Volume
Avg volume
PT Bank BTPN Syariah Tbk. didirikan pada tanggal 27 Agustus 2013 dengan nama PT Bank Sahabat Purba Danarta. Ruang lingkup kegiatan usaha PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah adalah bergerak di bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
Dampak Spin Off $BNGA Syariah
Pertanyaan salah satu member External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Bayangkan sebuah rumah tangga aneh, satu dapur, dua visi. Di satu sisi ada Pak Toto, pria alim dan lurus niat yang sejak lama mengurus lini bakso halal. Ia mendirikan sistem pembayaran non-riba, pakai label sertifikasi halal, dan melayani pelanggan yang mau hidup bersih sesuai syariat. Di sisi lain, istrinya Bu BuNGA, wanita energik, modern, dan pragmatis, lebih suka bereksperimen dengan topping bakso keju non syariah, sistem cashback, dan kolaborasi promo dengan e-wallet. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Lama-lama, meski jualannya masih dari dapur yang sama, arah hidup mereka makin bertabrakan. Sampai akhirnya Pak Toto UUS Unit Usaha Syariah bilang, daya niat pisah baik-baik, Bu. Saya mau fokus bikin warung bakso syariah sendiri. Gak enak saya tiap hari nyuci piring bekas kuah yang gak sesuai prinsip.
Dan di balik layar, sang istri diam-diam udah janjian ngopi bareng Pak BudiDolDol bin Judd Old, influencer saham kontroversial yang mantan operator koperasi merah ijo Kamboja sabung ghoib, yang kini mengaku ingin menikahi Bu BuNGA dengan syarat bu BNGA cerai dari Pak Toto Syariah dan Pak Toto dipaksa pindah ke pasar modal lewat IPO syariah.
Inilah gambaran paling cocok buat menggambarkan rencana spin-off Unit Usaha Syariah (UUS) dari PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA). Ini bukan kisah manajemen iseng pisahin entitas. Ini kisah tentang dua entitas dalam satu grup yang sudah tidak lagi sejalan secara arah bisnis dan performa finansial.
Mari kita mulai dari pengaruh dan kontribusi Syariah dalam tubuh BNGA. Per 31 Maret 2025, aset segmen Syariah mencapai Rp64,78 Triliun, alias 17,5% dari total aset BNGA Rp370,99 Triliun. Liabilitasnya pun besar, Rp51,04 Triliun, sekitar 16,2% dari total liabilitas BNGA. Secara struktur neraca, UUS bukan segmen kecil. Ia nyumbang nyaris seperlima dari isi neraca BNGA. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Bagaimana dengan income? Laba sebelum pajak Syariah tercatat Rp374 Miliar, atau 16,7% dari total Rp2,24 Triliun. Setelah pajak, kontribusinya tetap signifikan, yaitu 20,3% dari total laba bersih BNGA Rp1,84 Triliun. Ini artinya, setiap 5 rupiah laba bersih yang BNGA hasilkan, 1 rupiahnya datang dari warung halal milik Pak Toto. Jadi kalau hari ini UUS keluar dari grup, struktur pendapatan BNGA langsung berkurang signifikan.
Tapi sayangnya, performa UUS makin ke sini makin menunjukkan gejala stagnasi. Di saat segmen Tresuri naik aset +12,4% yoy, Korporasi tumbuh +16,9%, bahkan Anak Usaha meledak +68,1%, aset UUS cuma tumbuh +0,3%, nyaris diam di tempat. Lebih parah, laba sebelum pajaknya turun 14,5% dari tahun sebelumnya. Jadi meskipun kontribusinya besar, UUS sudah masuk ke fase besar tapi berat. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau kita bandingkan dari sisi margin, ceritanya makin menarik. ROA (return on asset) segmen Syariah hanya 0,58%, lebih rendah dibanding Ritel (1,58%), Korporasi (1,11%), bahkan Anak Usaha (1,80%). Dari sisi ROE, UUS Syariah mencatat 2,72%, kalah dari Korporasi (4,51%) dan Anak Usaha (4,56%). Bahkan jika kita lihat margin terhadap estimasi kredit (sekitar Rp45–48 Triliun), UUS cuma mencetak 0,83%, kalah dari Ritel (2,16%) dan Bisnis (1,96%). Dengan kata lain, UUS memang besar, tapi makin tidak efisien.
