498

+6

(1.22%)

Today

10.93 M

Volume

33.08 M

Avg volume

Company Background

PT. Elnusa Tbk (ELSA) bergerak dalam bidang jasa hulu migas dan melakukan investasi saham pada anak perusahaan dan perusahaan joint venture yang bergerak di beberapa industri, seperti layanan dukungan dan perdagangan upstream migas, layanan dan perdagangan downstream migas bumi dan jasa pengelolaan dan penyimpanan data perdagangan migas dan pengelolaan aset lapangan migas bumi. Perusahaan juga menyediakan barang dan jasa termasuk penyediaan dan pengelolaan ruang kantor untuk anak perusahaannya, pihak terkait dan pihak ketiga.

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$SIMP dan $ELSA akan membaik

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$SIMP
$ADRO
$ELSA


saham saham ini undervalued tapi kenapa gak ada yg mau ya??

$SIMP
$ADRO
$ELSA


saham saham ini undervalued tapi kenapa gak ada yg mau ya??

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$ELSA penutupan pasti di 492, sudah terbaca

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$MEDC $ELSA $ENRG Persiapan ges

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

🤖 Otomatisasi Sinyal: Biarkan Algoritma Mencari Akumulasi untuk Anda
Mencari akumulasi Smart Money secara manual memerlukan waktu berjam-jam dan rentan terhadap kesalahan. Dalam pasar yang serba cepat, Anda membutuhkan sistem yang dapat mengotomatisasi proses deteksi dan verifikasi sinyal akumulasi ini secara real-time.

Trigger Smart Money adalah sistem otomatisasi sinyal Anda. Kami telah membangun algoritma yang bekerja 24/7, memproses miliaran data transaksi BEI, untuk secara otomatis mencari dan memverifikasi jejak Smart Money untuk Anda.

Otomatisasi kami berfokus pada Deteksi dan Verifikasi Volume Abnormal yang Otomatis. Algoritma secara otomatis mencari lonjakan volume yang melampaui rata-rata intraday secara ekstrem. Setelah lonjakan terdeteksi, algoritma secara otomatis memverifikasinya dengan Analisis Arus Dana Bersih, memastikan dominasi net buying. Hanya sinyal yang lolos proses otomatisasi ini yang akan dikeluarkan sebagai alert. Dengan Trigger Smart Money, Anda mengotomatisasi pencarian sinyal akumulasi yang paling kuat, memungkinkan Anda fokus pada eksekusi trading tanpa harus menghabiskan waktu berjam-jam untuk screening manual.
$UANG $ADMR $ELSA

Read more...

1/2

testes
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

HAKA $MEDC $AKRA $ELSA 🤣

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$ELSA sisir serit

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

gak akan naik ke atas 498 sih sampe besok juga...
$ELSA itu harganya gak ngaruh sama harga minyak bang

mending pindah dulu ke emiten lain yg lbh jelas pergerakannya

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Ada LKH $PGAS $PGEO $ELSA

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@husin1030 alooow pak🙂 klo utk $ELSA bagaimana ?

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$ELSA

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$ELSA ya kali GK naik sih, harganya minyak juga lagi naik loh📈

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

📈 Metodologi Institusional: Membaca Pikiran Dana Besar
Pernahkah Anda bertanya-tanya alat apa yang digunakan oleh manajer investasi profesional untuk menentukan target saham mereka? Intinya bukan pada indikator yang rumit, melainkan pada kemampuan untuk melacak jejak modal besar, atau Dana Cerdas. Mereka tahu bahwa jika ada uang besar yang mulai masuk ke suatu saham, kemungkinan besar saham itu akan bergerak naik. Masalahnya, uang besar ini sangat pandai menyembunyikan aksinya.

Trigger Smart Money adalah upaya kami untuk membawa metodologi analisis institusional ini ke tangan trader ritel Indonesia. Alat ini adalah engine yang dirancang untuk satu tujuan: mengidentifikasi secara real-time kapan Smart Money mulai mengakumulasi posisi di BEI. Kami melakukannya dengan memproses data volume dan aliran dana dengan cara yang jauh lebih canggih daripada alat analisis biasa.

