2,140

-10

(-0.47%)

Today

33,300

Volume

114,436

Avg volume

Company Background

BTPN merupakan bank yang memfokuskan diri untuk melayani dan memberdayakan masyarakat berpendapatan rendah yang terdiri dari para pensiunan, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), serta komunitas prasejahtera produktif (mass market). Didirikan di Bandung, Jawa Barat, pada 1958 dengan nama Bapemil, bank berubah nama menjadi Bank Tabungan Pensiunan Nasional di tahun 1986. Saat ini BTPN berkantor pusat di Jakarta dengan cabang-cabang di lebih dari 300 kota di seluruh Indonesia. BTPN menawarkan berbagai jasa perbankan melalui enam unit bisnisnya. Pertama adalah BTPN Purna Bakti yang fokus pada segmen pensiunan dan prapensi... Read More

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BTPN valuasi murah

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$PNBN mending jual murah ke $BTPN

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BTPN isu apa ya tiba² mulai naik ini barang

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

ada apa dgn ini saham $BTPN
WKWKWKWK

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BTPN Siap2 ARA ga nih 😁

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Who needs help? I'm Supertrump.

####
keputusan Mr. Trump bisa sangat mempengaruhi dunia termasuk Stock market.

$KRYA $MBMA $BTPN

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BTPN

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Muhammadiyah Bakal Dirikan Bank Syariah

Ketua bidang Ekonomi PP Muhammadiyah, Mukhaer Pakkanna mengungkap akan membentuk Bank Syariah Muhammadiyah (BSM) merespon pasar perbankan syariah yang semakin ketat. Tidak hanya BSM, turut hadir BTN Syariah. Pasar perbankan syariah yang selama ini dikuasai oleh Bank Syariah Indonesia (BSI) akan bersaing dengan kedua bank tersebut.

Mukhaer menyebut pihaknya akan menggelontorkan dana besar. Dia mengatakan ini bukan hasil merger tetapi transformasi BPRS (Bank Perekonomian Rakyat Syariah) sebagai inti. Sementara itu, BPRS lainnya ikut bergabung sebagai pemegang saham.

ā€œJadi yang diambil itu BPRS-nya Uhamka, ditransformasi menjadi buku 1 dan seterusnya. Itu yang ditransformasi dan sudah disetujui OJK. Satu yang diambil, jadi bukan merger,ā€ terang Mukhaer, dikutip Senin (30/6/2025).

Dia melanjutkan, Muhammadiyah memiliki 17 BPRS di seluruh Indonesia. Untuk menyatukan menjadi sebuah bank diputuskan untuk memilih satu BPRS guna mendirikan Bank Umum Syariah (BUS), cikal bakal BSM.

ā€œBPRS Matahari Artha Daya nanti, kemudian (BPRS lain) gabung. Jadi BPRS lain bisa memegang saham ke bank yang baru. Satu yang menjadi magnet. Satu itu yang ditransformasikan menjadi bank. Sekali lagi, ini bukan merger, ya," jelasnya.

Namun, untuk waktu tepatnya belum bisa dipastikan dan masih melalui konsolidasi termasuk modalnya.

Jadi spekulasi beberapa waktu lalu tentang kenapa Muhammadiyah menarik uang sebesar 13 T dari dari Bank Syariah Indonesia sudah menemukan jawaban ya, karena emang Muhammadiyah mau buat Bank Syariah sendiri ternyata.

$IHSG $BRIS $BTPN

Read more...

1/2

testes
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BTPN nutup gap atas ?

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BTPN wah ngeri... mantau dulu aja dipojokan

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

IDX DAILY STATISTICS
Monday, 30 June 2025
šŸ‘‡šŸ‘‡šŸ‘‡
$BTPN $KRYA $JAYA

1/5

testestestestes
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BTPN, lumayan

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Kalo besok, BTPN naik lagi, gw tarik kesimpulan, OD pindahin aset dari $BNLI ke $BTPN.

$BNLI hati hati yaa besok. Supirnya supir medan. Galak bosss.

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BTPN Ada apa ini bisa ARA?

