Volume
Avg volume
PT Arkadia Digital Media Tbk didirikan pada tanggal 6 Maret 2012 dengan nama PT Bukit Irama, kemudian diubah menjadi PT Arkadia Digital Media pada tanggal 8 Februari 2018. Kegiatan usaha utama Perseroan meliputi perdagangan umum, pembangunan, perindustrian, percetakan, multimedia melalui perangkat satelit dan perangkat telekomunikasi lainnya, jasa, dan investasi dengan Entitas Anak di bidang portal web. Saat ini Perseroan memiliki 3 entitas anak yang semuanya memiliki kegiatan usaha dalam bidang portal web yaitu PT Arkadia Media Nusantara yang berdiri sejak tahun 2010 (Suara.com); PT Mata Media Nusantara yang berdiri sejak 2013 ... Read More
CO FOUNDER $DIGI sedang proses mengakuisisi 49,38% saham $IOTF
silahkan mau nambah di Arkadia apa di IOTF.
Tentu ada alasannya kenapa dari kemarin fluktuatif lilinnya.
Jujur! 😀 kamu investor, trader atau Penjudi
$IOTF $DIGI
https://cutt.ly/trOqAhIA
cek dulu margin nya berapa, margin gasampe 10%, apa lagi mau diakuisisi si perampok legal, contohnya $DIGI daw
$DIGI Saham milik direktur GAIA yang katanya mau akuisisi $IOTF
Track record saham PSP nya begini
$PMUI. Tinggal nilai sendiri.
Tentang Aksi Korporasi $IOTF vs GAIA
Request salah satu user Stockbit bukan di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Sebenarnya saya pernah bahas tentang IOTF di External Community Pintar Nyangkut di Telegram. Dan sudah pernah juga bahas tentang IOTF di postingan sebelumnya di sini https://stockbit.com/post/19045055
GAIA katanya mau akuisisi IOTF tapi pertanyaannya kok GAIA malah trading? Coba bandingkan dengan aksi korporasi lain yang ada di bursa seperti waktu TOWR akuisisi DATA IBST SUPR
EXCL merger sama FREN
EXCL akuisisi LINK
ADMF akuisisi MFIN
CNGR akuisisi PACK
Itu mereka semua langsung block sale dan tender offer. Antara pihak-pihak yang melakukan transaksi tidak melakukan trading selama proses negosiasi dan due diligence terjadi. Sangat beda dengan GAIA yang malah aktif trading padahal lagi fase due diligence katanya. Sangat aneh. Terus terang, baru kali ini saya lihat ada perusahaan yang mau aksi korporasi M&A tapi malah sibuk trading di saham yang jadi objek transaksi. Bukannya fokus di due diligence. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Biasanya itu dalam proses negosiasi malah ada klausul insider, manajemen, dan PSP dilarang trading pada objek transaksi untuk mencegah intervensi dan volatilitas harga selama proses negosiasi. Tapi IOTF ini memang agak lain.
PT Sumber Sinergi Makmur Tbk (IOTF) adalah emiten teknologi yang lebih cocok disebut sebagai reseller GPS ketimbang perusahaan berbasis riset dan pengembangan. Dikenal lewat brand Fox Logger, model bisnis IOTF mengandalkan perangkat pelacak dari Shenzhen Concox, yang diimpor dalam bentuk jadi, kemudian ditambahkan firmware lokal, diisi SIM card, dan disambungkan ke platform Tracksolid yang juga berbasis Tiongkok. Tidak ada proses manufaktur di Indonesia, tidak ada paten teknologi milik sendiri, dan nyaris semua infrastruktur teknologinya bergantung pada vendor luar. Ini menjadikan bisnis IOTF sangat tergantung pada satu rantai pasok. Data Q1 2025 menunjukkan bahwa 83% pembelian barang berasal dari satu vendor yaitu Concox, dan advance payment ke vendor itu sudah mencapai Rp68 miliar, empat kali lebih besar dari kas mereka sendiri.
