


Volume
Avg volume
PT Segar Kumala Indonesia didirikan dengan semangat untuk menyediakan produk berupa buah-buahan dengan mutu dan kualitas terbaik untuk semua kalangan masyarakat indonesia. Didirikan pada tahun 2017, Perseroan memulai bisnis perdagangan dan distribusi buah-buahan segar di daerah Jakarta dan sekitarnya dengan merk SK, kini Perseroan telah memiliki 9 (sembilan) cabang distribusi yang tersebar di seluruh Indonesia untuk menunjang visi dan misi Perseroan. Perseroan bertindak sebagai Pedagang besar buah-buahan, daging unggas beku. Perseroan mendapatkan supply atas produk tersebut dari Asia, Amerika, Eropa dan Timur Tengah yang memi... Read More
IDXChannel - Delapan emiten akan membanjiri rekening investor dengan pembagian dividen tunai interim tahun buku 2025 pada Jumat (28/11/2025) menjelang akhir pekan.
Emiten tersebut meliputi PT Multipolar Technology Tbk (MLPT), PT Segar Kumala Indonesia Tbk (BUAH), PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk (CNM...

www.idxchannel.com

$BUAH
Entry Ideal 680 - 685
Area Support kuat (Swing Low sebelumnya). Membeli di area ini meminimalkan risiko downside.
Entry Agresif 695 - 700
Membeli di harga pasar (HK) dengan harapan rebound cepat dari EMA jangka pendek, namun berisiko tinggi karena volume tipis.
Stop Loss (SL) < 670
Jika harga jebol di bawah 675, struktur sideways rusak dan berpotensi menuju 650.
Take Profit 1 (TP1) 715 - 720
Area Resistance minor dan Upper Bollinger Band.
Take Profit 2 (TP2) 740 - 750
Swing High sebelumnya (Target Swing).
A. Validasi Level Kunci
Apakah konsisten? YA.
Entry Ideal (680-685): Sangat valid. Grafik Daily menunjukkan harga berulang kali memantul dari area ini. Ini adalah demand zone yang didukung oleh support psikologis.
TP1 (715-720): Konsisten dengan resisten terdekat di mana tekanan jual biasanya muncul (terlihat dari shadow atas candle harian sebelumnya).
SL (670): Logis. Memberikan ruang napas sedikit di bawah 680 untuk menghindari false break, namun cukup ketat untuk membatasi kerugian.
B. Evaluasi Risiko (Skenario Terburuk)
Mengingat sinyal early distribution (Net Foreign Sell & Volume rendah):
Risiko Entry Agresif (695): Jika Anda masuk di 695 dan harga turun ke SL (670), risiko matematisnya adalah -3.6%.
Skenario Terburuk (The Real Risk): Risiko terbesar di saham BUAH bukanlah persentase penurunan harga semata, melainkan Risiko Likuiditas.
Dengan frekuensi transaksi hanya 73 kali sehari, ada kemungkinan bid (antrian beli) kosong atau sangat tipis saat Anda ingin Cut Loss.
Jika terjadi panic selling, harga bisa lompat turun (gap down) melewati SL Anda tanpa pesanan jual Anda terjemput.
C. Kesesuaian Strategi (Scalping vs Swing)
Scalping: TIDAK DISARANKAN. Grafik 5m dan 15m menunjukkan pola "pagar/barcode". Ini artinya spread bid-offer lebar dan pergerakan harga tidak cair. Anda akan kesulitan menutup posisi dengan cepat (sulit HAKI) tanpa menghancurkan harga antrian.
Swing/Hold: LEBIH OPTIMAL (namun tetap High Risk). Strategi terbaik adalah "mancing" di harga bawah (Entry Ideal) dan menahan (Hold) sampai bandar menggerakkan harga ke atas lagi untuk marking up. Saham ini cocok untuk Swing santai dengan modal kecil yang tidak terpakai dalam waktu dekat.
D. Rekomendasi Aksi Tunggal
Untuk investor yang disiplin: "WAIT AND SEE DI DEMAND AREA (680-685)".
Alasan: Tidak ada urgensi untuk mengejar harga (FOMO) di 695 karena tidak ada momentum volume. Biarkan harga datang ke Anda. Jika tidak dapet barang di 680, relakan. Jangan mengejar saham tidak likuid di harga resisten.
4. Kesimpulan & Tingkat Keyakinan
Momentum: Lemah / Netral.
Sinyal: Hold (bagi yang sudah punya) / Wait (bagi yang belum punya).