Keunggulan kami adalah pada Pendeteksian Lonjakan Volume yang Diatur. Kami tidak hanya melihat peningkatan volume, tetapi mencari lonjakan yang tidak proporsional—di mana volume perdagangan dalam satu atau dua jam melampaui volume harian rata-rata secara signifikan. Peningkatan drastis ini adalah tanda bahwa tangan besar sedang memaksakan kehendaknya di pasar. Kami kemudian memvalidasi sinyal ini dengan Analisis Arus Dana Bersih. Volume tinggi hanya menjadi sinyal beli ketika tekanan beli (dana masuk) mendominasi secara absolut. Jika tekanan jual lebih kuat, alat ini akan menganggapnya sebagai distribusi. Dengan memisahkan antara akumulasi dan distribusi dengan sangat jelas, Trigger Smart Money memastikan bahwa sinyal yang Anda terima adalah sinyal dengan probabilitas tinggi untuk diikuti oleh kenaikan harga yang signifikan. Kami bekerja berdasarkan data transaksi live, memberikan keunggulan kecepatan yang krusial di pasar yang dinamis.
$AHAP $ELSA $BNBA

Read more...

1/3

testestes
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

For most of the past decade, oil markets have treated decisions by OPEC as the primary signal for price direction. That hierarchy is being tested, but not overturned. What has changed is where traders look for short-term cues. Increasingly, those cues are coming from China, not because Beijing controls supply, but because its buying behavior now dominates marginal demand and near-term price discovery.

As reported by Reuters, China has overtaken OPEC as the most influential force in oil price formation, driven by the scale and timing of its crude purchases rather than any formal attempt to manage prices. The change shows us how oil markets have become increasingly demand-led, with China sitting right in the center.

China is the world’s largest crude importer, but its influence extends beyond just the volumes that make headlines.

Refinitiv analysts recently noted that the traditional view of producers like OPEC+ as the primary oil price setters has been “challenged in 2025 by China,” explaining that Beijing’s use of strategic stockpiles to provide a crude price floor and ceiling effectively supplanted producer group direction this year. citeanalyst voices added, I can provide additional options.Unlike OECD buyers, China’s oil system blends state-owned majors, independent refiners, and strategic stockpiling entities whose buying behavior is opaque and often poorly reflected in real-time data. Cargoes can move into commercial storage, strategic reserves, or floating storage with limited visibility. That uncertainty itself has become a market variable.

When Chinese buying accelerates, prices tend to firm even if global supply remains healthy. When imports slow, prices drop even with OPEC output restraint. Over the past two years, this pattern has repeated enough times that traders now treat Chinese import momentum as a more immediate price driver than OPEC production targets, many of which are either anticipated or only partially implemented.

OPEC (and particularly Saudi Arabia) still controls the bulk of global spare capacity. That capacity continues to anchor longer-term expectations. But spare capacity matters less when demand fluctuations dominate short-term pricing. In today’s market, the marginal barrel is shaped more by whether China is actively pulling crude from the market.

Chinese refinery margins have become an early indicator for price direction. When margins improve, especially among independent refiners, crude imports typically rise. When margins tighten, buying slows quickly. Because these refiners operate with short planning cycles and limited balance-sheet flexibility, their behavior introduces volatility that OPEC policy cannot easily smooth.

Geopolitics also throws itself in the mix here, with China increasing crude intake from Russia and other sanctioned suppliers under alternative pricing arrangements, weakening the link between OPEC decisions and spot prices by shifting trade into channels where supply discipline and benchmark signaling are less effective.

No, it doesn’t mean that OPEC is irrelevant. The cartel’s policy decisions still shape the medium-term balance and set boundaries for price expectations. But the market’s center of gravity has shifted, with traders now watching Chinese customs data, refinery runs, and policy cues with the same intensity once reserved for OPEC communiqués.

None of this means that China has replaced producers as the ultimate price setter. China’s influence operates at the margin and in the short term, not in moments of genuine supply stress. Strategic stockpiling and opaque buying can move prices when barrels are abundant, but they cannot cap prices during a true supply shock, nor defend a floor once inventories normalize and demand slows.