Secara kinerja, tahun 2024 dan kuartal pertama 2025 menunjukkan kondisi keuangan yang lemah. Pendapatan FY2024 turun menjadi Rp62,95 miliar dengan laba bersih hanya Rp0,33 miliar, sementara Q1 2025 mencatat pendapatan Rp16,85 miliar dengan laba bersih Rp0,52 miliar. Masalahnya bukan cuma kecilnya margin, tapi juga arus kas operasional yang terus negatif. Q1 2025 mencatat CFO minus Rp3,38 miliar, membuat posisi kas perusahaan cuma tersisa Rp1,7 miliar, padahal utang bank jangka pendeknya mencapai Rp16 miliar. Dengan kondisi seperti itu, kemampuan bayar jangka pendek sangat rapuh. Valuasi pasar juga tidak mencerminkan fundamental. Dengan harga saham yang sempat di kisaran Rp198, market cap-nya berada di atas Rp500 miliar, PBV menyentuh 3,6x dan PER di atas 100x jika laba Q1 diannualisasi. Bahkan EV/EBITDA sudah mendekati 60x. Angka-angka ini sama sekali tidak wajar untuk perusahaan dengan margin tipis, recurring revenue yang turun, dan tidak ada diferensiasi teknologi yang kuat.
Masuk ke isu akuisisi oleh PT Gaia Artha Dinamic (GAIA), ceritanya jauh dari kata wajar. Pada 10 Juni 2025 diumumkan penandatanganan MoU antara GAIA dan dua pemegang saham utama IOTF, dengan rencana akuisisi sebesar 49,38% saham. Harga indikatif ditetapkan berdasarkan rata-rata harga pasar 90 hari yakni sekitar Rp198 per lembar. Namun sejak pengumuman itu, harga saham justru turun lebih dari 66%, yang mengindikasikan pasar tidak percaya pada narasi akuisisi tersebut. Lebih aneh lagi, GAIA tidak melakukan block sale seperti akuisisi normal. Mereka malah membeli saham di pasar reguler secara bertahap, lalu menjual kembali sebagian sebelum due diligence selesai. Ini menciptakan tanda tanya besar tentang motif sebenarnya. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Berikut kronologi aksi korporasi GAIA dan IOTF:
📌3 Juni 2025, GAIA mengirimkan surat minat resmi kepada dua pemegang saham utama IOTF. Target akuisisi sebesar 2,61 miliar lembar saham atau setara 49,38% dari total saham beredar
📌10 Juni 2025, penandatanganan MoU antara GAIA dan para pemegang saham. Harga indikatif didasarkan pada rata-rata 90 hari perdagangan sebelumnya, sekitar Rp198 per lembar. Disepakati hak eksklusif untuk melakukan due diligence. Namun tidak disertai PPJB
📌12 sampai 24 Juni 2025, GAIA mulai memborong saham IOTF melalui pasar reguler, bukan crossing. Total saham yang dibeli sekitar 395 juta lembar, sehingga kepemilikan GAIA naik menjadi 6,98%
📌10 Juli 2025, GAIA menjual kembali 195 juta lembar saham IOTF di pasar, menurunkan kepemilikannya menjadi 3,78%. Aksi ini dilakukan saat proses due diligence masih berjalan
📌15 Juli 2025, harga pasar saham IOTF turun ke Rp86 per lembar, anjlok lebih dari 66% dari level sebelum pengumuman MoU. Tidak ada dokumen PPJB, ringkasan tender offer, atau penjelasan lanjutan dari GAIA maupun IOTF
