Volume
Avg volume
Perseroan mulai beroperasi secara komersil sejak tahun 2003 melalui pengambilalihaan AMDK dan minuman dengan merek Anda yang diolah dari mata air pegunungan Arjuna di Pandaan, Jawa Timur. Kemudian pada tahun 2004, Perseroan mendirikan pabrik pertamanya di Pandaan dan memproduksi AMDK dengan merek Cleo dengan fokus pemasaran pada daerah Jawa Timur. Sejak saat itu, Perseroan secara konsisten terus melakukan ekspansi usaha dengan mendirikan pabrik dan memperluas area pemasarannya ke daerah di luar Jawa Timur. Saat ini Perseroan telah memiliki 22 Pabrik dan 96 Depo Logistik di bawah PT Sentralsari Primasentosa (perusahaan afiliasi) ... Read More
$CLEO
Jangan pernah neli saham CLEO ini.. Nyangkuuttt Lamaaa bgt, Rugi uang Nganggur lamaaa..
$ARCI $BWPT
Pagi-pagi gini enaknya tarik napas dulu sebelum market mulai gaspol.
Sambil nunggu kopi atau sarapan, coba deh:
š Lirik sebentar arah market pagi ini
š Lihat lagi posisi yang udah diambil ā masih on track atau perlu diatur ulang dikit?
š Tentuin langkah: mau nambah, kunci profit, atau jual tipis-tipis?
š¬ Kalau masih ada yang bikin bingung, tulis aja di kolom komentar. Diskusi bareng tuh bisa bikin kepala lebih adem, nggak gampang kebawa drama market.
š§ Sedikit reminder dari BangAl:
ā
Nggak usah buru-buru ganti strategi kalau arah market belum jelas
ā
Entry pelan-pelan itu aman, bukan tanda ragu
ā
Hati-hati sama sinyal jebakan, apalagi yang ākelihatannyaā mau breakout
šŗ Oh iya, jangan lupa tonton ulang video BangAl di atas biar strategi makin mantap dan nggak cuma ikut-ikutan.
š§ BangAl09
Disiplin itu wajib, Profit itu bonus.
$GOTO $CLEO $AGRO
*News Brief: Catatan Emiten*
11 Agustus 2025 by Primbon Saham
CLEO
Bos Sariguna (CLEO) Jelaskan Penyebab Laba Bersih Semester I/2025 Susut
https://cutt.ly/9rFNOIku
$CLEO
Emiten Hermanto Tanoko (CLEO) Siapkan Operasi Tiga Pabrik Baru Semester II/2025
https://cutt.ly/prFNOIe6
KRYA
KRYA Akuisisi ECGO, Pacu Penjualan 1 Juta Motor Listrik
https://cutt.ly/yrFNOIgu
$BLOG
Ekspansi BLOG Tambah Gudang & Armada, Potensi Laba Ngebut
https://cutt.ly/WrFNOIoY
BWTP
BWPT Pacu Produksi CPO, Operasikan Pabrik Baru
https://cutt.ly/VrFNOIsN
ARKO
Kejar Proyek PLTA Baru, Arkora Hydro (ARKO) Cetak Laba Rp36,9 Miliar per Semester I/2025
https://cutt.ly/CrFNOIyy
BWPT
Saham Sawit Murah, Cuan Jangka Pendek 25% Plus Potensi Dividen
https://cutt.ly/MrFNOIQK
$TLKM
Ada yang Rajin Serok Saham Telkom (TLKM)
https://cutt.ly/5rFNOIRG
$CLEO ayo smangat jualannya, udah mendekati Agustusan, waktunya lomba-lomba, pasti konsumsi air mineral meningkat, belum lagi ada demo pelengseran bupati pati, pasti butuh banyak suplai air mineral
Emiten-emiten terafiliasi konglomerat Hermanto Tanoko telah melaporkan laporan kinerja keuangan perseroan pada paruh pertama 2025. Gurita bisnis milik Hermanto meliputi berbagai sektor, mulai dari produsen cat tembok melalui PT Avia Avian Tbk (AVIA) hingga yang paling baru melantai di BEI dan berger...