Masalah makin dalam saat kita lihat impairment loss segmen Syariah yang mencapai Rp190,4 Miliar di Q1 2025. Ini adalah angka terbesar di antara seluruh segmen. Jadi kalau segmen lain lagi semangat cari margin, UUS malah sibuk menambal kerugian akibat pembiayaan macet. Dalam analogi rumah tangga tadi, Pak Toto bukan cuma lagi ribut soal prinsip, tapi juga capek bayar utang istrinya.
Jadi, apakah keputusan Pak Toto untuk pisah rumah logis? Jawabannya, sangat logis.
⏩Keuntungan buat UUS/Pak Toto jika spin-off:
1. Kendali penuh atas bisnis. Gak perlu lagi numpang infrastruktur konvensional. Bebas bikin produk Syariah tanpa kompromi seperti $BRIS dan $BTPS.
2. Potensi IPO dan investor baru. Bisa tarik modal dari investor yang memang fokus di keuangan syariah, tanpa harus berbagi panggung dengan produk non-Syariah.
3. Efisiensi terukur. Biaya operasional memang mungkin naik, tapi fleksibilitas jangka panjang lebih besar.
4. Strategi jangka panjang bisa lebih agresif. Masuk fintech Syariah, digital zakat, dan skema hybrid akad baru.
⏩Keuntungan buat BNGA/Bu BNGA:
1. Neraca lebih bersih. Aset turun, tapi segmen berisiko tinggi seperti UUS dipisah. ROA dan ROE bisa naik.
2. Efisiensi operasional meningkat. Tak perlu lagi pusing jaga keseimbangan dua sistem: konvensional dan Syariah.
3. Bebas dari impairment loss tinggi. Beban UUS nggak perlu ditanggung konsolidasi.
4. Fokus ke segmen yang jelas tumbuh. Ritel, Bisnis, dan Anak Usaha lagi moncer.
⏩Keuntungan buat investor BNGA:
1. Kalau spin-off dilakukan dengan skema pembagian saham UUS ke pemegang saham lama, maka investor dapat “bonus” kepemilikan entitas baru.
2. EPS BNGA pasca-spin-off jadi lebih berkualitas, walau nominalnya lebih kecil.
3. Potensi re-rating jika pasar menilai struktur baru lebih efisien dan sehat.
Tapi, tentu saja, risiko Spin Off juga besar.
⏩Risiko buat UUS:
1. Biaya operasional awal naik. Harus bangun infrastruktur sendiri: dari sistem, SDM, sampai kantor cabang.
2. Butuh waktu ramp-up. Tidak langsung profit seperti di bawah naungan BNGA.
3.Kalau Pak dinikahi cewek Tiktok—influencer saham eks koperasi sabung ghoib—dan IPO digelembungkan, maka citra halal bisa rusak.
⏩Risiko buat BNGA:
