, tempat para investor income-seeking bersantai menikmati cash flow tanpa perlu pusing mikirin fluktuasi harga. Tapi seperti kisah hero yang kehilangan kekuatan di tengah jalan, bisnis GGRM mulai kehilangan momentum. Revenue mereka turun dari Rp124,68 Triliun di 2022 jadi Rp115,39 Triliun di 2023. Laba bersih jeblok dari Rp6,43 Triliun ke Rp3,53 Triliun, turun lebih dari 45%! Ini bukan sekadar koreksi biasa, ini seperti karakter shonen yang kehilangan semua energinya di pertarungan klimaks. Dan yang lebih bikin sakit hati? Dividen yang dulu jadi alasan banyak orang memegang saham ini, tiba-tiba hilang di 2024. Bayangkan Luffy kehilangan kemampuan Gear 5 di tengah pertempuran, seketika semua harapan runtuh.
Lalu ada cukai yang terus naik tanpa ampun. Ini ibarat boss battle di game Soulsborne yang makin lama makin sulit, tiap kali industri rokok coba bangkit, regulasi baru datang dan menghantam tanpa ampun. Cukai rokok sekarang sudah di atas Rp1.100 per batang, naik drastis dari hanya Rp80 per batang di 2010. Margin laba yang dulu tebal sekarang makin tipis, sementara harga jual harus naik, dan di sisi lain, konsumen mulai beralih ke rokok ilegal atau merek lebih murah. Ini bukan pertumbuhan bisnis, ini survival mode. GGRM bukan lagi titan raksasa di industrinya, tapi lebih seperti karakter yang dipaksa bertahan hidup di dunia post-apocalypse.
Investor yang mengalami cutloss besar ini kini menghadapi dua hal: pola repetitive dan trauma batin. Dari pola repetitive, dia mulai melihat bahwa saham-saham berbasis komoditas atau heavily regulated business seperti rokok bisa terlihat murah, tapi tetap jatuh lebih dalam. Harga murah bukan jaminan bahwa harga akan kembali naik, apalagi kalau bisnisnya sendiri sedang dalam tren penurunan. Ini adalah pelajaran klasik yang pernah terjadi di saham-saham batu bara sebelum 2021, di properti yang hancur setelah 2013, atau di sektor lain yang terlihat βmurahβ tapi sebenarnya adalah value trap.
Dari sisi trauma batin, dia mungkin akan takut menyentuh saham siklikal atau regulasi-heavy lagi. Dia melihat GGRM yang dulu membanggakan dividen besar, tiba-tiba menghentikan distribusi keuntungan ke pemegang saham. Ini seperti membeli franchise restoran yang dulu laris manis, tiba-tiba ditutup tanpa peringatan. Dividen itu ibarat chakra bagi investor dividen hunter, kalau hilang, maka hilang juga semangatnya. Ke depannya, dia mungkin akan lebih hati-hati dalam memilih saham dividen dan mulai bertanya, βApakah bisnisnya bisa sustain dalam jangka panjang? Apakah kebijakan regulasi bisa menghancurkan margin ke depan?β Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Lalu ada keputusan GGRM untuk diversifikasi ke jalan tol dan bandara. Kalau ini cerita One Piece, ini seperti Zoro yang selalu nyasar ke tempat yang tidak jelas. Bukannya tetap di bisnis yang mereka kuasai selama puluhan tahun, mereka malah masuk ke infrastruktur yang ROIC-nya rendah dan BEP-nya bisa belasan tahun. Bisnis jalan tol dan bandara itu intensif modal, butuh investasi besar di awal, dan pengembaliannya sangat lambat. Ini berbeda jauh dengan bisnis rokok yang perputaran uangnya cepat dan bisa menghasilkan margin tinggi (setidaknya sebelum cukai mulai menggila). GGRM bukan JSMR, mereka bukan spesialis di infrastruktur, dan investor pun bertanya-tanya: Apa sebenarnya rencana besar di balik langkah ini?
Tapi apakah masih ada harapan? Dari sisi fundamental, ini akan sangat sulit. Selama cukai terus naik, bisnis rokok tidak akan pernah kembali ke masa kejayaannya. Diversifikasi ke infrastruktur masih belum jelas dampaknya dan bisa memakan waktu lama sebelum memberikan keuntungan. Tanpa dividen, daya tarik saham ini bagi investor jangka panjang pun mulai pudar. Jika mengacu pada strategi Buffett dan value investing klasik, saham seperti GGRM mungkin sudah kehilangan daya tariknya.