Dari sini bisa dilihat bahwa gaya akuisisi GAIA sangat tidak lazim. Investor strategis biasanya langsung negosiasi ke PSP, pemegang saham pengendali, untuk menutup transaksi secara cepat dan block, bukan belanja recehan di pasar reguler. Aksi jual kembali oleh GAIA sebelum due diligence tuntas juga mengindikasikan mereka tidak punya komitmen finansial kuat atau sedang bermain dua kaki, satu sisi menggiring ekspektasi publik, sisi lain melakukan distribusi. Yang lebih fatal, hingga pertengahan Juli belum ada dokumen tender offer yang masuk ke BEI, padahal GAIA menyatakan ingin menjadi pengendali. Ini bisa mengarah pada pelanggaran keterbukaan informasi sebagaimana diatur dalam POJK No 9 2018 tentang pengambilalihan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Masalah juga muncul dari profil GAIA sendiri. Dipimpin Aldrian Suwardi Chandra yang dikenal sebagai pendiri DIGI, Arkadia Digital Media, GAIA selama ini lebih dikenal sebagai perusahaan teknologi kecil. Gaya main saham DIGI dan IOTF punya kemiripan, listing cepat, manuver banyak, aksi korporasi mengandalkan narasi. Belum ada bukti bahwa GAIA punya dana tunai atau pembiayaan yang kuat untuk menutup akuisisi Rp517 miliar. Tidak ada informasi mengenai escrow account, bank pendamping, atau partner strategis. Bisa cek saham $DIGI bagaimana terjun bebas ke FCA.
Red flags dari kasus ini tidak main-main. Gap valuasi antara harga akuisisi dan harga pasar sangat besar. Pembelian lewat pasar reguler tidak masuk akal untuk transaksi 49% saham. Calon pengendali justru jualan di tengah due diligence. Struktur pendanaan tidak jelas. Tidak ada dokumen tender offer. Kas perusahaan tipis dan advance payment ke vendor jumbo. Recurring revenue justru turun. Harga saham malah longsor setelah pengumuman akuisisi. Bahkan indikasi info bocor sudah muncul sejak UMA April 2025. Semua ini bikin narasi akuisisi terasa lebih seperti window dressing dan skema distribusi saham ke ritel daripada upaya membangun sinergi bisnis.
Ada dua skenario yang mungkin terjadi ke depan. Pertama, skenario optimis, GAIA benar-benar menutup transaksi, jadi pengendali, melakukan tender offer di harga premium, lalu menyuntikkan modal kerja dan mendorong pertumbuhan recurring revenue. Kalau ini terjadi, harga saham bisa kembali naik ke Rp150 sampai 200. Tapi ini hanya bisa terwujud jika semua langkah korporasi berjalan sesuai rencana dan terbukti punya pendanaan. Kedua, skenario pesimis, transaksi gagal, GAIA lepas semua sahamnya, tidak ada tender offer, recurring revenue tetap turun, dan kas makin seret. Dalam skenario ini, saham IOTF bisa amblas ke bawah Rp60 dan investor ritel yang nyangkut di atas Rp150 harus menelan kenyataan pahit. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau menurut pendapat saya, IOTF adalah saham yang penuh potensi red flag dari sisi fundamental maupun aksi korporasinya. Kinerja keuangannya lemah, struktur pasokannya rentan, arus kas negatif, dan valuasinya sudah kelewat premium. Proses akuisisi oleh GAIA juga penuh kejanggalan, dari cara beli saham sampai minimnya transparansi. Tanpa bukti dana yang jelas, tanpa PPJB yang diumumkan, dan tanpa dokumen tender offer, IOTF saat ini tidak bisa dikategorikan sebagai saham yang sehat secara fundamental. Rekomendasi paling rasional saat ini adalah hindari bagi investor berbasis data. Tapi jika ada spekulan yang merasa sanggup menanggung risiko tinggi dan ingin berjudi dengan rumor tender offer, bisa saja ambil posisi recehan di bawah Rp90 dengan stop loss ketat. Tapi ingat, kalau narasi akuisisi ini hanya ilusi, maka ini hanya akan jadi cerita klasik saham recehan yang naik karena harapan dan turun karena realita. Tapi ini hanya pendapat pribadi, dan saya bisa saja salah.
