Volume
Avg volume
PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) sebagai holding Company Dharma Group, yang berdiri sejak tahun 1989, bergerak di bidang usaha komponen otomotif untuk sepeda motor dan mobil. Dharma Group telah menjadi bagian dari mata rantai pasokan otomotif terintegrasi dengan produk-produk suku cadang dan komponen yang inovatif dan berkualitas sesuai dengan standar pabrikan kelas dunia. Sebagai salah satu anak Perusahaan dari Triputra Group, Perusahaan mempunyai latar belakang Manajemen yang berpengalaman di industri otomotif nasional. PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) telah berkembang menjadi sebuah Perusahaan induk dari Dharma Group yang menged... Read More
$BUMI - Antara Takut dan Serakah
Part:
#1 https://stockbit.com/post/19532951
#2 https://stockbit.com/post/19566543
Setelah membahas jenis bias pribadi dan bias kerumunan, kini sy akan membahas akar terdalam dr semua kekacauan dlm keputusan investasi, yaitu emosi.
Tidak peduli secerdas apa analisis seseorang, seapik apa strategi investasinya, jika tdk mampu mengelola rasa takut dan serakah, semua itu bisa runtuh dlm satu klik tombol jual atau beli.
Investasi pd dasarnya bukan cuma soal angka, tapi jg soal rasa. Di saat portofolio menghijau, rasa percaya diri melonjak. Di saat merah merona, kecemasan bisa membuat kita lumpuh. Di antara dua kutub emosi inilah, bias-bias paling halus sekaligus paling berbahaya bekerja tanpa permisi.
Bias pertama yg muncul ketika investor menghadapi situasi sulit adalah loss aversion. Secara naluriah, manusia lebih takut rugi daripada senang saat untung. Rugi seratus ribu terasa lebih menyakitkan dibandingkan nikmatnya untung seratus ribu.
Ini yg membuat banyak investor enggan cut loss, bahkan ketika logika sudah berteriak bahwa emiten tersebut tdk layak lagi dipegang. Bukan karena tdk tahu, tp karena rasa enggan mengakui kekalahan.
Contohnya bisa kita temui pd banyak investor yg masih menyimpan saham berkinerja buruk sejak 2020, berharap harga akan kembali seperti dulu. Mereka tdk peduli lg pd kondisi keuangan perusahaan, tak peduli pada arah industrinya, yg penting jgn sampai menjual di bawah harga beli.
Padahal waktu sudah berjalan bertahun-tahun dan peluang sudah berpindah ke tempat lain. Tapi menjual berarti mengakui kekalahan, dan itu terlalu pahit untuk diterima.
Bias ini juga menjelaskan kenapa saat pasar jatuh dalam, banyak investor justru diam. Bukan karena yakin, tapi karena takut. Takut menjual di harga rendah, takut salah ambil keputusan, takut rugi makin dalam.
Salah satu contoh nyata terjadi pd banyak investor ritel yg memegang saham konsumer besar sejak 2019. Dulu, saham ini dianggap tanpa cela. Bisnisnya mapan, merek kuat, produk tersedia di mana-mana. Sahamnya dielu-elukan sebagai contoh terbaik untuk holding forever. Tapi ketika kinerja mulai turun perlahan dan bisnisnya stagnan, para pemegangnya tetap bergeming.
Bahkan saat pandemi membuat valuasi banyak emiten lain jd sangat murah, dan sejumlah sektor seperti alat berat, logistik, atau bank justru menunjukkan ketahanan luar biasa, mereka tak berani pindah.
Bukan karena saham barunya tdk menjanjikan, tapi karena saham lama terlalu berat utk dilepas. Dalam hati, mereka tahu ada pilihan yg lebih logis, tapi tetap menolak mengambil langkah. Karena menjual di harga sekarang bukan sekadar soal angka, tapi soal luka. Dan itu terasa lebih pahit daripada rugi.
Padahal di saat itulah justru peluang terbuka lebar, saat valuasi banyak saham turun ke titik yg tdk terbayangkan sebelumnya. Tapi sayangnya, ketakutan sering lebih kuat dr logika. Dan peluang pun lewat begitu saja.
Dari rasa takut, kita masuk ke sisi sebaliknya, yaitu rasa aman yg semu. Ini muncul dlm bentuk mental accounting, yaitu kecenderungan untuk memisah-misahkan uang secara emosional, bukan rasional.
Investor bisa saja rutin menyetor dana ke portofolio saham tiap bulan, merasa sedang berinvestasi dgn baik. Tapi di sisi lain, ia jg masih punya cicilan berbunga tinggi yg terus membebani. Dalam kepalanya, uang saham dan uang utang itu dianggap “rekening yang berbeda”, padahal semuanya keluar dr dompet yg sama.
