Volume
Avg volume
PT Catur Sentosa Adiprana Tbk didirikan pada bulan Desember 1983. Kegiatan usaha Perseroan terbagi menjadi beberapa segmen yaitu Segmen Distribusi Bahan Bangunan, Segmen Distribusi Kimia, Segmen Distribusi Consumer Goods, Segmen Ritel Moderen Bahan Bangunan & Home Improvement (Mitra10), dan Segmen Ritel Moderen Home Furnishings (Atria). Perseroan telah berkembang menjadi perusahaan publik yang telah memiliki 42 cabang distribusi bahan bangunan, 4 cabang distribusi kimia, 38 area distribusi consumer goods, 39 toko ritel moderen Mitra10 (termasuk tambahan 1 toko baru di Banjarmasin juni 2021) dan 13 showroom ritel moderen Atria... Read More
$CSAP sedang dalam fase ekspansi besar, memperluas jaringan Mitra10 untuk memperkuat fondasi pendapatan jangka panjang. Meski harga saham belum optimal, strategi ini menunjukkan ambisi perusahaan untuk scaling up bisnis retail modernnya.
Didukung oleh SCG Thailand, mitra multinasional ternama, CSAP punya potensi sinergi kuat dalam distribusi dan efisiensi rantai pasok. Namun, ekspansi ini menambah beban utang dan biaya operasional, sehingga kinerja tiap toko baru menjadi kunci.
Katalis Positif:
- Ekspansi jaringan Mitra10.
- Dukungan SCG sebagai partner strategis.
- Fondasi revenue jangka panjang sedang dibangun.
Katalis Negatif:
- Beban utang tinggi.
- Efisiensi dan profitabilitas toko baru belum teruji.
baru tau kalo Mitra10 & Atria itu bagian dari $CSAP π€ kalo AJBS bagian dari siapa ya?
random tags $BTCIDR $SP500
$CSAP kalo ke 180 an mungkin bisa mantul kaya pas tahun 2014
kalo ke 85 an kay pas tahun 2010 an jangan lupa pada borong, mungkin itu buttom nya
Hubungan berelasi $CSAP dengan Primagraha Keramindo (PGK) dianggap 'makan dalam' yang merugikan CSAP ?
'Hanya' karena CSAP melakukan banyak pembelian ke PGK yang porsinya bisa 15-20% dari total pembelian CSAP ?
Harus tau dulu PGK itu siapa.
PGK adalah distributor keramik $ARNA
Saham PGK 65% dimiliki oleh ARNA sebagai pengendali.
Sementara 35% saham PGK sisanya dimiliki oleh perusahaan swasta milik Budyanto Totong, yang merupakan pengendali CSAP juga.
Dari situlah muncul 'hubungan berelasi' dan transaksinya dianggap 'transaksi afiliasi'.
Ini pernah dibahas waktu emiten talk dengan ARNA Agustus 2022 lalu yang diselenggarakan Stockbit.
PGK sudah beroperasi 30 tahun sejak 1995. Kalau beneran 'makan dalam' apa iya bisa tahan 30 tahun ? π€
Transaksi besar antara ARNA melalui PGK dengan CSAP, ya karena keramik Arwana memang laku, jadi justru bagus dong π
Soal gak ada harga wajar yang ditampilkan.
Mau gimana cara menampilkannya ? Mau dilampirin price list di laporan keuangan baru dibilang wajar ? Ada-ada aja emang akun cendol ijo satu ini π€£
Sebelum kasih info transaksi pihak berelasi yang bertendensi negatif atau positif, sebaiknya riset dulu historinya, latar belakangnya ya π
Jangan karena ada transaksi berelasi, terus laba merosot, malah langsung dituduh jadi penyebab.
.....................
Penyebab laba CSAP turun sudah saya paparkan pada komentar sebelumnya di atas.
$CSAP Apakah Ada Indikasi Makan Dalam?
