Volume
Avg volume
PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk adalah suatu perseroan terbatas yang bergerak di bidang industri pengolahan minyak nabati dan minyak nabati spesialitas yang digunakan untuk industri makanan dan minuman. Produk yang dihasilkan yaitu minyak kelapa sawit beserta produk-produk turunannya, biji tengkawang, minyak tengkawang dan minyak nabati spesialitas. Selain itu Perusahaan juga bergerak dalam usaha bidang perdagangan lokal, ekspor, impor; perdagangan hasil bumi, hasil hutan; melakukan perdagangan barang-barang keperluan sehari-hari; bertindak sebagai grosir, distributor, leveransir, eceran dan lainya.
$CEKA https://cutt.ly/IrjetZKI $IHSG $ANJT
Lahan $AALI begitu begitu aja ya 5 tahun terakhir.
Murah mana dibandingkan $TBLA dan $CEKA ?
https://cutt.ly/MrhQVssm
$CEKA
Daily chart.
R 2340.
S 2160.
Yukkk bantu follow akun ini untuk analisis saham selanjutnya 😉
Random tag: $CUAN $BNLI
berapapun EPS dividen ya 100 perak🤭
kalau yg kek gini akan sideway aja harganya selamanya.. banyak contoh di $IHSG
misal $INDF
$CEKA
@silurs sudah dibahas di atas. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
$CEKA $CBDK $CNKO
$CEKA Laba Q1 2025 Meroket?
Request salah satu user Stockbit bukan di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Laporan keuangan CEKA untuk kuartal pertama tahun 2025 ini tampil gemilang, tapi bukan berarti kita langsung terbuai. Laba bersih yang melonjak hampir dua kali lipat dibanding tahun lalu memang bikin kening terangkat, dari Rp50,3 miliar jadi Rp98,6 miliar. Tapi angka besar di laporan laba rugi itu nggak akan berarti apa-apa kalau nggak ditelusuri asal-usulnya. Nah, kalau kita bedah satu per satu, kinerja CEKA kali ini bukan sulapan, bukan pencitraan, tapi memang hasil dari bisnis utama yang bekerja sebagaimana mestinya—dan bahkan dengan efisiensi yang membaik. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Penjualan mereka naik 34% jadi Rp2,27 triliun. Produk utamanya? Itu-itu aja: minyak laurik dan turunannya. Mereka nggak macam-macam buka lini usaha baru yang aneh-aneh. Nggak ada manuver revaluasi aset, nggak ada penjualan aset non-produktif, dan nggak ada investasi dadakan ke instrumen derivatif berisiko. Semua datang dari satu segmen yang sama, dan angka penjualannya tumbuh sehat. Di sisi lain, beban pokok penjualannya "cuma" naik 32%. Dengan begitu, margin kotor mereka naik dari 5,6% ke 6,9%. Naiknya tipis memang, tapi dampaknya besar kalau volume penjualannya jumbo. Artinya, bukan cuma jualan lebih banyak, tapi juga lebih efisien—mereka bisa mempertahankan atau malah sedikit menaikkan margin di tengah tekanan harga bahan baku yang volatil.
Yang lebih keren lagi, biaya penjualan dan administrasi hanya naik 3,4%. Jadi, di saat penjualan tumbuh 34%, biaya marketing dan administrasi nggak ikut-ikutan meledak. Ini bukan efisiensi ecek-ecek, ini bukti manajemen bisa jaga pengeluaran dengan rapi. Efeknya langsung terasa di laba operasi yang melejit ke Rp120 miliar, naik lebih dari dua kali lipat. Dan perlu diingat, ini belum termasuk pendapatan non-operasional. Jadi operasional murni mereka udah cukup nyetak untung gede, bahkan sebelum ditambah "bonus-bonus" dari sumber lain.