Di forum-forum saham, tak sedikit investor pemula yg bangga melakukan akumulasi berkala, meskipun secara keuangan pribadinya blm sehat. Ada yg tetap menyetor ratusan ribu ke akun sekuritas tiap bulan, tp belum menyelesaikan tagihan kartu kredit atau cicilan konsumtif lainnya.
Ini bukan soal niat baik atau buruk, tapi soal bias dlm menilai prioritas. Karena ketika kita memisahkan uang berdasarkan tujuan emosional, bukan efisiensi keuangan, hasilnya bisa menipu diri sendiri.
Lalu muncul bias berikutnya, yg lebih sulit dideteksi, yaitu probability weighting. Ini adalah kecenderungan utk menilai peluang tidak berdasarkan fakta, tapi berdasarkan harapan.
Misalnya, ketika melihat saham kecil yg pernah naik ratusan persen dalam waktu singkat, kita mulai membayangkan peluang yg sama bisa terulang lagi. Padahal kemungkinan itu sangat kecil, nyaris nol. Tapi karena cerita-cerita tentang “cuan gila” lebih membekas di kepala, kita mulai percaya bahwa hal langka itu bisa terjadi lagi, kali ini pd kita.
Banyak investor ritel terjebak di saham lapis tiga karena bias ini. Mereka tahu risikonya tinggi, tahu likuiditasnya rendah, tahu manajemennya mungkin tdk transparan, tapi tetap beli. Karena di kepala mereka, selalu ada kemungkinan bahwa “saham ini akan jadi the next big thing”.
Kemungkinan kecil itu dibesar-besarkan, sementara risiko yg lebih besar justru diabaikan. Ini bukan lagi soal analisis, tapi soal harapan kosong yg dibungkus keyakinan.
Dan akhirnya, semua bias ini dirangkum oleh satu kecenderungan terakhir, yaitu status quo bias. Setelah mengalami rugi, lelah mental, atau bingung arah, banyak investor akhirnya memilih diam. Tidak meninjau ulang portofolio, tidak belajar lagi, tidak keluar dari saham yg stagnan, tapi juga tidak menambah saham baru.
Mereka memilih bertahan dalam kondisi yg ada, meskipun tahu itu tidak optimal. Karena bergerak butuh energi, butuh keputusan, dan yg paling penting, butuh keberanian.
Kita bisa melihat ini pd banyak akun tidur di sekuritas, dgn portofolio yg tak berubah sejak 2021. Di dalamnya ada saham-saham yg dulunya dibeli karena ramai dibahas, lalu jatuh dan tak pernah pulih. Tapi karena tidak ingin menambah luka, investor memilih membiarkan saja.
Tidak dijual, tidak ditambah, tidak ditengok. Status quo jadi tempat berlindung, karena di situ tak perlu mengambil keputusan. Padahal justru di situlah kesalahan terus dibiarkan.
Mengelola emosi dlm investasi memang bukan hal yg mudah. Tapi bukan berarti mustahil. Justru dr pengakuan atas kelemahan inilah kekuatan berpikir bisa dibangun ulang.
Investor yg matang bukanlah yg tak pernah takut, tapi yg tetap bisa berpikir jernih meskipun takut. Ia bukan yg tak pernah rugi, tapi yg tahu kapan harus mengakui kesalahan dan belajar darinya.
Karena pada akhirnya, pasar bukan tempat menguji siapa yg paling pintar. Tapi siapa yg paling bisa mengendalikan diri.
Disclaimer: Catatan ini adalah refleksi pengetahuan penulis dan bukan ajakan untuk membeli atau menjual saham. Segala kerugian sebagai akibat penggunaan informasi pada tulisan ini bukan menjadi tanggung jawab penulis. Do your own research.
$DRMA $BRIS
DRMA Komitmen Kembangkan Ekosistem EV Di Indonesia
Ipotnews - PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) berkomitmen meningkatkan upaya di berbagai lini usaha untuk membangun satu ekosistem kendaraan listrik (EV) yang terintegrasi. Salah satunya dengan mengembangkan unit bisnis Dharma Connect sebagai ekosistem kendaraan listrik kolaboratif yang lengkap.
Melalui Dharma Connect, DRMA memperkenalkan berbagai inovasi teknologi yang menunjang percepatan elektrifikasi kendaraan dan energi terbarukan di Indonesia.
$DRMA
DRMA Pamerkan Teknologi EV Lokal Ramah Lingkungan di GIIAS 2025
https://cutt.ly/QrAtyBth - PT Dharma Polimetal Tbk. (DRMA), emiten komponen otomotif nasional yang tengah gencar-gencarnya membangun ekosistem kendaraan listrik (EV) berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) ini kembali berinovasi sosial dengan produk otomotif andalannya.