When markets tighten, pricing power reverts quickly to those who control spare capacity. On that front, OPEC (and primarily, Saudi Arabia) still holds the decisive lever. China’s signals may be easy for traders to trade, but they remain conditional. If Beijing were truly setting prices, it would be able to sustain them. Whether it can do so will ultimately test the limits of this thesis. $MEDC $ENRG $ELSA

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Mau aman gua pilih $ELSA tapi gua ada 2 2nya wkkwkwk

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Melanjutkan sharing bacaan sebelumnya tentang strategi investasi:

1. Menikmati Kekayaan (Living Rich)

Strategi ini cocok untuk yang ingin mendapatkan "uang jajan" atau penghasilan pasif secara rutin dari investasi tanpa harus menjual sahamnya.

Fokus Utamanya: Dividen (pembagian laba perusahaan kepada pemegang saham).

Contoh: Perusahaan perbankan besar seperti BBCA (Bank BCA) atau BBRI (Bank BRI) di Indonesia. Mereka adalah perusahaan mapan yang keuntungannya sangat besar dan rutin membagikan sebagian keuntungan tersebut kepada investornya. Atau contoh lain misalnya TAPG atau $ARNA

Ibaratnya: Kamu memiliki pohon buah yang sudah besar; kamu tinggal memetik buahnya setiap musim tanpa harus menebang pohonnya.

2. Menjaga Kekayaan (Staying Rich)

Strategi ini biasanya dipilih oleh orang yang sudah punya modal cukup besar dan ingin hartanya tetap aman namun tetap tumbuh di atas inflasi.

Fokus Utamanya: Kestabilan dan Kualitas. Perusahaannya sudah mendominasi pasar (Market Leader).

Contoh: Perusahaan seperti Telkom (TLKM) atau Astra (ASII). Secara global, contohnya adalah Apple atau Microsoft. Perusahaan ini sudah sangat besar, sulit bangkrut, dan bisnisnya masih terus berkembang mengikuti zaman meskipun tidak secepat dulu. Atau mungkin contoh lain seperti $BRIS atau ANTM.

Ibaratnya: Kamu memiliki bangunan ruko di lokasi yang sangat strategis. Harganya terus naik setiap tahun karena lokasinya bagus, dan risikonya sangat kecil untuk turun harga.

3. Menjadi Kaya (Getting Rich)

Ini adalah strategi dengan risiko paling tinggi, tapi potensi keuntungannya juga yang paling luar biasa (bisa berkali-kali lipat).

Fokus Utamanya: Pertumbuhan Cepat (Growth). Mencari perusahaan kecil yang punya inovasi atau potensi untuk menjadi raksasa di masa depan.

Contoh: Membeli saham perusahaan teknologi yang baru mulai berkembang atau perusahaan tambang energi baru yang sedang ekspansi besar-besaran. Di masa lalu, orang yang membeli saham Amazon atau Netflix saat mereka masih kecil menjalankan strategi ini. Atau di Indonesia mungkin misalnya $ELSA atau ASLC.

Ibaratnya: Kamu menanam bibit pohon langka yang belum banyak orang tahu. Jika bibit itu tumbuh besar dan banyak dicari orang, nilai pohonmu akan melonjak ribuan persen dari harga bibit aslinya.

Demikian. Tulisan ini sekaligus untuk catatan bagi diri sendiri di masa depan.

--DYOR. Bukan ajakan beli.--

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$ELSA $WINS $APEX

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@trixffel pak coba cek $AADI dan $ELSA lebih worth it mana? ini buat jangka panjang bukan buat cacing naga😁

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$ELSA ini di 2026 akan bagus, selain pendapatan dari kegiatan EPCI, operation &maintenance, jg dpt proyek kelola sumur di blora/tuban dengan potensi produksi yg tinggi.

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@YudhaPurnama31 $AKRA vs $ELSA
https://stockbit.com/post/25480746

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$ELSA vs $AKRA: Dua Binatang yang Suka Main Bensin Tapi Ternyata Beda Spesies

Request user Stockbit bukan di External Comunity Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community menggunakan kode: A38138 https://stockbit.com/post/13223345