Pendapatan non-core-nya gimana? Masih wajar. Ada pendapatan bunga dari deposito sekitar Rp5,9 miliar, ditambah sedikit dari penjualan scrap spare part dan keuntungan selisih kurs. Totalnya sekitar Rp11 miliar, atau cuma 8% dari total laba sebelum pajak. Jadi nggak ada cerita CEKA untung besar karena jual pabrik tua atau karena revaluasi properti. Semua pendapatan di luar operasional yang masuk masih dalam batas masuk akal dan sifatnya minor. Jadi kalau kita bicara "laba bersih", ya ini beneran "bersih" dari keanehan—nggak ada sulap, nggak ada manipulasi. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Tapi yang paling bikin adem itu bukan cuma laba, melainkan cashflow. Arus kas dari operasi tercatat Rp221 miliar. Jadi laba Rp98 miliar itu bukan cuma angka manis di laporan, tapi beneran ada uang masuk dua kali lipat dari itu. Kas dan setara kas melonjak jadi Rp683 miliar, ditambah deposito Rp24 miliar. Totalnya tembus Rp707 miliar. Dan menariknya lagi, perusahaan ini nggak pakai utang berbunga. Mereka punya fasilitas kredit dari bank, tapi belum dipakai sama sekali. Jadi posisi kas lebih besar dari utang—alias mereka net cash, bukan net debt. Ini kondisi ideal yang jarang ditemui di perusahaan-perusahaan sektor manufaktur yang biasanya boros belanja capex dan overdraft sana-sini.
Aset total naik dari Rp2,39 triliun ke Rp2,59 triliun, dan itu mayoritas dari kas, persediaan, dan sedikit tambahan piutang. Ekuitas ikut naik, terdongkrak langsung oleh laba ditahan dari kuartal ini. Sementara liabilitas memang naik, terutama dari utang usaha pihak ketiga dan afiliasi. Tapi selama nggak ada bunga dan masih dalam rentang jatuh tempo normal, itu bukan masalah—bahkan bisa dibilang efisien karena mereka memanfaatkan kredit usaha dari relasi grup Wilmar.
Soal pihak berelasi, memang transaksi CEKA lumayan besar. Piutang ke afiliasi Rp428 miliar, dan utang ke afiliasi Rp354 miliar. Tapi tidak ada indikasi mark-up atau transaksi nyeleneh. Semua pakai metode saldo bersih antar entitas Wilmar dan rata-rata dibayar dalam waktu 90 hari. Nggak ada piutang macet, nggak ada catatan kredit macet atau kehilangan uang karena gagal tagih. Jadi meski besar, transaksi antar pihak berelasi ini masih terlihat sehat dan tidak manipulatif.
Lalu risiko? Ada, pasti. Namanya juga bisnis ekspor. Kalau nilai tukar rupiah jeblok 10% terhadap dolar, CEKA bisa rugi kurs sekitar Rp10 miliar. Dan kalau suku bunga naik 100 basis poin, pengaruhnya ke pendapatan bunga mereka bisa sekitar Rp6-7 miliar. Tapi itu risiko wajar buat perusahaan yang pegang kas gede dan transaksi global. Lebih bahaya kalau mereka nekat hedging pakai derivatif dan salah posisi. Tapi CEKA nggak kayak gitu. Mereka lebih pilih pakai kontrak fisik forward jangka pendek untuk lindungi posisi beli bahan baku—lebih aman, lebih terkendali.
Gugatan hukum? Nggak ada. Kontinjensi? Nggak ditemukan. Provisi misterius yang biasanya diselipin di CALK halaman belakang? Nihil. Masalah operasional? Yang paling besar ya risiko harga minyak laurik dan fluktuasi nilai tukar. Tapi itu bukan "masalah" yang bisa bikin bangkrut—lebih ke dinamika pasar yang semua perusahaan di sektor ini hadapi. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau dilihat dari semua ini, CEKA memang tampil kinclong di Q1 2025. Tapi hati-hati, laporan keuangan bagus belum tentu bebas dari manipulasi. Tapi CEKA masih lolos dari tuduhan itu. Nggak ada revaluasi aset yang mencurigakan. Nggak ada pembengkakan piutang relasi. Nggak ada arus kas yang janggal. Semua yang tertulis di laporan keuangan masih masuk akal, nyambung antar akun, dan cash-nya benar-benar masuk. Boleh dibilang, ini salah satu contoh langka di mana perusahaan mencetak laba, memegang kas besar, nggak punya utang, dan nggak ada cerita aneh di belakangnya. Sebuah ironi di tengah banyaknya laporan keuangan yang penuh tabir asap.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/6
@DuitAja haha iya sebenarnya sih klo di lihat Laporan Keuangan Q4 yang saya baca penjualan juga sudah menyasar ke biodiesel loh.
