Volume
Avg volume
PT Formosa Ingredient Factory Tbk. (BOBA) memiliki kegiatan usaha utama pada bidang produksi, produk tapioca pearl, topping jelly, popping boba, premium sauce, syrup dan premix powder. Dalam menjalankan usahanya, Perseroan memiliki visi untuk memproduksi berbagai macam produk berkualitas tinggi dan aman untuk dikonsumsi yang didukung oleh kapasitas pabrik yang masif, fasilitas produksi yang canggih serta higenis. Selain itu didukung dengan standarisasi sesuai dengan standar keamanan pangan yaitu ISO 22000 : 2018. BPOM dan sertifikasi Halal. Untuk mencapai visi tersebut, Perseroan memiliki misi yaitu untuk menjadi pemain utama pa... Read More
$BOBA 10 Apr 25
Shareholder : Dewi Irianty Wijaya
Type : Local
Bought : +466,000 (+0.04%)
Current : 67,151,100 (5.81%)
Previous : 66,685,100 (5.77%)
Sebuah pengingat bagi saya, bahwa baik dengan siapa saja iya. Namun, kala transaksi saham. Kita tidak tahu beli dan jual dari siapa. Begitu sudah di pasar modal, ya transaksi masing-masing.
Belajar dari siapa saja, ambil sisi baiknya. Eliminasi sisi buruknya. Hal yang terus saya pelajari dari pasar modal.
Random tag: $ELIT $BOBA $FWCT
Punya lima puluh lot $FORE dapat kopi gratis. Berarti tidak perlu menunggu RUPS Tahunan, baru dapat kopi gratis. 🤣
Random tag: $KMDS $BOBA
@HartadiTanjoyo yang ada keran dividendnya pak, dan masih bisa bertumbuh entah karena market sharenya masih kecil atau Market Size bisnisnnya masih tumbuh konsumennya, garis besarnya begitu. Kalo lihat porto saya sih lebih ke dividend growth jatohnya.
Contoh $RALS , saya udah kepincut lama ngeliat qualitas aset dan managemennya, cuma udah 6 bulan ini pelajarin bisnisnnya belom pede kalo mereka bisa bertumbuh dengan murahnya barang China yang masuk sini.
Kalo past investment yang cepet banget jualnya $BOBA , itu karena saya suka bisnisnnya dan pede masih bisa growth dengan sirup dan kontrak gede dari Quacker Oats. Jual karena kebetulan mau beli yang lain dan email saya gak dibales bales sama corsec.
kalo diinget inget sih, saya memang menitik beratkan di Growth baru dividend, soalny Rals dividendnya gede tapi saya belumm pede dengan growthnya.
Tidak Semua Emiten Merasa Perlu Public Expose
Dokumen Pemenuhan Kewajiban Public Expose pada $BOBA dan $KMDS lalu bagaimana jika investor ingin bertanya? Bisa kirim email ke Corporate Secretary, selain itu datang pada RUPS Tahunan.
Ada juga $BNLI yang memutuskan tetap melakukan Public Expose. Emiten membuka ruang untuk pemegang saham dan publik untuk bertanya
@fadhilonn @dederaditya $BOBA sudah memenuhi kewajiban pubex lewat dokumen ringkasan kinerja Full Year 2024.
Satu-satunya cara untuk bertanya kepada manajemen, ditanyakan usai RUPS Tahunan. Siapa tahu pada mau mampir ke Alam Sutera nanti. 🙏
$BOBA pada Q4 2024 membukukan Laba Bersih Rp 4 B atau turun -25.85% dibanding Q4 2023 sebesar Rp 5 B. Pada perdagangan saat ini, PE Ratio (TTM) perseroan berada di level 11.13x.
Pendapatan meningkat 3.18% menjadi Rp 49 B. Gross Profit Margin di kuartal ini adalah 28.64% dibandingkan dengan 32.15% di periode yang sama tahun lalu. Laba Kotor tercatat turun -8.07% menjadi Rp 14.05 B.
Sementara itu Beban Keuangan $BOBA tercatat sebesar Rp (1 B). Total Debt pada Q4 2024 sebesar Rp 239 M dibanding Rp 484 M di Q4 2023.