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BTPN uang 200jt juga langsung arašŸ˜‚

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BTPN udh gila si ndar beli 1000 lot di detik detik terakhir... awok awok awok awok

apakah $BTPN ara krn kasus yang salah beli pakai limit di Ajaib 1,8M?

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BTPN langsung arašŸ˜‚

@DRWChannel lololo nggak bahaya kah ini maniezz $BTPN $CUAN $PGEO

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BTPN wow tiba tiba ara

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Siapa yang meng-ARA kan $BTPN?

Atau salah pencet lagi?

ā€œKenapa Punya Senjata Sendiri Itu Wajib? Ini Efeknya ke Mental dan Cuan Kamuā€

Sisi Positif Belajar Semua Ilmu / Indikator
Belajar berbagai indikator, tools, dan strategi di awal perjalanan investasi itu nggak salah — bahkan bisa memperkaya wawasan.

Beberapa keuntungan belajar semuanya:
1. Kamu jadi lebih paham banyak pendekatan teknikal
2. Bisa tahu cara orang lain melihat pasar
3. Melatih rasa ingin tahu dan eksplorasi di awal belajar

Sisi Negatif Menerapkan Semua Ilmu Sekaligus
1. Banyak investor terjebak di fase ā€œbelajar terus, praktik nggak jalan.ā€
2. Ketika semua ilmu dicoba sekaligus:
3. Setiap indikator memberi sinyal berbeda → bingung ambil keputusan
4. Terlalu banyak variabel → muncul overanalisa
Ujungnya: ragu, stres, takut salah masuk, atau malah telat cuan

Efeknya ke psikologis:
1. Gak percaya diri
2. Mudah panik kalau harga bergerak gak sesuai harapan
3. Selalu cari indikator baru, padahal belum ngerti yang dipakai sekarang

Kenapa Harus Punya Senjata Sendiri?
"Senjata" di sini bukan cuma indikator, tapi cara berpikir, cara screening, dan pendekatan yang cocok dengan gaya kita sendiri.

Setelah punya senjata sendiri, efeknya luar biasa:
1. Lebih Percaya Diri
Kamu tahu kenapa kamu masuk posisi. Gak gampang goyah sama opini orang lain atau sinyal random di luar.
2. Lebih Tenang
Kamu bisa tunggu setup muncul dengan sabar, gak asal FOMO beli saham yang lagi rame.
3. Percaya Proses
Kamu tahu kalau hasil itu datang karena sistem yang kamu bangun, bukan karena kebetulan.
4. Gak Takut Nunggu
Kamu tahu market butuh waktu. Bukan langsung naik hari ini. Tapi karena kamu yakin pada entry kamu, kamu bisa tahan.
🧠 Kesimpulan:
Belajar banyak itu bagus, tapi jangan selamanya jadi kolektor ilmu.
Tujuan kita bukan menghafal semua indikator — tapi memahami mana yang paling cocok, lalu kuasai, perdalam, dan pakai terus-menerus.
Di grup ini, kita bareng-bareng akan belajar gimana:
Menemukan senjata itu
Menggunakannya secara konsisten
Dan mulai percaya diri menghadapi market tanpa takut


LINK TELEGRAM DI BIO FREE
RANDOM TAG
$KRYA $NICK $BTPN

Read more...

1/3

testestes
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Sabana di Padang Nyangkut Savana $ULTJ

Laporan kepemilikan saham per 31 Mei 2025 memperkuat narasi bahwa PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) adalah perusahaan susu yang dikendalikan sepenuhnya oleh keluarga Prawirawidjaja, terutama Sabana Prawirawidjaja. Dia bukan hanya pemilik saham mayoritas, tapi juga pendiri dan Direktur Utama perusahaan sejak berdirinya. Forbes bahkan mencatat Sabana sebagai tokoh utama di balik kesuksesan produk susu UHT dan teh kotak yang mendominasi pasar nasional. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Kepemilikan saham Sabana per Mei 2025 mencapai 5,47 miliar lembar atau 52,66% dari total saham beredar, dan ditambah dengan PT Prawirawidjaja Prakarsa yang memegang 2,47 miliar saham atau 23,78%, total kepemilikan keluarga ini mencapai 76,44%. Struktur kepemilikan ini menunjukkan dominasi tunggal dan minimnya keterlibatan investor institusi asing maupun publik dalam kendali manajerial ULTJ.