Confidence Level: 60% (Karena ketergantungan tinggi pada pergerakan Bandar, bukan teknikal murni).
Risk-Reward Calculation (Entry Ideal 685):
Potensi ke TP1 (720): +5.1%
Risiko ke SL (670): -2.2%
Rasio R:R = 1 : 2.3 (Cukup Menarik).
Kinerja Keuangan Sangat Positif (Laba +108%) Mendukung posisi Hold / Swing jangka menengah. Harga saat ini (695) tergolong "murah" jika melihat lonjakan laba.
Dividen Netral/Positif Pembayaran dividen tgl 28 Nov mungkin menahan harga agar tidak jatuh dalam minggu ini.
Likuiditas Negatif (Risiko Tinggi) Validasi untuk JANGAN Entry Agresif. Fundamental bagus tidak ada gunanya jika Anda tidak bisa jualan barangnya.
Valuasi Fair/Undervalued Dengan PE Ratio yang membaik pasca lonjakan laba, area 680 adalah valuasi yang menarik untuk investor jangka panjang.
*Disclamer on
Bukan ajakan Jual atau beli
DYOR
Random tag
$BKSL $MBMA
Hubungan Antara Purbaya, Bea Cukai, $ACES dan $BUAH
Request member External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Setelah baca laporan keuangan ACES dan BUAH, saya menyimpulkan kalau BUAH dan ACES ini memiliki pola bisnis yang sangat mirip. Buktinya juga terlihat jelas di laporan keuangan mereka. Di depan, dua-duanya tampil sebagai bisnis ritel yang kelihatan sederhana saja. ACES menjual peralatan rumah tangga dan hobi. BUAH mengurus distribusi buah segar dan ayam beku. Namun di belakang, alurnya tidak sesederhana beli langsung dari produsen luar negeri lalu jual ke konsumen. Ada peran perusahaan satu grup yang berfungsi sebagai pemasok dan penghubung utama dengan dunia impor, sehingga orang dalam grup lebih dulu membeli dari luar negeri, baru kemudian emiten publik membeli dari mereka dan menjual lagi ke konsumen. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Di sisi ACES, cerita dimulai dari fakta bahwa mereka ritel murni. Tidak punya pabrik, tidak mengolah bahan baku, tidak memproduksi sendiri. Barang yang dijual adalah barang jadi. Kursi, rak, alat rumah tangga, gawai, hiasan, sampai perlengkapan hobi. Di laporan keuangan terakhir, sekitar 87,03% suplai barang mereka pada 2025 berbasis impor, naik dari sekitar 81,89% di tahun sebelumnya. Artinya hampir sembilan dari sepuluh barang yang menghuni rak mereka pada dasarnya adalah barang yang harganya sangat sensitif terhadap pergerakan dolar Amerika. Begitu Rupiah melemah, biaya barang dagangan langsung ikut naik.
Yang sering luput dari perhatian investor ritel adalah siapa yang berdiri di sisi pemasok. ACES tidak hanya membeli dari vendor luar negeri yang berdiri sendiri, tetapi juga dari perusahaan satu grup yang dikategorikan sebagai pihak berelasi. Nama seperti perusahaan distribusi alat teknik, perusahaan distribusi brand internal, dan entitas dagang dalam grup menjadi pemasok utama. Mereka ini bukan sekadar vendor biasa, tetapi perusahaan saudara yang dipegang oleh kelompok pengendali yang sama. Secara teori, hal ini memberi stabilitas suplai dan fleksibilitas pengaturan termin. Tetapi struktur riilnya menjadi pola yang kira-kira seperti ini. Perusahaan grup mengimpor barang dari luar negeri dengan mata uang kuat. Lalu ACES membeli barang tersebut dari perusahaan grup. Pada 2025, nilai pembelian ACES ke pihak berelasi berada di kisaran ratusan miliar Rupiah dan porsinya terhadap total pembelian meningkat dibanding tahun sebelumnya. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Hasil akhirnya tampak di margin. Pada 2023, ACES mencatat penjualan sekitar 7,61 triliun Rupiah dengan laba kotor sekitar 3,69 triliun Rupiah. Margin laba kotornya sekitar 48,5%. Laba bersih berada di kisaran lebih dari 760 miliar Rupiah sehingga margin laba bersihnya nyaman di sekitar 10%. Namun begitu dolar menguat sepanjang 2025 dan biaya impor membengkak, dilema mereka menjadi sangat nyata. Kalau harga jual dinaikkan, trafik dan volume bisa terpukul. Kalau harga jual dipertahankan, margin yang terkena. Dan walaupun mereka punya pemasok satu grup, perusahaan-perusahaan itu juga tetap membeli pakai dolar. Jadi beban kurs tetap ada, hanya berpindah kantong di dalam grup. Rantai suplai rapi, tetapi struktur biaya tetap terpapar pergerakan mata uang.