1. EPS langsung turun sekitar 20%. Karena kehilangan penyumbang laba.
2. Skala bisnis mengecil. Bisa memengaruhi persepsi institusi yang senang big-cap bank.
3. Kalau spin-off tidak transparan, dan tidak ada alokasi saham ke investor lama, pasar bisa bereaksi negatif.
Dan jangan lupakan, ini semua bergantung pada satu faktor yaitu eksekusi. Kalau spin-off dijalankan profesional, dengan valuasi wajar, manajemen baru kredibel, roadmap pertumbuhan jelas, dan transparansi tinggi, ini bisa jadi win-win. Tapi kalau malah jadi ajang goreng IPO, diambil alih oleh jaringan BudiDolDol, dan dijual dengan narasi ESG syariah tapi di balik layar pakai skema gorengan, maka ini bisa jadi tragedi pasar modal. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Spin-off UUS dari BNGA bukan sekadar pembentukan entitas baru. Ini cerita tentang pemisahan prinsip, arah, dan masa depan. Tentang Pak Toto yang ingin mandiri jalani hidup sesuai syariah, dan Bu BNGA yang tetap ingin ekspansi dengan strategi agresif konvensional. Kalau cerainya waras dan saling mendukung, dua-duanya bisa sukses. Tapi kalau penuh manipulasi, drama rumah tangga ini bisa berubah jadi viral di media pasar modal, lengkap dengan tagar #BaksoHalalTapiNyangkut.
Jadi pertanyaan terakhir bukan lagi perlu spin-off atau tidak? Tapi Siapa yang akan pegang kendali? Pak Toto atau BudiDolDol?
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10
DATA Fee di Stockbit
Guys ada yg paham gak di stockbit ada biaya potongan dengan keterangan Data Fee sebesar 15.000,- dan sdh dua bulan ini muncul biayanya.. Ada yg bisa jelaskan gak biaya apa ini ?
Syukur kalau dari Admin SB bisa menjelaskan..
Terimakasih..
Random tag $BTPS $DMAS $PTBA
$BTPS mumpung dikasih koresksi, boleh coba buy. Harga skrg udah disupport trendline, chart klo bisa break jadi flag pennant pattern. Target ke 1500. Cl sesuaikan resiko
$BTPS udah dibilangin dr kmrn2, scr teknikal ini saham bakal turun .memang udah saatnya turun....eh pada deniel, dibilang bandar akumulasi....tuh kejadiankan turun...wkwk...
💵Kenapa Cicilan Rumah Terasa Mahal? Dan Apa Bedanya KPR Konvensional dan Syariah?
Banyak orang bermimpi punya rumah sendiri. Tapi ketika mulai mencicil, tak sedikit yang merasa kaget saat melihat total yang harus dibayar. Rumah seharga satu miliar rupiah, misalnya, bisa membuat total pembayaran mencapai 1,3 hingga bahkan 1,8 miliar, tergantung skema, tenor, dan bunga yang dipilih.
Lalu muncul komentar yang sering terdengar, “Kok bisa mahal banget?”, atau bahkan “Sama aja, syariah juga tetap aja mahal.”
Reaksi seperti itu wajar, apalagi kalau membandingkan harga rumah yang dibeli dengan cara tunai. Tapi sebenarnya, perbedaan jumlah itu masuk akal kalau kita lihat dari cara kerjanya.
⏱️😌⏳Harga Waktu dalam Dunia Keuangan
Saat mengambil KPR, kamu tidak sedang membeli rumah saja. Kamu juga sedang membeli waktu. Bank membayarkan harga rumah secara penuh di awal, lalu kamu mencicilnya perlahan selama bertahun-tahun. Artinya, kamu meminjam waktu. Dan dalam keuangan, waktu selalu punya nilai.
Uang satu miliar hari ini nilainya berbeda dengan satu miliar sepuluh atau dua puluh tahun lagi. Selama waktu cicilan berjalan, bank menanggung risiko inflasi, risiko nasabah tidak membayar, dan risiko berkurangnya daya beli. Maka wajar jika ada biaya tambahan, entah dalam bentuk bunga atau margin, sebagai kompensasi dari risiko-risiko itu.
Semakin panjang tenor cicilan, total pembayaran akan terlihat semakin besar. Tapi itu bukan karena rumahnya jadi lebih mahal. Itu karena kamu sedang mencicil perlahan dalam jangka waktu yang panjang, dan dalam dunia keuangan, waktu itu punya harga. Konsep ini dikenal sebagai time value of money.
