Volume
PT Bakrie Telecom Tbk adalah perusahaan layanan jaringan tetap lokal tanpa kabel dengan mobilitas terbatas. Perseroan didirikan dengan nama PT Radio Telepon Indonesia (Ratelindo) pada tahun 1993 dengan fokus pada kegiatan usaha utama yaitu penyelenggaraan jasa dan jaringan telekomunikasi. PT Bakrie Telecom Tbk mengintegrasikan merek dagang Aha yang berada di bawah naungan perusahaan Bakrie Connectivity (BCON) dan ESIA yang berada di bawah lingkup BTEL guna mendukung optimalisasi layanan data.
BTEL - PT. Bakrie Telecom Tbk Rp 0 0 (0%) Info Selengkapnya! JAKARTA. PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL), emiten telekomunikasi milik Grup Bakrie, membukukan kerugian sebanyak Rp54,49 miliar pada sembilan bulan pertama (9M) 2024. Kerugian tersebut lebih rendah 26% year-on-year (yoy) atau diband...
idnfinancials.com
https://cutt.ly/5eKwCSQJ
Bakrie Telecom ($BTEL) mencatat kerugian sebesar Rp54,59 miliar hingga 30 September 2024. Meski masih merugi, angka ini menyusut 26 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp73,66 miliar. Dengan hasil tersebut, rugi bersih per saham naik menjadi Rp1,75, dari sebelumnya Rp1,48.
BTEL - PT. Bakrie Telecom Tbk Rp 0 0 (0%) Info Selengkapnya! JAKARTA - Anindya Novyan Bakrie didapuk sebagai Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia hasil Musyawarah Luar Biasa (Munaslub) pada akhir pekan lalu (14/9). Berikut perusahaan di pasar modal di mana Anindya Novyan Ba...
idnfinancials.com
Indodax bisa diretas ya?
berarti ekosistemnya belum aman nih.
Masih disimpan di"server" Indodax ?
Kalau bicara kepercayaan harusnya seperti perbankan harus menanggung kehilangan dana nasabah.
Kalau kelak ga bisa ganti, artinya bisnis penghubung kripto ini berbahaya karena tidak menerapkan manajemen resiko entah diasuransikan.
Dulu ya, saham juga ekosistem masih berbahaya. Kisah sekuritas Sarijaya Permana SP masih menggabungkan dana maupun saham nasabah ke perusahaan.
Konon menurut investigasi sebuah media, penyalahgunaan dana maupun saham tersebut karena ulah BNBR yang merepokan saham BUMI yang baru dibayar hanya 15 miliar dari total 35 miliar. BNBR ini ternyata diduga suka ngemplang belum lagi yang teranyar dana FAST.
Agar dana kekurangan 20 miliar dapat kembali HR eks pemilik Bank Bali yang sudah kesulitan keuangan, nekad menggoreng menggunakan saham nasabahnya dengan harapan selisihnya dapat menjadi keuntungan menutupi selisih hutang tersebut. Sialnya kondisi global juga terkena krisis finansial subprime mortage USA. Saham yang digoreng terkena aksi ambil untung guyuran.
Pada akhirnya SP yang masanya merupakan sekuritas terbesar kedua ditutup akibat skandal diatas. Korban bunuh diri juga terjadi pada kepala cabang terbesar SP diatas.
Selang setahun berikutnya Optima sekuritas juga menggelapkan dana nasabah dengan nilai lebih fantastis sampai 1 triliun lebih
Sejak itulah ada pemisahan dana saham disimpan di KSEI maupun dana uang langsung ke rekening nama nasabah.
$BNBR $BUMI $ELTY $JGLE $BTEL
$MORA Nyangkut di $BTEL
Hari ini saya baca LK MORA dan menemukan fakta kalau MORA itu nyangkut di perusahaan BTEL.
Bagi generasi zaman now yang tidak tahu BTEL, ini adalah operator telekomunikasi Esia yang kalah dalam perang harga melawan $TLKM $ISAT dan $EXCL. Pelajaran yang bisa diambil dari BTEL adalah pedang harga dan Bleeding Cashflow bisa membuatmu almost bangkrut.