Yang menarik, saham milik Sabana tidak hanya disimpan di satu sekuritas, tapi tersebar melalui PT Shinhan Sekuritas Indonesia AH, PT Sucor Sekuritas AZ, dan PT Bank SMBC Indonesia Tbk $BTPN induk dari $BTPS. Hal ini mencerminkan pola kepemilikan yang umum di kalangan konglomerat, yakni menyebar aset di berbagai entitas agar lebih aman, efisien, dan terstruktur. Penggunaan jasa kustodian oleh Bank SMBC Indonesia tidak berarti sahamnya digadaikan atau dijaminkan ke bank. Penyimpanan di bank kustodian adalah hal yang wajar dan diatur oleh UU No. 8 Tahun 1995, POJK 50/POJK.04/2020, serta sistem penyimpanan efek KSEI. Tidak ada kode ā€œGā€ (gadai) atau ā€œJā€ (jaminan) yang tertera dalam laporan kepemilikan, artinya statusnya murni kepemilikan individu (kode "I").

Saham ULTJ di Bursa Efek Indonesia sudah eksis sejak IPO pada tahun 1990. Saham ini diklasifikasikan dalam sektor makanan dan minuman, dengan produk andalan berupa susu UHT, teh dalam kemasan, dan minuman berbasis susu lainnya. Saat ini, mayoritas sahamnya dikuasai oleh satu keluarga dan tersebar dalam beberapa sekuritas dan kustodian sebagai bagian dari pengelolaan kekayaan pribadi yang terorganisir.

Dengan struktur seperti ini, tidak hanya menunjukkan kekuatan kontrol internal yang solid, tetapi juga mencerminkan minimnya potensi pergeseran kepemilikan dalam jangka pendek. Artinya, ULTJ adalah perusahaan keluarga yang tetap dikuasai oleh pendirinya sampai hari ini, dengan manajemen saham yang rapi, tersentralisasi, dan tidak menunjukkan tanda-tanda adanya pelepasan kendali ke pihak luar.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...

1/10

testestestestestestestestestes

$BTPS vs $BRIS - Siapa yang Lebih Owner Oriented?

Dalam dunia pasar saham, kata "bagus" sering terlalu sempit ditentukan oleh grafik harga atau angka laba bersih. Tapi bagi Warren Buffett, yg terpenting bukan cuma pertumbuhan, melainkan karakter. Lebih tepatnya: karakter bisnis dan karakter orang-orang yg menjalankannya. Dalam buku The Essays of Warren Buffett: Lessons for Corporate America, Buffett menegaskan bahwa perusahaan ideal bukan cuma yg untung besar, tapi yg owner oriented—alias berorientasi pada pemilik saham.

Perusahaan seperti ini, menurut Buffett, punya ciri khas: manajemennya jujur dan rasional dalam alokasi modal, komisarisnya berani bicara jika strategi melenceng, insentif direksi selaras dgn kepentingan jangka panjang pemilik, dan yg paling penting, mereka memperlakukan pemegang saham bukan sebagai penonton, tapi sebagai rekan usaha. Filosofi ini menolak total cara pandang jangka pendek atau kepemimpinan yg hanya mementingkan karier CEO. Buffett percaya, kalau kita menemukan perusahaan seperti ini, maka kita bisa tidur tenang bahkan jika pasar tutup 10 tahun ke depan.

Nah, dengan kacamata itu, mari kita coba menakar dua bank syariah publik yg paling menonjol saat ini: BTPN Syariah (BTPS) dan Bank Syariah Indonesia (BRIS). Sama-sama menyandang embel-embel syariah, sama-sama tumbuh pesat—meski yg satu sdg tertatih, tapi apakah keduanya bisa dianggap sebagai perusahaan yg benar-benar mengutamakan kepentingan pemilik saham? Atau salah satunya lebih dekat dgn prinsip Buffet daripada yg lain?