Seringkali yang terjadi adalah membandingkan cicilan KPR dengan harga rumah saat ini, lalu menyimpulkan bahwa sistem cicilan terlalu memberatkan. Padahal yang dibandingkan adalah dua hal yang berbeda. Yang satu beli lunas di awal, yang satu beli sekarang tapi bayar perlahan. Wajar jika total akhirnya tidak sama.
💰KPR Konvensional dan Syariah: Akad yang Berbeda
Perbedaan utama antara KPR konvensional dan syariah bukan soal nominal cicilannya, tapi soal bentuk akadnya.
KPR konvensional berangkat dari hubungan utang piutang. Bank meminjamkan uang, nasabah mengembalikannya dengan bunga yang dihitung dari pokok pinjaman. Model ini dianggap sebagai riba dalam pandangan syariah karena uang melahirkan uang.
Sebaliknya, dalam skema syariah seperti murabahah, bank membeli rumah terlebih dahulu lalu menjualnya kepada nasabah dengan harga yang sudah mencakup margin keuntungan. Tidak ada bunga karena tidak ada pinjaman uang. Yang diperjualbelikan adalah barang, dalam hal ini rumah. Margin yang disepakati sejak awal dianggap sebagai keuntungan dagang, bukan bunga.
Karena marginnya bersifat tetap, bank syariah umumnya memasukkan seluruh risiko di depan. Maka jangan heran jika cicilan syariah terlihat mahal sejak awal. Bukan karena ditambahi di tengah jalan, tapi karena semua risiko sudah dihitung sejak hari pertama.
Sebaliknya, KPR konvensional sering kali terlihat lebih murah di awal karena bunganya bisa bersifat tetap (fixed) untuk beberapa tahun pertama. Tapi setelah itu, masuk fase bunga mengambang (floating) yang bisa naik seiring suku bunga pasar. Di sinilah perbedaan besar muncul. Di syariah, cicilan tetap dari awal hingga lunas. Di konvensional, cicilan bisa berubah di tengah jalan.
🤑Beli Tunai Memang Lebih Murah
Tidak bisa disangkal, beli rumah secara tunai pasti lebih murah. Tapi tidak semua orang bisa langsung menyiapkan dana besar dalam satu waktu. Maka KPR, entah itu konvensional atau syariah, menjadi jalan tengah. Cicilan lebih panjang, tapi rumah bisa segera dimiliki.
Orang tidak sedang membeli rumah saja. Mereka membeli kesempatan untuk tinggal di rumah sekarang, sambil membayarnya sedikit demi sedikit di masa depan.
🕺🕺Menutup dengan Logika Sederhana
Kalau diumpamakan bank itu seperti sedang berkata begini.
🗣️: Kamu kan belum punya uang sekarang. Tapi saya punya. Pakai dulu uang saya buat beli rumah itu. Tapi saya naikin harganya sedikit, karena saya ambil risiko, saya tahan uang saya buat kamu, dan saya juga mesti jaga nilai uang dari inflasi. Saya cuma minta dikembalikan pelan-pelan, sesuai kesepakatan.
Logikanya sederhana. Bank tidak sedang memberi hadiah, tapi juga tidak serta merta menekan. Mereka beroperasi dalam logika nilai waktu. Dan selama kita paham cara kerjanya, pilihan untuk mengambil KPR, baik konvensional maupun syariah, bisa diambil dengan lebih tenang dan disesuaikan dengan keyakinan serta kemampuan masing-masing.
Justru yang sering menjadi masalah adalah narasi yang salah kaprah. Banyak tulisan atau opini yang menyamakan total cicilan dengan pemerasan. Padahal yang terjadi hanyalah selisih nilai karena waktu. Ini adalah bentuk narasi yang sering dipelintir. Atau bisa juga lahir dari ketidaktahuan terhadap konsep dasar dalam keuangan bernama time value of money.
Dan saat sesuatu tidak dipahami, yang muncul memang sering kali bukan solusi. Tapi prasangka.