ELSA dan AKRA sering dibilang mirip karena sama-sama suka main bensin, sama-sama ada distribusi, dan sama-sama kelihatan sibuk di logistik. Tapi kalau investor cuma berhenti di label, itu cara tercepat buat salah baca valuasi. ELSA itu bukan pedagang komoditas, ELSA itu penyedia jasa hulu migas plus armada distribusi yang hidup dari kontrak, utilisasi, dan eksekusi kerja. AKRA bukan kontraktor migas, AKRA itu hub distribusi BBM dan kimia yang menang karena volume raksasa dan modal kerja yang diperas sampai jadi mesin kas. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Kalau lihat di laporan keuangan, ELSA terlihat seperti perusahaan proyek yang rapi, tetapi rentan tergerus biaya saat intensitas kerja naik. Sedangkan AKRA malah terlihat seperti bisnis margin tipis, tetapi justru di situ kekuatannya, karena uangnya datang dari kecepatan putaran kas, bukan dari markup margin yang tebal. Kalau ada yang bilang keduanya saudara kembar tapi beda orang tua, maka itu biasanya karena investor hanya melihat jalurnya sama-sama energi yang suka main bensin, padahal cara cetak uang keduanya itu jelas-jelas beda jalur hidup. Jadi pertanyaan yang lebih tepat itu bukanlah apakah keduanya mirip atau tidak, tapi harusnya tanya, investor mau pegang bisnis yang menang lewat kontrak dan eksekusi, atau mau pilih bisnis yang menang lewat throughput dan cash cycle?

Secara usia, ELSA jauh lebih tua sebagai perusahaan di dunia, tapi AKRA justru lebih senior sebagai emiten di bursa. ELSA pertama kali berdiri pada tanggal 25 Januari 1969 tapi baru IPO di tanggal 6 Februari 2008, jarak antara ELSA berdiri ke IPO sekitar 39 tahun 12 hari, jadi ini ELSA lama sekali ditempa di luar bursa sebelum akhirnya dipaksa masuk bursa buat cari modal. Sedangkan AKRA itu berdiri 28 November 1977 dan baru IPO di September 1994, jaraknya antara berdiri lalu IPO sekitar 16 tahun 10 bulan, jadi AKRA jauh lebih cepat jadi perusahaan publik ketimbang ELSA. Per 25 Desember 2025, umur ELSA sudah sekitar 56 tahun 11 bulan, udah tua bangka, dua tahun lagi sudah pensiun seandainya ELSA adalah karyawan. Sedangkan AKRA sudah berusia sekitar 48 tahun 1 bulan, udah tua juga sih, tapi ini fase-fase puncak karir kalau jadi budak korporat, mungkin posisinya udah jadi supervisor atau General Manager atau malah CEO kalau seandainya lidahnya lincah dan kuat. Tetapi umur saham keduanya di bursa malah kebalik, AKRA sudah jadi emiten sekitar 31 tahun lebih, sedangkan ELSA sekitar 17 tahun 10 bulan. Kalau aspek yang dicari adalah rekam jejak sebagai emiten, AKRA unggul. Kalau aspek yang dicari adalah kematangan organisasi sebagai perusahaan, ELSA unggul. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Dari skala bisnis, di sini jarak antara keduanya sangat jauh berbeda. AKRA pada LK Q3 2025 atau 9M 2025 berhasil mencetak revenue Rp32,39 triliun dengan growth +13,2%, dan mesin utama bisnisnya adalah trading serta distribusi BBM dan kimia Rp29,63 triliun atau 91,5% dari total revenue perusahaan. Sedangkan ELSA pada 9M 2025 justru didominasi oleh bisnis Distribusi dan Logistik Energi sebesar Rp6,34 triliun yang setara dengan 60,5% dari total revenue, lalu bisnis ELSA di Jasa Hulu Migas Terintegrasi mencetak Rp3,22 triliun setara 30,7%, dari total revenue serta bisnis Jasa Penunjang Migas Rp1,29 triliun yang setara dengan 12,4%. dari total revenue Kalau angka porsi itu dibalik jadi total, revenue ELSA kira-kira di kisaran Rp10,4 triliun sampai Rp10,5 triliun, perbedaan kecil kemungkinan karena pembulatan porsi. Artinya, omzet AKRA kira-kira 3,1x jauh lebih besar dari revenue ELSA pada periode yang sama. Pemenang skala omzet jelas AKRA.