Pertama, soal keterbukaan. BTPS punya gaya komunikasi yg sangat personal. Paparan publik mereka nggak terasa seperti jargon korporat, tapi lebih seperti pengakuan jujur dari seorang pebisnis yg tahu betul bisnisnya dan siap diaudit siapa pun. Manajemen BTPS berani mengakui risiko kenaikan NPF, tantangan sektor ultra mikro, dan ketidakpastian makro tanpa menyembunyikan kelemahan. Ini cocok banget dgn gaya Buffett, yg dalam surat tahunannya bisa terang-terangan bilang: ā€œKami membuat kesalahan besar tahun lalu.ā€ šŸ™ˆ

BRIS di sisi lain menyajikan laporan tahunan yg sangat lengkap, rapi, dan kaya visual. Tapi gaya bahasanya terasa lebih korporat, lebih "BUMN banget". Kita bisa lihat ambisi mereka membangun bank syariah terbesar Asia Tenggara, membuka cabang di Dubai, meluncurkan superApp, menerbitkan sukuk ESG—semuanya langkah besar. Tapi Buffett selalu bilang, ukuran bukan jaminan. Bahkan ia lebih suka perusahaan kecil asal manajemennya jujur dan berani berpikir seperti pemilik, bukan seperti manajer kontrak. Di sinilah BTPS sedikit lebih unggul secara gaya berpikir: mereka bukan sekadar tumbuh, tapi tahu kenapa mereka tumbuh dan buat siapa mereka tumbuh.

Soal insentif manajemen juga jd aspek yg menarik buat ditelaah lebih dalam. Seringkali, satu hal yg membedakan antara manajer biasa dan pemimpin yg berpikir seperti pemilik adalah: apakah mereka ikut menanggung risiko. Dan ternyata, baik di BTPS maupun BRIS, sinyal itu mulai tampak jelas. BTPS sejak awal udah punya program MESOP yg aktif, dan beberapa petingginya rutin membeli saham secara pribadi—termasuk di tahun 2025. Tapi BRIS pun ternyata nggak kalah. Di laporan tahunan 2024, nama-nama seperti Hery Gunardi dan jajaran direksi lainnya muncul sebagai pemilik langsung saham BRIS, bahkan tercatat membeli lagi di awal dan akhir 2024. Memang kepemilikannya kecil secara persentase, tapi secara nilai dan sikap, ini penting. Karena Buffett selalu tekankan: manajemen terbaik bukan cuma yg pintar, tapi yg juga berani bertaruh di perahu yg sama dgn pemegang saham. Dan di dua bank syariah ini, kita mulai lihat benih-benih pemikiran kayak gitu. Skin in the game bukan sekadar jargon, tapi mulai jd kenyataan.

Kalau kita bicara soal efisiensi penggunaan laba, posisi BRIS justru kini lebih unggul. ROE mereka terus naik stabil dan per 2025 sudah menyentuh 15,3%, lebih tinggi dari BTPS yg justru melandai tajam jadi 11,3%. Ini menarik, karena dulu BTPS dikenal sebagai bank dgn return tertinggi di sektor keuangan mikro—ROE bisa lebih dr 20%. Tapi sejak 2023 ke atas, tren mulai bergeser. BRIS berhasil menjaga ritme pengembalian modal meski sedang ekspansi ke banyak sektor: dari superapp, green sukuk, sampai pembiayaan properti dan UMKM. Sementara BTPS tampak masih dalam fase pemulihan, terutama setelah tekanan pada kualitas aset dan perubahan struktur pembiayaan pasca pandemi. Buffett sendiri sangat memperhatikan ROE bukan cuma sebagai angka, tapi sebagai refleksi cara manajemen menggunakan tiap rupiah modal. Dan kalau kita ikuti logikanya, maka BRIS saat ini terlihat lebih disiplin dan berhasil menjaga capital efficiency scr konsisten. Tetap ada nilai positif dari BTPS, apalagi mengingat fokus mereka pd segmen yg sangat niche dan sosial.