Lanjutan dari postingan sebelumnya di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Kalau kita telusuri laporan keuangan CSAP per kuartal I 2025, ada beberapa hal yang menarik untuk diamati soal hubungan mereka dengan vendor vendor utama. Bukan untuk menuduh, tapi lebih ke menggali apakah ada indikasi praktik makan dalam, situasi di mana perusahaan bertransaksi dalam jumlah besar dengan pihak pihak yang punya hubungan dekat, yang secara tak langsung bisa mempengaruhi efisiensi operasional atau margin perusahaan. Dan CSAP, dalam hal ini, memang punya struktur vendor yang layak diamati lebih dalam. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Salah satu nama vendor yang mencolok adalah PT Primagraha Keramindo, yang disebut secara eksplisit sebagai pihak berelasi dalam laporan keuangan. Kenapa penting? Karena selama tiga bulan pertama 2025, pembelian dari vendor ini mencapai Rp572,3 miliar, atau sekitar 14,91 persen dari total beban pokok penjualan (COGS). Artinya, hampir 1 dari setiap 7 rupiah barang dagang CSAP berasal dari satu perusahaan yang punya hubungan khusus dengan mereka. Dan kalau ditambahkan dengan vendor berelasi lainnya seperti PT Kokoh Inti Arebama $KOIN (Rp21 miliar), total transaksi dengan pihak berelasi jadi Rp593,2 miliar, alias 15,45 persen dari seluruh COGS.
Apakah harga barang dari vendor vendor ini wajar dan kompetitif dibanding pasar? Hanya sekedar bertanya π
Sayangnya, di laporan keuangan tidak ada rincian margin per produk atau per vendor. Jadi kita tidak bisa tahu apakah pembelian dari Primagraha dan kawan kawan ini memberi margin lebih baik atau malah lebih tipis dibanding pembelian dari vendor non berelasi.
Yang perlu dicatat adalah perjanjian eksklusif dengan Primagraha berlaku sampai 2026. Artinya CSAP terikat untuk tetap membeli dari vendor ini dalam jangka panjang, tanpa ruang fleksibilitas yang besar.
Tidak ada transparansi soal mekanisme penentuan harga pembelian antar pihak berelasi. Tidak dijelaskan apakah dilakukan dengan perbandingan harga pasar (arm's length) atau tidak.
Vendor berelasi juga menyumbang sisi liability. CSAP mencatat utang usaha kepada pihak berelasi sebesar Rp829,5 miliar, dan bahkan ada yang jatuh tempo lebih dari 90 hari senilai Rp62,2 miliar. Ini artinya hubungan dagang mereka tidak hanya soal beli membeli, tapi juga menyangkut struktur utang.
Kalau dilihat dari kacamata investor, semua fakta ini belum tentu salah atau curang. Tapi ketika sebuah perusahaan membeli lebih dari 15 persen barang dagangnya dari pihak yang berkeluarga, dan tidak menjelaskan apakah harga beli itu wajar, maka wajar juga kalau muncul tanda tanya. Apakah margin perusahaan jadi kecil karena beli dari orang sendiri? Apakah ada potensi shifting margin ke vendor luar struktur bursa?
Jadi, apakah CSAP benar benar makan dalam? Jawabannya belum tentu, dan kita tidak punya bukti untuk menyimpulkan ke arah sana. Tapi kalau ditanya apakah ada indikasi dan pola yang mengarah ke situ? Jawabannya, iya, ada. Baru dugaan, belum ada bukti valid.
Dan karena itulah transparansi menjadi penting. Di mata publik, yang diperlukan bukan sekadar nama vendor dan nilainya, tapi juga jawaban, apakah transaksi ini dijalankan secara wajar dan efisien? Kalau iya, semua tenang. Kalau tidak jelas, ya wajar kalau investor ragu dan harga sahamnya turun pelan pelan, seperti yang sudah terjadi dari 2022 sampai sekarang.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10
$CSAP Perusahaan Kerja Bakti
Lanjutan analisis dari External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Kalau kita lihat laporan keuangan CSAP (PT Catur Sentosa Adiprana Tbk) per Maret 2025 dari ujung ke ujung, hasilnya cukup menyedihkan untuk sebuah perusahaan dengan revenue lebih dari Rp4 triliun per kuartal. Di permukaan, CSAP terlihat seperti perusahaan kuat karena punya aset Rp12,18 triliun, jaringan ritel dan distribusi nasional, dan 8.353 karyawan aktif. Tapi setelah dikuliti lebih dalam, justru kelihatan bahwa semua kemewahan itu tidak menghasilkan apa-apa buat pemegang saham, paling banter secuil laba yang hanya Rp6,38 miliar per kuartal, atau kalau disetahunkan sekitar Rp25,5 miliar. Artinya net profit margin (NPM) cuma 0,17%. Itu artinya dari setiap Rp1.000 penjualan, yang nyangkut sebagai laba bersih hanya Rp1,7. Ini bukan hanya margin tipis, ini margin kritis. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kenapa bisa begini? Jawaban pertamanya ada di struktur biaya yang gemuk dan kaku. Total beban usaha (SGA) mencapai Rp651,7 miliar dalam satu kuartal. Dari situ, gaji dan tunjangan saja sudah Rp260,2 miliar, artinya 40% beban operasional habis buat bayar tenaga kerja. Kalau kita bagi rata, itu artinya satu orang digaji sekitar Rp10,4 juta per bulan. Masalahnya? Laba bersih per karyawan cuma Rp3 juta per tahun. Jadi bisa dibilang, setiap karyawan menghasilkan keuntungan setara dua hari gaji mereka, sisanya, cuma buat nutup biaya dan beban tetap lainnya. Rasio gaji terhadap revenue 6,3%, terhadap gross profit 37%, dan yang paling parah adalah rasio gaji terhadap laba bersih tembus 40x. Bahkan kas dari operasi (CFO) pun hanya Rp89,9 miliar, nggak cukup buat nutup capex sebesar Rp166 miliar, dan makin jauh dari cukup buat bayar payroll tahunan Rp1,04 triliun. Maka struktur gaji di CSAP ini bukan hanya boros, tapi juga nggak sustainable.