$BRIS $BTPS $PNBS
$PNBS kalau udah bisa TP di ini bank yg syariah ane mau pindah ke $BTPS atau $DMAS..
yg punya jepang dan mau bagi dividen
ini mah $BRIS belum turun namanya 😤
masih di rata-rata PBV dalam 3 tahun, ayo lah turun lebih dalam
Tag: $BTPS $BANK
#MarahMarahSaham
Habis take profit DKFT cuan half-bagger, yang lain juga pada udah jalan. Tinggal satu saham bekas tahun lalu yang mau di manuver.
Cukup happy dengan performance YTD 2025 dan bisa banyak bantu ratusan member.
Join komunitas Saham Bagger: https://cutt.ly/SrnkU0pu
$DKFT $PTRO $BTPS
Tentang Cara Pandang Moving Average untuk INVESTOR/TRADER
Studi kasus BTPS
Moving average merupakan indikator teknikal yang penting dan paling simpel, sering diremehkan namun sekelas fund managers biasa memakai ini untuk mengetahui market pricing. Yang dimaksud market pricing itu adalah berapa harga fair yang ditentukan pada demand and supply, bukan hanya pada fundamentalnya. Pengaruh faktornya bisa saja fundamental, tapi juga sentimen, likuiditas dan sebagainya. Maka biasanya market pricing ini digambarkan sebagai harga pergerakan rata - rata 1 bulan (MA 20), kuartal (MA 50), atau satu tahun (MA 200). MA 200 ini menjadi penting karena dipakai standar uptrend dan downtren jangka panjang oleh banyak fund managers.
EMA itu moving average yang lebih condong ke harga terbaru. Kalau SMA (simple moving average) kasih bobot yang sama ke semua harga, EMA lebih fokus ke harga terakhir. Jadi dia lebih cepat terlihat tren jangka pendek.
Misalnya kamu pakai EMA 20. Kalau harga tembus ke atas EMA 20, bisa jadi itu awal trend naik. Tapi kalau malah turun dan mantul di bawah EMA 20, artinya tekanan jual masih dominan. EMA itu kayak garis dinamis yang bisa kasih kita konfirmasi: trend ini beneran atau cuma koreksi teknikal. Dalam konteks analogi EMA 20 menggambarkan bahwa harga sudah di atas rata - rata sebulan jadi ketika harga cross EMA ke bawah, ada pelaku pasar yang menganggap bahwa harga sudah lebih murah dari market pricing satu bulan sehingga timbul support atau demand. Sebaliknya jika cross ke atas EMA 20 misalnya, ada sebagian pelaku pasar yang beranggapan bahwa tekanan buyer sudah melebihi tekanan seller sehingga harga bisa bergerak naik dengan baik.
Biasanya trader/investor dapat memakai kombinasi EMA:
- EMA 20 buat swing pendek
- EMA 50 buat peralihan arah
- EMA 200 buat tren besar jangka panjang
Tapi ingat, EMA cuma alat bantu. Jangan jadikan sinyal tunggal. Tetap lihat volume, lihat struktur harga, momentum dan yang paling penting — *jangan lupa cutloss*. Banyak yang terlalu percaya EMA tapi nggak punya rencana exit. Ending-nya nyangkut sebagai trader.
EMA bagus buat bantu baca trend dan nentuin area beli/jual. Tapi tetap balik ke rencana dan disiplin eksekusi. Karena di market, yang paling mahal itu bukan indikator... tapi judgement dan money management. Sebagai trader kita harus melihat suatu trade sebagai peluang, bisa berhasil bisa gagal. Jadi jangan lupa untuk cut posisi untuk mengamankan modal dan sebaliknya Take Profit bila naik namun tidak sesuai ekspektasi atau sudah mencapai target.
Investor harus menganggap EMA sebagai hal yang penting juga sebab market pricing merupakan petunjuk bahwa ada informasi yang diketahui oleh pelaku pasar. Jika suatu company tiba - tiba menembus garis EMA 200 dan tidak rebound, hal itu biasanya menunjukkan Fund Managers yang berusaha keluar dari market tidak peduli pada market pricing yang 'murah' dalam satu tahun. Alasannya bisa jadi deep fundamentals atau macro yang uncertain sehingga terjadi risk off.