BUAH membawa pola yang serupa, hanya saja sektor dan marginnya berbeda. Secara legal, ruang lingkup usaha BUAH adalah perdagangan dan pengangkutan. Dalam praktik, ini perusahaan distribusi buah segar berskala nasional yang kebetulan juga menjual ayam beku. Pada 2022 penjualan buah sekitar 1,39 triliun Rupiah dan ayam beku sekitar 10,58 miliar Rupiah. Tahun 2023 buah naik menjadi kurang lebih 1,77 triliun Rupiah dan ayam beku sekitar 27,70 miliar Rupiah. Porsi buah sekitar 99,40% dari total penjualan neto. Tahun 2024 penjualan buah sekitar 2,19 triliun Rupiah dan ayam beku sekitar 42,96 miliar Rupiah, sehingga buah masih sekitar 98,70% dari total. Sampai 30 September 2025, buah sudah membukukan sekitar 2,36 triliun Rupiah, sedangkan ayam beku baru sekitar 47,49 miliar Rupiah atau sekitar 98,60% porsi buah dari total penjualan. Persediaan pun mengikuti pola yang sama. Per Maret 2025 persediaan buah sekitar 146,21 miliar Rupiah, sedangkan ayam beku sekitar 7,04 miliar Rupiah. Jadi dari sisi produk, mesin utamanya benar-benar di buah, sedangkan ayam beku masih pelengkap. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Yang paling mencolok justru ada di sisi pemasok dan struktur liabilitas. Dalam dua tahun terakhir, sekitar sepertiga sampai lebih dari 40% total pembelian persediaan BUAH berasal dari pihak berelasi. Pada 2023 porsi pembelian dari entitas sepengendali sekitar 41,25%. Pada 2024 sekitar 33,28%. Di 9 bulan 2025 turun menjadi sekitar 17,87%, tetapi tetap menunjukkan ketergantungan yang besar. Nama seperti PT Segar Manis Maju, PT Cakrawala Segar Pratama, PT Segar Kumala Persada, PT Aneka Tunggal Persada, dan PT Wahana Segar Natura berulang kali muncul sebagai pemasok berelasi. Di akun utang usaha, ketergantungan ini bahkan lebih besar. Per 31 Desember 2023 sekitar 50,05% total liabilitas berupa utang usaha ke pihak berelasi. Pada 31 Desember 2024 angkanya sekitar 54,16%. Per 30 September 2025 porsi ini turun ke sekitar 17,23%, tetapi jumlah utang usaha ke pihak berelasi tetap besar, yaitu sekitar 110,32 miliar Rupiah di akhir 2024 dan sekitar 130,93 miliar Rupiah di 9 bulan 2025. Artinya, pasokan dan pendanaan modal kerja jangka pendek sangat banyak bersandar pada grup sendiri.
Perusahaan sendiri mengakui bahwa transaksi dengan pihak berelasi dilakukan dengan syarat yang disepakati kedua belah pihak yang mungkin tidak sama dengan transaksi dengan pihak non berelasi. Ini pernyataan standar dalam laporan keuangan, tetapi implikasinya serius. Di atas kertas, pemasok berelasi punya posisi tawar sangat kuat. Mereka menyuplai sepertiga sampai lebih dari 40% total pembelian, menguasai fasilitas penting seperti gudang pendingin dan bangunan yang disewakan ke emiten, dan sekaligus menjadi kreditor lewat utang usaha yang porsinya bisa lebih dari separuh liabilitas. Dalam struktur seperti ini, sangat mudah secara teori memindahkan laba dari emiten publik ke entitas privat di hulu, misalnya dengan sedikit menaikkan harga beli buah, menetapkan tarif sewa gudang yang lebih tinggi daripada wajar, atau memberi syarat kredit yang berat sebelah. Apakah hal seperti itu benar terjadi secara aktual, itu tidak bisa dibuktikan hanya dari laporan keuangan. Yang bisa dibaca hanyalah efek agregatnya di margin dan struktur laba. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Margin laba kotor BUAH berkisar sekitar 8,55% di 2023, turun menjadi sekitar 7,80% di 2024 dan sekitar 7,45% di 9 bulan 2025, sementara porsi pembelian dari pihak berelasi pada periode yang sama berada di kisaran 41,25%, 33,28% dan 17,87%. Margin setipis ini memang konsisten dengan model bisnis distribusi yang memang tipis, tetapi juga tidak menutup kemungkinan bahwa biaya perolehan persediaan relatif mahal. Tanpa data pembanding harga beli dari pemasok independen untuk barang yang sama atau data industri pembanding, tidak bisa dinyatakan secara tegas bahwa ada markup tidak wajar. Yang cukup jujur untuk disimpulkan adalah bahwa risikonya nyata dan sangat material.