katadata.co.id
RadarCuan | Sinyal Saham Hari Ini
Jumat, 8 Agustus 2025
Berikut saham yang terdeteksi berpotensi cuan hari ini:
1. $CLEO
šÆEntry: 580ā590
(boleh langsung masuk atau tunggu koreksi tipis)
šÆTarget: TP 1: 650
⢠TP 2: 800 (kalo breakout kuat)
āļøCutloss: Under 560
2. $TRUS
šÆEntry : 468 - 474
šÆTarget: TP 1: 495
⢠TP 2: 520
āļøCutloss: 454
Disclaimer ON ā ļø#DYOR
Gunakan manajemen risiko. Ini bukan ajakan beli, tapi panduan dari analisa teknikal 495.
Pantau terus update harian jam 08:30 WIB. Semoga cuan maksimal!
Radar aktif, cuan produktif!ššš„
$COIN
$DEPO LK Q2 2025: Tancorp Connection
Diskusi hari ini di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
PT Caturkarda Depo Bangunan Tbk atau yang lebih dikenal dengan DEPO bukan sekadar toko bahan bangunan biasa. Di balik toko-toko raksasanya yang tersebar di berbagai kota besar di Indonesia, tersimpan model bisnis ritel modern yang berfokus pada efisiensi rantai pasok, optimalisasi aset, dan strategi manajemen kas yang cerdas. Perusahaan ini berdiri sejak 1996, resmi melantai di Bursa Efek Indonesia pada 2021, dan kini beroperasi dengan satu entitas anak utama, PT Megadepo Indonesia (MI), yang memperluas jangkauan dan kapasitas bisnis secara nasional. Lokasi pusatnya di Tangerang jadi pusat kendali dari lebih dari selusin cabang strategis di Jawa dan Sumatera.Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Model bisnis DEPO cukup khas. Mereka tidak memproduksi barang, tapi fokus pada penjualan ritel bahan bangunan dan produk finishing. Sumber barang berasal dari vendor-vendor besar seperti PT Nipsea Paint, PT Propan Raya, PT ICI Paints, PT Surya Pertiwi, hingga PT Jotun Indonesia. Grup juga menjalin hubungan erat dengan pihak-pihak berelasi seperti PT Catur Sentosa Adiprana, PT Kokoh Inti Arebama, dan PT Tirtakencana Tata Warna. Tidak tanggung-tanggung, hampir 13% dari total pembelian berasal dari pihak-pihak yang terkait, baik melalui pemegang saham, afiliasi, atau manajemen kunci. Ini bisa jadi kekuatan karena ada sinergi harga dan pasokan, tapi juga bisa menimbulkan risiko jika tidak dikelola transparan.
Pelanggan DEPO sangat beragam, mulai dari individu pemilik rumah hingga kontraktor. Penjualan dominan dilakukan secara tunai atau menggunakan kartu, artinya piutang tidak menjadi persoalan besar. Mereka bahkan punya program loyalitas yang memungkinkan pelanggan mengumpulkan poin dan menukar hadiah, dan ini dicatat sebagai liabilitas kontrak sampai poin tersebut ditukarkan. Nilai uang muka dari pelanggan juga cukup signifikan, mencapai lebih dari Rp25 miliar per Juni 2025. Menariknya, kontribusi penjualan ke pihak berelasi hanya 0,01%. Ini menandakan bahwa DEPO beroperasi dengan basis pelanggan ritel massal yang luas, bukan sekadar menjual ke grup sendiri. Ini kabar baik karena basis pelanggan yang tersebar membuat perusahaan tidak bergantung pada segelintir pembeli.