Tapi ini pasar modal. Dan pasar modal bukan sekadar tempat logika bermain, tapi juga tempat psikologi dan permainan bandar berperan. Ketika ritel sudah menyerah, bisa saja bandar mulai masuk, memborong saham di harga bawah, dan mulai mengerek harga pelan-pelan. Momen seperti ini sering terjadi di saham yang anjlok terlalu dalam, di mana ritel sudah cutloss, tapi tiba-tiba harga mulai naik tanpa alasan fundamental yang jelas. Dalam dunia trading, ini disebut dead cat bounce atau rekayasa bandar untuk memanfaatkan momentum.
Bagaimana kalau bandarnya goreng lagi setelah ritel cutloss semua? Bisa saja terjadi. Ketika volume perdagangan mulai naik tiba-tiba tanpa berita fundamental yang kuat, itu bisa jadi tanda permainan bandar. Kalau tiba-tiba muncul rumor βGGRM akan bangkitβ, tapi tidak ada laporan keuangan yang mendukung, hati-hati, bisa jadi jebakan. Jika harga mulai naik sedikit demi sedikit, lalu tiba-tiba lompat 10-20% dalam beberapa hari, itu tanda klasik bahwa ada skenario distribusi yang sedang dimainkan.
Investor yang sudah cutloss mungkin harus memilih: apakah mau ikut spekulasi jangka pendek dengan risiko tinggi atau benar-benar move on dan mencari saham yang lebih sehat secara fundamental? Kalau mau spekulasi, harus sadar bahwa ini bisa jadi sekadar permainan sementara, di mana harga naik hanya untuk kemudian turun lagi ketika bandar sudah selesai distribusi. Tapi kalau mau investasi jangka panjang, harus benar-benar yakin bahwa GGRM punya jalan keluar dari masalahnya, bukan sekadar saham yang dipompa sesaat. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Pada akhirnya, investor ini bisa belajar bahwa pasar saham bukan hanya soal angka, tapi juga permainan psikologis antara harapan, ketakutan, dan manipulasi harga. Kalau hanya melihat harga yang sudah turun dalam, tanpa melihat apakah bisnisnya bisa bangkit, itu bisa menjadi jebakan yang sama berulang kali. Dan jika trauma batin membuatnya takut mengambil risiko di saham lain, dia bisa kehilangan banyak peluang bagus di tempat lain. Pasar saham selalu menawarkan kesempatan, tapi hanya bagi mereka yang bisa belajar dari pola yang berulang dan mengatasi trauma investasi dengan strategi yang lebih baik.
Keputusan cutloss atau hold itu adalah pilihan masing-masing. Semoga cuan di tempat lain.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138 (caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Jangan lupa kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://bit.ly/44osZSV
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$HMSP $WIIM
1/3
$HMSP lumayan harga turun terus bs nambah lot 1-2 lot sambil nunggu deviden. bukan cinta mati, realistis aja nunggu deviden. cusss
@subagioptnsubagio g rekomen untuk entry di 600 krn big fund masih distribusi secara teknikal masih downtrend belum ada tanda2 pembalikan arah, tunggu cooldown dulu $HMSP
Menerka manuver pak Sopir di saham old-money $UNVR $HMSP $MLPL
1. UNVR: Saham yg 85% digenggam Unilever holding BV ini udah hilang lebih dari 60% market capital sejak 5 th lalu, nasib di ujung tanduk bisa kena depak dari LQ45.
Beban berat & kondisi market FMCG yang sangat kompetitif kedepannya, mampukah UNVR membalikan keadaan? ataukah ini salah satu exit strategy dari UNVR untuk go private kedepannya?
2. HMSP: Inovasi rokok smoke-less & rokok elektrik yang semakin mendapat hati di masyarakat membuat revenue yang terus menggendut tiap tahun nya.
Namun nampaknya berbanding terbalik dg harga sahamnya, justru market capital telah hilang lebih dari setengahnya sejak 2020.
Publik yg hanya di jatah sebesar 7.5% dari jumlah saham yang beredar, nampaknya membuat curiga akankah emiten ini juga akan go private ataukah justru akan spin-off kedepannya?
3. MLPL: Melihat historical data 3 tahun terakhir dimana jumlah hutang yg lumayan susut dari 11.2 T ke 8.3 T dan sudah membukukan keuntungan, nampaknya masih berbanding terbalik dengan harga sahamnya saat ini yang justru terlihat "salah harga".
