Volume
Avg volume
PT. Greenwood Sejahtera Tbk (GWSA) bergerak dalam bidang pengembangan real estat. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2010. Perusahaan ini merupakan bagian dari Grup Kencana Graha Global. PT Greenwood Sejahtera Tbk atau Perseroan merupakan Perseroan Terbatas yang berkedudukan di Gedung TCC Batavia Tower One Lantai 35, Jl. K.H. Mas Mansyur Kav. 126, Jakarta Pusat, Indonesia. Perseroan didirikan dengan nama PT Greenwood Sejahtera, berdasarkan Akta Pendirian No. 20 tanggal 16 April 1990 yang dibuat di hadapan Hendra Karyadi, SH., Notaris di Jakarta
Salah satu hubungan keuangan antar perusahaan, misalnya antara induk usaha dan anak usaha, yang lazim dikenal adalah dividen.
Pendapatan dividen ini menjadi hubungan keuangan yang diharapkan, mengingat dividen ini bisa menjadi pendapatan atau memperbaiki laba rugi induk usaha. Selain itu, pendapatan dividen dari anak usaha dan entitas asosiasi seperti ini, juga yang biasanya digunakan sebagai sumber dana untuk membiayai dividen untuk pemegang saham induk usaha atau entitas induk, termasuk yang diterima oleh kita sebagai investor publik.
Kali ini, saya mau bahas soal bagaimana dividen ini diperlakukan di laporan keuangan, berdasarkan standar dan praktek yang dilakukan emiten emiten di bursa.
=======
Oke, bagi yang masih belum tahu atau sudah lupa, berikut ini makna dari entitas anak/anak usaha dan entitas asosiasi menurut standar akuntansi yang berlaku.
Secara sederhana, entitas anak artinya perusahaan yang dikendalikan sepenuhnya oleh induk usahanya (yang membuat laporan keuangan). Pengendalian ini secara sederhana bisa disebut lebih dari 50% kepemilikan saham. Namun, pengendalian dalam jumlah di bawah 50% bisa saja terjadi, asalkan memenuhi syarat syarat : adanya kesepakatan siapa pengendali diantara pemegang saham atau dari sisi strategi, keuangan dan manajemen membuat mereka berperan penting dalam keputusan keputusan tersebut, sementara yang lain hanya pasif atau tidak memiliki peran yang sebesar pengendali. Termasuk, jumlah manajemen yang ditunjuk.
Sementara entitas asosiasi adalah perusahaan yang dimiliki minimal 20-50% saham. Selain kepemilikan yang demikian, entitas asosiasi ini memenuhi syarat jika kesepakatan pengendalian disebutkan bersama-sama atau pihak lain lah yang jadi pengendali, serta dari sisi peran strategi, manajemen dan keuangan tidak memegang kendali signifikan alias bagi bagi tugas. Sederhananya, jumlah manajemen di entitas asosiasi cuma sedikit, mengikuti porsi saham atau bahkan tidak ada penempatan manajemen sama sekali, hanya pegang saham saja.
Sudah jelas, ya. Lanjut.
Nah, dalam hubungan entitas induk dan entitas anak, karena mereka sudah dianggap “satu tubuh” (konsolidasi), maka segala transaksi antara mereka ini sudah dianggap “dihapus” alias ngga kelihatan. Ngga benar benar dihapus, karena kalau kita lihat dari sisi laporan keuangan entitas anaknya, di catatan laporan keuangan transaksi dengan pihak berelasi, itu nanti ada tulisan transaksi apa saja yang dilakukan si entitas anak ini dengan induknya. Sebagai hasil “dihapus”, yang muncul di laporan keuangan entitas induk tinggal murni transaksi dengan pihak eksternal, termasuk pihak berelasi yang tidak terkonsolidasi.
Dalam hal ini, yang “dihapus” juga termasuk dividen yang diperoleh oleh entitas induk dari entitas anak. Sehingga kalau mau tahu apakah entitas anak membagikan dividen atau tidak, maka ada dua cara mengintipnya. Pertama, harus cari laporan keuangan entitas anak untuk mengetahuinya. Kedua, untuk beberapa emiten, mereka menyajikan bagian terpisah dari laporan keuangan konsolidasi di halaman paling belakang, judulnya informasi keuangan entitas induk (atau istilah yang mirip mirip).
Misalnya ini, emiten Surya Citra Media atau SCMA. Pada tahun 2024 lalu, mereka melaporkan di laba rugi terdapat pendapatan dividen senilai Rp 709 Milyar, naik dari posisi tahun 2023 senilai Rp 498 Milyar. Pendapatan dividen disini, tentu adalah gabungan dari dividen entitas anak dan entitas asosiasi, dimana bisa diduga jumlah dividen terbesarnya dari entitas anak. Angka ini sama persis seperti yang dilaporkan di laporan arus kas, tepatnya arus kas investasi. Namun angka 709 Milyar dan 498 Milyar ini ngga muncul di konsolidasi, karena yang muncul adalah seakan akan “satu tubuh” tadi. Sudah dihitung semua jadi satu (setelah eliminasi atau “dihapus”).
Namun demikian, bagi entitas anak yang memiliki pemegang saham lainnya (kepentingan non pengendali), termasuk investor publik, maka disisi induknya akan kelihatan bahwa entitas anak ini membagikan dividen. Hal ini bisa dilihat di laporan arus kas bagian arus kas pendanaan. Cuma jumlahnya hanya sesuai dengan yang menjadi bagian kepentingan non pengendali tersebut.
Misalnya seperti yang dilaporkan emiten Sarana Menara Nusantara atau TOWR. Pada pos pembayaran dividen, mereka melaporkan dua sub-pos, yaitu entitas induk dan kepentingan non pengendali. Pembayaran dividen entitas induk, sejumlah Rp 901 Milyar di 2024, maksudnya adalah pembagian dividen TOWR kepada pemegang saham TOWR, baik pengendali dan investor publik. Sementara pembayaran dividen kepentingan non pengendali, sejumlah Rp 42 Milyar di 2024, maksudnya adalah pembagian dividen entitas anak TOWR kepada non pengendali disisi TOWR (pemegang saham lain di luar grup). Kalau melihat catatan laporan keuangan kepentingan non pengendali, pembayaran dividen non pengendali ini berasal dari anak usahanya, iForte, dimana ini adalah dividen terkait konsorsium HTS (High Throughput Satellite) yang dibentuk iForte.
Berbeda dengan entitas anak yang butuh trick untuk membacanya, maka entitas asosiasi sangat mudah untuk dibaca. Informasinya ada di laporan arus kas bagian arus kas investasi dan ada di catatan laporan keuangan pos entitas asosiasi. Pada dua catatan ini angka dividen yang dimaksud sama saja, cuma di catatan laporan keuangan lebih detail siapa perusahaan yang membagikan dividen dimaksud.
Contohnya di emiten Greenwood Sejahtera (GWSA). Emiten ini pada 2024 melaporkan penerimaan dividen entitas asosiasi sejumlah Rp 341 Milyar, naik dari Rp 206 Milyar di tahun 2023. Tapi siapa yang berkontribusi pada dividen ini? Setelah dicek di pos entitas asosiasi, ada 4 nama yang berkontribusi. Keempatnya ini adalah anak usaha dari Agung Podomoro Land (APLN), dan kontributor tahun 2024 berasal dari pengembang Emporium Pluit, Kuningan City, Senayan City dan Festival City Bandung. Keempatnya secara konsisten membagikan dividen untuk pemegang sahamnya, baik APLN (tentu tidak tercatat di laporan keuangan mereka) maupun GWSA setiap tahunnya.
Nah, secara kebetulan kasus di emiten ini, pemegang saham entitas asosiasi yang lain sama sama perusahaan Tbk, sehingga bisa ketahuan bahwa keempat pengembang dimaksud membagikan dividen untuk pemegang sahamnya. Jika kita tahu siapa pemegang saham lainnya dari entitas asosiasi tersebut, dan kebetulan sama sama Tbk, trik yang ini bisa juga dicoba.