Kita ambil contoh saja $BTPS di tahun 2022 - 2023, harga menembus EMA 200 dan tidak recover selama beberapa tahun. Di sana diikuti dengan volume dan distribusi yang luar biasa. Ini petunjuk fundamental, bahwa ada deep problem yang menjadi dasar penurunan hebat ini misalnya perilaku high risk taking credit dari BTPS yang sebenarnya sudah menunjukkan perlunya switch ke conservative karena CKPN namun di tahun 2023 masih menunjukkan LDR yang masih tinggi. Market melakukan pricing sampai - sampai BTPS dianggap akan bangkrut, waktu itu saya hitung fairnya dalam kondisi laba tetap tidak turun/naik di 2400 dan Nilai Pailit sekitar 1400. Maka market akan menghukum dengan bergerak ke MOS 50% dari Nilai Pailit,
Mengapa market pricing menjadi penting karena hal ini, in the end of the day kita boleh bilang company have a value or moat, tapi tetap apresiasi ditangan yang punya uang. Ketika performa menurun dan mereka expect sampai pada kebangkrutan disitu saham akan dibuang separah - parahnya. Dan begitu kondisi membaik BTPS sudah berada di titik setengah dari hitungan Fair Value saya di 2400 (konstan earnings).
Kamu boleh menganggap bahwa oh ya, fundamental is the best, tapi practicalnya bisa jadi sahamnya terus underappreciated. Terutama di era low liquidity 3 tahun ini, PMI global tidak beranjak dari level kontraksi 40 - 50. Fundamental yang diajarkan Warren juga tidak cocok 100% untuk diterapkan di Indonesia, misalnya dalam konteks balancing Treasury (Bond) dan saham. Dalam historikalnya, sangat jarang Bond Market Indonesia mengalahkan kencangnya inflasi dan depresiasi rupiah. Beda dengan US Treasury, jadi tidak cocok. Kalau misalnya sekarang $BBRI $BMRI menawarkan deviden di atas 8%, itu ga make sense sekali kamu beli FR yang kasih yield 7% minus tax, apalagi SBR.
Teknikal Analysis termasuk MA ini harus dianggap sebagai petunjuk yang melengkapi analisi lain termasuk fundamental. Tidak ada yang lebih unggul. Bahkan untuk Investor.
Goodluck!
Gabung GoInvest ID
https://bit.ly/GoInvestID
Coba coba belajar swing trading pakai modal kecil alhamdulillah, semoga dapat rezeki banyak biar bisa lebih banyak cuannya
$ADRO $BTPS $SMDR
@tutiaalawiyah sangat rekomen buat ritel unyu macem ane biar gak tersesat dalam hutan belantara kegelapan market, udah 3 tahun join @mentorbaik membersamai perjalanan, compounding knowledge dan investnya, Alhamdulillah...
$BTPS $IHSG
$BTPS - Jalan Bertahan dari Pinggiran Ekonomi
Setiap kali dunia mengalami goncangan ekonomi—dari krisis keuangan global 2008, pandemi COVID-19, hingga perlambatan ekonomi pasca-2023—selalu ada satu pola yg muncul berulang: tingkat pengangguran naik, dan segmen ekonomi paling rapuh langsung terdampak. Segmen ultra mikro, yg umumnya tidak tersentuh layanan bank formal, menjadi kelompok paling rentan. Ketika penghasilan rumah tangga menurun, daya beli ikut tergerus, permintaan atas produk UMKM menyusut, dan kemampuan mereka untuk membayar cicilan menurun. Kredit macet meningkat, sementara lembaga keuangan menjadi lebih hati-hati bahkan menutup keran pembiayaan ke kelompok ini.