Dari sisi Arus Kas, $BOBA melaporkan positive Operating Cashflow sebesar Rp 5 B.
Data tersaji dalam kuartalan, bukan year to date.
Selengkapnya Data Finansial bisa diakses http://stockbit.com/symbol/BOBA/financials
KMDS - PT. Kurniamitra Duta Sentosa Tbk Rp 675 +10 (+2,00%) Info Selengkapnya! JAKARTA – PT Formosa Ingredient Factory Tbk (BOBA), produsen dan distributor bahan baku produk Food and Beverage (FnB) milik investor Taiwan, membukukan pertumbuhan laba bersih 6,82% menjadi sebesar Rp15,98 mili...
idnfinancials.com
Dansa Modal yang Tak Terlihat: Mengungkap Interaksi Strategis Siklus Kas dan Piutang Dagang PT Formosa Ingredient Factory Tbk
Prolog: Di Balik Tabir Angka Keuangan
Dalam lanskap bisnis yang kompleks, modal kerja berperan seperti aliran darah yang tak terlihat namun vital. PT Formosa Ingredient Factory Tbk, produsen bahan makanan dan minuman yang sedang bertumbuh, menyajikan studi kasus menarik tentang bagaimana pengelolaan komponen modal kerja yang tampak sederhana—persediaan, piutang, dan utang—sesungguhnya mencerminkan keputusan strategis yang menentukan posisi kompetitif perusahaan.
Penelitian ini membedah laporan keuangan 2023-2024 untuk mengungkap 'koreografi tersembunyi' antara siklus konversi kas dan dinamika piutang dagang, menghadirkan dimensi yang jarang terungkap dalam analisis keuangan konvensional.
Anatomi Sebuah Paradoks: Siklus Konversi Kas yang Mengejutkan
Siklus konversi kas PT Formosa terungkap mencapai 40,6 hari—sebuah angka yang mengandung paradoks menarik. Di satu sisi, angka ini mengindikasikan kebutuhan pendanaan operasional yang substansial; di sisi lain, ia mencerminkan keputusan strategis yang disengaja dalam mendukung ekspansi pasar.
Komponen yang membentuk angka ini menyingkap narasi yang lebih kompleks:
* **Perputaran Persediaan (DIO) 54,5 hari**: Terjadi kontraksi persediaan sebesar 12,3% (dari Rp19,99 miliar menjadi Rp17,53 miliar), mengindikasikan respons adaptif terhadap dinamika pasar atau upaya melepaskan modal yang 'tertidur'.
* **Periode Penagihan Piutang (DSO) 59,9 hari**: Ekspansi piutang sebesar 18% (menjadi Rp31,67 miliar) melampaui pertumbuhan penjualan 15,9%, mencerminkan pergeseran kebijakan kredit yang lebih dari sekadar kelalaian operasional—ini adalah pilihan strategis.
* **Periode Pembayaran Pemasok (DPO) 73,8 hari**: Perusahaan cerdik memanfaatkan utang dagang sebagai sumber pendanaan tanpa bunga, menciptakan mekanisme kompensasi terhadap kebutuhan modal kerja yang meningkat.
Kalkulasi sederhana menunjukkan implikasi finansial yang signifikan: setiap pertumbuhan penjualan Rp1 miliar membutuhkan tambahan modal kerja Rp111 juta. Dengan pertumbuhan penjualan Rp24,49 miliar pada 2024, perusahaan harus mengalokasikan sekitar Rp2,72 miliar hanya untuk mendanai ekspansi modal kerjanya—dimensi yang sering terabaikan dalam perencanaan pertumbuhan konvensional.
Piutang Dagang: Kisah yang Tersembunyi di Balik Angka
Analisis granular terhadap piutang dagang PT Formosa mengungkap lapisan makna yang tidak tertangkap dalam laporan keuangan standar. Meskipun 78,3% piutang masih dalam kategori belum jatuh tempo dan piutang bermasalah (>90 hari) minimal (0,6%), konstelasi pelanggan menciptakan kompleksitas yang menarik.