Kronologi investasi PT Mora Telematika Indonesia Tbk (MORA) dalam PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) dimulai pada tahun 2014 ketika MORA menjadi salah satu kreditur yang terdampak oleh masalah keuangan BTEL. Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, melalui putusan No. 59/PDT.SUS-PKPU/2014/PN.NIAGA JKT.PST tertanggal 9 Desember 2014, memutuskan bahwa BTEL harus melunasi piutangnya kepada MORA sebesar Rp10.438.711.592. Pembayaran ini direncanakan dalam beberapa tahap: Rp3 miliar dibayarkan dalam 84 bulan pertama, 70% dari sisa piutang melalui Obligasi Wajib Konversi, dan sisa piutang dilunasi dalam 66 bulan berikutnya. Namun, BTEL gagal membayar cicilan pertamanya dalam waktu yang ditentukan ❌. https://bit.ly/45FDAJu
Pada tahun 2016, sebagai tanggapan atas kegagalan BTEL untuk melakukan pembayaran, MORA menerima Obligasi Wajib Konversi senilai Rp5.207.098.114 dengan jangka waktu 10 tahun sebagai bentuk pelunasan sebagian piutang. Namun, kondisi keuangan BTEL yang memburuk membuat manajemen MORA menilai bahwa obligasi tersebut tidak lagi memiliki nilai yang layak. Dalam upaya untuk mencerminkan kondisi ini dengan benar dalam laporan keuangannya, pada tahun 2017, MORA memutuskan untuk mencatat cadangan kerugian penurunan nilai penuh sebesar Rp5.207.098.114 ❌. Keputusan ini menunjukkan langkah proaktif MORA dalam mengelola risiko keuangan yang muncul akibat hubungan bisnis dengan BTEL. https://bit.ly/3YGX6Dc
Jadi ini BTEL tidak bisa bayar utang ke MORA. Dan akhirnya untuk bisa bayar MORA pakai duit, Si BTEL bayarnya pakai obligasi wajib konversi (OWK) alias utang dibayar pakai saham. Berhubung itu saham BTEL sudah mati suri hampir 10 tahun maka MORA ikhlaskan saja itu utang langsung dikali nol. Hapus buku.
Kalau pernah nonton film Suzanna, itu ada cerita sundel bolong pesan sate 200 tusuk, tidak dibayar pakai duit.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
(caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Dan jangan lupa kunjungi Pintarsaham di sini
https://bit.ly/3QtahWa
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://bit.ly/3YGX6Dc
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
https://bit.ly/44osZSV
https://bit.ly/47hnUgG
https://bit.ly/47eBu4b
https://bit.ly/3LsxlQJ
1/3
Ngapain $EXCL mau merger sama $FREN ? Merger gak nambah valuasi malah membebani investor XL. Itu $FREN dibiarin juga mati sendiri tahun depan kek $BTEL🤣🤣🤣
Update Kinerja Emiten 6M24
Berikut adalah link untuk tabel kinerja emiten yang telah diupdate per 21 Agustus 2024:
https://cutt.ly/5enykHk5
Berikut statistiknya:
1. Ada 448 emiten yang revenuenya mengalami kenaikan, sementara 319 mengalami penurunan;
2. Ada 396 emiten yang net profitnya mengalami kenaikan, sementara 371 mengalami penurunan;
3. Sebanyak 294 emiten yang baik revenue maupun net profitnya mengalami kenaikan;
4. Ada 217 emiten yang baik revenue dan net profitnya mengalami penurunan;
5. Sementara itu, sebanyak 154 emiten revenuenya naik, tapi net profitnya turun;
6. Sisanya sebanyak 102 emiten revenuenya turun, tapi net profitnya naik.
$ITMG $PANI $FREN $GOOD $BTEL
Semoga bermanfaat 🙏
News Update
👉 Jumat berkah, IHSG ditutup menguat 0,30% ke level 7,432 dan Asing catatkan net buy Rp770M.
👉 Jelang HUT Ke-79 RI, Rupiah naik tipis 0,06% ke level Rp15,693/USD.
👉 Investasi tumbuh di kisaran 4,4%, Lebih lambat dari laju pertumbuhan ekonomi.
👉 Sudah di suspensi 5 Tahun, $BTEL cetak rugi Rp50,17M di semester I/2024.
👉 $ADHI siap lunasi Obligasi seri B yang senilai Rp473,5M.
👉 Pefindo Sematkan Rating idBB- untuk Obligasi $PPRO .
👉 $GOTO curi start kejar cuan dari anggaran makan bergizi gratis senilai Rp71T.
👉 $INAF mengangkat Didi Agus Mintadi jadi Plt. Komisaris Utama.
Potret Industri Operator Telekomunikasi Indonesia
---------------
Saat menulis ini, kami sedikit nostalgia pada masa-masa sekitar tahun 2000-an awal. Masa itu ditandai dengan banyak sekali operator seluler dan hampir semua operator seluler kala itu pernah kami coba demi membandingkan mana yang menawarkan harga yang paling murah dalam mengirimkan SMS dan nelpon semalaman 😁
Masih jelas juga dalam ingatan beberapa kode nomor operator seluler, seperti kartu simPATI yang awalanya 0813 atau 0821, kartu Halo di 0811, Tri 0899, Mentari 0858 mengingat kode ini cukup penting dulu, karena kalau mau nelpon harus sesama operator biar murah.