Kondisi ini bukan hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di berbagai negara. Di India, sektor mikrofinansial mengalami kontraksi hingga 14% pada kuartal pertama 2025, menunjukkan betapa rentannya portofolio pinjaman di tengah meningkatnya pengangguran. Tapi di tengah pola krisis yg berulang ini, selalu muncul pengecualian. Ada model bisnis yg tetap bertahan, bahkan tumbuh: pembiayaan ultra mikro berbasis komunitas dan pemberdayaan. Salah satu contoh menonjol datang dari Indonesia, lewat kiprah BTPN Syariah.
BTPN Syariah bukan pemain baru, dan jelas bukan pemain sembarangan. Mereka membangun model pembiayaan ultra mikro dgn inspirasi dari Grameen Bank di Bangladesh dan lembaga mikrofinansial India seperti SKS Microfinance. Tapi alih-alih sekadar meniru, BTPN Syariah memilih jalan adaptasi. Mereka menciptakan Kelompok Pertemuan Sentra (KPS) sebagai versi lokal dari kelompok tanggung renteng. Mereka tetap mempertahankan prinsip tanpa agunan, tapi ditambah sentuhan nilai spiritual dan pelatihan usaha dlm setiap pertemuan mingguan. Fokus mereka tertuju pada perempuan prasejahtera di pelosok desa—karena perempuan terbukti punya tingkat pengembalian pinjaman yg lebih tinggi, sekaligus menjadi penjaga stabilitas ekonomi keluarga.
Nasabah yg mereka sasar adalah kelompok termarjinalkan oleh sistem perbankan formal: tidak punya slip gaji, agunan, atau bahkan rekening bank. Tapi BTPN Syariah justru masuk dgn pendekatan langsung ke rumah-rumah mereka, membangun kepercayaan dan sistem komunitas. Ketika ekonomi memburuk dan bank lain menarik diri, mereka tetap hadir. Bahkan di masa pandemi COVID-19, saat banyak bank syariah mengalami tekanan, BTPN Syariah mampu menjaga rasio pembiayaan bermasalah (NPF) tetap di bawah 3%, dgn return on asset yg unggul.
Resiliensi mereka tak lepas dari kombinasi budaya dan sistem. Prinsip BDKS (Berani Berusaha, Disiplin, Kerja Keras, Saling Bantu) tidak hanya menjadi slogan, tapi dihidupi sampai ke petugas lapangan (community officer). Operasional mereka ditopang oleh sistem digital berbasis mobile, memungkinkan pembiayaan menjangkau daerah minim sinyal. Bahkan, ketika pengangguran meningkat, pembiayaan justru naik—karena banyak ibu rumah tangga mulai usaha kecil sebagai respon atas hilangnya pendapatan suami.
Apakah Usaha Ultra Mikro Bisa Bertahan Saat Ekonomi Tertekan?
Secara teori, pengangguran tinggi harusnya bikin daya beli turun, lalu usaha kecil pun terpukul. Tapi praktik di lapangan sering menunjukkan hal sebaliknya. Usaha ultra mikro punya karakter unik: mereka fleksibel, berbasis kebutuhan pokok, bisa dimulai dgn modal kecil, dan dekat dgn pasar. Ketika masyarakat tak mampu lagi belanja ke supermarket atau makan di restoran, mereka beralih ke warung tetangga, tukang gorengan pinggir jalan, atau jasa laundry kiloan. Justru di tengah krisis, usaha ultra mikro menemukan ruang baru utk bertumbuh.
Fenomena ini bukan hanya asumsi. Data menunjukkan bahwa selama pandemi, usaha ultra mikro pulih lebih cepat dari UMKM menengah. Di India, laporan MFIN menunjukkan pemulihan lebih cepat di sektor ini. Di Indonesia, BTPN Syariah bahkan menambah jumlah nasabah aktifnya dari 3,4 juta ke 4 juta antara 2020–2022. Produk usaha nasabah seperti warung sembako, jualan makanan ringan, atau kerajinan rumah tangga tetap laris karena memenuhi kebutuhan dasar.