Akankah MLPL menyisihkan sedikit uang tabungan untuk buyback sahamnya kedepan? menarik untuk disimak.
seperti biasa, bukan ajakan buat beli/jual, disclaimer on ;)
$GGRM: Pria Punya Selera
Gudang Garam (GGRM) ini sekarang udah kayak rumah tua peninggalan kakek buyutβkelihatannya masih berdiri, tapi udah mulai miring, catnya pudar, dan gentengnya bocor di mana-mana. Dari luar sih murah banget, tapi begitu masuk, baru sadar kalau ini bukan properti undervalued, tapi properti yang butuh renovasi gede-gedean. Para investor optimis bilang, βWah, ini kesempatan emas! Murah banget!β sementara yang udah kapok langsung geleng-geleng, βMurah? Murahan kali iya.β Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau Warren Buffett lihat GGRM, dia mungkin bakal menyesap Coke-nya dulu, garuk-garuk kepala, terus bilang, βMau murah segini juga, kalau bisnisnya lagi kena batunya, ya ngapain?β Buffett itu kan cari bisnis yang punya moatβkeunggulan kompetitif yang bikin pesaing susah masuk. Masalahnya, GGRM ini justru bisnis yang tiap tahun moat-nya makin terkikis, bukan karena pesaing, tapi gara-gara regulasi yang makin ketat dan cukai yang makin tinggi. Ini kayak punya warung kopi legendaris yang setiap tahun pajaknya dinaikin, sementara pelanggan makin sedikit karena sekarang orang-orang lebih milih kopi susu kekinian. Dulu industri rokok ini seperti kerajaan yang tak tergoyahkan, sekarang lebih mirip bekas kekaisaran yang masih berusaha mengingat kejayaannya.
Kalau Dostoevsky yang nulis cerita GGRM, ini pasti jadi kisah tragis seorang bangsawan tua yang kehilangan segalanya tapi masih berusaha mempertahankan martabatnya. Para investor lama yang beli di harga 20.000 sekarang mungkin sedang termenung di sudut kamar, memandangi portofolio merah menyala, sambil bertanya-tanya, βApa ini karma karena dulu sombong bilang saham ini tahan banting?β Ini bukan sekadar saham yang turun, ini ujian spiritual. Setiap laporan keuangan yang keluar bukan cuma angka-angka, tapi surat cinta dari nasib sial yang mengingatkan bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini.
Lalu kalau kita lihat dari dunia Naruto, GGRM ini mirip Uchiha Sasukeβdulunya kuat, disegani, banyak pengikut, tapi sekarang berada di jalur gelap yang tidak jelas arahnya. Investor yang masih bertahan berusaha meyakinkan diri sendiri, βIni cuma masa sulit, sebentar lagi bakal bangkit!β seperti Naruto yang yakin Sasuke bakal balik ke jalan yang benar. Tapi ada juga yang udah capek dan sadar, βUdahlah, dia udah milih jalannya sendiri, biarin aja tenggelam.β Masalahnya, dalam dunia Naruto, masih ada jutsu dan keajaiban yang bisa menyelamatkan. Di pasar saham? Nggak ada yang namanya Hokage datang buat rescue kalau bisnisnya beneran babak belur. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dari sisi psikologi investor, yang optimis masih bersikeras bahwa harga segini tuh murah banget, mustahil lebih turun lagi. Padahal, kita semua udah belajar dari sejarah bahwa di bursa saham, murah itu selalu bisa lebih murah lagi. Mereka yang tetap bertahan bilang, βTenang aja, ini ujian kesabaran!β tapi mereka yang udah cabut bilang, βUdahlah, lo cuma lagi denial.β Yang lebih menarik lagi, investor asing udah kabur duluan, dari 7,93% jadi 5,54% dalam tiga tahun. Ini kayak di pesta pernikahan di mana sebagian besar tamu udah pulang, tapi ada satu-dua orang yang masih bertahan sambil bilang, βKayaknya bakal ada surprise di akhir acara.β
Dan kalau kita lihat valuasi, GGRM ini kayak mobil tua yang dijual di OLX dengan harga super murah. PBV 0,36? Ini bener-bener harga diskonan! Tapi coba cek dulu mesinnya, jangan-jangan udah berkarat semua. Revenue turun -9,61%, laba anjlok -77,74%, arus kas makin seret. Ya kalau murahnya karena performanya buruk, itu bukan diskon, itu memang harga yang layak. Para analis pun sebagian besar kasih rekomendasi SELLβdari 15 analis, 8 bilang jual, 6 bilang tahan aja dulu, cuma 1 yang bilang beli (dan kita nggak tahu apakah dia beneran yakin atau sekadar butuh hiburan).