Kalau kita bedah per segmen usaha, porsi terbesar revenue (64%) datang dari distribusi bahan bangunan, tapi ini justru segmen dengan margin paling tipis yakni hanya 11,6%. Sebaliknya, segmen ritel punya margin kotor lebih baik, 29,7%, tapi porsinya kecil, hanya 34% dari revenue. Jadinya struktur bisnis CSAP seperti orang jualan barang orang lain, banyak keluar-masuk uang tapi sisa untungnya tipis banget. Dan semua itu masih harus diperas lagi oleh beban sewa, listrik, kebersihan, amortisasi, dan tentu saja bunga utang. Beban bunga per kuartal Rp83,8 miliar. Bayangin, laba usaha mereka Rp89,7 miliar, tapi langsung habis buat bayar bunga. Ini kayak dapet gaji bulanan, tapi habis buat cicilan, listrik, dan pulsa. Hampir nggak ada yang bisa ditabung. Cukup buat beli bakso Pak Toto Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dari struktur keuangan, CSAP juga nggak bisa dibilang sehat. Total liabilitas Rp8,51 triliun, dengan utang berbunga (termasuk lease liability) sebesar Rp4,93 triliun. Kas hanya Rp103 miliar, alias rasio kas terhadap utang berbunga jangka pendek hanya 4%. Dalam bahasa kasarnya, kalau tagihan jatuh tempo, ya harus gali lubang tutup lubang atau renegosiasi. Belum lagi lease liability jangka panjang dari sewa toko dan gudang mencapai Rp1,34 triliun, dan durasi sewa bisa sampai 40 tahun. Iya, empat puluh. Ini bukan kontrak kerja, ini kontrak hidup.
Struktur grup juga semrawut. Anak usahanya lebih dari 12 entitas, dari yang punya aset triliunan sampai yang asetnya cuma Rp5 miliar. Tapi secara kontribusi laba, mayoritas entitas tidak signifikan dan malah hanya menambah biaya konsolidasi dan memperpanjang daftar manajemen. Beberapa anak usaha bahkan hanya dimiliki 40β55% saja, tapi tetap dikonsolidasikan penuh. Ini menambah potensi mismatch antara hasil operasional dan laba entitas induk. Sementara itu, pengendali utamanya (PT Buanatata Adisentosa) punya 32% saham, tapi ada SCG Retail Holding Co. Ltd yang punya 30,89%, jadi secara kepemilikan, CSAP ini tidak dikuasai tunggal. Bisa jadi arah strategi manajemen sering tarik ulur karena kepentingan investor lokal dan asing bisa bertabrakan.
Lalu bagaimana dari sisi valuasi? Sebenarnya ini satu-satunya titik terang. Dengan harga Rp280, valuasi CSAP secara Price to Book Value (PBV) adalah 0,43x. Artinya, kamu beli aset senilai Rp645 per saham hanya dengan Rp280. Tapi valuasi lainnya malah bikin mual. PER berdasarkan Q1 annualized tembus 93x, EV/EBIT sekitar 27,8x, EV/EBITDA nyaris 10x. Deep value investor ala Graham juga akan kabur karena Net Current Asset Value (NCAV) dan Net-Net Working Capital (NNWC) mereka negatif, alias, secara konservatif, kalau dilikuidasi, nilai bersih perusahaan malah minus triliunan. Satu-satunya valuasi yang masih masuk akal adalah Price/CFO sekitar 4,4x, tapi itu pun tidak cukup jika kas itu nggak bisa menutup capex dan gaji. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Jadi CSAP itu seperti kapal besar yang mengangkut banyak barang, banyak orang, tapi mesinnya kecil dan bocor. Revenue besar, tapi margin kecil. Aset besar, tapi return-nya rendah. Gaji besar, tapi laba hampir nggak ada. Yang bagus? Mereka masih hidup, masih punya pelanggan, masih bisa narik revenue triliunan, dan belum rugi. Tapi selama mereka belum merampingkan organisasi, menata ulang struktur anak usaha, menurunkan beban gaji, dan mengubah model bisnis dari pedagang margin tipis menjadi pemilik brand/value creator, maka semua itu akan jadi kapal tua yang jalannya lambat dan penuh tambalan.
