Volume
Avg volume
PT Fast Food Indonesia Tbk didirikan oleh Keluarga Gelael pada 1978. Pada 1979, Perseroan mendapatkan akuisisi waralaba dengan pembukaan gerai pertama pada bulan Oktober di Jalan Melawai di Jakarta. Pembukaan gerai pertama terbukti sukses dan diikuti dengan pembukaan gerai-gerai selanjutnya di Jakarta dan ekspansi hingga ke sejumlah kota besar lainnya di Indonesia antara lain Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar, dan Manado. Perseroan memperoleh hak untuk menggunakan merek KFC dari pemilik waralaba saat ini, Yum! Asia Franchise Pte Ltd, suatu bagian dari Yum! Restaurants International (YRI). Produk-produk Perseroa... Read More
$FAST Saya gak nyangka efek dari boikot dan missmanagement bisa separah ini
Berdasarkan laporan keuangan kuartal 3 2024, sisa ekuitas emiten ini adalah sebesar IDR 183 Milyar (= Total ekuitas - kepentingan non-pengendali = IDR 262 Milyar - IDR 79 Milyar).
Dengan asumsi kuartal 4 2024 akan mengalami kerugian sekitar IDR 200 Milyar lagi, besar kemungkinan ekuitas FAST akan negatif di kuartal depan.
Dengan begitu, ada beberapa hal yang mungkin akan terjadi:
- Saham FAST akan masuk FCA
- Perusahaan tidak mampu membayar hutang berbunganya (+/- IDR 1.1 Trilliun). Jumlah ini jauh lebih besar dibandingkan kas yang tersedia saat ini sebesar IDR 87 Milyar. Dengan begitu, besar kemungkinan perusahaan akan pailit jika tidak mampu memenuhi kewajibannya.
Untuk rekan-rekan yang masih pegang saham ini, mumpum harganya belum terlalu jatuh dan masih diberikan kesempatan untuk keluar, menurut saya alangkah baiknya secepatnya keluar mengingat risiko financial yang cukup tinggi. Jangan sampai nanti sahamnya tiba - tiba disuspen seperti kejadian pada $SRIL & $TDPM. DYOR
Random Tag: $PZZA $UNVR
$KDTN
*Risk High
Now Awasi =
Awasi area S = >125-122
Jelek" S area = >121-117-115
Kejar R Last Reject/Krusial/R E
= >130-132, 150, 175-177
(View bisa Koreksi/Langsung BreakOut/Sideways lagi, S/R next lebih rinci + E Liners perhatikan di Chart)
➖➖➖➖➖➖➖➖
Disc On.
Semua View Plan bersifat pandangan pribadi, tidak ada paksaan dalam membeli dan menjual Saham.
(Ada Yg Masuk Screening/Update Plan/Req Member).
$IHSG $FAST $ENAK $JIHD
$FAST ekuitas sisa 467 milyar
padahal Q3 rugi sekitar 200 milyar
berarti 2 kuartal lagi ekuitasnya bisa minus💀
tags: $PZZA $UNVR $MAPB
$FAST 30 Oct 24
Shareholder : Fidelity Fd Sicav
Type : Foreign
Sold : -403,600 (-0.01%)
Current : 311,913,400 (7.82%)
Previous : 312,317,000 (7.83%)
$FAST 25 Oct 24
Shareholder : Fidelity Fd Sicav
Type : Foreign
Sold : -117,700 (0.00%)
Current : 312,317,000 (7.83%)
Previous : 312,434,700 (7.83%)
$FAST 23 Oct 24
Shareholder : Fidelity Fd Sicav
Type : Foreign
Sold : -51,500 (0.00%)
Current : 312,434,700 (7.83%)
Previous : 312,486,200 (7.83%)
Trading isn’t just a skill, it’s a daily thrill. 😁✌🏻😁✌🏻
Matched jual $HATM yaass!!!
Bisa naik lagi ga eaaa??
$GGRM $MFIN $YELO $FAST
Ngga terasa sudah 8 postingan disini dan 1 episode podcast Cerita Dibalik Duit, yang spesial membahas boikot alias “penolakan”, terutama terkait dengan peristiwa Israel VS Palestina. Belum terhitung dengan beberapa postingan saya yang hanya menyebut kata boikot.