Yang paling mencolok adalah kasus PT Kurniamitra Duta Sentosa Tbk—entitas yang memainkan dua peran sekaligus: pemegang saham dan pelanggan utama dengan 23,96% kontribusi penjualan. Piutang sebesar Rp3,99 miliar (12,6% dari total) kepada entitas ini mencerminkan dilema klasik: apakah ini merupakan inefisiensi pengelolaan modal kerja atau investasi strategis dalam hubungan bisnis jangka panjang?
Kebijakan penyisihan piutang tak tertagih sebesar Rp13,99 juta (hanya 0,04% dari total piutang) juga menimbulkan pertanyaan kritis. Angka ini jauh di bawah standar industri (1-2%), menunjukkan salah satu dari dua kemungkinan: keyakinan luar biasa manajemen terhadap kualitas pelanggannya atau keengganan untuk mengakui potensi risiko dalam kondisi ekonomi yang semakin tidak menentu.
Dialog Dinamis: Piutang sebagai Penentu Siklus Konversi Kas
Hubungan antara piutang dagang dan siklus konversi kas PT Formosa tidak sekadar korelasi statistik, melainkan dialog strategis yang dinamis. Perpanjangan periode piutang menjadi driver utama dalam siklus konversi kas, namun perusahaan menunjukkan kesadaran strategis dengan mengimplementasikan tindakan penyeimbang.
Penurunan persediaan sebesar 12,3% tampak sebagai respons kompensatif terhadap ekspansi piutang, mencerminkan pemahaman manajemen terhadap kebutuhan keseimbangan dalam portofolio modal kerja. Pengoptimalan utang dagang (73,8 hari) menciptakan mekanisme pendanaan internal yang efektif untuk menyeimbangkan perpanjangan siklus piutang.
Ini adalah orkestrasi modal kerja yang disengaja, bukan sekadar akumulasi keputusan operasional yang terfragmentasi.
Trilema Strategis: Tiga Skenario untuk Masa Depan
Eksplorasi terhadap tiga skenario alternatif menghadirkan pilihan-pilihan dengan trade-off yang menarik:
**Skenario Kontraksi**: Pengetatan kebijakan kredit untuk mengurangi DSO dari 59,9 menjadi 45 hari akan membebaskan modal kerja Rp7,32 miliar—sebuah "pembebasan modal" yang signifikan. Namun, konsekuensinya adalah potensi penurunan penjualan 3-5% akibat hilangnya pelanggan yang sensitif terhadap syarat kredit. Ini adalah pilihan konservatif yang mengutamakan likuiditas di atas pertumbuhan.
**Skenario Ekspansi**: Pelonggaran kebijakan kredit dengan meningkatkan DSO menjadi 70 hari akan menambah kebutuhan modal kerja Rp4,88 miliar, namun menjanjikan pertumbuhan penjualan 7-10%. Ini adalah strategi agresif yang menggunakan modal kerja sebagai instrumen penetrasi pasar—pendekatan yang menarik dalam industri dengan margin kontribusi tinggi.
**Skenario Orkestral**: Pendekatan yang paling menarik adalah optimalisasi simultan ketiga komponen siklus konversi kas: menurunkan DSO menjadi 55 hari melalui insentif pembayaran awal, mengefisienkan persediaan mencapai DIO 45 hari, dan menegosiasikan dengan pemasok untuk memperpanjang DPO menjadi 80 hari. Kombinasi ini berpotensi mempersingkat siklus konversi kas menjadi 20 hari, membebaskan modal kerja sekitar Rp10,21 miliar tanpa mengorbankan momentum pertumbuhan.
Epilog: Modal Kerja sebagai Seni Strategis, Bukan Sekadar Administrasi Finansial
Analisis mendalam terhadap PT Formosa Ingredient Factory Tbk menunjukkan bahwa pengelolaan modal kerja yang efektif lebih merupakan seni strategis daripada sekadar ilmu hitungan. Piutang dagang dan siklus konversi kas bukan hanya metrik operasional, melainkan cerminan keputusan fundamental tentang posisi perusahaan dalam ekosistem bisnisnya.