Dalam dunia merger dan akuisisi (M&A), terutama di ranah pasar modal, ada satu aturan tak tertulis yang dipahami semua pemain serius, jika kamu sedang dalam proses negosiasi untuk mengambil alih sebuah perusahaan, kamu tidak boleh sembarangan menyentuh saham perusahaan target di pasar reguler. Kenapa? Karena kamu sedang memegang informasi orang dalam, dan kalau kamu gunakan informasi itu untuk beli atau jual saham, kamu masuk ke ranah insider trading. Tapi anehnya, hal inilah yang justru dilakukan oleh PT Gaia Artha Dinamic (GAIA) dalam rencananya mengakuisisi PT Sumber Sinergi Makmur Tbk (IOTF).
Alih-alih fokus pada proses due diligence dan finalisasi perjanjian jual beli, GAIA malah aktif trading di saham IOTF di pasar reguler, termasuk membeli dalam jumlah besar, lalu menjual sebagian sebelum proses due diligence selesai. Ini bukan cuma tidak lazim, ini benar-benar menyimpang dari standar tata kelola yang sehat.
Secara praktik, kalau kita bandingkan dengan aksi korporasi lain yang pernah terjadi di bursa seperti TOWR mengakuisisi DATA, IBST, dan SUPR, atau EXCL merger dengan FREN, semuanya dilakukan lewat transaksi blok langsung antar pemegang saham, bukan lewat pasar reguler. Bahkan ketika EXCL akuisisi LINK, ADMF ambil alih MFIN, atau CNGR masuk ke PACK, tak satu pun dari mereka terlihat belanja saham selot-selot di pasar. Semua berjalan senyap, tertib, dan bersih. Transaksi besar seperti ini biasanya dikawal oleh klausul non-trading dalam MoU, yang secara eksplisit melarang pihak pembeli maupun penjual melakukan transaksi di pasar terbuka selama proses negosiasi dan uji tuntas berlangsung. Tujuannya jelas, mencegah manipulasi harga, menjaga stabilitas saham, dan menghindari konflik kepentingan.
Lalu, bagaimana dengan sisi legalnya? Tindakan GAIA yang aktif membeli dan menjual saham IOTF selama masa negosiasi dan proses due diligence berpotensi melanggar berbagai ketentuan hukum dan regulasi pasar modal Indonesia. Dalam POJK No. 9/POJK.04/2018 tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka, Pasal 5 ayat (2) menegaskan bahwa pihak yang melakukan pengambilalihan wajib menjaga kerahasiaan informasi dan tidak boleh menggunakan informasi tersebut untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau untuk pihak lain. Artinya, kalau GAIA sudah tahu detail transaksi dan harga akuisisi, lalu tetap beli atau jual saham di pasar reguler, maka itu bisa dianggap penyalahgunaan informasi material non-publik. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Masuk lebih dalam, UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal di Pasal 95 dan 104 secara tegas melarang siapapun yang tergolong orang dalam, termasuk calon pengendali, direksi, penasihat, atau pihak yang mendapat akses informasi penting, untuk memperdagangkan efek berdasarkan informasi tersebut sebelum dipublikasikan. Pelanggaran bisa dikenakan sanksi pidana hingga 10 tahun penjara atau denda Rp15 miliar. Bahkan menurut POJK 31/2015 tentang Keterbukaan Informasi, negosiasi akuisisi seperti ini tergolong fakta material. Jadi selama informasi tersebut belum diumumkan dan proses belum selesai, semua pihak yang terlibat harus diam, tidak trading, dan menjaga integritas proses.
Sayangnya, yang dilakukan GAIA justru sebaliknya. Mereka bukan cuma beli saham di pasar reguler, tapi juga menjual kembali sebagian sahamnya sebelum due diligence selesai dan sebelum ada dokumen PPJB. Padahal dalam surat mereka sendiri kepada OJK dan BEI, GAIA menyatakan akan menjadi pengendali dan melaksanakan tender offer. Tapi di lapangan, mereka berperilaku seperti trader harian, masuk, beli, jual, keluar, tanpa memperhatikan etika korporasi atau stabilitas pasar.