Ke PT wilmar BioEnergi Indonesia.
Jadi Komponen yang dijual sangat variatif juga oleh $CEKA.
untuk dividen semua kembali ketangan manajemen nya ya.
Saya rasa ini saat nya yang tepat.
$CEKA - $TOTL Dividen Treasure versi 2 -
Note = postingan ini tidak berasal dari AI
Dividen.. Siapa yang tidak suka ? apalagi saya juga suka banget perusahaan yang berdividen tinggi. Tetapi saya juga tidak masalah jika perusahaan tersebut tidak membagi dividen tinggi. Asal kinerjanya bagus dan tidak aneh-aneh.
Kas saat ini sudah menumpuk tidak karuan yang sudah mencapai hampir 700M. Manajemen mungkin sampai bingung ini uang dibuat apa ya?
Klo saya sih tentu ini saat nya yang tepat untuk kasih penantian kesabaran investor untuk beri dividen lebih banyak dari sebelumnya.
Produk yang dijual punya daya tarik tinggi dan ditambah gebrakan manejemen untuk menambah produk tepung. Saya apresiasi kinerja beliau.
Kode kas di bank Mandiri sudah ada 240 M yang muncul di CLK 4 yang itu cash bentuknya mentah di bank.
Estimasi saja saya sih ini ya, seperti yang Total bangun persada lakukan kala itu.
Jika Hampir kas itu diberikan dalam bentuk dividen maka Rp 240 M : 595 juta lembar saham = Rp 403.361 / share.
Saya nilai dividen konservatif senilai Rp 250 / share sudah cukup lebih untuk menyenangkan investornya.
Semua ini kembali keputusan manajemen untuk membagi dividen tahun 2024 terlepas kasus yang ada.
Saya cukup senang dengan Portfolio saat ini.
Happy Investing
$IHSG
1/2
Apapun hasilnya, Dividen $CEKA tetep dapat 💯 😂
Tapi perusahaan yang numpuk Cash banyak itu perlu dicurigai bakal ada akrobat kedepannya
Asal bukan seperti SMDR yang Cashnya ada di kantong lain
$CEKA value stock
PE 3,81
PBV 0,65
ROE 17%
Cash per saham ada 1150 per lembar
Artinya di harga 2120, lebih dari setengah assetnya CEKA adalah cash.
Tidak ada hutang berbunga.
Minusnya adalah dividen always flat cepek.
Cash-nya ntah mau diapain, ditimbun makin lama makin banyak.
$CEKA bokis
induknya terdakwa kasus suap ajah anaknya gk didiskon
jadi dape barang cuman sendikit ngoahahahaha
$CEKA kena membayar uang pengganti 11 T enggak nih ke negara tuntutannya sudah dibacakan😁
a.Terdakwa Permata Hijau Group, Terdakwa Wilmar Group dan Terdakwa Musim Mas Group terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi yang dilakukan secara bersama-sama yang diatur dan diancam pidana dalam Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Udang Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP sebagaimana dalam Dakwaan Primair;
b. Menjatuhkan pidana denda masing-masing terdakwa korporasi sebesar Rp 1 miliar
c. Menjatuhkan pidana tambahan kepada:
Terdakwa Permata Hijau Group untuk membayar uang pengganti sebesar Rp 937, 55 miliar
Terdakwa Wilmar Group untuk membayar uang pengganti atas kerugian perekonomian negara sebesar Rp 11,88 triliun
Terdakwa Musim Mas Group untuk membayar uang pengganti atas kerugian perekonomian negara sebesar Rp 4,89 triliun
Yang lagi ramai, perusahaan yang tersebut dalam Vonis Ontslag Ekspor CPO dari Wilmar Group adalah PT Wilmar Nabati Indonesia, bukan $CEKA PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.
Namun, karena satu group maka suka tidak suka nama CEKA jadi terseret. Semoga yang terbaik saja untuk para investor 🙏
Sumber: Narasi Newsroom https://cutt.ly/1rfBpfHn
1/6