Di margin kotor, ELSA sedikit lebih unggul. ELSA mencatat laba bruto Rp1,07 triliun dengan gross profit margin sekitar 10,3%. AKRA laba bruto Rp2,76 triliun dengan gross profit margin sekitar 8,5%. Ini masuk akal karena model ELSA lebih banyak jasa dan pekerjaan terintegrasi, sedangkan AKRA dominan perdagangan volume besar yang margin tipis. Jadi kalau aspek yang dinilai adalah tebalnya margin kotor, ELSA unggul. Tetapi jangan salah tafsir, margin kecil tidak otomatis jelek kalau cash cycle-nya menang, dan di sini AKRA justru memamerkan kelasnya. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Modal kerja adalah titik paling menentukan yang bikin dua bisnis ini terasa beda dunia. AKRA punya DSO atau waktu tagih piutang sekitar 72 hari, DI atau waktu putar stok opname sekitar 19 hari, DPO atau waktu bayar vendor sekitar 102 hari, sehingga CCC -11 hari. Siklus negatif artinya kas dari pelanggan bisa terkumpul lebih dulu sebelum kewajiban ke pemasok jatuh tempo, ini membuat likuiditasnya seperti punya mesin turbo. ELSA punya DSO 82 hari, DI 15 hari, DPO 33 hari, CCC 64 hari, butuh sekitar dua bulan untuk muter modal kerja jadi kas lagi. Jadi untuk efisiensi cash conversion, AKRA unggul telak, dan ini biasanya lebih penting daripada debat margin 1% sampai 2% karena ini menyangkut napas kas harian.

Di kualitas kas dan kekuatan pendanaan internal, AKRA juga lebih dominan, walaupun ELSA tetap tergolong sehat. ELSA mencatat CFO Rp590,6 miliar lebih besar dari laba bersih Rp526,5 miliar, ini bagus karena laba ditopang kas. AKRA mencatat CFO Rp3,39 triliun jauh lebih besar dari laba bersih Rp1,84 triliun, kualitas kasnya lebih tebal. Dari sisi belanja modal, ELSA CAPEX Rp308 miliar dan masih tertutup oleh CFO, sehingga FCF kira-kira Rp283,4 miliar. AKRA total CAPEX yang disebut gabungan aset tetap dan akuisisi tanah sekitar Rp1,48 triliun dan masih tertutup oleh CFO, sehingga FCF kira-kira Rp1,91 triliun. Kalau aspek yang dicari adalah daya tembak ekspansi dari kas operasi, AKRA juga unggul. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Tetapi ELSA punya satu poin yang terlihat sangat disiplin dan sering disukai investor defensif, yaitu struktur utangnya yang ringan. Pinjaman bank ELSA hanya sekitar 1,7% dari total aset perusahaan dan ELSA berhasil melunasi penuh Sukuk Ijarah Rp700 miliar pada Agustus 2025 dengan hanya menggunakan dana internal. Sedangkan AKRA di sisi lain memang kuat, tetapi lebih aktif memakai pembiayaan bank untuk ekspansi, ada penarikan pinjaman bank jangka panjang baru Rp926,24 miliar, walaupun pada saat yang sama mampu membayar pokok pinjaman Rp1,1 triliun dan total utang bank turun dari Rp4,78 triliun menjadi Rp4,60 triliun. Jadi untuk aspek konservatifnya leverage, ELSA unggul. Untuk aspek kemampuan mengelola utang sambil tetap ekspansi dan tetap menghasilkan kas besar, AKRA masih tetap unggul.

Kalau bicara stabilitas permintaan, ELSA punya kontrak strategis yang memberi visibilitas pekerjaan, pengelolaan data migas sampai 20 Juli 2028, jasa seismik, pemboran, dan pemeliharaan lapangan sampai April 2030, serta pengelolaan truk tangki sampai Oktober 2026. Ini membuat ELSA terasa seperti bisnis jasa dengan order yang lebih terbaca. Tetapi ELSA juga menanggung risiko konsentrasi yang nyata, 78,1% pendapatan dari Grup Pertamina dan Pertamina Patra Niaga menyumbang 39,8%, sementara piutang pihak berelasi mencapai Rp2,92 triliun atau 27,4% dari total aset. AKRA tidak ditampilkan angka konsentrasi pelanggan di data ini, tetapi risiko utamanya disebut lebih ke komoditas karena BBM kontribusinya besar dan risiko kurs USD. Jadi untuk aspek visibilitas kontrak, ELSA unggul. Untuk aspek ketergantungan pada satu grup pelanggan, AKRA cenderung lebih nyaman dari data yang ada, sedangkan ELSA lebih terkonsentrasi. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Dari skala omzet dan kekuatan kas operasional, AKRA unggul. Dari sisi margin kotor dan kehati-hatian leverage, ELSA unggul. Dari perspektif efisiensi modal kerja yang benar-benar jadi mesin uang, AKRA unggul sangat jauh lewat CCC -11 hari dibanding ELSA yang mencapai 64 hari. Kalau dari visibilitas proyek lewat kontrak panjang, ELSA unggul. Growth alignment pada periode ini juga lebih rapi di AKRA karena revenue +13,2%, laba bersih +18,8%, CFO +286% bergerak searah, sedangkan ELSA revenue +8,6% tetapi laba bersih -4,5% dan CFO turun -48,8% yang mengindikasikan tekanan biaya atau margin.