Di saat pola rantai pasok seperti itu berjalan, suasana regulasi di Indonesia sedang bergerak ke arah yang lebih ketat. Menteri Keuangan Purbaya dalam beberapa hari terakhir menyoroti kasus dugaan underinvoicing saat inspeksi di Bea Cukai Tanjung Perak. Ia menemukan mesin yang nilai impornya di dokumen hanya sekitar 7 dolar Amerika atau kurang lebih 117.000 Rupiah, tetapi barang yang sama dijual di marketplace dengan harga sekitar 40 sampai 50 juta Rupiah per unit. Selisih antara nilai impor dan harga jual di pasar itu begitu lebar sampai membuat kewajaran nilai pabean yang dipakai sebagai dasar perhitungan bea masuk dan pajak menjadi sorotan utama. Dari situ muncul pernyataan bahwa praktik manipulasi nilai impor akan dikejar dan sistem pengawasan akan diperketat dengan pemanfaatan data yang lebih terintegrasi. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kebijakan yang sedang didorong tidak berhenti di sidak. Pemerintah mulai menata kerangka single profile untuk wajib bayar yang menggabungkan data pajak, bea cukai, dan penerimaan negara bukan pajak dalam satu sistem, serta menghubungkan sistem Bea Cukai dengan berbagai kementerian pemberi izin ekspor impor melalui platform layanan tunggal nasional. Dengan kata lain, ke depan negara akan semakin mudah membandingkan nilai yang tercantum di dokumen impor, harga yang muncul dalam transaksi lanjutan di dalam negeri, dan angka yang tampak di laporan keuangan serta Surat Pemberitahuan pajak perusahaan. Bagi struktur bisnis yang mengandalkan perusahaan afiliasi sebagai middle man impor, seperti pola yang berjalan di BUAH dan ACES, ini berarti perhatian regulator bisa mengarah ke seluruh rantai, bukan hanya ke satu entitas.
Dari perspektif risiko, hubungan ini mempunyai beberapa lapisan yang patut diperhatikan. Pertama, dari sisi margin. Kalau koreksi nilai pabean atau pengetatan bea masuk membuat biaya impor naik di tingkat perusahaan afiliasi, ada kemungkinan harga jual ke BUAH atau ACES ikut terdorong naik. Bagi ACES yang punya margin laba kotor hampir 50%, masih ada bantalan untuk menyerap kenaikan biaya sebelum laba bersih benar-benar terpukul. Namun untuk BUAH yang hanya punya margin kotor sekitar 7% sampai 8%, kenaikan kecil di beban pokok penjualan sudah cukup untuk menggerus laba secara signifikan. Kedua, dari sisi operasional. Pengetatan impor bisa berarti pengawasan lebih intensif, clearance yang lebih panjang, dan kemungkinan penahanan barang jika dokumen dinilai kurang jelas. Untuk bisnis yang hidup dari perputaran persediaan segar seperti BUAH, keterlambatan di pelabuhan bisa berakibat langsung pada mutu barang dan perputaran kas. Ketiga, dari sisi tata kelola. Transaksi dengan pihak berelasi sering menjadi fokus regulator pasar modal ketika mereka ingin memastikan bahwa pemegang saham publik mendapatkan perlakuan yang adil. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Polanya sendiri tidak hanya terjadi di Indonesia. Di Amerika Serikat, ada contoh kasus HF Foods Group memberi gambaran bagaimana struktur transaksi dengan pihak berelasi bisa menarik perhatian otoritas penegak hukum. HF Foods adalah distributor makanan untuk restoran Asia yang terdaftar di bursa. Dalam putusan penegakan hukum, ditemukan bahwa mantan pimpinan perusahaan menggunakan transaksi dengan pihak berelasi untuk mengalirkan sekitar 3,4 juta dolar Amerika dari perusahaan, antara lain untuk membiayai kepemilikan sejumlah kendaraan mewah bagi dirinya dan keluarga. Hubungan dagang dengan pihak berelasi yang awalnya terlihat seperti kerja sama bisnis biasa berubah menjadi masalah ketika aliran dana tidak lagi sejalan dengan kepentingan perusahaan dan pemegang saham publik. Kasus ini tidak identik atau tidak sama dengan situasi BUAH atau ACES, tetapi cukup untuk menunjukkan bahwa di banyak yurisdiksi, vendor dan middle man terafiliasi adalah zona yang diawasi ketat. Kalau seandainya salah gerak, bisa kena semua.