Dari sisi perlindungan investor minoritas, dua-duanya sama-sama aman secara struktur. BTPS dikuasai $BTPN (anak usaha SMBC Jepang), sementara BRIS dikuasai tiga bank Himbara. Nggak ada dual-class shares atau praktik mencurigakan dalam aksi korporasi. Namun lagi-lagi, BTPS terlihat lebih gesit sebagai entitas independen. Mereka bisa memutuskan strategi sendiri tanpa terlalu banyak layer birokrasi. Sedangkan BRIS, mau tidak mau harus mempertimbangkan harmoni antar pemilik mayoritas. Ini bukan hal buruk, tapi bisa jadi menghambat kecepatan respon terhadap peluang atau krisis—dan entah bagaimana kelak setelah Danantara merubah struktur kepemilikan, apakah akan lebih efisien atau sama saja. 😹

Dari sisi kebijakan buyback dan dividen, dua-duanya cukup rasional. Tidak ada aksi buyback kosmetik, dan dividen dibagikan sesuai kapasitas laba dan kebutuhan reinvestasi. Tidak agresif, tapi juga tidak pelit. Ini sesuai prinsip Buffett, yg lebih suka manajemen menahan laba jika bisa mengubahnya jadi nilai lebih besar, daripada membagi dividen cuma demi popularitas.

Kalau kita lihat struktur dewan dan manajemen, BRIS tampil jauh lebih besar dan kompleks dibanding BTPS. Per akhir 2024, BRIS punya 10 direktur aktif dan 10 komisaris, termasuk beberapa nama yg baru diangkat melalui RUPS. Sementara BTPS jauh lebih ramping, dgn jumlah manajemen inti dan komisaris yg lebih sedikit tapi stabil dari tahun ke tahun. Nah, menurut Buffett, ukuran bukan segalanya. Ia justru cenderung skeptis dgn organisasi yg terlalu gemuk, apalagi kalau struktur itu cuma menambah formalitas, bukan pengawasan yg nyata.

Dalam banyak surat tahunannya, Buffett bilang bahwa satu komisaris aktif lebih berharga daripada lima yg hanya hadir waktu RUPS. Dan itu masuk akal—karena governance sejati nggak ditentukan oleh jumlah orang, tapi oleh kualitas suara. Di BRIS, kita belum lihat sinyal eksplisit apakah komisaris independen mereka pernah menolak keputusan direksi, atau benar-benar bersikap sebagai ā€œpenjaga nilaiā€. Di BTPS pun, dokumentasinya belum setransparan itu, tapi struktur kecil mereka justru bikin lebih efisien—lebih gampang buat saling kontrol dan bertanggung jawab. Jadi kalau ngikutin prinsip Buffett, governance itu lebih baik ramping tapi tajam, daripada ramai tapi kabur.

Jadi, siapa yg lebih "owner orientedā€?

Jawabannya: BTPS unggul dalam gaya berpikir, efisiensi modal, dan struktur organisasi yg ramping tapi fungsional—hal yg bikin mereka bisa lebih lincah, fokus, dan gampang dipertanggungjawabkan. Sementara BRIS punya keunggulan di skala, jaringan institusional, dan misi besar mengintegrasikan keuangan syariah nasional. Tapi ukuran juga datang dgn kompleksitas, dan kadang menyulitkan koordinasi antar lini.

Dalam hal governance, BTPS punya kelebihan karena strukturnya sederhana dan efisien, meski transparansi soal fungsi pengawasan masih bisa ditingkatkan. BRIS sendiri punya struktur yg lengkap dan modern, tapi tetap perlu pembuktian bahwa dewan komisarisnya benar-benar aktif menjaga arah perusahaan, bukan cuma hadir sebagai formalitas. Jadi meskipun dua-duanya sudah bergerak ke arah yg benar, secara prinsip Buffettian, BTPS masih sedikit lebih dekat dgn esensi perusahaan yg dijalankan seperti milik sendiri.

Pada akhirnya, Buffett bilang: pilih perusahaan seperti kamu memilih partner bisnis. Bukan yg paling mewah, tapi yg paling bisa kamu percaya duduk di kursi sebelahmu selama 20 tahun ke depan. Dan itulah cara terbaik menilai saham—dengan perspektif kepemilikan, bukan spekulasi.

Disclaimer: lakukan analisis kualitatifmu sendiri, ini bukan mengarahkan untuk menabung di BSI atau jual beli saham apapun.

Read more...
2013-2025 Stockbit Ā·AboutĀ·ContactHelpĀ·House RulesĀ·TermsĀ·Privacy