Jadi ELSA dan AKRA itu mirip hanya pada label energi dan logistik, tetapi kalau investor mencari mesin uang yang stabil dari cash cycle dan skala distribusi, AKRA lebih dekat ke definisi itu. Kalau investor mencari bisnis jasa energi yang lebih konservatif dari sisi utang dan punya kontrak panjang yang memberi visibilitas kerja, ELSA lebih masuk, dengan catatan investor wajib ekstra peka pada mismatch pertumbuhan laba dan turunnya CFO di 9M 2025.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...

1/2

testes
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$ELSA Saham paLIng nyante sedunia turun juga ga turun sekali sekali naik lumayan cuma ya itu nunggu lumayan lama bisa sebulanan mirip $PYFA.

$ELSA banjir di 2 propinsi ganggu kinerja kuartal ini jg kali. tapi mending hold sj kl aku

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$ELSA hidup tak mau, mati pun segan

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@arifnc $ELSA udah pasti turun sih...
sisa 3 hari lagi market open, gak akan bisa elsa tembus ke atas 500 mending CL yang sangkut sangkut

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

kurang peminat $ELSA..xii

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

3 SKENARIO ENTRY SAHAM $CYBR (Swing Trader Plan)
Harga sekarang: 1.420

1) SKENARIO ENTRY SEKARANG (Moderate Entry)
- Entry: 1.380 – 1.440
- Stoploss: < 1.320
- TP1: 1.480
- TP2: 1.520 – 1.580
Alasan: Harga masih bergerak di area konsolidasi atas, Boss. Selama 1.320 bertahan, struktur swing CYBR masih mendukung peluang lanjut naik.

2) SKENARIO ENTRY PULLBACK (Conservative – Paling Aman)
- Entry: 1.320 – 1.370
- Stoploss: < 1.260
- TP1: 1.420
- TP2: 1.480 – 1.520
Alasan: Area demand cukup kuat, Boss. Cocok buat swing trader yang nunggu retrace sehat dengan risk/reward lebih enak.

3) SKENARIO ENTRY AGRESIF (Buy on Breakout)
- Entry: Buy kalau breakout > 1.480 dengan volume besar
- Stoploss: < 1.420
- TP1: 1.520
- TP2: 1.580 – 1.650
Alasan: Breakout 1.480 bisa jadi konfirmasi momentum bullish baru. CYBR berpotensi lanjut rally kalau resistance ini ditembus, Boss.

Alasan Buy:
• Struktur swing masih higher low
• Harga bertahan di atas area demand
• Breakout 1.480 bisa jadi trigger lanjutan

Risiko:
• Kalau 1.320 / 1.260 jebol = potensi koreksi lebih dalam
• Rawan fake breakout kalau volume lemah
• Stoploss wajib buat jaga modal Boss

Analisa ini panduan ya Boss, eksekusi tetap kembali ke gaya trading Boss.

Ketik nama sahamnya Boss, contohnya $AMRT $ELSA. Biar saya buatkan skenarionya.

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Di pasar saham, emosi sering mengalahkan logika.
📉 Panik saat harga turun.
📈 Serakah saat harga naik.
👥 Ikut-ikutan beli karena FOMO.
🧠 Takut rugi, tapi juga takut ketinggalan.

Memahami psikologi pasar adalah kunci untuk:
1. Menghindari keputusan impulsif
2. Mengelola risiko dengan tenang
3. Menjadi investor yang disiplin dan konsisten

▶️Ingin ilmu GRATIS?? Follow & Cek postingan lainnya di profile saya.

Random tag $EMTK $ELSA $ENRG

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

dadah $ELSA saatnya CL 🥰

2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy