Volume
Avg volume
PT Bank BTPN Syariah Tbk. didirikan pada tanggal 27 Agustus 2013 dengan nama PT Bank Sahabat Purba Danarta. Ruang lingkup kegiatan usaha PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah adalah bergerak di bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
@hsnbsybn wkwkwk iya juga ini...
Mungkin tunggu release 1Q25 kinerja pada drop... harga saham makin drop... itulah fase yg paling bottom ?
$BBRI the next $BTPS ??? 😅
$IHSG
$BTPS $IHSG $USDIDR
Karna sudah semakin banyak yang tebar FEAR untuk BTPS berarti sudah saatnya kesempatan mulai cicil.
1.Kita bisa mulai beli lebih banyak lot jika candle bulan Desember ini membentuk Doji atau Minimal candle Hijau.
2.Menunggu comfirm Histogram MACD nya masuk keatas 0 atau di 0
3.Ini sudah dibawah Harga IPO nya di 975
1/2
2024
Fenomena mantab (makan tabungan) semakin jelas dan nyata bukan sekedar asumsi.
2025
VAT 12% => Inflation => Lower Purchashing Power.
Fenomena Downgrading Products & Services sangat mungkin terjadi.
Focus saham yang dapat positive impact dan
Waspada saham yang negative impact.
$TSPC $BBRI $BTPS
1/2
Rekap Laporan Keuangan bank November 2024
Maaf kalo ada salah ketik or ngambil data,
$BBNI, $BMRI, $BTPS
notes : BBTN belum ada untuk oktober 2024 disitusnya.
Tag tidak ada arti
Warna setiap baris tidak ada arti
Cek kembali di google atau di lapangan
Disclaimer on,
1/2
Stress ga stress tdk akan merubah kondisi portomu. Jadi buat apa dibuat stress? Mending dibawa enjoy aja. Toh outcome nya sama2 aja. Dgn enjoy dan positive mindset malah membuat analisa kita tetap jernih dan objektif.
Liburan dulu sambil belanja saham2 sale akhir taun 🎉🎁
Happy holiday 🥂
tag bank2an ah
$BBRI $BMRI $BTPS
2025
VAT 12% => Inflation => Low Purchasing Power => Downgrading Products & Services, Beware of NPL
$TSPC $BBRI $BTPS
Saham $BTPS
Bank BTPN Syariah Tbk. (Financials - Banks)
20 Dec 2024
Opening harga : 880
High harga : 920 (4.55%)
dan Low harga : 880 (0.00%) -> ( Don't Break )
Harga sekarang : 900 (1.69%)
saham ini kecil kemungkinan untuk mengalami penurunan dari Low hari ini,
krn low hari ini tidak berhasil menembus L5 : 880, L10 : 880 dan L20 : 875
ANALISA VOLUME:
Volume hari ini sebanyak 91,239 Lot(Rendah), atau 0.62x dari rata2 Volume 20 Hari,
terdiri dari Haka : 55.83 %, dan Haki : 44.17 %
Saham ini Likuid dengan ATR sebesar 3.47 (Moderate).
Frekuansi transaksi Hari ini sebanyak 1,486, dimana rata2 Frequensi 20 hari sebanyak 2,508
ANALISA NBSA:
Hari ini Asing melakukan Pembelian Sebesar Rp. 1.78 Milyar,
5 hari terahir Asing melakukan Penjualan Sebesar Rp. 3.31 Milyar,
10 hari terahir Asing melakukan Penjualan Sebesar Rp. 10.22 Milyar,
20 hari terahir Asing melakukan Penjualan Sebesar Rp. 48.49 Milyar.
ANALISA FUNDAMENTAL :
Recor Board : Utama
Market Cap : Rp. 6.86 Trilyun
Book Value : Rp. 1,167
Price to BV : 0.77 X Murah (✅)
EPS : Rp. 134.71
PER : Rp. 6.68 Murah (✅)
NAV : Rp. 1,181 Murah (✅)
Operating Profit : -23.61 % Turun (❌)
Net Profit : -23.23 % Turun (❌)
Revenue : -5.60 % Turun (❌)
Max Buy : 1,479 Lot / ( Rp. 133.35Jt )
ATR : 3.47 % (Moderate)
Likuiditas : Likuid
Buy Power : 55.83 %
Sell Power : 44.17 %
Volume : 91,239 || V20x : 0.62
STRATEGI TRADING:
1. One Shoot
Strategi one shoot ini, kita langsung beli saham dalam jumlah besar sesuai lot yang disarankan, dan apabila harga turun kita bisa menjaga modal kita dengan cara cutloss, jadi walau harga terus turun posisi modal kita sudah aman dari turunnya harga.