Periode tahun 2000 -an awal, dari ingatan kami dan hasil riset, ada sekitar 10 operator telekomunikasi yang beroperasi dengan berbagai “brand” yang tersedia (Gambar 1)
- $TLKM , dari entitas anaknya Telkomsel (TSEL) melahirkan brand simPATI, kartu Halo, Kartu AS, dan LOOP, Telkom Indonesia saat itu juga memiliki brand Flexi
- $ISAT , dulunya punya IM3, Mentari, Starone, dan Matrix
- Hutchison dengan brand “3” (Tri)
- STC dengan brand AXIS
- $EXCL juga punya 3 brand waktu itu, XL, Bebas dan Jempol
- Smartel dengan brand Smart
- Mobile 8 dengan brand Fren, Mobi, dan Hepi
- Net1 milik Sampoerna Group dengan brand Ceria
- $BTEL dengan brand Esia
Setelahnya, 1 dekade kemudian, terjadi banyak perubahan dalam industri operator seluler ini. Banyak brand yang kemudian “dimatikan” dan “disederhanakan.” Bukan hanya brand saja yang semakin sedikit, namun jumlah pemain diindustri ini juga semakin sedikit.
Rasanya semua bermula pada tahun 2009 saat terjadi banyak konsolidasi dan mulainya perpindahan teknologi dari CDMA (Code Division Multiple Access) ke teknologi GSM (Global System for Mobiles).
Dan kalau kita coba runut peristiwanya, brand yang memakai jaringan CDMA duluan menutup operasionalnya yang diikuti dengan aksi korporasi merger antar pemain di industri operator telekomunikasi seluler.
- 2009 Mobile-8 diakuisisi Sinarmas Group yang akhirnya dimerger dengan Smart Telecom melahirkan PT Smartfren Telecom ( $FREN )
- 2014 PT Axis Telekom Indonesia efektif diakuisisi oleh PT XL Axiata, sehingga brand AXIS kini berada di bawah EXCL bukan entitas yang berdiri sendiri
- 2014 Telkom Indonesia resmi menghentikan operasional Flexi
- 2015 Giliran Indosat yang mengentikan operasional StarOne
- 2016 giliran Bakrie Telecom (BTEL) yang memutuskan untuk meninggalkan industri operator seluler, Esia benar-benar sudah tidak bisa dihentikan
- 2017 Ceria berganti menjadi Net 1 Indonesia dan diganti menjadi 4G LTE
- 2017 Pada akhir tahun Smartfren resmi menutup layanan CDMA, yang menjadi layanan CDMA terakhir di Indonesia
- 2022 Indosat dan 3 resmi merger dan membentuk Indosat Ooredoo Hutchison
- Terbaru ada kabar merger antara EXCL dan FREN.
Merger dan konsolidasi, penyederhanaan merek ini membuat peta persaingan industri telekomunikasi memang mengerucut. Telkomsel melebur brand simPATI, Halo, KartuAS, Loop menjadi Telkomsel prabayar dan pascabayar saja, mengikuti jejak ISAT yang sebelumnya melebur brand Mentari, Matrix menjadi IM3.
Jadi saat ini ada 4 besar pemain, TLKM, ISAT, EXCL dan FREN. Jika EXCL dan FREN kemudian merger, maka akan tersisa 3 pemain diindustri ini.
Merger nya pemain industri telekomunikasi seluler memang sudah diramalkan jauh-jauh hari. Merger antar perusahaan telekomunikasi seluler memang bisa mengoptimalkan sumber daya yang mereka miliki yang akhirnya mampu meningkatkan skalabilitas yang akhirnya bisa lebih memaksimalkan profitabilitas.
Jika kita melihat dari jumlah pelanggan masing-masing operator telekomunikasi yang tersisa sekarang, TLKM memang masih menjadi market leader (gambar 2) dengan 159,3 juta pelanggan di tahun 2023, disusul oleh ISAT dengan 98,8 juta pelanggan (setelah merger dengan TRI), dan diposisi ketiga, EXCL dengan 57,5 juta pelanggan dan FREN sebesar 36,5 juta.
Dengan anggapan merger EXCL dan FREN yang merger dan berdasarkan jumlah pelanggan di 2023, EXCL + FREN masih tetap di posisi ketiga, dengan total sekitar 94 juta pelanggan.
Peta persaingan industri telekomunikasi seluler memang cukup menarik untuk dilihat dalam beberapa tahun kedepan, apalagi banyak yang meramalkan bahwa Starlink juga berpotensi mengambil irisan market pemain telekomunikasi seluler dan ISP (Internet Service Provider) dalam memberikan layanan komunikasi dan data.
Kira-kira apakah memang Starlink akan mendirupsi pemain industri telekomunikasi?
—
Kalau teman-teman kesulitan menjawabnya dan ingin belajar lebih dalam mengenai industri telekomunikasi seluler, kami membuat webinar “TELCO INDUSTRY VS STARLINK” di tanggal 24 Agustus 2024.
Benefit yang didapatkan:
- Mengetahui beragam model bisnis perusahaan telekomunikasi
- Mengetahui peta persaingan industri telekomunikasi dalam negeri
- Mengetahui seberapa besar ancaman Starlink ke industri telekomunikasi dalam negeri
- Akses Grup Telegram setelah webinar untuk Q&A sepuasnya!
Untuk info pendaftaran, bisa WA kami lewat link berikut https://cutt.ly/Jex9SJEu
1/3