Dari sisi operasional, DEPO punya sejumlah perjanjian penting. Mereka menyewa tanah dan bangunan untuk toko-tokonya dengan masa sewa antara 2 hingga 21 tahun, dan beberapa perjanjian sewa dilakukan dengan entitas berelasi. Tidak hanya itu, mereka juga bekerja sama dengan SCG dari Thailand untuk suplai barang impor dan penyewaan sistem ERP. Semua ini menunjukkan bahwa perusahaan cukup serius membangun ekosistem ritel yang stabil dan terintegrasi, meski dengan sejumlah perjanjian yang melibatkan pihak afiliasi.
Secara legal, tidak ada perkara besar yang membayangi. Mereka memang pernah dikenai denda pajak Rp600 juta untuk tahun pajak 2020, dan ada sedikit selisih restitusi pajak penghasilan anak usaha pada 2021, tapi keduanya berskala kecil dan telah diselesaikan. Tidak ada indikasi kasus hukum material yang bisa mengancam going concern perusahaan ini.Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Dari sisi kinerja keuangan, penjualan tumbuh 4,65% yoy menjadi Rp1,368 triliun di semester I 2025. Ini masih menunjukkan permintaan yang sehat, didorong bahan bangunan sebesar 58% dan bahan finishing 39%. Laba bruto naik 5,92% menjadi Rp276 miliar, lebih tinggi dari pertumbuhan penjualan, dengan margin bruto sedikit meningkat dari 19,95% menjadi 20,19%. Artinya, perusahaan masih cukup efisien dalam mengelola harga pokok penjualan.
Namun masalah utama dalam profitabilitas bukan datang dari top line, melainkan dari beban operasional yang melonjak. Secara keseluruhan, total beban usaha atau operating expenses yang terdiri dari beban penjualan dan beban umum-administrasi meningkat dari Rp221,08 miliar per Juni 2024 menjadi Rp247,26 miliar per Juni 2025, atau naik sekitar 11,8 persen. Ini pertumbuhan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan penjualan yang hanya 4,65 persen, dan menjadi penyebab utama anjloknya laba usaha. Kategori beban ini dalam laporan konsolidasian diklasifikasikan secara jelas menjadi beban penjualan dan beban umum-administrasi.
Untuk beban penjualan saja, kenaikannya sangat mencolok, dari Rp174,71 miliar menjadi Rp199,81 miliar, naik 14,36 persen. Kontributor utama kenaikan ini adalah biaya gaji dan tunjangan yang melonjak dari Rp105 miliar menjadi Rp114,18 miliar, serta depresiasi dan amortisasi aset tetap yang naik dari Rp11,37 miliar menjadi Rp19,49 miliar. Beban depresiasi hak guna (sewa) juga naik dari Rp8,42 miliar menjadi Rp8,59 miliar. Selain itu, biaya keamanan dan kebersihan melonjak dari Rp9 miliar menjadi Rp11,16 miliar, sementara biaya listrik, air, dan telepon naik signifikan dari Rp8,45 miliar menjadi Rp10,36 miliar. Kenaikan ini mencerminkan mungkin ada perluasan gerai, kenaikan tarif listrik atau layanan, atau peningkatan aktivitas operasional yang tidak dibarengi kontrol biaya yang ketat. Biaya promosi dan iklan juga naik dari Rp5,5 miliar menjadi Rp6,71 miliar, artinya perusahaan agresif di sisi pemasaran. Beban perawatan juga naik menjadi Rp6,19 miliar dari sebelumnya Rp4,93 miliar. Satu-satunya komponen yang stabil adalah biaya administrasi kartu kredit yang hanya naik tipis dari Rp5,03 miliar menjadi Rp5,18 miliar, sementara manfaat karyawan pasca kerja justru sedikit turun dari Rp5,53 miliar menjadi Rp5,29 miliar.Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Sementara itu, beban umum dan administrasi naik lebih ringan, dari Rp46,36 miliar menjadi Rp47,45 miliar atau hanya naik sekitar 2,34 persen. Kenaikan ini mayoritas berasal dari gaji dan tunjangan juga, yang naik dari Rp33,85 miliar menjadi Rp36,45 miliar. Biaya profesional justru turun dari Rp2,69 miliar menjadi Rp2,33 miliar, sementara depresiasi aset tetap dan aset tak berwujud juga sedikit turun. Beban perawatan naik dari Rp1,13 miliar menjadi Rp1,21 miliar, dan beban hak guna naik dari Rp569 juta menjadi Rp681 juta. Totalnya masih tergolong terkendali, tapi komponen gaji tetap mendominasi. Ini menunjukkan bahwa tekanan margin terutama datang dari sisi operasional langsung di toko dan aktivitas penjualan, bukan dari sisi korporat atau manajemen pusat.