Transformasi pengelolaan modal kerja dari aktivitas administratif menjadi kapabilitas strategis membutuhkan pendekatan yang mengintegrasikan beberapa dimensi:
1. **Segmentasi Kebijakan Kredit**: Menerapkan diferensiasi syarat kredit berdasarkan nilai strategis pelanggan, bukan sekadar peringkat risiko finansial.
2. **Digitalisasi Penagihan**: Mengotomatisasi proses penagihan dengan sistem peringatan dini berbasis kecerdasan buatan.
3. **Implementasi Manajemen Persediaan Prediktif**: Mengembangkan sistem yang merespons pola permintaan secara real-time.
4. **Negosiasi Strategis dengan Pemasok**: Mengembangkan program pemasok strategis yang menciptakan nilai bersama melalui rantai pasokan yang lebih terintegrasi.
Dalam lanskap bisnis yang semakin kompleks dan kompetitif, transformasi modal kerja dari beban administratif menjadi kapabilitas strategis akan membedakan perusahaan yang sekadar bertahan dari yang benar-benar berkembang. PT Formosa Ingredient Factory Tbk, dengan pengelolaan modal kerjanya yang sudah menunjukkan kesadaran strategis, berada pada posisi yang menjanjikan untuk melakukan transformasi ini.
Dansa modal kerja yang tak terlihat ini—interaksi dinamis antara pengelolaan piutang, persediaan, dan utang dagang—akan terus menjadi determinan penting dalam membentuk trajektori pertumbuhan dan ketahanan finansial perusahaan di masa depan.
$BOBA $KMDS
1/7
PT Formosa Ingredient Factory Tbk - Menavigasi Pertumbuhan dalam Ekosistem F&B Ingredient yang Kompetitif
Potret Transformasi: Di Balik Angka-Angka Pertumbuhan
PT Formosa Ingredient Factory (FIF) menunjukkan tren pertumbuhan yang menarik di tengah gejolak pasar bahan baku F&B Indonesia. Dengan peningkatan pendapatan 15,9% YoY mencapai Rp178,26 miliar, FIF memperlihatkan kemampuan memanfaatkan momentum pertumbuhan konsumsi domestik. Namun, narasi sesungguhnya lebih kompleks dari sekadar angka pertumbuhan ini.
Margin kotor yang tumbuh lebih cepat dari pendapatan (25,3% vs 15,9%) mengindikasikan transformasi strategis dalam pendekatan operasional perusahaan. Ini bukan sekadar efisiensi biaya, melainkan pergeseran fundamental dalam posisi negosiasi FIF dengan para pemasok dan pelanggannya. Kemampuan mempertahankan margin di tengah fluktuasi harga komoditas global merupakan indikator kematangan bisnis yang sering terabaikan dalam analisis konvensional.
Pertanyaan kritisnya: *Apakah peningkatan margin ini berkelanjutan atau sekadar anomali jangka pendek akibat timing pembelian bahan baku yang strategis?*
Anatomi Model Bisnis: Co-Manufacturing sebagai Kunci Pertumbuhan
FIF telah mengembangkan model bisnis yang unik dalam ekosistem F&B Indonesia, dengan pendekatan co-manufacturing yang memberikan fondasi stabilitas sambil memungkinkan ekspansi. Perpanjangan kontrak dengan PT Quaker Indonesia hingga Juli 2025 (dengan opsi hingga Agustus 2026) menjadi jangkar pertumbuhan yang signifikan.
Pola ini merepresentasikan transisi penting dalam industri bahan makanan Indonesia – dari model tradisional "one-stop ingredient supplier" menjadi "strategic manufacturing partner" bagi brand global. Menariknya, di saat pesaing lokal masih memfokuskan diri pada suplai bahan baku generik, FIF telah memposisikan dirinya di rantai nilai yang lebih tinggi.
Namun, kecepatan pertumbuhan beban operasional (42,9% YoY) yang jauh melampaui pertumbuhan pendapatan menunjukkan investasi signifikan dalam kapabilitas operasional – kemungkinan untuk memenuhi standar kualitas dan konsistensi yang dipersyaratkan oleh mitra internasional seperti Quaker. Ini adalah investasi strategis yang mungkin berdampak negatif pada profitabilitas jangka pendek, namun memperkuat posisi kompetitif FIF dalam jangka panjang.