DRMA memamerkan teknologi konversi motor listrik dan aki lithium generasi baru dalam ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025.
$DRMA
$DRMA
Potensial sebagai pemasok komponen otomotif EV dan bodi untuk BYD. Semoga deal ya papi TP Rachmat
$MCAS Masih berharap proyek charging station, ekosistem kendaraan listrik.
MCAS pionir digitalisasi dan teknologi EV melalui anak usahanya seperti Volta (om ded 🤣), NFCX, dan SiCepat Teknologi. dll...
Harusnya sih Ekspansi besar-besaran EV perlu infrastruktur pengisian daya, sistem digitalisasi, hingga aplikasi pendukung utk pengguna.
🚗 Penjualan Mobil Juni 2025 Semakin Memburuk
Gaikindo mencatat bahwa penjualan wholesales mobil pada Juni 2025 hanya mencapai 57.760 unit (-23% YoY, -5% MoM). Ini merupakan angka penjualan bulanan yang terendah pada tahun ini, mengecualikan penjualan April 2025 yang terdampak Lebaran. Realisasi ini membuat penjualan selama 1H25 mencapai 374.741 unit (-9% YoY), hanya setara 42–50% target 2025 dari Gaikindo di kisaran 750.000–900.000 (vs. 1H24: 47% realisasi 2024).
Merek–merek Jepang secara umum terus mencatatkan penjualan yang lemah, baik merek Astra International (ASII) maupun di luar ASII. Di antara merek Jepang, hanya Suzuki yang mencatatkan pertumbuhan penjualan positif secara tahunan pada Juni 2025.
Sementara itu, penjualan merek–merek China – kecuali Wuling – terus menunjukkan momentum positif pada Juni 2025, terutama Chery yang berhasil mencatatkan penjualan mobil bulanan di atas 2.000 unit untuk pertama kalinya. Pada Juni 2025, BYD (termasuk Denza) dan Chery masing–masing telah menjadi merek dengan penjualan tertinggi ke–6 dan ke–7, naik dari posisi ke–9 dan ke–10 per Desember 2024.
Dengan realisasi Juni 2025, market share gabungan kedua merek andalan ASII – yakni, Toyota dan Daihatsu – hanya mencapai 50,2% selama 1H25 (vs. 1H24: 52,5%). Honda menjadi merek yang mengalami penurunan market share terbesar selama 1H25 ke level 8,7% (vs. 1H24: 11,6%). Sementara itu, market share BYD (termasuk Denza) dan Chery masing–masing berada di level 5,3% (vs. 1H24: 0,4%) dan 2,7% (vs. 1H24: 1%).
Ketua Umum Gaikindo, Yohannes Nangoi, mengatakan pada Juni 2025 bahwa pihaknya bersama pemerintah tengah berdiskusi untuk mencari terobosan–terobosan baru guna mendorong penjualan mobil di Indonesia. Yohannes menyebut terobosan tersebut dapat berupa insentif fiskal maupun reformasi perpajakan, yang akan diumumkan jika telah disepakati.
🔑 Key Takeaway
Meski ekspektasi market terhadap sektor otomotif tampak sudah rendah, kami menilai bahwa kembali memburuknya tren penjualan mobil dalam 2 bulan terakhir membuat potensi pemulihan signifikan pada saham–saham otomotif – seperti $ASII, $AUTO, dan $DRMA – masih belum akan terlihat, kecuali jika insentif yang signifikan diluncurkan pemerintah. Sementara itu, kuatnya penjualan BYD menjadi salah satu pendorong pertumbuhan volume throughput bongkar muat mobil completely built–up untuk IPCC, yang selama 5M25 mencapai 348,5 ribu unit (+9% YoY).
Stockbit Snips 9 Juli 2025:
https://cutt.ly/1rUvXRSF
➖ Surat tarif lanjutan yang dirilis Trump pada 9 Juli
(Liberation Day -> Tariff Letter)
🇵🇭Filipina = 17% -> 20%
🇧🇳Brunei = 24% -> 25%
🇲🇩Moldova = 31% -> 25%
🇩🇿Aljazair = 30% -> 30%
🇮🇶Iraq = 39% -> 30%
🇱🇾Libya = 31% -> 30%
🇱🇰Sri Lanka = 44% -> 30%
Template ketujuh surat ini masih sama dengan 14 surat yang rilis tanggal 7 Juli lalu. Nothing special.
Iraq dan Sri Lanka memperoleh pengurangan tarif signifikan, walaupun masih tetap tinggi di 30%.