Postingan tersebut bisa dicek di s .id/boikotisraelplbk
Itu menunjukkan betapa saya punya concern agar kita berhati hati dalam menggunakan cara ini. Karena dampak cancel culture, yang melingkupi boikot dan tindakan serupa lainnya definisi serius. Belum berbicara gagal logika oleh pendukung mereka, yang merupakan counter atas kritik gerakan ini, namun tidak menjawab dampak di akar rumput, yang tidak tahu dan bisa jadi tidak peduli dengan keributan nun jauh di sana itu. Bisa jadi, pendukung gerakan itu juga sama sama tak peduli, bahkan sama egoisnya dengan lawan yang mereka hadapi itu, dalam sudut pandang lain.
Yang terbaru, mereka bikin narasi yang lebih ajaib : “Tanpa boikotpun, brand brand yang kena boikot itu juga bermasalah secara lingkungan hidup, ketenagakerjaan dan kesehatan”. Itu lengkap dengan sejumlah “bukti” bahwa brand brand itu memang bermasalah. Bahasa awamnya, brand brand itu, yang dimana hampir semuanya adalah brand brand asing, adalah “pendosa besar”, sehingga mereka layak memperoleh ganjaran berupa boikot itu.
Bentar bentar….
======
Sejujurnya saya heran dengan narasi ini.
Keheranan itu karena, narasi itu seakan akan membuat brand brand asing itu jadi satu satunya pihak yang patut disalahkan dalam kerusakan lingkungan maupun masalah kesehatan orang orang. Padahal, apa yakin brand brand lokal, baik konglomerat gede maupun UMKM juga ngga berperan dalam masalah masalah sustainability tersebut?
Dalam bahasan sampah misalnya, selain brand brand konsumer asing seperti Unilever, P&G dsb, kontributor sampah rumah tangga di Indonesia berdasarkan grup brandnya juga disumbangkan oleh brand lokal. Indofood, Wings, Mayora, adalah kontributor terbesar juga. Semua nama ini wajar muncul terbesar, karena skala produksi dan distribusi produknya yang luas. Sehingga jejak produknya bisa ada dimana mana, termasuk (mirisnya) di laut, seperti foto foto yang pernah viral di media sosial tentang sampah bungkusan Indomie era 90an belum terurai juga.
Atau dalam pembahasan soal makanan minuman ngga sehat. Yakin cuma brand brand kopi dan makanan cepat saji asing aja yang bersalah? Bagaimana dengan es teh manis viral? Bagaimana dengan berbagai minuman kekinian lokal? Bagaimana dengan penjual penjual makanan yang curang menggunakan bahan hampir basi, tapi masih dijual juga - sampai ada akun Youtube kulineran sering membuat konten “sad food” untuk menunjukkan ada fenomena ngga cuma makanan minuman ngga enak, tapi makanan minuman ngga layak konsumsi sehingga layak dimuntahkan. Bagaimana dengan brand minuman lokal di minimarket atau supermarket yang kadang banyak gulanya dari rasanya?
Begitupun isu tenaga kerja. Masalah eksploitasi pekerja, buruh anak, gaji vs beban kerja tidak seimbang dan hak hak pekerja yang diselewengkan, termasuk soal PHK yang serba mendadak tanpa aba aba/pemberitahuan seperti yang ngetren di PHK atau layoff perusahaan teknologi, itu bukan hanya dosa brand brand asing. Brand brand lokal, baik level UMKM maupun konglomerat, juga punya masalah itu. Masalah ini utamanya didukung oleh masalah peraturan ketenagakerjaan dan penegakan aturan ketenagakerjaan di lapangan yang tidak berjalan.
Cuma bedanya, masalah masalah brand brand lokal ini ngga banyak yang berani speak up. Sementara brand brand asing ini, karena levelnya multinasional, mereka menghadapi resiko reputasi berupa speak up dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau personel masyarakat di negara lain. Wajar jika jadi kelihatan bermasalah, karena society di negara lain tentu berbeda dengan di Indonesia, yang terkenal dengan sifat unggah ungguh, ngga enakan dan “asal bapak senang” (people pleaser).
Padahal, ada juga masalah masalah yang pernah terjadi di brand brand lokal. Misalnya, Indofood yang pernah menghadapi tudingan soal praktik perkebunan kelapa sawit yang bermasalah, atau Mayora dengan Le Mineralenya yang pernah ada masalah dengan warga sekitar pabrik mereka. Intinya, masalah itu ada dimana mana, baik brand lokal maupun asing.
Tentu disini saya tidak membela brand asing. Soal mereka bersalah, itu harus diakui. Namun, dengan tuntutan pemenuhan ESG (Environment, Social and Government) yang sedang berlaku saat ini, dimana investor pun juga mengharapkan pemenuhan ini untuk menjaga resiko investasi mereka, harapannya tentu saja ada perbaikan perbaikan prinsip dan prosedur dalam menjalankan bisnis. Lagipula, dengan penegakan aturan ESG ini, memudahkan kita mengawasi tingkah mereka dan strateginya, sehingga penilaiannya bisa lebih obyektif dan adil, bukan tuding menuding seperti ini.
Jadi, tentu tidak adil bahwa brand asing seakan akan disebut sebagai si “pendosa besar”, karena brand lokal pun juga bisa melakukannya. Isu utamanya di brand lokal ini, kenapa bisa terkesan “lolos” dari anggapan “pendosa” adalah penegakan hukum yang lemah, “kedekatan” pelaku bisnis brand dengan penguasa (baik pusat maupun daerah) dan rasa nasionalisme yang terlalu berlebihan sampai “membutakan”, sehingga membuat budaya menerima kritik dan saran serta transparansi tidak dibiasakan dalam bisnis brand brand lokal ini.
Lha wong ngomongin politik atau selebritas aja masih fanatiknya gila gilaan love and hatenya, apalagi urusan bisnis yang sebenernya harus lebih rasional daripada kedua urusan gituan?
Jikapun memang kita ingin memperjuangkan atau memperbaiki kondisi lingkungan hidup, ketenagakerjaan dan kesehatan maupun isu sosial masyarakat lainnya, koalisi semua pihak menjadi penting, baik brand lokal maupun asing, bukan saling menyalahkan seperti yang dibuat kang boikot tersebut.
======
Pertarungan Israel dengan sejumlah negara, seperti Palestina dan Iran, yang nampaknya belum jelas titik terang hingga tulisan ini dibuat, membuat perjuangan melawan “kezholiman” tersebut membutuhkan “panjang napas”. Sementara itu, gerakan boikot nampak sudah tak terlalu seboom beberapa bulan sebelumnya.
Indikasinya, sudah ditunjukkan dalam hasil survei Trimegah Sekuritas Indonesia (TRIM) dalam laporan risetnya soal Unilever (UNVR) beberapa bulan lalu, dimana ada porsi mereka yang tadinya memboikot sekarang tidak, yang meski kecil, tapi cukup mengindikasikan mulainya kegoyahan gerakan “penolakan” ini. Selain itu, tudingan tudingan dan tujuan boikot pun mulai ngga jelas. Yang ada hanya cibiran cibiran kepada “pengkhianat”, misalnya ada yang mendukung Palestina, tapi malah nonton konser penyanyi kenamaan Bruno Mars manggung di Jakarta, dimana Bruno disebut sebagai bagian selebritas yang harus “ditolak”.
Fenomena kegoyahan ini bisa dipahami karena beberapa hal. Pertama, tentu saja faktor FOMO. Kedua, cara komunikasi aktivis aktivis “boikot” yang membabibuta dan terkesan menjadi “duri dalam daging” yang membuat perpecahan di dalam pendukung gerakan ini. Ketiga, faktor tantangan ekonomi saat ini, yang secara otomatis membuat mereka nampak lebih “realistis dengan keadaan”. Masalah mereka akan kembali ke brand yang diboikot, urusan lain. Tapi yang jelas, secara manusiawi, siapapun kita akan cenderung menyelamatkan kepentingan yang terdekat dulu.
Sehingga, dengan meluncurnya narasi brand brand tersebut sebagai “pendosa besar” dalam hal hal ESG, nampaknya mereka mencoba untuk memperluas target pendukung ke mereka mereka yang tergolong aktivis di hal ESG tersebut - yang memang aktif urusan boikot memboikot seperti ini. Selain itu, ini menunjukkan bahwa narasi boikot sudah mulai mereda sendirinya, karena orang orang juga sudah mulai capek dengan perkembangan yang tidak menunjukkan perbaikan berarti, sementara hidup harus berjalan.
Karena itulah, nampaknya media dan analis perusahaan sekuritas sudah ngga bisa menggunakan alasan boikot ini lagi, untuk analisis terhadap saham saham atau perusahaan yang terdampak. Meski dampaknya tentu ngga bisa disepelekan, terutama dari sisi branding, namun alasan boikot ini hanya 1 dari banyak alasan mengapa orang tak lagi membeli produk produk tersebut. Alasan utama? Tentu faktor ekonomi, daya beli, dan persaingan di pasar konsumen yang semakin menarik.
Saya kemudian teringat baru baru ini membaca risetnya Verdhana Sekuritas Indonesia tentang UNVR. Dalam riset mereka, meski nampak agak tajam gitu dari sisi bahasa, namun mereka lebih “mengkritisi” kemampuan bisnis FMCG multinasional seperti UNVR dan banyak brand asing, melawan FMCG lokal. Mereka tidak satupun masih menyantolkan kata boikot atau konflik Palestina, dan lebih fokus pada masalah internal perusahaan dan lanskap persaingan.
Menurut saya, terlepas dari kepentingan analis Verdhana terhadap “kritik tajam” itu, dengan melepas diri dari narasi boikot dalam analisis mereka menunjukkan kecenderungan menjadi lebih rasional. Intinya masalah persaingan, produksi dan distribusi, sebuah hal yang saya yakini menjadi masalah utama mereka sejak awal. Bukan boikot, yang sejak awal menjadi isu yang tersegmentasi dan bukan menjadi medan perjuangan banyak orang, disaat kondisi di dalam negeri juga sama sama menantangnya (baca : sulit).
Bacaan menarik soal saham, investasi dan bisnis lainnya, cek Instagram, TikTok dan Threads @plbk.investasi. Cek juga tulisan lainnya di s. id / plbkrinaliando.
$IHSG $MAPI $FAST $UNVR $MYOR
1/2
$ROTI ada beberapa Poin of View (POV) yg membuat sy menilai harga saham roti ini masih relatif cukup tinggi/mahal :
1. Kita tahu semua produk ROTI terbuat dr bahan baku utama yaitu tepung dan tepung terbuat dari gandum skitar 60-65% biaya Cogs ROTI itu sgt bergantung dgn fluktuasi harga komoditas gandum. Indonesia merupakan net importir gandum dari ukraina dan selama ini ukraina merupakan negara penyupai gandum ke indonesia terbesar ke 2 setelah australia dgn adanya perang rusia-ukraina yg msh belum selesai hingga saat ini maka rantai pasokan gandum masih akan terhambat menyebabkan harga gandum tetap berada di level yg cukup tinggi
2. Produk sari roti memiliki economi moat yg relatif rendah krn proses pembuatan/produksi nya yg cukup mudah dilakukan/ditiru oleh pesaing seperti roti rumahan/tradisional
3. Return penjualan & Persediaan produk kadarluasa/expired yg msh cukup tinggi hampir 20% dari total penjualan semua produk sari roti pdhal ketrangan dr manajemen roti normal nya itu ada di range 10-15%
4. Pengendali ROTI yakni DNET pd tgl 15 november 2023 mengumungkan telah menjaminkan/gadai aset kekayaan nya berupa seluruh saham kepemilikan nya di ROTI kepada bank mandiri utk expansi penambahan lini usaha baru DNET di segmen fiberstar, maka otomatis status ROTI saat ini merupakan saham REPO dimana terdapat resiko jika terjadi gagal bayar dr induk usaha maka roti ini akan kehilangan pengendali dan saham nya akan segera di jual/obral melalui mekanisma tender offer atau direct guyur ke pasar/masyarakat yg menampung nya
5. Manajemen roti melakukan buy back saham sebesar Rp149,6miliar dari periode 6 Agustus 2024 hingga 5 agustus 2025 dengan dana yg relatif sedikit ini hanya utk menjaga saham roti untuk tidak turun drastis lebih dalam lagi tetapi belum bisa menaikan/mengangkat harga saham nya dalam beberapa waktu kedepan ini
Jd kesimpulan nya : Jika tertarik dgn saham roti ini bisa wait n see terlbih dahulu dan nunggu di harga bawah skitar 700an krna melihat valuasi nya yg masih cukup tinggi di harga saat ini 900an mencerminkan PER 21x & PBV 3x dgn yg hanya ROE 14% saja
$IHSG $DNET $ROTI $FAST
1/3
$KLBF $PYFA $FTSE $FAST
“Apa yang kita makan sampai usia 40 tahun, akan kita rasakan ketika mulai menginjak usia 40 tahun keatas”
~Dr Tirta~
•••••••
Rupa rupanya tidak semua hal dalam dunia ini boleh kita makan, walaupun bisa kita makan
ada makanan yang boleh kita makan dalam porsi kecil, misal gorengan atau seperti ayam goreng bertepung dan pisang goreng
mungkin makanan yang di hidangkan di depan kita sama seperti MR MARKET yang tiap kali datang menyodori harga SAHAM yang belom masuk kriteria kita
kita boleh saja icip icip makanan yang tidak sehat tersebut namun dalam jumlah terbatas dan tidak sering
HANYA UNTUK MELAMPIASKAN RASA PENASARAN KITA
yah tentu jumlahnya tidak banyak, tidak sebanyak makanan SEHAT yang harus kita KONSUMSI lebih sering dan dalam PORSI YANG BESAR
analogi ini bisa kita terapkan di dalam PILIHAN investasi kita
saham
yang aman? SAHAM GORENGAN?
masing2 harus ada porsinya
karena sama seperti usus, makanan yang tidak layak makan (sampah) namun kita ingin mencoba nya
cobalah dalam porsi kecil, jika tidak ASAM URAT akan datang ketika di usia 40 tahun keatas heheheh
kemudian HABIT, jadikanlah makanan SEHAT tersebut jadi HABIT kita sehari hari
SAHAM SEHAT yang aman jadi pilihan perjalanan investasi kita sehari hari selama bertahuh tahun… agar di LONG RUN kita akan merasakan SEHAT nya portofolio kita Dan tidak terkena ASAM URAT
Lebih banyak asupan PROTEIN (Sehat) dalam Kandungan SAHAM anda akan lebih Aman dalam jangka panjang
PILIHAN
HABIT
yuk di POLA ULANG ♻️ jenis makanan kita di PORTOFOLIO dan di atas PIRING
SALAM SEHAT
SALAM WARAS
1/2
@agasmhndr nah itu dia pak yang saya pertanyakan kenapa bapak bersumsi JPFA dan CPIIN untuk MBG ?? kan ada $ULTJ $CMRY $NASI kan pilihan makanan bukan dari unggas bisa saja dari ikan,daging sapi dll,point nya sekelas pemerintah apakah akan mendahulukan kepentingan kelompok usaha besar untuk besar yang mana jika konsumsi MBG bukan UMKM yang berimbas ke penhasilan dan lapangan pekerjaan masyarakat.otomatis di satu sisi mayarakat di untungkan dengan MBG dan sisi lain di hambat perkembangan usahanya,pastinya akan ada sektor yang up dan ada yang down dari usaha mengengah bawah jika ,tumpang tindih kepentingan ,jadi $FAST bakalan tambah rugi donk ,produk utama ayam KFC. hehehe
$FAST 27 Sep 24
Shareholder : Fidelity Fd Sicav
Type : Foreign
Sold : -450,000 (-0.01%)
Current : 312,486,200 (7.83%)
Previous : 312,936,200 (7.84%)
$FAST 26 Sep 24
Shareholder : Fidelity Fd Sicav
Type : Foreign
Sold : -444,200 (-0.01%)
Current : 312,936,200 (7.84%)
Previous : 313,380,400 (7.85%)