Paradoks Dependensi Pelanggan: Kekuatan atau Kelemahan?
Struktur pendapatan FIF menunjukkan konsentrasi yang signifikan pada beberapa pelanggan utama. PT Kurniamitra Duta Sentosa Tbk menyumbang 23,96% dari total pendapatan, mengisyaratkan hubungan strategis yang mendalam, namun juga risiko dependensi.
Paradoksnya, dalam industri ingredient F&B Indonesia, hubungan yang sangat terkonsentrasi ini justru bisa menjadi keunggulan kompetitif jika dikelola dengan tepat. Berbeda dengan pandangan konvensional yang menganggap diversifikasi pelanggan sebagai perlindungan, konsentrasi pelanggan di industri ini sering kali berkorelasi dengan kedalaman integrasi proses dan ikatan operasional yang sulit direplikasi kompetitor.
Pelepasan kepemilikan di PT Nutri Boga Sukses pada Juli 2024 mencerminkan fokus strategis FIF untuk mengalokasikan modal dan energi manajerial pada core competency mereka, yaitu co-manufacturing dan custom ingredient solutions, dibandingkan ekspansi horisontal yang mungkin mengganggu fokus operasional.
Dinamika Arus Kas: Metamorfosis Struktural
Peningkatan arus kas operasional sebesar 55,5% mencapai Rp22,07 miliar merupakan sinyal kuat pengelolaan modal kerja yang matang. Kemampuan perusahaan mengonversi pertumbuhan pendapatan menjadi kas bersih mengindikasikan kekuatan bargaining position dalam rantai pasok mereka.
Namun, peningkatan arus kas keluar untuk investasi sebesar 240,7% menunjukkan ambisi ekspansi kapasitas yang agresif. Jika ditelaah lebih lanjut, investment outflow sebesar Rp8,03 miliar ini hampir seluruhnya dialokasikan untuk penambahan fixed assets, mengindikasikan persiapan antisipasi permintaan di masa depan.
Yang menarik, perusahaan tampak lebih konservatif dalam kebijakan dividen, dengan penurunan dari Rp8,09 miliar di 2023 menjadi hanya Rp2,31 miliar di 2024. Ini menandakan prioritisasi pada re-investasi laba untuk pertumbuhan organik dibandingkan distribusi kepada pemegang saham – strategi yang sering tampak pada perusahaan yang melihat peluang ekspansi besar di depan mata.
Eksposur Mata Uang: Dimensi Tersembunyi dari Strategi Pengadaan
Posisi net liability dalam mata uang asing sebesar Rp11,47 miliar mencerminkan ketergantungan FIF pada bahan baku impor – situasi yang umum di industri bahan makanan spesialisasi. Yang lebih menarik adalah absennya strategi hedging komprehensif dalam catatan keuangan, mengindikasikan pendekatan 'natural hedging' yang mengandalkan penyesuaian harga kepada pelanggan daripada instrumen keuangan derivatif.
Dalam konteks volatilitas rupiah yang relatif terkendali sepanjang 2024, pendekatan ini mungkin belum menimbulkan konsekuensi signifikan. Namun, ini merupakan area kerentanan yang perlu diperhatikan investor, terutama jika terjadi depresiasi rupiah yang signifikan di masa depan.
Momentum Pertumbuhan vs. Kerentanan Struktural
Rasio-rasio keuangan utama FIF mencerminkan perusahaan dengan fondasi yang solid namun berada dalam fase transisi strategis:
- **ROE yang menunjukkan tren penurunan**: 10,1% di 2024 vs 10,5% di 2023, mengindikasikan tekanan pada efisiensi pemanfaatan modal pemegang saham
- **Current ratio yang kuat**: 4,8x di 2024 menunjukkan likuiditas yang sehat, tetapi juga berpotensi mengindikasikan alokasi modal yang kurang optimal
- **Debt-to-equity ratio yang sangat rendah**: 0,15x menandakan ruang yang besar untuk leverage pembiayaan ekspansi di masa depan
Meskipun demikian, kerentanan struktural tetap ada dalam bentuk dependensi pada beberapa pelanggan besar dan tantangan untuk mempertahankan momentum pertumbuhan di tengah meningkatnya tekanan kompetitif. Industri bahan makanan spesialisasi di Indonesia sedang mengalami konsolidasi, dengan pemain regional (terutama dari Thailand dan Malaysia) memasuki pasar dengan keunggulan skala ekonomi yang signifikan.