Dengan semua komponen ini, maka tidak mengherankan jika laba usaha jeblok 27 persen dari Rp39,73 miliar ke Rp29,01 miliar. Margin laba usaha tergerus dari 3,04 persen menjadi hanya 2,12 persen. Penurunan ini menunjukkan bahwa meskipun ada pertumbuhan penjualan dan margin kotor sedikit membaik, struktur biaya penjualan yang boros membuat profitabilitas inti terganggu. Beban-beban yang mestinya scalable dengan pertumbuhan penjualan, justru tumbuh jauh lebih tinggi, mengindikasikan masalah efisiensi.
Pos pendapatan lain-lain yang berasal dari sewa ruang, pendapatan parkir, kafe, dan penghasilan lain dari pemanfaatan aset naik hampir 50 persen menjadi Rp19,79 miliar. Inilah yang menyelamatkan laba bersih agar tidak ikut terjun bebas seperti laba usaha. Dengan adanya kontribusi pendapatan non-core yang kuat, laba bersih hanya turun 3,75 persen menjadi Rp38,5 miliar. Margin laba bersih sedikit turun ke 2,81 persen dari sebelumnya 3,06 persen. EPS juga turun tipis dari Rp5,89 ke Rp5,67. Jadi walaupun kinerja operasional melemah, bottom line masih bisa dipertahankan dengan cukup baik, berkat optimalisasi sumber pendapatan non-core.Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Dari sisi neraca, total aset tumbuh tipis 1,5% menjadi Rp2,30 triliun. Yang menarik, kas dan setara kas melonjak drastis 280% menjadi Rp210 miliar, sedangkan deposito berjangka malah turun lebih dari Rp130 miliar. Ini bukan sulap, tapi dijelaskan lewat laporan arus kas. Arus kas operasi berubah dari minus Rp40 miliar menjadi positif Rp47 miliar, didorong kenaikan penerimaan dari pelanggan yang naik dari Rp1,327 triliun ke Rp1,405 triliun, serta pembayaran pajak yang berubah jadi arus masuk karena restitusi. Ini menunjukkan perbaikan kinerja kas yang sangat kuat.
Arus kas investasi juga berbalik arah, dari minus Rp113 miliar menjadi positif Rp76 miliar, akibat pencairan deposito berjangka. Jadi sebenarnya kas melonjak bukan karena laba besar, tapi karena perusahaan cairkan simpanan dan operasi kas mulai membaik. Arus kas pendanaan tetap positif meski lebih kecil, menunjukkan perusahaan masih menerima pinjaman tapi tidak dalam jumlah besar. Capex atau belanja modal untuk aset tetap sebesar Rp59,56 miliar, lebih kecil dibanding tahun lalu, menandakan proyek-proyek besar sebelumnya sudah rampung dan kini tinggal menyelesaikan pembangunan yang sudah berjalan.
Modal kerja bersih masih positif di atas Rp400 miliar. Persediaan sedikit turun menjadi Rp758 miliar, dan piutang tidak terlalu besar, menandakan rotasi kas yang cukup cepat. Rasio lancar sebesar 1,59x menunjukkan likuiditas aman. Bahkan jika hanya dihitung dari kas saja, perusahaan bisa melunasi seluruh utang bank jangka pendeknya yang hanya Rp93 miliar. Artinya, tidak ada tekanan likuiditas jangka pendek yang berarti.
