BEST

BEST

ID flagID flag

Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk.

110

0.00

(0.00%)

Today

11.74 M

Volume

10.7 M

Avg volume

Company Background

PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembangunan dan pengembangan kawasan industri. Kegiatan utama perusahaan terdiri dari Pembangunan dan pengembangan kawasan industri, infrastruktur dan jasa pelayanan, serta fasilitas rekreasi dan pendukung. Cadangan lahan industri Perseroan dan Anak-anak Perseroan lebih dari 1.000 hektar pada akhir tahun 2018, Perseroan telah mengakuisisi lahan baru sekitar 22 hektar.

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BEST lu kagak mau beliin cewek lu iphone 17 buat malam taon baru?

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BEST

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@elbarraShop silakan baca postingan om @skydrugz27 yg membandingkan $DMAS dgn $BEST yg merupakan 2 developer kawasan industri. Harga turun bukan berarti levelnya sama dgn gorengan

https://stockbit.com/post/25466260

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Siapa tau ye kan, katanya properti mau digoreng si itušŸ˜‚ $BEST dari kemarin turun tak mau, naik tak segan šŸ—æ

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) memasang target optimistis untuk tahun depan. KSEI membidik pertumbuhan investor baru sebanyak 2 juta orang pada tahun 2026. Target ini dicanangkan di tengah dominasi investor lokal yang kian kuat di pasar modal tanah air.
Direkt...

stockwatch.id

stockwatch.id

Masing2 punya keunggulan jika diurutkan yg no 1 bagus $DMAS,lalu no2 $KIJA lalu $BEST jd menurut teman2 mana yg bisa naik kedepan nya ????

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$KIJA vs $DMAS vs $BEST: Tidak Semua Kawasan Industri Itu Setara

Lanjutan dari postingan sebelumnya di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Di IHSG ada tiga saham kawasan industri yang sering diperlakukan pasar seperti satu genre yang sama, padahal DNA bisnisnya beda-beda. Banyak investor mengira kawasan industri itu cuma jual tanah, lalu tunggu siklus, selesai. Masalahnya, di angka, ada yang memang mesin jual tanah murni, ada yang punya mesin tagihan rutin, ada juga yang stok tanahnya segede gudang tapi kasnya justru lagi seret. Tahun 2025 juga memberi jebakan klasik, pendapatan bisa turun tajam bukan karena kawasan industrinya jelek, tapi karena timing serah-terima dan pipeline penjualan sedang kosong. Sebaliknya, ada yang kelihatan rapi di laba, tapi kas operasionalnya kecil karena ritme penerimaan pelanggan beda dengan pengakuan pendapatan. Ada juga yang kelihatan punya aset tanah triliunan, tapi malah harus menahan napas karena arus kas operasi negatif dan utang bank jalan terus. Jadi pertanyaan mana yang terbaik dari DMAS, KIJA, BEST itu tidak bisa dijawab dengan satu metrik, tapi investor bisa tegas kalau fokusnya kualitas duit masuk kas dan daya tahan siklus. Patokannya pakai data interim per 30 September 2025 supaya apple-to-apple. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Kalau mulai dari ukuran mesin bisnis, KIJA main di liga yang paling besar. Pendapatan neto KIJA Rp3,67 triliun, tumbuh 8,25% dari Rp3,39 triliun. DMAS Rp779,58 miliar tapi turun 53,8% dari Rp1,69 triliun, sementara BEST Rp246,08 miliar turun 21,7% dari Rp314,32 miliar. Dari skala pendapatan saja, KIJA kira-kira 4,71x DMAS dan sekitar 14,91x BEST. Di titik ini banyak investor langsung menyimpulkan KIJA otomatis terbaik, tapi kawasan industri itu bukan cuma soal angka besar, melainkan komposisi pendapatan dan kualitas kas.

Di komposisi pendapatan, KIJA terlihat paling seimbang dan paling mirip kota mandiri yang punya tagihan rutin. Sekitar 57% pendapatan KIJA datang dari recurring income, terutama pembangkit listrik Rp1,37 triliun, lalu jasa pemeliharaan dan lingkungan Rp398 miliar, dry port Rp174 miliar, dan golf Rp61 miliar. Sisanya non-recurring dari penjualan lahan matang dan residensial Rp1,58 triliun. Artinya, ketika penjualan lahan sedang lesu, KIJA masih punya mesin tagihan harian dari listrik, air, layanan kawasan, dan logistik. DMAS beda karakter, pendapatan 2025 ini dominan non-recurring, penjualan Rp755,38 miliar atau 96,9% dari total pendapatan Rp779,58 miliar, mayoritas penjualan lahan industri Rp669,8 miliar. Recurring-nya kecil dari sewa Rp12,46 miliar dan hotel Rp11,73 miliar, jadi sekitar Rp24,19 miliar atau kira-kira 3,1%. BEST di atas kertas terlihat lumayan karena recurring income 62,6% atau Rp154 miliar, sedangkan penjualan lahan Rp92,08 miliar atau 37,4%. Tapi jangan berhenti di persentase, karena kualitas kas BEST sedang menunjukkan tekanan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Bagian paling menentukan biasanya arus kas dari aktivitas operasi (cash flow from operations atau CFO). KIJA mencetak CFO Rp1,69 triliun, jauh lebih besar dari laba neto Rp634,5 miliar. Ini sinyal kuat bahwa duit yang benar-benar masuk kas lebih tebal daripada laba akuntansi, biasanya karena penerimaan pelanggan, perputaran liabilitas kontrak, atau modal kerja yang menguntungkan. Dengan belanja modal (capital expenditure atau CAPEX) yang masih bisa ditanggung, KIJA mencatat free cash flow (free cash flow atau FCF) Rp1,37 triliun dan kas Rp3,29 triliun. DMAS mencetak laba Rp525,63 miliar, tapi CFO cuma Rp68,37 miliar. Ini bukan berarti DMAS jelek, ini lebih menggambarkan timing kas dan akun-akun kontrak dalam bisnis jual lahan. DMAS juga relatif nyaman karena kas Rp457,16 miliar dan utang bank berbunga nihil, bahkan fasilitas term loan Rp1,5 triliun diputuskan tidak dipakai dan pinjaman jangka pendek dilunasi April 2025. Namun saat DMAS membeli tanah Rp142,47 miliar, FCF menjadi negatif sekitar Rp88 miliar, jadi cerita DMAS itu kaya kas dan minim utang, tapi tetap bisa FCF negatif kalau sedang isi ulang stok tanah. BEST yang paling mengganggu, karena rugi bersih Rp19,31 miliar saja sudah kurang enak, tapi CFO malah negatif Rp33,71 miliar. Ditambah CAPEX untuk uang muka tanah Rp22,3 miliar dan aset tetap Rp4,8 miliar, FCF menjadi negatif Rp60,9 miliar. Saat mesin operasi belum menghasilkan kas, BEST bertahan dengan kas Rp159,23 miliar, sementara beban struktur utang tetap ada. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Sekarang masuk ke efisiensi modal kerja dengan DSO (days sales outstanding atau DSO), DI (days inventory atau DI), DPO (days payable outstanding atau DPO), dan CCC (cash conversion cycle atau CCC). DMAS unggul telak di penagihan karena DSO mendekati 0 hari, model jualannya memang condong ke uang muka besar atau kas cepat, jadi piutang tidak menjadi beban. KIJA DSO sekitar 47 hari, masih wajar untuk grup besar dengan banyak lini layanan. BEST DSO sekitar 200 hari, ini lama, dan biasanya yang bikin CFO jadi tidak enak karena pendapatan sudah diakui tapi kas belum masuk. Untuk persediaan, gambarnya berlawanan, BEST DI sekitar 13.090 hari dan CCC 13.242 hari, menandakan stok lahan besar yang putarnya super panjang. DMAS DI sekitar 4.569 hari dan CCC 4.494 hari, masih panjang karena land bank memang game tahunan. KIJA terlihat paling sehat untuk keseimbangan siklus karena DI sekitar 175 hari dan CCC sekitar 205 hari. DPO KIJA sekitar 17 hari yang berarti KIJA membayar pemasok relatif cepat. DMAS DPO sekitar 75 hari memberi ruang napas lebih panjang. BEST DPO sekitar 48 hari.

Dari sisi amunisi tanah, KIJA menang mutlak di luas. Lahan untuk pengembangan KIJA 4.396 hektar, tersebar Pandeglang 1.463 hektar, Morotai 1.427 hektar, Cikarang 1.155 hektar, Kendal 351 hektar. Ini membuat KIJA seperti kerajaan lahan yang bisa dipanen bertahap puluhan tahun, tapi sekaligus ada risiko eksekusi karena lokasi-lokasi seperti Morotai dan Tanjung Lesung tidak akan secepat Cikarang. Nilai buku rata-rata lahan pengembangan KIJA sekitar Rp129.274 per m2, murah sekali, tapi itu juga karena porsi besar lahannya masih mentah dan tersebar. DMAS total lahan sekitar 838 hektar, dengan lahan sedang dikembangkan 596,5 hektar dan land bank 206 hektar, plus properti investasi dan uang muka tanah. Nilai buku land bank DMAS sekitar Rp613.118 per m2, dan manajemen mengestimasi harga pasar tanah di kawasan berkisar Rp3.500.000 sampai Rp7.500.000 per m2, jadi ada gap besar antara nilai buku dan nilai pasar. BEST dari data yang tersedia, nilai persediaannya besar Rp4,78 triliun dan dominan tanah Rp4,77 triliun, tapi angka total hektar tidak disebutkan jadi investor harus hati-hati membandingkan luasnya. Yang paling konkret adalah BEST mengagunkan tanah tersertifikasi seluas 962.983 m2 atau sekitar 96,3 hektar ke BMRI untuk fasilitas kredit Rp1,47 triliun, jadi minimal sebesar itu yang memang sudah tertata sertifikatnya dan bisa dijadikan jaminan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Masuk ke struktur utang dan fleksibilitas. DMAS paling bersih secara utang berbunga karena bank loan nihil, ini biasanya membuat investor lebih nyaman saat siklus properti dan industri melambat. KIJA punya utang jangka panjang bruto Rp4,62 triliun, terdiri dari Senior Notes 2027 Rp3,06 triliun dan pinjaman bank Rp1,55 triliun, serta sebagian tanah pengembangan dijaminkan. Tetapi KIJA mengimbangi itu dengan kas Rp3,29 triliun, CFO Rp1,69 triliun, dan FCF Rp1,37 triliun. Dalam bahasa sederhana, KIJA itu berutang, tapi mesin kasnya kuat dan bisa mengontrol tempo. BEST jelas berada di posisi paling risk dari tiga ini pada 2025, karena persediaan tanah dijadikan jaminan, fasilitas bank besar, sementara pendapatan turun, laba negatif, CFO negatif, dan FCF negatif. Ini kombinasi yang bikin investor harus ekstra disiplin, karena kalau penjualan lahan tidak segera pulih dan piutang tidak cepat jadi kas, beban bunga dan kewajiban jangka pendek bisa menekan.