CSAP harus berani melakukan restrukturisasi besar. Pangkas jumlah anak usaha yang nggak produktif, tekan beban gaji tanpa mengorbankan efisiensi, dan dorong bisnis yang margin-nya lebih tebal. Kalau tidak, harga sahamnya akan terus ngendon di bawah Rp300, bukan karena undervalued, tapi karena pasar tahu bahwa perusahaan ini gede, tapi nggak nguntungin. Dan pasar tidak menghargai volume. Pasar hanya menghargai nilai tambah.Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10
$CSAP distribusi nggak ada habisnya, nggak berani haki karena ngarep di haka, jualan lot offer tipisΒ² begitu habis di isi lagi π€
$CSAP agresif melakukan investasi aset tetap.
Sepanjang 3M25 sudah nambah Rp 200 miliar Aset Tetap baru.
Ada penambahan signifikan pada peralatan kantor toko gudang Rp 69 miliar.
Ada juga reklasifikasi aset dalam penyelesaian berupa bangunan yang sudah rampung (artinya beban penyusutan mulai berjalan) senilai Rp 111 miliar.
Tapi di sisi lain, aset dalam penyelesaian tetap nambah lagi Rp 107 miliar dalam 3 bulan saja π€
Belum lagi di sepanjang tahun 2024, CSAP juga sudah nambah Rp 1 triliun lebih aset tetap.
Makin banyak aset tetap tentu bikin Beban Penyusutan makin besar.
Tapi ini pertanda CSAP masih ekspansif, tidak menurun secara operasional, walaupun bikin beban operasional bakal naik terus.
Penurunan pendapatan dan laba bisa diduga lebih dikarenakan lesunya keadaan market saat ini.
Tapi dengan ekspansi yang dilakukan, maka ada peluang peningkatan kinerja kalau market pulih.
Tinggal tugasnya adalah bagaimana memastikan Pendapatan meningkat kedepannya, sembari tetap menjaga beban keuangan tidak bengkak.
Beban Operasional naik Rp 63 miliar yoy, namun Rp 33 miliar di antara kenaikan tersebut disumbangkan oleh Beban Penyusutan $CSAP
Artinya sumber utama laba bersih CSAP merosot adalah dari Penyusutan Aset Tetap π€
Pendapatan 3M25 $CSAP turun dibandingkan 3M24, tapi laba kotor tidak turun banyak β
Yang lebih membebani CSAP adalah kenaikan Beban Operasional dan Beban Keuangan yang cukup signifikan β
Untung masih ketolong Pendapatan Usaha Lainnya yang meningkat βοΈ
Monitor Saham $CSAP
Test Resistance 310
https://cutt.ly/3rk1apka
https://cutt.ly/Lrk1apNN
Senin, 05 Mei 2025 [20:35]
Nih laporan segmen $CSAP, tinggal buka laporan keuangan juga bisa kelihatan. Bisnisnya besar di segmen Distribusi
Di segmen retail, CSAP punya Mitra10 (bahan bangunan) dan Atria (furnitur dan aksesoris rumah tangga).
Tapi tentu yang lebih besar kontributor omsetnya masih Mitra10 dibanding Atria.
Margin retail bahan bangunan (toko material) tentu kalah dengan Home Appliances seperti ACES MDIY dkk.
$CSAP bisnis utamanya bukan retail bahan bangunan, tapi distributor.
Selain itu CSAP pun distributor bahan kimia, dan juga distributor consumer goods (P&G, Dua Kelinci, Nutrifood, Kalbe, Johnson & Johnson, Softex, Univenus, Kino, Greenfields, Godrej, dll)
Sebagai distributor, posisinya sangat strategis, dibutuhkan jasanya oleh para prinsipal dan retailer di bawahnya.
Putaran omset besar, tapi jelas margin kecil.
Beda dong dengan ACES yang memang bisnis utamanya retail dan harga jual di store nya wadidaw π