FCF atau arus kas bebas masih negatif sekitar Rp12 miliar karena capex masih lebih besar dari kas operasi. Tapi tren ini bisa berubah jika arus kas operasi terus membaik di semester kedua, dan jika capex melandai setelah proyek selesai. Secara teknis, perusahaan tidak kesulitan bayar utang, punya posisi kas kuat, dan tidak tergantung pada pendanaan eksternal berlebihan.
Risiko suku bunga tetap ada karena sebagian pinjaman menggunakan bunga mengambang. Namun manajemen menyatakan akan mengganti dengan bunga tetap jika diperlukan. Risiko kredit minim karena mayoritas penjualan dilakukan secara tunai. Risiko likuiditas juga sangat rendah. Bahkan rasio utang terhadap ekuitas (DER) hanya sekitar 0,75x, menunjukkan struktur modal yang sehat. Kepatuhan terhadap kovenan pinjaman bank juga terjaga baik.Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Jadi apakah perusahaan ini baik-baik saja? Jawabannya iya, tapi ada beberapa catatan. Pertumbuhan penjualan masih sehat, margin kotor stabil, arus kas operasi membaik drastis, dan posisi kas sangat kuat. Namun tekanan utama datang dari beban penjualan yang melonjak, menekan laba usaha dan menurunkan profitabilitas inti. Selain itu, ketergantungan pada pendapatan non-core seperti sewa dan kafe juga bisa jadi risiko jika pendapatan tersebut tidak stabil. Untuk jangka panjang, DEPO perlu mengendalikan beban operasional dan memastikan investasi capex menghasilkan peningkatan pendapatan yang sepadan.
Potensi bangkrut bisa dibilang sangat kecil. Tapi untuk unlock nilai maksimal, perusahaan harus fokus pada efisiensi beban penjualan, mempertahankan kinerja arus kas, dan menggunakan kas berlebih secara strategis. Misalnya, bisa dipakai untuk ekspansi toko, meningkatkan program loyalitas yang efektif, atau bahkan buyback saham jika harga undervalued.
Intinya, DEPO bukan perusahaan yang sedang dalam bahaya. Mereka justru sedang dalam proses konsolidasi dan transisi menuju operasi yang lebih efisien dan berbasis kas. Jika semua ini berhasil dijalankan, potensi reward untuk investor bisa sangat menarik dalam jangka menengah. Tapi kalau beban tetap membengkak tanpa pertumbuhan top line yang sepadan, profitabilitas bisa terus tertekan. Pilihannya kembali ke manajemen, mau efisiensi atau terus bakar biaya demi pertumbuhan. Sebagai investor, yang kita butuhkan adalah konsistensi dalam mengubah pertumbuhan penjualan menjadi laba dan arus kas, bukan hanya sekadar membesar di atas kertas.
Kalau kita menilai saham DEPO di harga Rp200 per lembar, yang terlihat sekilas murah justru menyimpan teka-teki menarik. Valuasi DEPO ternyata tidak se-enteng labelnya sebagai ritel bahan bangunan yang konservatif. Kita bongkar satu per satu supaya kelihatan jelas apakah harga sekarang terlalu mahal, terlalu murah, atau memang pas di tengah.