Kembali mendukung hipotesis bahwa negara yang mendapat pengurangan tarif adalah negara yang dianggap rendah ancaman bagi US, lebih lemah.
Kemudian, dua negara ASEAN menyusul dapat surat ini yaitu Filipina dan Brunei. Keduanya malah dapat kenaikan tarif.
Berarti 9 (1 deal, 8 surat) dari 10 negara ASEAN sudah di-mention oleh US.
Tersisa 1 negara ASEAN yaitu Singapura belum di-mention, yang memang sudah dapat tarif minimum 10% sedari awal.
Rilis surat ini makin menegaskan pentingnya kawasan Asia Tenggara (ASEAN) bagi kepentingan geopolitik US.
Jika pemimpin ASEAN kompak mengambil sikap bersama, ini bagus sebenarnya 🤔
$DRMA $BTC $PMMP
Rilis data penjualan mobil Indonesia Juni 2025 oleh Gaikindo dilansir dari Jawa Pos
https://cutt.ly/jrY5BZQc
❌ Penjualan mobil wholesales (produsen ke dealer) Juni 2025 sebanyak 57.760 unit.
Turun -4,7% mtm dari Mei 2025 (60.612).
Turun -22,6% yoy dari Juni 2024 (74.615).
➖ Penjualan mobil retail (dealer ke konsumen) Juni 2025 sebanyak 61.647 unit.
Naik +0,55% mtm dari Mei 2025 (61.307).
Turun -12,3% yoy dari Juni 2024 (70.290).
❌ Penjualan mobil kumulatif wholesales Jan-Jun 2025 tercatat sebanyak 374.740 unit.
Turun -8,6% yoy dari Jan-Jun 2024 (410.020).
Minus tahunan ini menebal dari Jan-Mei 2025 yang hanya -5,5% yoy.
❌ Penjualan mobil kumulatif retail Jan-Jun 2025 sebanyak 390.467 unit.
Turun -9,7% yoy dari Jan-Jun 2024 (432.453).
Minus tahunan ini menebal dari Jan-Mei 2025 yang sebesar -9,2% yoy.
❌ Capaian penjualan mobil wholesales Jan-Jun 2025 baru 41,64% dari target Gaikindo tahun 2025 sebanyak 900 ribu unit terjual.
Jika tren ini berlanjut, maka sampai akhir tahun 2025 hanya akan terjual 749.480 unit, atau 83,28% dari target.
...........................
Penjualan mobil di Indonesia masih terus lemah, seiring dengan penjualan sepeda motor yang juga lemah. Pasar otomotif dalam tekanan.
Lebih luas, ini juga mengindikasikan konsumsi masyarakat makin lesu, dan akhirnya tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang melambat.
$DRMA $MPMX $ASLC
Rilis data distribusi sepeda motor di pasar domestik Indonesia Juni 2025 oleh AISI
➖ Juni 2025 penjualan (distribusi) sepeda motor sebanyak 509.326 unit.
Naik +0,79% mtm dari Mei 2025 (505.350).
Turun -0,35% yoy dari Juni 2024 (511.098).
Tapi masih lebih tinggi dari Juni 2023 (493.763).
❌ Q2 (Apr-Jun) 2025 distribusi hanya mencapai 1.421.367 unit.
Turun -15,56% qtq dari Q1 2025 (1.683.262).
Turun -1,01% yoy dari Q2 2024 (1.435.904).
❌ Jan-Jun ytd 2025 distribusi baru mencapai 3.104.629.
Turun -2,09% yoy dari Jan-Jun 2024 (3.170.994).
Juga lebih rendah dari Jan-Jun 2023 (3.201.930).
➖ Jumlah distribusi ytd telah memenuhi 46,34% sampai 48,51% dari target setahun penuh yang dicanangkan AISI di 6,4 juta sampai 6,7 juta unit.
Jika tren distribusi ini terus bertahan sampai akhir tahun, maka masih bisa mencapai 92,68% sampai 97,02% dari target.
Kekurangannya masih berpotensi terkejar di waktu tersisa 6 bulan ini.
.....................
Pasar penjualan sepeda motor di Indonesia masih lesu, namun pelemahannya masih tertahan tidak terlalu signifikan dibandingkan tahun lalu.
Rilis ini mengindikasikan aktivitas ekonomi Indonesia yang lebih luas juga mengalami hal serupa. Bertahan di tengah kelesuan.
$IHSG $DRMA $IMAS
Disclaimer on
DYOR
Update Invesment
Part 5.
Terlewat untuk update, kemarin lusa sempat nambah muatan $DRMA
OOT : additional QOTD "Believe you can and you're halfway there"