Jadi sekarang pertanyaannya, apakah GGRM ini masih layak dipegang? Kalau kita pakai logika optimis, bisa aja ini cuma badai sementara. Ya siapa tahu tahun depan regulasi cukai jadi lebih bersahabat, konsumsi rokok naik lagi, dan laba perusahaan kembali kinclong. Bisa aja, kan? Tapi kalau kita pakai logika realistis, ya tren ini udah jelas. Margin makin tergerus, biaya makin naik, bisnis makin berat. Kayak nunggu mantan yang udah nikah balik lagi ke kitaβbisa aja sih kejadian, tapi peluangnya kecil dan bakal sakit hati banget kalau ternyata harapan itu sia-sia.
GGRM ini adalah saham yang sempurna buat menguji mental investor. Kalau emang masih mau bertahan, siap-siap buat naik roller coaster tanpa sabuk pengaman. Kalau udah capek, mungkin lebih baik move on sebelum nyesel lebih dalam. Bursa saham selalu penuh kejutan, tapi satu hal yang pasti: pasar nggak peduli seberapa keras kita berharap, kalau fundamentalnya nggak membaik, harga saham pun nggak akan tiba-tiba ajaib naik lagi.
GGRM ini sekarang ibarat franchise film lawas yang dulu berjaya, tapi sekarang kehilangan daya tarik. Dulu raja industri rokok, sekarang lebih mirip Fast & Furious setelah ke-10 kaliβmasih jalan, tapi semua orang tahu bahwa ceritanya makin absurd dan penontonnya makin bosan. Harga sahamnya sudah turun lebih dari 80% dalam 10 tahun terakhir, laba bersihnya anjlok 77,74%, dan revenue ikut turun 9,61%. Ini bukan sekadar penyesuaian harga atau badai sementara, ini lebih seperti karakter utama yang perlahan ditulis keluar dari skenario karena udah nggak relevan lagi. Kalau ini film, maka review Rotten Tomatoes-nya pasti di bawah 30%.
Masalah pertama yang nggak bisa diabaikan adalah laba yang terus jeblok tanpa rem. Dulu perusahaan ini masih bisa mencetak laba triliunan, sekarang annualized-nya tinggal 1,32 triliunβdan kalau tren ini lanjut, jangan kaget kalau tahun depan judulnya berubah jadi rugi pertama dalam sejarah. Ini mirip superhero yang kehilangan kekuatan karena plot twist dari penulis yang lagi iseng. Dulu GGRM adalah Superman, sekarang lebih kayak Thor di Avengers: Endgameβgemuk, lesu, dan kehilangan arah.
Lalu ada regulasi yang makin menggila. Industri rokok ini seperti karakter anime yang tiap episodenya makin kena nerf, sementara pemerintah seperti developer game yang tiap patch selalu bikin karakter ini makin lemah. Setiap tahun, cukai naik, aturan iklan makin ketat, bahkan wacana larangan total rokok semakin sering digaungkan. Ini kayak punya bisnis kafe yang tiap tahun dilarang menjual kopi. Pada titik tertentu, kita harus bertanya: "Ini bisnis atau eksperimen bertahan hidup?"
Investor asing juga sudah melihat ini jauh-jauh hari dan memilih angkat kaki lebih cepat daripada kamu yang cabut pas tahu gebetan nggak suka balik. Dalam tiga tahun terakhir, kepemilikan asing turun dari 7,93% ke 5,54%. Biasanya, investor asing itu kayak bos mafia di film-film: mereka tahu kapan harus masuk dan kapan harus keluar sebelum bangunan meledak. Kalau mereka udah kabur duluan, ya kita tahu siapa yang bakal jadi korban terakhirβinvestor ritel yang masih bertahan dengan harapan kosong.
Masalah lainnya, dividen GGRM bisa terancam lenyap. Banyak orang masih bertahan di saham ini karena berharap dapat dividen yang lumayan. Tapi kalau laba terus menyusut, dividen itu bisa aja dipangkas atau bahkan dihapus total. Kalau ini terjadi, maka GGRM bukan cuma kehilangan investor fundamental yang cari dividen, tapi juga akan kehilangan alasan terakhir bagi siapapun untuk bertahan. Ini seperti nonton Dragon Ball tanpa Gokuβya bisa aja lanjut, tapi nggak ada yang peduli lagi.
Lalu ada fakta bahwa PBV 0,36 bukan berarti ini diskon, tapi bisa jadi ini adalah harga yang pantas. Banyak orang berpikir ini saham murah, tapi ingat, di pasar saham, murah selalu bisa lebih murah lagi. Ini mirip BlackBerry di tahun 2010-anβdulu orang menganggap sahamnya undervalued karena masih punya market share, tapi akhirnya terus turun sampai jadi relik sejarah. GGRM berpotensi mengalami nasib yang sama kalau nggak bisa membuktikan bahwa bisnisnya masih punya masa depan.
Kalau kita bicara persaingan, $HMSP masih jauh lebih besar dengan market cap 3 kali lipat lebih besar dari GGRM. Dan yang lebih bikin sakit hati, tren rokok di Indonesia juga mulai berubah. Anak muda sekarang lebih suka vape dan rokok elektrik, sementara GGRM masih bergantung pada produk rokok konvensional yang konsumennya makin tua dan makin sedikit. Ini kayak Nokia yang dulu terlalu pede dengan keypad fisiknya sementara dunia sudah pindah ke layar sentuh.
Terakhir, mari kita bahas harga sahamnya. Dalam 10 tahun terakhir, harga sahamnya turun lebih dari 80%. Ini bukan koreksi sehat, ini downtrend struktural. Dalam 1 tahun terakhir saja turun 42%, dalam 5 tahun anjlok 79%. Ini bukan pola saham yang akan bangkit besok pagi. Ini seperti Titanic yang sudah miring ke satu sisi, tapi masih ada yang berharap bisa terapung kembali.
GGRM adalah saham yang sempurna buat menguji kesabaran dan mental investor. Kalau masih bertahan, siap-siap naik roller coaster tanpa sabuk pengaman. Kalau sudah capek, mungkin lebih baik cari saham lain yang punya arah lebih jelas. Pasar saham itu nggak punya belas kasihan, kalau bisnisnya sudah kehilangan daya saing, ya harga akan tetap turun, meskipun kita berdoa sekeras apapun.
GGRM ini mirip band rock legend yang dulu konsernya selalu full house, tapi sekarang manggung di acara ulang tahun komplek dengan bayaran nasi kotak. Dulu digadang-gadang sebagai raja industri rokok, sekarang malah jadi anak tiri yang dihindari investor. Tapi sama kayak Dewa 19 yang dulu ditinggal Ari Lasso terus bangkit lagi dengan Once, siapa tahu GGRM juga masih punya satu lagu hit terakhir sebelum benar-benar masuk ke kategori "band nostalgia yang cuma diputar bapak-bapak di mobil Panther tahun 90-an."
Sekarang coba kita lihat faktanya. PBV 0,36? Ini udah bukan diskon lagi, ini kayak nemu kos-kosan di Jakarta dengan harga kontrakan di desa. Murah banget sampai orang mulai curiga, "Jangan-jangan ada hantunya?" Tapi ya begitulah pasar modal, kalau sentimen jelek, valuasi bisa masuk level absurd. Di pasar saham, yang dihina habis-habisan sering kali yang punya peluang naik paling gila ketika sentimen berbalik. Cukup ada satu berita bagus, cukup ada satu laporan keuangan yang nggak seburuk ekspektasi, bisa saja yang tadinya dicampakkan jadi rebutan.
Lalu kita ngomongin soal laba. Oke, laba memang turun 77,74%, tapi yang penting masih untung. Iya, ini sama kayak pemain bola tua yang nggak bisa lagi lari sekencang dulu, tapi setidaknya masih bisa cetak gol dari penalti. Rp1,32 triliun masih triliunan, bukan angka nol, bukan merah, dan itu berarti bisnisnya masih jalan. Banyak perusahaan lain di bursa yang valuasinya lebih tinggi padahal mereka udah kayak warung kopi sepi yang bertahan cuma karena hutang. GGRM masih ada, masih berdiri, dan kalau kita pakai logika "selama masih ada napas, masih ada harapan," ini belum saatnya buat dianggap bangkai.
Lalu ada fakta bahwa utang jangka panjangnya NOL. Dalam dunia bisnis, ini seperti rumah tangga yang masih bisa makan enak tanpa punya cicilan KPR, tanpa utang pinjol, dan tanpa harus kerja rodi buat bayar bunga utang. Ini bukan prestasi kecil, ini tanda bahwa kalaupun keadaan makin jelek, GGRM masih punya ruang buat bertahan lebih lama dibanding banyak perusahaan lain yang hidupnya tergantung dari utang berbunga. Ditambah dengan kas Rp3,93 triliun, mereka setidaknya punya cukup tabungan buat bertahan dari krisis lebih lama dari anak kos yang masih punya stok mie instan satu kardus.