Penjelasan akademisnya ada pada teori “countercyclical informal economy” — sektor informal justru tumbuh saat ekonomi formal menyusut. ILO dan World Bank menyebut bahwa usaha ultra mikro menjadi penyangga lapangan kerja ketika formalitas runtuh. Dan karena usaha ini punya entry barrier yg rendah, masyarakat yg terkena PHK bisa cepat beralih jadi wirausaha skala kecil.
Tentu bukan berarti tanpa risiko. Bila krisis berkepanjangan dan daya beli masyarakat ultra miskin ikut runtuh, usaha kecil pun bisa tergerus. Tapi di sinilah pendekatan seperti BTPN Syariah jadi kunci. Mereka tidak hanya menyalurkan dana, tapi juga mendampingi, melatih, dan membentuk komunitas saling bantu. Ini yg membuat nasabah mereka tetap bisa bertahan saat badai ekonomi menerpa.
Dari berbagai temuan dan studi kasus, muncul satu benang merah yg penting: pembiayaan ultra mikro bukan sekadar solusi darurat, tapi solusi struktural. Ketika pengangguran naik, rumah tangga butuh opsi penghasilan alternatif, dan usaha ultra mikro jadi jalannya. Pembiayaan mikro berbasis komunitas, seperti yg diterapkan BTPN Syariah, menjadi jembatan yg memungkinkan mereka bertahan dan bahkan bangkit.
Di tengah runtuhnya sektor formal, justru sektor informal berbasis komunitas ini jadi bantalan ekonomi. Warung kecil, usaha makanan rumahan, layanan lokal—semua menjadi rantai ekonomi mikro yg tetap hidup karena beroperasi dgn biaya rendah dan punya pasar tetap. Dalam konteks ini, strategi pembiayaan ultra mikro tidak boleh dilihat sebagai charity, tapi sebagai pondasi ekonomi inklusif jangka panjang.
Apa yg dilakukan BTPN Syariah—dari pembiayaan tanpa agunan, pendekatan berbasis nilai lokal, hingga digitalisasi operasional—telah terbukti memberi dampak nyata. Mereka menunjukkan bahwa segmen termiskin pun layak dipercaya. Bahwa model dari India dan Bangladesh bisa tumbuh menjadi kekuatan khas Indonesia. Bahwa pembiayaan bisa manusiawi tanpa kehilangan unsur profitabilitas.
Meski terbukti efektif, pembiayaan ultra mikro tetap menghadapi tantangan. Salah satunya adalah persepsi bahwa ini adalah kegiatan sosial belaka. Padahal, agar berkelanjutan, model seperti ini harus profitable, tapi tetap menjaga inklusi. Tantangan lain adalah memastikan bahwa akses pembiayaan tidak berhenti di titik awal, tapi berlanjut ke peningkatan kapasitas usaha nasabah.
Harapannya, semakin banyak lembaga keuangan yg meniru atau bahkan mengembangkan lebih jauh model semacam ini. Karena saat ekonomi formal tidak mampu menampung semua tenaga kerja, dan ketika daya beli menyusut, kekuatan sejati ekonomi justru tumbuh dari pinggiran—dari warung sebelah rumah, dari ibu rumah tangga yg belajar jadi pengusaha, dari komunitas yg saling jaga dan bantu.
Masa depan ekonomi inklusif tidak lahir dari menara gading keuangan, tapi dari tanah dan peluh para pelaku ultra mikro. BTPN Syariah telah menunjukkan jalan—sekarang giliran yg lain mengikuti.
DYOR
$BBRI $ARTO
1/2
$BTPS akhirnya bisa masuk lagi di harga 1.250an, tinggal tunggu kebijakan manajemen untuk shares buyback atau dividend interim
wkwkwk, bull $AISA manfaatkan koreksi IHSG utk mark down. Ternyata msh byk weak hands dimari.
Dikasih randomness, kok takut.
gasss mark down ndarrr
$BTPS $BDMN