Selain itu, di berbagai bursa Asia, konsep transaksi terhubung sudah lama diatur ketat. Perusahaan yang ingin bertransaksi dalam jumlah besar dengan entitas yang dikendalikan pemegang saham pengendali diwajibkan membuat pengungkapan rinci mengenai nilai, syarat, dan dasar kewajaran harga. Dalam kondisi tertentu, transaksi tersebut bahkan harus memperoleh persetujuan pemegang saham independen. Tujuannya adalah memastikan harga yang dibayar atau diterima emiten tidak terlepas dari prinsip kewajaran sehingga laba tidak bergeser secara sistematis dari entitas publik ke perusahaan privat pemilik grup. Pendekatan regulasi ini menegaskan bahwa hubungan dagang dengan pihak berelasi bukan sesuatu yang dilarang, tetapi merupakan area yang dianggap peka sehingga perlu pengawasan lebih intens. Apalagi kalau Purbaya mau ketatkan impor bea cukai, itu semua perusahaan yang impor barang bisa terkena dampaknya, bukan cuma BUAH dan ACES. Kalau selama ini sudah main aman sesuai prosedur sih harusnya ndak khawatir lagi. Yang susah itu kalau selama ini nakal. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Jadi BUAH dan ACES sama-sama memanfaatkan jaringan grup untuk mengelola impor dan suplai barang, tetapi hasil akhirnya di laporan laba rugi sangat berbeda. ACES menikmati margin sehat dengan profil laba bersih yang tebal, sementara BUAH mengerjakan bisnis distribusi buah dan ayam beku berskala triliunan Rupiah dengan margin yang jauh lebih tipis. Di saat yang sama, kebijakan fiskal bergerak ke arah pengawasan impor yang semakin tajam, terutama pada kasus di mana nilai impor di dokumen tampak terlalu rendah dibanding harga jual di pasar, seperti contoh mesin bernilai sekitar 117.000 Rupiah yang dijual puluhan juta Rupiah per unit.
Tanpa bermaksud menuduh atau membuat vonis, pola seperti ini sudah cukup untuk menjelaskan kenapa investor yang sensitif terhadap risiko tata kelola dan kebijakan fiskal mulai mencermati emiten yang tergantung pada middle man dalam grup untuk urusan impor. BUAH dan ACES berdiri di persimpangan yang menarik. Di satu sisi, integrasi dengan grup bisa memberi keunggulan skala dan akses suplai. Di sisi lain, struktur yang sama membuat mereka berada di radar ketika negara menata ulang cara melihat impor, bea cukai, dan transaksi pihak berelasi. Dalam kondisi seperti ini, laporan keuangan yang terbuka, penjelasan yang gamblang soal hubungan dengan perusahaan berelasi, dan kebijakan harga yang masuk akal bisa menjadi pembeda antara struktur yang hanya kompleks dan struktur yang akhirnya mengundang masalah. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10










$BUAH LK Q3 2025: Perusahaan Keluarga
Request member External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
PT Segar Kumala Indonesia Tbk adalah emiten distribusi buah dan ayam beku yang lahir dari bisnis keluarga dan baru resmi berbaju Tbk sejak IPO di Bursa Efek Indonesia pada 9 Agustus 2022. Perusahaan ini didirikan melalui Akta Notaris No. 14 tanggal 10 Juni 2017, memakai Rupiah sebagai mata uang fungsional dan dikendalikan oleh Hendro Susilo sebagai pemegang kendali utama. Secara formal ruang lingkup usaha di anggaran dasar adalah perdagangan dan pengangkutan, tetapi praktik di lapangan jelas sekali bahwa mesin utamanya adalah perdagangan buah segar, dengan ayam beku sebagai pelengkap yang porsinya masih kecil dibandingkan lini utama. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau melihat komposisi penjualan, wajah bisnisnya langsung kelihatan. Tahun 2022 penjualan buah mencapai sekitar 1,39 triliun Rupiah, sementara ayam beku hanya sekitar 10,58 miliar Rupiah. Tahun 2023 penjualan buah naik menjadi kurang lebih 1,77 triliun Rupiah dan ayam beku sekitar 27,70 miliar Rupiah, sehingga buah menyumbang sekitar 99,40% dari total penjualan neto. Tahun 2024 posisi ini tetap tidak berubah secara struktur, dengan penjualan buah sekitar 2,19 triliun Rupiah dan ayam beku sekitar 42,96 miliar Rupiah, sehingga buah masih sekitar 98,70% dari total. Sampai 30 September 2025, buah sudah membukukan sekitar 2,36 triliun Rupiah, sedangkan ayam beku baru sekitar 47,49 miliar Rupiah, atau sekitar 98,60% porsi buah dari total penjualan. Dengan kata lain, ini perusahaan buah yang kebetulan juga menjual ayam beku, bukan perusahaan ayam beku yang kebetulan jual buah.