Dan soal industri rokok? Ya, katanya sih bakal mati. Tapi sama seperti orang tua yang tiap Lebaran selalu bilang "kayaknya ini Lebaran terakhir saya" tapi 10 tahun kemudian masih sehat dan marah kalau cucunya lupa nelepon, industri ini masih bertahan meskipun sudah dikutuk mati sejak bertahun-tahun lalu. Rokok sudah ada sejak zaman nenek moyang, dan walaupun sekarang persaingannya makin ketat dengan vape dan regulasi makin kejam, bisnis ini nggak akan lenyap dalam semalam. Mungkin orang-orang bakal lebih memilih rokok elektrik, tapi itu juga nggak serta-merta bikin rokok konvensional hilang dari muka bumi. GGRM masih jadi salah satu pemain terbesar di industri ini, dan selama masih ada yang merokok, masih ada bisnis yang bisa digarap.
Yang lebih menarik lagi, semua orang sudah terlalu pesimis terhadap GGRM. Kalau kita belajar dari sejarah pasar modal, saat semua orang pesimis, sering kali itu justru saat terbaik buat masuk. Pasar saham ini sifatnya kayak gosip ibu-ibu kompleks, begitu satu orang bilang "Udah jelek banget!", yang lain ikut-ikutan. Sampai akhirnya, begitu ada satu berita baik, semua orang mulai balik lagi dan bilang, "Eh, kayaknya bagus juga, ya?" Sekarang semua orang menganggap GGRM kayak rumah tua yang nggak layak huni, tapi siapa tahu kalau besok tiba-tiba direnovasi dan harganya melonjak? Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Jadi, apakah GGRM adalah investasi sempurna? Jelas enggak. Tapi apakah ini saham yang sudah dihukum terlalu keras sampai mungkin undervalued? Bisa jadi. Pasar itu sering kebablasan dalam menghukum dan sering terlalu lambat dalam memaafkan. Kalau ada satu berita baik aja yang bisa bikin pasar sadar bahwa GGRM masih bernapas, harga saham ini bisa naik lebih cepat daripada anak rantau yang dikabari ibunya masak rendang di rumah.
Mungkin hari ini semua orang masih sinis, mungkin harga masih kelihatan nggak bergerak, tapi kalau ada satu hal yang kita tahu dari pasar modal, itu adalah yang sekarang dibenci sering kali jadi yang paling dicari begitu sentimen berubah. GGRM bisa saja jadi contoh klasik saham yang dulu dipandang sebelah mata, lalu tiba-tiba jadi bintang ketika orang-orang sadar mereka salah menilai. Dan pada saat itu, yang sudah beli di harga murah bisa jadi orang yang ngakak paling kencang. Cuma harga murah ideal berapa? 10.000? 5000? 1000? 100? Gocap? 1 rupiah? Pak Toto pun tahu.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138 (caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Jangan lupa kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://bit.ly/44osZSV
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$WIIM
1/3
@muhammadrizky87 jangan masukin $HMSP ke fundamental please, karena itu udah bakal mati suri.
Sejauh-jauhnya koreksi $BBRI, misalkan nanti laba Q4 2024, kemudian Q1 2025, dst keluar dengan hasil bagus. Menurutmu investor bakal ketarik ga?
punya growth yg terbatas, harga $HMSP larinya di situ2 saja. harapannya nungguin potensi deviden 9 % an di bulan Mei dari harga hari ini.
syukur2 harganya bisa di apresiasi pasar, balik ke 700 an. kasih nafas dikit buat yg punya avg di atas 700. bukan ajakan jual beli.
$HMSP $IHSG
Berikut adalah analisis teknikal dan fundamental untuk saham $GGRM
---
Analisis Fundamental
1. Kinerja Keuangan
Pendapatan (Revenue)
TTM (Trailing Twelve Months): 111,098 B
Pertumbuhan pendapatan tahunan: -4.60% (penurunan)
Pertumbuhan YoY kuartal: -7.81%
Laba Bersih (Net Income)
TTM: 1,860 B
Pertumbuhan laba bersih tahunan: 91.55% (positif)
Namun, laba bersih kuartal YoY turun tajam sebesar -94.30%, menunjukkan kinerja yang kurang stabil.