Buy Range : 885 - 905
Cutloss : 860 (-4.44 %)
Target 1 : 950 (5.56 %)
Target 2 : 985 (9.44 %)
Target LT : 1,270 (41.11 %)
2. Average Down
Strategi Average Down ini, kita membeli saham dengan cara dicicil sesuai dengan harga dan lot yang disarankan, jadi pembelian kita bertahap tidak langsung sekaligus pembelian. dan target harga bisa berubah sesuai rata-rata harga yang kita punya namun persentase target tetap.
System ini mempunyai kelemahan yaitu tidak ada Cutloss, sehingga apabila harga turun terus kita rawan sangkut. jadi disarankan apabila ingin menggunakan strategi ini pastikan saham yang akan kita beli memiliki Fundamental yang bagus dan Valuasi yang murah serta likuid.
Buy Range : 885 - 905 -> 74 lot, or 6.70Jt
Avg Down 1 : 865 (4.05) -> 77 lot, or 6.66Jt
Avg Down 2 : 835 (3.59) -> 144 lot, or 12.02Jt
Avg Down 3 : 800 (4.38) -> 266 lot, or 21.28Jt
Avg Down 4 : 770 (3.90) -> 466 lot, or 35.88Jt
Avg Down 5 : 735 (4.76) -> 688 lot, or 50.57Jt
👨🏻💻This Analysis created by Artificial Intelligence
#Disclaimer On (21-12-2024)
DISCLAIMER!!
1. Ini adalah Analisa berdasarkan system trading base on Artificial Intelligence yang saya buat, dan ini hanya sebuah analisa bukan ajakan membeli atau menjual, keputusan membeli dan menjual tetap ditangan Anda.
2. Gunakan system trading ONE SHOOT untuk saham valuasi mahal, Arus Kas negatif (Merugi), banyak hutang dan Management perusahaan bermasalah.
3. Gunakan system Trading AVERAGE DOWN Untuk saham Valuasi Murah, Cash Flow Positif (Untung), Hutang Kecil dan Management perusahaan Sehat.
4. Memilih Strategi trading (One Shoot or Average Down) ada di tangan anda, cek Fundamental (EPS dll) perusahaan sebelum memutuskan.
5. Lakukan analisa kembali informasi yang kami berikan sesuai analisa masing - masing.
6. Trading dan Investasi Saham memiliki potensi untung dan rugi, Manage your Own Risk.
7. Ingat tidak ada yang bisa menjamin keuntungan ataupun kerugian dalam dunia investasi atau trading saham.
8. Analisa kami bisa benar dan juga tentunya bisa salah, Ingat!! Market Always Right.
9. ingat!! Ingat!! Ingat!! apabila sebuah saham ramai NEWS POSITIF, itu artinya ada yang lagi butuh EXIT LIQUIDITY.
10. Jangan terlalu GREEDY atau terlalu FEAR dan Jangan lupa selalu bersyukur.
Keenakan beli Saham New 52 Week Low $BTPS + RSI MONTHLY OVERSOLD, Karna mungkin bandarnya sudah habis barang
Yakin masuk $SMDR di harga segitu?
SMDR akhir tahun 2014 = Rp 150
Selama 3 tahun kedepan dibawa turun -65% sampe Rp 53 di tahun 2017
Tahun 2018 - 2020 pun juga sama seperti itu. Dalam 2 tahun lebih dibawa -80%.
Bedanya, dalam 2 periode tersebut harga SMDR masih jauh lebih murah ketimbang hari ini (PBV hari ini = 3x lipat lebih mahal).
Prediksi saya, SMDR masih akan minus -60% lagi dari harga sekarang sebelum akhirnya mantul.
$PWON $BTPS
@Philipdj kalau program bergizi gratis sayangnya sepertinya saat ini belum ikutan pa, saya waktu itu sempat tanya ke manajemen, tapi rencananya ada produk baru di tahun 2025, dan growthnya sih saya masih optimis .
Untuk harga 100 sih memang udah di bottom juga, ada beberapa pertimbangan :
1. FKS mengakuisisi aisa di harga 210 perak, dan masih rajin beli sampai sekarang ,
2. Target 2025 dari manajemen sekitar 2T , dengan laba bersih sekitar 5% kurleb , berarti sekitar 100 Milyar berarti di PE 9-10x saat ini .