Begitulah seluk beluk dividen antar perusahaan ini.
Bacaan menarik soal saham, investasi dan bisnis lainnya, cek Instagram, TikTok dan Threads @plbk.investasi, serta Twitter/X @plbkinvestasi. Cek juga tulisan lainnya di s. id / plbkrinaliando.
$GWSA $TOWR $SCMA
1/2
"Sabar itu ilmu tingkat tinggi.
Belajarnya setiap hari, latihannya setiap saat,
ujiannya sering mendadak,
sekolahnya seumur hidup."
$NISP
$GWSA
$PRDA
Waktunya Take a Break!
Hanya ada satu kepastian di Market, yaah ketidakpastian itu sendiri!
Beberapa bulan ini IHSG tuh kayak abis marathon panjang—bearish season, terus vibe January Effect juga udah mulai memudar. Kalau selama ini banyak yang FOMO beli saham murah pas pasar lagi downtrend, sekarang waktunya kita take a step back and reflect. Karena investasi tuh bukan cuma soal ngejar momentum, tapi gimana kita stay calm, strategic, dan ngeliat gambaran besar.
“Money is made by sitting, not trading.” - Jesse Livermore
Dari Belanja ke Self-Check: What’s Next?
Ibarat petani yg lagi nanem, gak semua berbuah loh, kan ada gagal panen kena hama dan cuaca juga.
Oke, kemarin mungkin ada yang jor-joran shopping saham blue chip atau growth stock karena diskon gede. Fair enough, itu strategi yang valid. Tapi setelah fase collecting selesai, jangan lupa buat tanya ke diri sendiri:
“Apakah gue udah punya plan jangka panjang?"
Jadi, ini momen yang pas buat recalibrate portofolio lo. Fokus ke kualitas, bukan kuantitas.
“Risk comes from not knowing what you're doing.” - Warren Buffett
Sell in May and Go Away: Myth or Opportunity?
Nah, buat yang udah lama di dunia saham, pasti sering denger jargon ini. Mei tuh sering diasosiasiin sama market sell-off karena banyak investor asing yang cabut duluan buat cash out profit mereka. Tapi instead of panik, coba deh lihat dari angle yang beda. Koreksi itu bukan the end of the world, malah bisa jadi entry point buat lo yang punya mindset jangka panjang.
The key? Be patient. Jangan buru-buru ngambil keputusan cuma karena fear. Kalau lo yakin sama fundamental saham yang lo pegang, koreksi pasar itu cuma sementara. Pasar tuh selalu bergerak dalam siklus. Yang penting, lo ada di siklus yang bener, dan lo tau kapan harus sabar, kapan harus gerak.
Grow Your Portofolio, Not Your Ego
Yuk, ngobrolin ekspektasi. Kalau lo mikir investasi itu cara buat cepet kaya, let’s be real kalau itu mindset yang salah. Smart investor tau bahwa wealth itu dibangun, bukan dikejar. Jadi, stop nyari validasi dari cuan instan. Mulai fokus ke hal-hal yang bener-bener bikin portofolio lo sehat dan berumur panjang.
Be Chill, Be Smart
Guys, di dunia investasi, yang menang bukan yang paling cepet, tapi yang paling steady. Jangan kebanyakan scroll stock forum terus overthinking. Pasar bakal selalu punya momen naik dan turun, tapi lo nggak harus ikut naik-turun emosi juga. Yang penting, lo tau apa yang lo lakuin dan siap sama segala kemungkinan.
“Patience is not just the ability to wait, but the ability to keep a good attitude while waiting.” - Joyce Meyer
So, let’s chill and ride the wave with wisdom. Musim panen itu bakal dateng buat mereka yang sabar dan nggak keburu-buru. At the end of the day, it’s not about timing the market, but about time in the market.
Peace out!
$SMSM $IFII $GWSA