Pertama kita mulai dari nilai pasarnya. Dengan jumlah saham beredar 6,79 miliar lembar, maka kapitalisasi pasar DEPO saat ini ada di angka Rp1,358 triliun. Ekuitas per Juni 2025 tercatat Rp1,319 triliun, artinya nilai bukunya per saham sekitar Rp194,29. Dengan harga saham Rp200, maka Price to Book Value alias PBV-nya ada di kisaran 1,03x. Artinya apa? Harga saham hanya sedikit di atas nilai bukunya, dan itu biasanya dianggap wajar bahkan menarik untuk bisnis ritel berbasis aset seperti DEPO yang punya toko fisik, inventori besar, dan tanah atau bangunan.Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Tapi lain cerita kalau kita pakai kacamata earnings. Laba bersih enam bulan pertama tahun ini sekitar Rp38,5 miliar, yang kalau disetahunkan jadi Rp77 miliar. PER-nya berarti 17,64x. Ini angka yang tidak kecil, apalagi kalau dibandingkan dengan fakta bahwa laba justru menurun 3,75% dibanding periode yang sama tahun lalu. Jadi kalau pakai tolok ukur PER ideal 15x, DEPO di harga Rp200 itu agak mahal. Harusnya kalau pengen PER 15x, harga sahamnya idealnya hanya Rp170-an.
Arus kas dari operasi selama enam bulan mencapai Rp47,25 miliar. Disetahunkan, jadi sekitar Rp94,5 miliar. Kalau dibandingkan dengan market cap, maka rasio harga terhadap kas dari operasi (P/CFO) adalah 14,37x. Lumayan ketat. Apalagi kalau kita bandingkan dengan capex atau belanja modal yang disetahunkan mencapai Rp119 miliar. Maka free cash flow (FCF)-nya negatif sekitar Rp24 miliar. Ini mengkonfirmasi bahwa DEPO lagi ekspansi besar dan memang butuh dana untuk selesaikan proyek pembangunan. FCF negatif bukan berarti jelek, tapi kalau berlangsung lama tanpa dampak ke laba, bisa jadi alarm.
Sekarang kita cek dari sisi Enterprise Value. Total utang bank DEPO per Juni 2025 adalah Rp212 miliar, dan kasnya Rp210 miliar. Jadi net debt hampir netral. Enterprise Value (EV) jadinya hampir sama dengan market cap, yaitu Rp1,36 triliun. Kalau dibandingkan dengan EBITDA tahunan yang kira-kira Rp120 miliar, maka EV/EBITDA-nya 11,32x. Angka ini cukup tinggi untuk sektor ritel, yang idealnya EV/EBITDA ada di bawah 10x. EV/Sales-nya di angka 0,50x, artinya harga sekarang setara dengan 50% dari total penjualan tahunan. Ini justru menarik, karena valuasi terhadap omzet masih tergolong rendah.
Sekarang masuk ke sisi return. ROE tahunan berdasarkan laba neto yang disetahunkan dibandingkan dengan ekuitas hanya sekitar 5,84%. Ini masih jauh dari angka 10% yang biasanya dianggap sehat. Artinya, setiap Rp1 ekuitas hanya menghasilkan 5,8 sen laba bersih per tahun. Ini bukan tragedi, tapi juga belum jadi cerita sukses. Untuk mewujudkan valuasi ideal seperti PBV 1,5x dan PER 15x, DEPO harus tingkatkan ROE ke 10%. Caranya? Ya tidak lain tidak bukan dengan menaikkan laba bersih secara signifikan. Target kasarnya, laba harus naik sekitar 71% dari posisi sekarang, jadi sekitar Rp132 miliar per tahun. Ini bukan pekerjaan ringan, apalagi di tengah tekanan beban penjualan yang naik tinggi.
Kalau mau sampai ke sana, DEPO harus mulai dari efisiensi. Beban penjualan sekarang membengkak, terutama dari gaji, depresiasi aset, listrik, keamanan, dan promosi. Perlu strategi digitalisasi, optimalisasi tenaga kerja, serta manajemen inventori yang lebih ketat. Pemanfaatan ERP yang mereka adopsi dari Siam Global House bisa dimaksimalkan untuk tracking supply chain dan logistik.Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Lalu dari sisi investasi, proyek pembangunan toko baru yang diprediksi selesai November 2025 harus segera bisa mendatangkan penjualan tambahan. Jangan sampai capex besar cuma menghasilkan penurunan margin. ROI dari toko baru itu harus segera kelihatan. Kalau berhasil, ini bisa langsung dorong laba dan arus kas. Kalau gagal, FCF bisa terus negatif, dan valuasi akan terus ditekan pasar.