Dari sisi geografi, perusahaan membagi bisnisnya per wilayah dan di sini terlihat jelas bahwa Jawa adalah jantung operasi. Tahun buku 2024 penjualan di Jawa sekitar 1,42 triliun Rupiah dengan laba usaha sekitar 20,91 miliar Rupiah. Sampai 9 bulan 2025 angka ini naik menjadi sekitar 1,59 triliun Rupiah penjualan dengan laba usaha sekitar 54,01 miliar Rupiah. Wilayah selain Jawa jauh lebih kecil. Sulawesi misalnya, mencatat penjualan sekitar 259,12 miliar Rupiah dan laba usaha 9,76 miliar Rupiah di 2024, lalu 214,62 miliar Rupiah penjualan dan 2,97 miliar Rupiah laba usaha di 9 bulan 2025. Aset juga terkonsentrasi di Jawa, sekitar 237,96 miliar Rupiah per akhir 2024, diikuti Sulawesi sekitar 53,12 miliar Rupiah. Jadi peta besarnya sederhana. Pusat profit dan aset ada di Jawa, wilayah lain menjadi penunjang.
Pada level neraca, perusahaan sangat khas pedagang besar. Aset terbesar ada di akun lancar. Piutang usaha bersih per 31 Desember 2024 sekitar 124,45 miliar Rupiah dan melonjak menjadi sekitar 208,44 miliar Rupiah per 31 Maret 2025. Persediaan bersih per 31 Desember 2024 sekitar 88,72 miliar Rupiah, yang terdiri dari buah sekitar 82,11 miliar Rupiah dan ayam beku sekitar 7,66 miliar Rupiah. Per 31 Maret 2025 persediaan ini naik menjadi sekitar 152,20 miliar Rupiah, dengan buah sekitar 146,21 miliar Rupiah dan ayam beku sekitar 7,04 miliar Rupiah. Kas dan setara kas menjadi bantalan likuiditas utama, dengan tambahan saldo bank dalam mata uang asing yang nilainya setara sekitar 198,66 juta Rupiah pada akhir 2024 dan naik menjadi sekitar 266,96 juta Rupiah per 30 September 2025. Piutang usahanya sepenuhnya dalam Rupiah, sehingga eksposur valuta asing terutama datang dari kas bank dan kewajiban berdenominasi mata uang asing di sisi liabilitas. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Sumber barang yang dijual perusahaan berasal dari dua kelompok besar. Pihak ketiga dan pihak berelasi. Di sisi pemasok internasional, perusahaan membeli buah dari pemasok dalam mata uang Dolar Amerika Serikat, Yuan Cina, dan Baht Thailand. Nama seperti Botou Panglong Fruit Products Respo, Xinji Guan Sheng Fresh Fruits dan Hebei Tianbo Industry Trade muncul di daftar pemasok luar negeri, dan komoditas impor ini umumnya buah musiman atau buah yang tidak diproduksi lokal. Selain itu ada banyak pemasok domestik dalam Rupiah yang menyuplai kebutuhan buah dan mungkin sebagian ayam beku.