Kesimpulan Strategis: Beyond The Numbers
FIF berada di persimpangan strategis yang krusial. Di satu sisi, model co-manufacturing dengan mitra global memberi stabilitas pendapatan dan akses ke praktik industri terbaik. Di sisi lain, ketergantungan ini juga membatasi fleksibilitas strategis dan berpotensi melemahkan daya tawar dalam negosiasi kontrak di masa depan.
Kemampuan FIF untuk mempertahankan margin kotor yang meningkat sambil mengendalikan beban operasional akan menjadi determinan utama kinerja jangka menengah. Sementara investasi dalam kapasitas produksi dan peningkatan efisiensi operasional tampak pada tren pengeluaran modal, keberhasilan konversi investasi ini menjadi pendapatan dan profitabilitas masih harus dibuktikan.
Bagi investor potensial, FIF menawarkan eksposur ke segmen spesialisasi industri F&B Indonesia dengan model bisnis yang lebih defensif dibandingkan produsen consumer goods langsung. Namun, premi valuasi signifikan dibandingkan industri hanya dapat dipertahankan jika perusahaan berhasil mendemonstrasikan kemampuan untuk mengkapitalisasi investasi strategis mereka menjadi pertumbuhan pendapatan dan profitabilitas yang berkelanjutan.
Dalam lanskap bisnis ingredient F&B yang terus berevolusi, FIF menunjukkan potensi untuk menjadi nexus penting dalam rantai nilai industri – menghubungkan brand global dengan kapabilitas manufaktur lokal yang memenuhi standar internasional. Keberhasilan transformasi ini akan bergantung pada kapasitas manajemen untuk menavigasi tantangan operasional sambil membangun kapabilitas diferensiasi yang sulit direplikasi oleh kompetitor.
$BOBA $KMDS
1/6
$BOBA
Penjualan kotor naik 15% an, namun laba bersih cuma naik 0.06% , ini bisa dianggap tidak naik sama sekali wkwkwk. apakah growth mulai terkendala? atau memang daya beli minuman roti bakar alpukat berkurang?. atau akankah beban2 ini yang membuat penjualan bergemuruh tapi di eps tidak bergeming..
namun perlu diingat terkadang rumput tak selalu hijau karena hujan, bisa saja coklat terendam banjir.
$KMDS
@StockbitReports revenue tumbuh drastis , tapi sayang insentifnya dan komisinya Multibagger jadi laba tumbuh tipiss. sayang sekali~~ $BOBA
Saya Nyangkut di $EAST $UNTD $BOBA Yakin?
Kadang dapat DM atau reply, menduga saya nyangkut di saham. Padahal sebelum harga anjlok, saya sudah jual pas ada yang haka sampai keluar candle jarum.
Entah siapa yang iseng haka sampai naik 10%?
Wajar sekali saya jualan, selagi ada bid tebal.
Tidak ada kewajiban juga bagi saya, informasikan kapan beli dan jual. Belum jadi pemegang saham >5%. 🙏
$BOBA emiten ini kalo dilihat” masi sideways kemungkinan naik ya akhir bulan ini atau pertengahan bulan aprl, jdi yg mau daytrade mending cri yg lain aja dlu..
Memang apa yang dicari dari sharing di media online, sampai riset tengah malam dan nyenggol orang sana sini? Bahkan sampai urusan net sell $BOBA segala dibahas. 🧐
Hal yang saya pernah tanyakan, usai Pubex $TAXI pada pak @fadhilonn sudah jadi HNWI padahal beliau ini. Cuma masih merendah saja.