Nah perihal beli atau tidak saya serahkan ke masing2 ya, bukan rekomendasi beli atau jual
$AISA $BTPS $ADES
IHSG suram! Dalam 6 hari terakhir IHSG turun 6,3%, apa sih penyebabnya? ada tiga penyebab utama IHSG turun, yaitu:
1. The Fed diproyeksikan cuma potong suku bunga 50 bps di 2025
2. Donald Trump jadi presiden lagi, dan market merespon negatif karena kebijakan tarif importnya.
3. Daya beli Indonesia lagi lemah, pada bulan Mei - September 2024 terjadi deflasi ditambah dengan naiknya UMP 6,5% dan PPN jadi 12%
Walaupun banyak katalis negatif yang menerjang, kami tetap optimis bisa mengalahkan market di tahun ini!
Pengen tau strateginya? Pelajari di FREMIUM Webinar Special Year End-Sale 2024 👉 https://cutt.ly/geB89vQJ
$IHSG $BTPS
Mari Kita Buka 2-4 Tahun Lagi $BBRI $BTPS $BBTN
Kalo BBRI 3500 masih kuat lah ya harusnya... kan investor...
kalau 2500 kuat ga?
atau lebih parah?
deviden dari perusahaan memang diperuntukan untuk investor jangka panjang, karena yang namanya bisnis gakan selalu stabil dan ada faktor" lain juga, bisa aja di tahun tersebut perusahaan struggling, butuh dana lebih untuk ekspansi, bayar hutang, dsb
kalau cm mau mengharapkan deviden setiap tahun tanpa liat kondisi perusahaan jgn masuk saham mending cabut aja pindahin ke deposito pasti dapet "deviden" tiap bulan 😁😁
selama masih percaya dengan perusahaan tersebut ya haka, kalo uda ga sejalan ya haki gitu aja kok repot jd investor kan keunggulan nya bisa entry & exit cepet
$DMAS $BTPS $BSSR
$SMGR Mama bilang main gorengan ga bagus
makanya saya coba2 di
$BBRI $BTPS
ehhh lohhh
malah minusnya 20 persenan di saham fundamental
Ngakak wkwkkwkw
Cuan byk di gorengan
masuk ke fundamental kejebak🤣
Tutup aja porto dulu
buka lagi january
nikmati idup dulu jalan2 siapa tau dpt teman bobo
Katanya $IHSG 7000 Itu Hanya Sejarah
Sekarang 6976.
Kalau IHSG ke 8000, maka 7000 itu sejarah.
Kalau IHSG ke 6000, maka 7000 juga sejarah.
Playing both way.
Aura IHSG berasa seperti balik ke zaman Covid-19.
Keep cicil selot selot saham dividend yield >7,5%
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
(caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Dan jangan lupa kunjungi Pintarsaham di sini
https://bit.ly/3QtahWa
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://bit.ly/3YGX6Dc
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
https://bit.ly/44osZSV
https://bit.ly/47hnUgG
https://bit.ly/47eBu4b
https://bit.ly/3LsxlQJ
$BBRI $BTPS
1/3
The Fed Cut Rate + BI Hold Rate = Dollar $USDIDR Malah Meroket, Aneh
Anomali ini. $IHSG yang kuat ya, ini semua hanya ujian.
Biasanya kalau The Fed Cut Rate dan BI hold rate, rupiah menguat dan IHSG Rebound. Ini kok dollar malah makin menggila naiknya. Rugi kurs lagi dong yang utang dollar. Pak Toto harus upgrade skill https://bit.ly/3YGX6Dc
Kayaknya banyak crazy rich liburan ke Eropa selama akhir tahun ini. Semua rupiah ditukar jadi dollar.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
(caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan
https://stockbit.com/post/13223345
Dan jangan lupa kunjungi Pintarsaham di sini
https://bit.ly/3QtahWa
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://bit.ly/3YGX6Dc
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
https://bit.ly/44osZSV
https://bit.ly/47hnUgG
https://bit.ly/47eBu4b
https://bit.ly/3LsxlQJ
$BTPS
1/2
The Fed Cut Rate yang Ketiga di 2024
The Federal Reserve kembali menurunkan suku bunga acuannya sebesar 0,25 persen pada hari Rabu, menjadi 4,25 persen. Ini merupakan pemangkasan ketiga tahun ini, setelah sebelumnya melakukan penurunan 0,5 persen pada September dan 0,25 persen bulan lalu. Namun, yang membuat pasar terguncang adalah keputusan Fed untuk memperlambat laju pemotongan suku bunga di tahun depan. Para pembuat kebijakan kini memperkirakan hanya akan ada dua pemangkasan suku bunga pada 2025, dibandingkan proyeksi sebelumnya sebanyak empat kali. Kecewa Pak Toto, gagal upgrade skill https://bit.ly/3YGX6Dc
Pasar saham langsung bereaksi negatif terhadap pengumuman ini. Dow Jones Industrial Average anjlok lebih dari 1.100 poin, atau sekitar 2,5 persen, sementara Nasdaq terpuruk hingga 3,5 persen—hari terburuk bagi pasar saham dalam empat bulan terakhir. Investor khawatir suku bunga yang tetap tinggi akan memperlambat ekspansi bisnis dan meningkatkan biaya pinjaman, mulai dari hipotek hingga kartu kredit.