Namun wajah struktur pasokan yang paling menarik justru ada di sisi pihak berelasi. Tahun 2023 sekitar 41,25% dari total pembelian perusahaan berasal dari entitas sepengendali. Tahun 2024 porsi ini masih sekitar 33,28%. Pada 9 bulan 2025 turun menjadi sekitar 17,87%, tetapi tetap menunjukkan ketergantungan yang besar. Nama yang sering muncul misalnya PT Segar Manis Maju, PT Cakrawala Segar Pratama, PT Segar Kumala Persada, PT Aneka Tunggal Persada dan PT Wahana Segar Natura. Di akun utang usaha, ketergantungan ini bahkan lebih ekstrem. Per 31 Desember 2023 sekitar 50,05% total liabilitas berupa utang usaha ke pihak berelasi. Pada 31 Desember 2024 angkanya naik menjadi sekitar 54,16%. Per 30 September 2025 porsi ini memang turun ke sekitar 17,23%, tetapi jumlah utang usaha ke pihak berelasi tetap besar, yaitu sekitar 110,32 miliar Rupiah di akhir 2024 dan 130,93 miliar Rupiah di 9 bulan 2025. Artinya, pasokan dan pendanaan modal kerja jangka pendek sangat banyak bersandar pada grup sendiri.
Perusahaan sendiri mengakui bahwa transaksi dengan pihak berelasi dilakukan dengan syarat yang disepakati kedua belah pihak yang mungkin tidak sama dengan transaksi dengan pihak non berelasi. Ini pernyataan standar dalam laporan keuangan, tetapi implikasinya serius. Di atas kertas, pemasok berelasi punya posisi tawar sangat kuat. Mereka menyuplai sepertiga sampai lebih dari 40% total pembelian, menguasai fasilitas penting seperti gudang pendingin dan bangunan yang disewakan ke emiten, dan sekaligus menjadi kreditor lewat utang usaha yang porsinya bisa lebih dari separuh liabilitas. Dalam struktur seperti ini, sangat mudah secara teori memindahkan laba dari emiten publik ke entitas privat di hulu, misalnya dengan menaikkan harga beli buah sedikit di atas harga pasar, menetapkan tarif sewa gudang yang lebih tinggi daripada wajar, atau memberi syarat kredit yang berat sebelah. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Apakah hal seperti itu benar terjadi secara aktual, itu tidak bisa dibuktikan hanya dari laporan keuangan. Yang bisa dibaca hanyalah efek agregatnya di margin dan struktur laba. Margin laba kotor perusahaan berkisar sekitar 8,55% di 2023, turun menjadi sekitar 7,80% di 2024 dan sekitar 7,45% di 9 bulan 2025, sementara porsi pembelian dari pihak berelasi pada periode yang sama tadi berada di kisaran 41,25%, 33,28% dan 17,87%. Margin setipis ini memang sangat mungkin akibat struktur bisnis distribusi yang memang tipis, tetapi juga konsisten dengan kemungkinan bahwa biaya perolehan persediaan relatif mahal. Tanpa data pembanding harga beli dari pemasok independen untuk barang yang sama atau data industri pembanding, kita tidak bisa menyatakan secara tegas bahwa ada markup tidak wajar. Yang bisa disimpulkan, risikonya nyata dan sangat material.
Dari sisi penjualan dan pelanggan, cerita sedikit lebih menenangkan. Perusahaan menegaskan bahwa tidak ada satu pelanggan pun yang menyumbang lebih dari 10% penjualan, sehingga basis pelanggan relatif terdiversifikasi. Namun ada juga penjualan ke pihak berelasi, misalnya ke PT Homefresh Kumala Indonesia yang satu grup. Porsi penjualan ke pihak berelasi ini di kisaran 7,91% sampai 10,89% dari total pendapatan. Piutang usaha dari pihak berelasi per akhir 2024 sekitar 4,58 miliar Rupiah dan sebelumnya sekitar 8,24 miliar Rupiah. Artinya, perusahaan memang menjadi kanal distribusi utama produk grup ke pasar, tetapi mayoritas volume tetap mengalir ke pihak ketiga independen. Peran BUAH di ekosistem grup lebih mirip pembeli besar yang menampung barang dari perusahaan saudara dan pemilik, lalu menjual ke pasar luas dengan brand emiten publik. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Cara perusahaan mencetak laba sebenarnya lurus. Mereka membeli buah dan ayam beku, mencatatnya sebagai persediaan, lalu menjual ke pelanggan ketika pengendalian barang berpindah. Pendapatan diakui pada saat barang diterima pelanggan. Selisih antara penjualan neto dan beban pokok penjualan menjadi laba kotor. Dari laba kotor ini, mereka menutup biaya penjualan, pemasaran, biaya umum dan administrasi, lalu sisanya menjadi laba usaha. Laba usaha dikurangi beban keuangan dan ditambah atau dikurangi pos lain menghasilkan laba sebelum pajak dan akhirnya laba tahun berjalan. Dengan skala penjualan yang sudah menembus lebih dari 2,36 triliun Rupiah per 9 bulan 2025, margin laba bersih sekitar beberapa persen saja sudah cukup untuk menghasilkan laba puluhan miliar Rupiah.