Inilah yang membedakan GAIA dari entitas-entitas lain yang menjalankan aksi M&A dengan penuh kehati-hatian. Dalam praktik global, bahkan di dalam negeri, tidak ada perusahaan serius yang melakukan trading di saham yang sedang mereka akuisisi. Ini bukan hanya soal hukum, tapi soal kredibilitas dan niat. Ketika entitas yang mengaku calon pengendali malah sibuk main saham di pasar saat proses akuisisi berjalan, maka yang muncul bukan kepercayaan, tapi kecurigaan. Apakah mereka benar-benar ingin membangun sinergi jangka panjang? Atau sekadar numpang narasi buat goreng harga lalu kabur?
Maka wajar kalau banyak investor publik merasa ada yang off dalam aksi GAIA–IOTF ini. Karena dalam M&A yang sesungguhnya, pihak yang terlibat biasanya justru menghindari eksposur di pasar selama proses berjalan. Mereka menandatangani perjanjian eksklusivitas, menahan diri untuk tidak menciptakan volatilitas harga, dan memastikan semua berjalan clean. Tapi dalam kasus ini, semua norma itu dilanggar. Kalau niatnya serius, mestinya GAIA fokus ke due diligence, buka data, susun PPJB, dan siapkan pendanaan, bukan malah trading. Jadi kalau kamu merasa ini aneh, kamu tidak sendirian. Ini bukan praktik M&A sehat, ini lebih mirip sandiwara bursa receh. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau yakin sama aksi korporasi ini, monggo dibeli. Kalau tidak yakin, move on cari saham yang lain. Bebas memilih.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$CDIA
1/10
@priustama kalo sy analisa dari orderbook juga udah ketauan om, kebanyakan saham $DIGI digerakin sm bandar" tp beda sm $IOTF.. saran sy kalo udah cuan tp aja
Saya siap nampung:
$LAJU Rp25;
$TOOL Rp15;
$DIGI Rp5.
Nilai trx minimal Rp1jt.
Jumlah lot yang ditawar, silahkan disesuikan.
Kalo minat, silahkan inbox jumlah lot dan sekuritas-nya yaa.
Kalo ada nomor WA-nya juga.
.
.
Thx!
$IOTF $DIGI https://cutt.ly/erUIoIME
🤐🤐
@MFjrul saat ini secara fundamental digi kurang baik. Jadi klo pun bakal naik, itu hanya bisa digerakan oleh Bandar. pertanyaannya Bandar mau kesana kah? klo mau ke $DIGI itu sebuah keputusan spekulatif. balik ke keyakinan masing-masing aja ya. Yang jelas $IOTF sekarang lagi super uptrend. masih bakal terus lanjut naik sampai besok. sscara teknikal dam fundamental cukup bagus🤝
$DIGI beda sama $IOTF.
DIGI secara fundamental emang ga bagus. net loss bahkan. beda sama IOTF ada peningkatan net income yang signifikan di Q1. jangan fear.
hold klo emang yakin iotf secara teknikal lagi supert uptred dan dari sisi fundamental bagus 🤝
$IOTF
Cuma Saran saja
Lebih baik pasang STOP LOSS
daripada di guyur hingga ke Harga 18 seperti $DIGI
sangat penting melihat REKAM JEJAK
$IOTF
Tanya SUHU
saham IOTF Apakah Gak akan menjadi $DIGI.... ?
Ini jika belajar Dari REKAM JEJAK
Soalnya Pengendali nya sama
@endro1606 itumah djarum efek bro nih gaia aja punya saham kalau gak salah $DIGI harganya ancur, walaupun gw gak pegang $IOTF tapi semoga besok terbang dan analisa gw yg salah