Jerome Powell, Ketua The Fed, menjelaskan bahwa perlambatan ini mencerminkan inflasi yang masih tinggi, yang tercatat 2,8 persen pada Oktober untuk inflasi inti (core inflation). Angka ini masih jauh di atas target 2 persen. Powell menambahkan, kebijakan ini juga dipengaruhi oleh posisi suku bunga saat ini yang mendekati tingkat "netral," yaitu tingkat suku bunga yang tidak mendorong atau menghambat pertumbuhan ekonomi. Yang penting sih dividen harus tetap gede https://bit.ly/3OZWjZR
Sementara itu, proyeksi inflasi untuk 2025 diperkirakan hanya akan turun sedikit menjadi 2,5 persen dari angka sekarang di 2,3 persen. Powell menyebutkan bahwa langkah hati-hati ini serupa dengan "mengemudi di malam berkabut"—artinya, lebih baik melambat daripada mengambil risiko besar. Namun, nada kebijakan ini dinilai cukup "hawkish" oleh ekonom seperti Blerina Uruci dari T. Rowe Price, yang menyoroti adanya perbedaan pendapat di internal The Fed, dengan empat anggota mendukung suku bunga tetap tinggi.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang masih kuat juga menjadi dilema bagi The Fed. Di satu sisi, ekonomi AS terus tumbuh dengan laju yang solid, namun pasar tenaga kerja mulai melambat, dengan tingkat pengangguran naik menjadi 4,2 persen, meski masih rendah secara historis. Powell menyatakan bahwa tidak diperlukan perlambatan tambahan di pasar tenaga kerja untuk menurunkan inflasi ke target. Dividen tetap yang utama https://bit.ly/3OZWjZR
Investor juga cemas terhadap kebijakan presiden terpilih Donald Trump yang bisa berdampak pada inflasi dan ekonomi. Pemotongan pajak yang diusulkan Trump berpotensi meningkatkan pertumbuhan, sementara ancaman tarif impor dan deportasi massal dapat memperburuk inflasi. Proyeksi ini menambah ketidakpastian arah kebijakan The Fed.
Pada akhirnya, langkah The Fed ini mencerminkan kehati-hatian dalam menyeimbangkan antara mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengendalikan inflasi yang tetap tinggi. Namun, dengan pasar yang bereaksi keras dan prospek kebijakan yang lebih ketat, tahun depan mungkin akan penuh tantangan bagi investor dan dunia usaha.
The Fed Rate
Desember 2023: 5,25%–5,50%.
Desember 2024: 4,25%–4,50%.
Penurunan sebesar 18,6% sepanjang tahun, mencerminkan upaya The Fed untuk menyesuaikan diri dengan inflasi yang masih tinggi.
BI Rate
Tetap stabil sepanjang tahun di level 6,00%, menunjukkan fokus Bank Indonesia pada stabilitas moneter di tengah pelemahan rupiah.
USD/IDR (Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS)
Desember 2023: Rp15.451 per USD.
Desember 2024: Rp16.120 per USD.
Rupiah melemah sebesar 4,33%, dipengaruhi oleh penguatan dolar AS dan arus keluar modal dari negara berkembang. The Fed sudah cut rate pun, dollar tetap lebih strong dari rupiah yang hold rate. Selemah itu kah rupiah. https://bit.ly/3OZWjZR
IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan)
Desember 2023: 7.119,52.
Desember 2024: 7.200.
Mengalami kenaikan moderat sebesar 1,13%, mencerminkan stabilitas relatif di pasar saham domestik.
Nasdaq Composite Index
Desember 2023: 11.146,06.
Desember 2024: 12.300.
Tumbuh sebesar 10,35%, menunjukkan pemulihan signifikan di sektor teknologi dan optimisme investor.