Yang sering jadi pertanyaan bagi investor bukan cuma laba, tetapi juga apakah laba itu benar mengalir jadi kas. Data arus kas memberi jawaban yang cukup jujur. Tahun 2023 laba tahun berjalan sekitar 38,77 miliar Rupiah, dengan arus kas operasi sekitar 32,17 miliar Rupiah dan belanja modal sekitar 12,60 miliar Rupiah. Free cash flow yang tersisa sekitar 19,57 miliar Rupiah. Tahun 2024 laba tahun berjalan sedikit turun menjadi sekitar 35,28 miliar Rupiah, tetapi arus kas operasi anjlok menjadi hanya sekitar 3,34 miliar Rupiah sementara belanja modal naik ke sekitar 16,35 miliar Rupiah. Free cash flow otomatis negatif sekitar 13,02 miliar Rupiah. Sampai 9 bulan 2025, situasinya berbalik. Laba tahun berjalan sekitar 49,35 miliar Rupiah, arus kas operasi melompat menjadi sekitar 88,67 miliar Rupiah dan belanja modal sekitar 9,05 miliar Rupiah. Free cash flow sekitar 79,62 miliar Rupiah. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Perubahan ini banyak dipengaruhi pergerakan modal kerja. Tahun 2024 piutang usaha melonjak dari sekitar 97,60 miliar Rupiah menjadi sekitar 124,45 miliar Rupiah. Artinya, sebagian laba masih mengendap di pelanggan dan belum kembali dalam bentuk kas. Di 9 bulan 2025, lonjakan arus kas operasi menunjukkan bahwa perusahaan berhasil mengoptimalkan penagihan dan pengelolaan persediaan, sehingga kas yang masuk lebih besar daripada laba akrual yang tercatat. Di atas itu semua, perusahaan juga cukup agresif membangun kapasitas lewat belanja modal, misalnya pembangunan dan perluasan fasilitas cold storage yang didanai dari hasil IPO. Belanja modal yang tinggi inilah yang membuat free cash flow tahun tertentu bisa negatif walaupun laba masih positif.
Risiko yang dihadapi perusahaan secara garis besar bisa dikelompokkan menjadi empat. Risiko kredit, karena pelanggan bisa saja menunggak atau gagal bayar sehingga perusahaan harus menghitung kerugian kredit ekspektasian berdasarkan data historis dan faktor prospektif. Risiko likuiditas, karena perusahaan harus memastikan arus kas masuk dari pelanggan cukup untuk menutup liabilitas jangka pendek yang sebagian besar berbentuk utang usaha dan liabilitas sewa. Risiko pasar terutama risiko nilai tukar, mengingat ada aset dan liabilitas dalam USD, CNY dan THB sementara perusahaan tidak memiliki kebijakan lindung nilai formal. Dan risiko operasional yang sangat menonjol, yakni risiko terkait persediaan, baik dari sisi eksistensi fisik maupun penilaian, sampai sampai auditor menjadikannya hal audit utama karena bisnis sangat bergantung pada stok buah dan ayam beku untuk menghasilkan penjualan dan laba. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Khusus hubungan dengan pihak berelasi, auditor memberikan opini wajar tanpa modifikasian, yang berarti secara teknis pencatatan dan pengungkapan sudah mengikuti PSAK. Namun opini audit tidak otomatis menjawab pertanyaan apakah struktur harga antara entitas grup benar benar sama dengan harga wajar pasar. Prosedur audit lebih fokus pada apakah transaksi ada, tercatat dan disajikan dengan benar, bukan menilai apakah margin yang dinikmati entitas grup sudah adil untuk pemegang saham publik. Karena itu, kesimpulan yang masih jujur untuk dipegang adalah bahwa hubungan dengan pihak berelasi di SKI sangat signifikan dan menciptakan risiko konflik kepentingan yang nyata. Model bisnisnya bisa berjalan lancar karena ditopang jaringan grup yang kuat di hulu dan infrastruktur logistik, tetapi investor publik harus sadar bahwa sebagian daya tawar dan mungkin sebagian kue keuntungan berada di luar emiten, di perusahaan perusahaan sepengendali yang tidak tercatat di bursa.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10