DEPO juga masih punya ruang memperbaiki struktur modal. Dengan beban utang yang masih terkendali dan kas yang cukup, perusahaan bisa lebih agresif dalam membayar utang atau menahan dividen sementara untuk membiayai ekspansi tanpa perlu utang tambahan. Mereka juga bisa mulai monetisasi aset non-core seperti ruang sewa atau lahan idle untuk menghasilkan recurring income seperti pendapatan sewa yang kini menyumbang cukup besar di laporan laba rugi.
Dari sisi investor, valuasi Rp200 saat ini adalah titik tengah yang menarik. Kalau fokusnya adalah stabilitas dan valuasi terhadap aset, ini bisa jadi entry point yang wajar. Tapi kalau yang dicari adalah pertumbuhan dan ROE tinggi, maka DEPO masih harus membuktikan. Kalau manajemen berhasil naikkan laba, dorong ROE ke atas 10%, dan FCF jadi positif, maka harga saham wajar untuk naik ke atas Rp291 per lembar, sesuai target PBV 1,5x. Tapi kalau gagal dan profit tetap stagnan, maka harga bisa koreksi balik ke Rp170-an mengikuti target PER 15x.
Singkatnya, harga Rp200 sekarang itu fair value dalam masa transisi. Bisa jadi undervalued kalau growth berhasil. Bisa jadi overvalued kalau laba tetap seret. Semua tergantung apakah ekspansi besar mereka bisa diubah jadi kinerja nyata. Buat investor, ini bukan saham turnaround, tapi saham yang lagi ujian akuntabilitas ekspansi. Kalau manajemen lulus, upside-nya besar. Kalau gagal, ya cuma dapat toko gede tapi margin tipis.
Kalau kita lihat lebih dekat struktur kepemilikan dan pihak-pihak berelasi dalam DEPO, ternyata peta kekuasaan di dalamnya cukup menarik. Di permukaan, DEPO tidak punya satu pengendali tunggal. Tidak ada satu pun pemegang saham yang menguasai lebih dari 50%. Tapi kalau kita lihat lebih dalam, ternyata kepemilikan dan struktur hubungan di balik layar sangat terpusat pada segelintir tokoh dan entitas, terutama satu nama, Kambiyanto Kettin.
Pak Kambiyanto ini bukan orang sembarangan. Ia adalah Presiden Direktur DEPO dan juga pemegang saham langsung sebesar 22,74%. Artinya, dia bukan cuma operator yang menjalankan bisnis sehari-hari, tapi juga investor utama yang ikut menikmati dan menentukan arah keuntungan perusahaan. Lebih dari itu, dia juga punya relasi bisnis dengan perusahaan, termasuk adanya piutang usaha dari dia secara pribadi. Ini menandakan hubungan yang tidak hanya bersifat kepemilikan dan manajerial, tapi juga operasional dan keuangan langsung. Dalam sistem seperti ini, peran beliau sangat sentral dan potensi benturan kepentingan juga perlu diperhatikan.Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Lalu ada Johnny Liyanto yang juga menjabat sebagai Direktur dan punya saham kecil sekitar 0,76%. Meski kecil, perannya penting karena dia termasuk orang lama yang ikut dalam transaksi historis DEPO termasuk ketika perusahaan membeli PT Megadepo Indonesia dari dia. MI sendiri adalah anak usaha utama yang sekarang dimiliki hampir 100% oleh DEPO dan menjalankan sebagian besar operasional ritel. Artinya, kalau MI goyah maka kinerja keuangan DEPO sebagai induk juga langsung terdampak. MI ini ibarat mesin utama dan laporan keuangan konsolidasinya sangat tergantung pada performa anak ini.