Marjin
Gross Profit Margin (TTM): 9.43%
Operating Profit Margin (TTM): 1.09%
Net Profit Margin (TTM): 0.28%
Marjin yang rendah menunjukkan bahwa efisiensi perusahaan dalam mengelola biaya operasional perlu diperbaiki.
Arus Kas (Cash Flow)
Cash from Operations (TTM): 6,528 B (positif)
Free Cash Flow (TTM): 2,224 B
Arus kas operasional tetap sehat, meskipun ada pengeluaran investasi yang signifikan.
2. Valuasi
PE Ratio (TTM): 12.21 (relatif murah dibandingkan sektor)
Forward PE Ratio: 9.78
Price to Sales (TTM): 0.20
Menunjukkan saham undervalued berdasarkan pendapatan.
3. Neraca Keuangan
Current Ratio (Quarter): 2.24
Quick Ratio (Quarter): 0.35 (cukup rendah, menunjukkan ketergantungan pada inventaris).
Debt to Equity Ratio: 0.07 (leverage sangat rendah, ini positif).
---
Analisis Teknikal
1. Tren Harga
Harga saham saat ini: 11,800 IDR
Tren bulanan menunjukkan penurunan 10.10% dari harga tertinggi di 13,275 IDR.
Support: 11,700 (terdekat)
Resistance: 12,500 - 13,200
2. Aktivitas Asing
Net Foreign Buy (1 Day): 222 M IDR (positif)
Investor asing menunjukkan minat beli, yang bisa menjadi indikator kepercayaan terhadap saham ini.
3. Broker Summary
Broker dengan pembelian besar: ZP (241.8 M IDR) dan SQ (215.9 M IDR)
Penjualan besar terlihat pada YP (364.7 M IDR), menunjukkan tekanan jual masih ada.
4. Volume
Aktivitas perdagangan didominasi oleh domestik (91.59%) dibandingkan asing (8.41%).
---
Kesimpulan dan Rekomendasi
1. Fundamental: Perusahaan memiliki valuasi yang menarik (PE rendah, Price to Sales rendah) dengan utang yang sangat terkendali. Namun, penurunan laba kuartal YoY perlu dicermati.
2. Teknikal: Saham sedang dalam tren penurunan, namun ada minat beli asing yang bisa menjadi tanda potensi rebound.
3. Rekomendasi:
Jika Anda seorang investor jangka panjang, saham ini terlihat undervalued, terutama jika pendapatan dapat pulih.
Jika trading jangka pendek, perhatikan level support di 11,700 dan pantau aktivitas asing serta volume perdagangan.
Berikut adalah strategi trading berdasarkan data teknikal dan fundamental dari saham ini:
---
1. Identifikasi Tren Utama
Tren Saat Ini: Harga saham dalam tren penurunan (downtrend) dengan penurunan bulanan 10.10%.
Support: 11,700
Resistance: 12,500 β 13,200
Strategi utama adalah mengikuti tren dengan fokus pada breakout atau rebound di area support/resistance.
---
2. Strategi Jangka Pendek (Day/ Swing Trading)
Skenario 1: Breakout dari Resistance 12,500 - 13,200
Tunggu harga break resistance dengan volume tinggi.
Masuk di sekitar 13,300, dengan target jangka pendek 14,000 β 14,500.
Stop Loss: 12,000 (untuk membatasi risiko jika harga berbalik).
Skenario 2: Rebound dari Support 11,700
Masuk saat harga menunjukkan sinyal pembalikan di area support (misalnya candlestick bullish reversal, seperti pin bar atau bullish engulfing).
Target harga: 12,500 β 13,000.
Stop Loss: 11,500 (jika harga break support).
---
3. Strategi Jangka Menengah (Trend Following)
Gunakan Indikator Moving Average:
Jika harga berhasil melewati MA20 (garis rata-rata 20 hari), itu bisa menjadi sinyal pembalikan tren jangka menengah.
Masuk setelah konfirmasi dengan volume tinggi.
Momentum Positif Asing:
Pantau net foreign buy. Saat investor asing terus membeli, biasanya ada potensi penguatan jangka menengah.
Jika net buy bertahan di level tinggi seperti 222 M IDR, ini adalah sinyal kuat.
---
4. Manajemen Risiko
Gunakan rasio Risk to Reward (R:R) minimal 1:2.
Contoh: Jika target profit 1,000 poin, pastikan risiko (stop loss) maksimal hanya 500 poin.
Alokasikan maksimal 5-10% dari portofolio untuk satu saham, menghindari eksposur berlebihan.