Inflasi AS
Inflasi inti di AS tercatat 2,8% pada Oktober 2024, jauh di atas target 2%, sehingga memengaruhi keputusan The Fed untuk lebih hati-hati dalam pemangkasan suku bunga.
Reaksi Pasar Global Saat The Fed Umumkan Cut Rate 18 Desember 2024
Dow Jones Industrial Average turun lebih dari 1.100 poin (2,5%) setelah pengumuman pemangkasan The Fed terakhir.
Nasdaq turun 3,5% pada hari yang sama, mencatatkan hari terburuk dalam empat bulan terakhir.
Kebijakan Moneter dan Risiko
The Fed memperkirakan hanya akan ada dua pemangkasan suku bunga di 2025, lebih lambat dari proyeksi sebelumnya (empat kali).
Kebijakan ekonomi AS, termasuk pemotongan pajak dan potensi tarif impor, menjadi risiko tambahan terhadap inflasi global.
Keputusan Federal Reserve (The Fed) menurunkan suku bunga acuannya untuk ketiga kali pada 2024 ternyata memberikan dampak yang cukup terasa di pasar saham global, termasuk Indonesia dan Nasdaq. Penurunan sebesar 0,25 persen menjadi 4,25 persen diharapkan bisa meredam tekanan ekonomi, tetapi respons pasar menunjukkan cerita berbeda. Pasar saham Indonesia dan nilai tukar rupiah ikut merasakan tekanan, sementara Nasdaq menunjukkan volatilitas tinggi.
Di Indonesia, IHSG hanya mampu naik tipis sebesar 1,13 persen sepanjang tahun, dari 7.119,52 pada Desember 2023 menjadi 7.200 pada Desember 2024. Kenaikan ini terbilang minim, terutama jika dibandingkan dengan Nasdaq yang tumbuh lebih agresif sebesar 10,35 persen dari 11.146,06 menjadi 12.300 poin. Pasar saham Indonesia tertekan oleh sentimen global, terutama kekhawatiran terhadap laju pemulihan ekonomi dan lambatnya aliran modal asing. Saham-saham berbasis komoditas, yang biasanya menjadi andalan, mengalami tekanan karena ketidakpastian permintaan global. Di sisi lain, saham Indonesia yang naik hanya saham geng 9 naga. Saham cacing tidak ada yang naik.
Sementara itu, rupiah melemah sebesar 4,33 persen sepanjang tahun, dari Rp15.451 per USD pada Desember 2023 menjadi Rp16.120 per USD di Desember 2024. Pelemahan ini tidak lepas dari penguatan dolar AS yang didorong oleh suku bunga tinggi The Fed. Kondisi ini membuat investor asing menarik modal dari pasar Indonesia untuk dialihkan ke aset berbasis dolar yang dianggap lebih aman. Bank Indonesia tetap mempertahankan BI Rate di level 6,00 persen sepanjang tahun, tetapi langkah ini belum cukup untuk menahan tekanan eksternal. Dampaknya, biaya impor meningkat, yang berisiko menekan perusahaan berbasis konsumsi dan manufaktur di Indonesia. https://bit.ly/3OZWjZR
Di Nasdaq, situasinya sedikit berbeda. Indeks teknologi ini mencatat pertumbuhan 10,35 persen sepanjang tahun, meskipun sempat mengalami hari-hari terburuk seperti pada penurunan 3,5 persen setelah pengumuman kebijakan The Fed terbaru. Kinerja Nasdaq menunjukkan pemulihan yang kuat, didorong oleh optimisme investor terhadap sektor teknologi yang terus berkembang meskipun ada ketidakpastian global. Saham-saham teknologi besar menjadi motor penggerak indeks, sementara pasar lainnya lebih berhati-hati menghadapi inflasi yang masih tinggi.
Kebijakan moneter The Fed memberikan tekanan signifikan pada pasar saham Indonesia dan nilai tukar rupiah, sementara Nasdaq tetap menunjukkan ketahanan yang lebih baik. Investor global masih cenderung fokus pada aset berbasis dolar, meninggalkan pasar negara berkembang seperti Indonesia untuk sementara waktu. Tahun depan akan menjadi tantangan besar, terutama untuk menjaga stabilitas di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
(caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Dan jangan lupa kunjungi Pintarsaham di sini
https://bit.ly/3QtahWa
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://bit.ly/3YGX6Dc
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
https://bit.ly/44osZSV
https://bit.ly/47hnUgG
https://bit.ly/47eBu4b
https://bit.ly/3LsxlQJ
$USDIDR $IHSG $BTPS
1/3