Di luar individu, struktur pemegang saham juga menarik. Ada empat pemegang saham besar yaitu PT Buanatata Adisentosa dan PT Tancorp Surya Sukses masing-masing punya 23,50%, lalu ada Global House International Company Limited dari luar negeri dengan 22%. Gabungan mereka bertiga ditambah Kambiyanto Kettin membentuk blok pengendali informal dengan total 91,74% saham. Meskipun tidak ada satu pun dari mereka yang mayoritas, secara kolektif mereka bisa menentukan semua keputusan penting dalam RUPS. Dari pemilihan direksi, pembagian dividen, penambahan modal, hingga perubahan anggaran dasar, semua bisa dikunci oleh empat pihak ini kalau mereka sepakat.
DEPO juga memiliki jaringan transaksi besar dengan entitas berelasi. Banyak vendor dan penyedia barang yang punya hubungan manajemen atau kendali bersama. Sebut saja PT Suryaprabha Jatisatya, PT Tirtakencana Tata Warna, PT Catur Sentosa Adiprana, PT Palma Conte Mas, dan PT Kokoh Inti Arebama. Ini semua adalah pemasok besar DEPO. Bahkan, pembelian dari pihak-pihak berelasi ini mencapai hampir 13% dari total pembelian. Belum lagi urusan sewa menyewa gedung dan tanah yang juga dilakukan dengan entitas seperti PT Bahtera Tiara Gemilang dan PT Royal Realty. Ada juga PT Sariguna Primatirta Tbk $CLEO yang menjadi pemasok sekaligus pemberi sewa bangunan.
Semua transaksi ini dicatat secara eksplisit dalam laporan keuangan termasuk di catatan 17 yang merinci nilai piutang, utang usaha, beban sewa, sampai liabilitas sewa yang berasal dari pihak-pihak ini. Memang pencatatan ini membuat semuanya lebih transparan, tapi tetap harus jadi perhatian investor karena relasi semacam ini bisa membawa risiko jika tidak dikontrol dengan baik, apalagi jika harga atau syaratnya tidak setara dengan transaksi independen. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dari semua struktur ini, siapa yang paling penting? Kalau bicara kekuatan langsung, jelas Pak Kambiyanto yang memegang banyak peran sekaligus. Tapi kalau kita bicara dari sisi operasional dan keberlanjutan bisnis, maka MI sebagai anak usaha adalah entitas yang paling krusial. Tanpa performa MI, DEPO sebagai grup tidak punya mesin laba. Dan kalau kita bicara soal kekuatan finansial dan kontrol strategis jangka panjang, maka empat pemegang saham besar, dua lokal, satu individu, dan satu asing, adalah kekuatan utama yang menentukan arah perusahaan ini.
DEPO adalah perusahaan yang tampak tersebar kepemilikannya, tapi sebenarnya sangat terpusat pengaruhnya. Ada kekuatan besar dari individu yang juga bertindak sebagai manajemen, ada anak usaha yang jadi pusat operasional, dan ada konsorsium pemegang saham besar yang bisa bertindak sebagai pengendali kolektif. Bagi investor, ini penting untuk dipahami karena setiap kebijakan strategis perusahaan, baik yang berdampak pada laba maupun aksi korporasi, pada akhirnya akan mengalir melalui simpul-simpul kekuasaan ini.Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/6
News Update
š IHSG sesi I ditutup melemah 0,01% ke 7,514.
š Trump ancam memberikan tarif tinggi untuk negara yang berani beli minyak dari Rusia.
š Danantara mendorong proyek jumbo panas bumi Pertamina-PLN senilai Rp88,49T.
š Ada transaksi Crossing jumbo di saham Prajogo Pangestu $CUAN senilai Rp1,45T.
š $CLEO catatkan laba bersih Rp207,54M pada semester I/2025, turun 9,70% secara YoY.
š ADHI bersama PLN dan Pemkot Jakarta Timur resmikan SPKLU di Ciracas.
š BEI menggembok sementara perdagangan saham IRSX hari ini.
š Gelar RUPSLB, $PART minta restu rencana penjaminan aset perseroan atas kredit Bank BCA.