---
5. Penggunaan Indikator Tambahan
RSI (Relative Strength Index):
Jika RSI <30, saham oversold (peluang beli).
Jika RSI >70, saham overbought (waspadai koreksi).
Volume:
Perhatikan peningkatan volume sebagai konfirmasi arah pergerakan.
---
6. Sentimen Pasar
Monitor aktivitas broker:
Jika dominasi beli asing berlanjut, itu sinyal bullish.
Jika tekanan jual besar (domestik atau asing) muncul di bawah support 11,700, hindari entry sampai harga stabil.
---
Disclaimer:
hanya bersifat sebagai referensi atau bahan pertimbangan.
Pastikan Anda melakukan analisis menyeluruh dan mempertimbangkan risiko sebelum berinvestasi.
Setiap tindakan adalah tanggung jawab dari pelaku pasar.
### Rangkuman Laporan "RHB Tobacco Sector Update"
#### Gambaran Umum Industri Tembakau di Indonesia
- Industri tembakau adalah komponen penting dalam perekonomian Indonesia.
- Struktur bertingkat (tier) membedakan antara produsen premium (tier-1) dan produsen tingkat bawah.
- Struktur ini memengaruhi harga, perpajakan, dan pola konsumsi.
#### Perkembangan Kebijakan dan Dampaknya
1. Kenaikan Harga Eceran Minimum (HJE):
- Pemerintah meningkatkan HJE untuk tier-2 dan di bawahnya hingga 18,6%.
- Tujuannya adalah mengurangi konsumsi tembakau dan meningkatkan pendapatan tanpa menaikkan cukai.
- Dampak positif bagi produsen tier-1 seperti $HMSP (Hanjaya Mandala Sampoerna) dan $GGRM (Gudang Garam):
- Meningkatkan daya saing harga.
- Potensi pertumbuhan pangsa pasar yang lebih stabil.
2. Penghapusan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12% pada 2025:
- Kebijakan ini diharapkan mendukung volume penjualan dan mengurangi tekanan pada daya beli konsumen.
- Bersama penyesuaian harga, ini dapat memperkuat margin laba produsen tier-1.
#### Kinerja Pemain Utama
1. HMSP (Hanjaya Mandala Sampoerna):
- Menjadi pilihan utama karena strategi harga untuk produk SKT seperti Sampoerna Kretek.
- Rasio dividen hampir 100% menjadi daya tarik utama bagi investor.
- Pertumbuhan margin laba bruto (GPM) diperkirakan pulih dalam jangka panjang.
2. GGRM (Gudang Garam):
- Melakukan kenaikan harga moderat seperti 3,1% pada produk GG Shiver.
- Fokus pada stabilisasi margin sambil mempertahankan pelanggan sensitif harga.
3. $WIIM (Wismilak Inti Makmur):
- Tertinggal dibandingkan produsen tier-1 dalam strategi harga agresif.
- Kenaikan harga di awal 2025 diharapkan meningkatkan daya saing dan margin, meskipun dengan laju yang lebih lambat.
#### Risiko dan Peluang Industri
1. Risiko:
- Daya beli konsumen yang menurun dan perdagangan rokok ilegal di kota tier-2 menjadi tantangan besar.
- Kenaikan harga rokok dapat menghambat konsumsi di semua tingkatan.
2. Peluang:
- Pendapatan konsumen yang meningkat dan inflasi yang lebih rendah dapat memacu pemulihan sektor ini.
- Produsen tier-1 dapat memanfaatkan dukungan kebijakan pemerintah dan strategi harga yang tepat.
#### Rekomendasi
- Netral pada sektor tembakau:
- Meskipun margin prospektif positif, pertumbuhan volume diperkirakan tetap datar karena daya beli terbatas.
- Rekomendasi Saham:
- HMSP: BELI dengan target harga IDR 970, didukung margin yang kuat dan hasil dividen.
- GGRM: JUAL karena prospek laba yang lebih lemah dibandingkan pesaing.
- WIIM: BELI dengan target harga IDR 1.380, mencerminkan potensi upside yang besar.
#### Kesimpulan
Sektor tembakau Indonesia sedang mengalami perubahan besar akibat intervensi kebijakan dan tren konsumen yang berubah. Pemain tier-1 seperti HMSP dan GGRM diposisikan untuk menghadapi tantangan ini dengan lebih baik. Namun, pasar yang lebih luas menghadapi tantangan dalam menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan keterjangkauan. HMSP tetap menjadi pilihan investasi utama berkat keunggulan strategisnya.