Kalau definisi terbaik adalah gabungan skala, diversifikasi recurring, dan kualitas kas, KIJA paling unggul per 30 September 2025. KIJA punya pendapatan Rp3,67 triliun, recurring yang benar-benar besar dan beragam, CFO Rp1,69 triliun, FCF Rp1,37 triliun, kas Rp3,29 triliun, sehingga secara daya tahan siklus terlihat paling siap. Kalau definisi terbaik adalah neraca paling bersih dan paling minim utang berbunga, DMAS juaranya, dengan kas Rp457,16 miliar dan bank loan nihil, tapi investor harus menerima kenyataan bahwa DMAS sangat bergantung pada timing penjualan lahan sehingga pendapatan bisa jatuh 53,8% tanpa berarti asetnya rusak. BEST saat ini berada di posisi paling menantang, karena meskipun punya stok tanah besar dan recurring 62,6% di pendapatan, arus kas operasionalnya negatif, DSO panjang sekitar 200 hari, dan utang bank besar dengan jaminan tanah. BEST bisa jadi menarik kalau siklus penjualan lahan kembali kencang dan piutang berubah cepat jadi kas, tapi berdasarkan angka 9 bulan 2025, BEST belum bisa disebut yang terbaik untuk kenyamanan risiko. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

KIJA paling unggul untuk kombinasi mesin kas dan skala bisnis, DMAS paling unggul untuk kebersihan neraca tapi paling siklikal di pendapatan, dan BEST paling tinggi risikonya saat ini karena kas operasional lagi tidak sinkron dengan pendapatan dan struktur utangnya menuntut disiplin eksekusi.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...

1/8

testestestestestestestes
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

cakep nih $BEST

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$DMAS vs $BEST: Duel Kawasan Industri

Lanjutan dari External Comunity Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community menggunakan kode: A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Banyak investor yang suka membandingkan DMAS dan BEST. Dua-duanya sama-sama main di Bekasi, tapi kualitas duitnya beda kelas, dan itu kelihatan jelas di angka. BEST punya total pendapatan 9 bulan 2025 cuma Rp246,08 miliar dan turun 21,7% dari Rp314,32 miliar, sementara DMAS masih mencetak Rp779,58 miliar walau anjlok 53,8% dari Rp1,68 triliun. Di saat pasar lagi tidak ramah, yang menentukan bukan cuma luas lahan, tapi seberapa cepat lahan itu berubah jadi kas. BEST punya days sales outstanding (DSO) sekitar 199,9 hari, artinya uangnya nyangkut lama di piutang, sedangkan DMAS DSO mendekati 0 hari karena banyak transaksi dibayar di muka dan masuk sebagai liabilitas kontrak Rp202,5 miliar. BEST sudah sampai pada fase harus mengunyahkas sendiri untuk bayar cicilan, DMAS justru memilih tidak pakai utang bank walau fasilitas Rp1,5 triliun dari Bank Mandiri ada. Jadi kalau investor cuma membandingkan DMAS dan BEST dari harga saham atau luas lahan, itu bukan analisis, itu tebak-tebakan yang dibungkus angka. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Dari sisi umur, BEST lahir lebih tua, berdiri 24 Agustus 1989 dan sudah operasi komersial sejak 1990, lalu baru IPO 10 April 2012 dengan harga Rp170 per saham. DMAS berdiri 12 November 1993, operasi komersial April 2003, IPO 29 Mei 2015 dengan harga Rp210 per saham. Umur lebih tua tidak otomatis lebih kuat, karena yang menentukan itu model monetisasi lahan dan disiplin neraca, bukan sekadar sejarah panjang.

Sekarang masuk ke inti yang biasanya bikin investor salah fokus, persediaan dan land bank. BEST itu modelnya industrial estate yang super-terkonsentrasi di kawasan industri MM2100 di Cikarang Barat, Bekasi. Total persediaan tanah BEST sekitar Rp4,77 triliun, terdiri dari persediaan lancar Rp1,58 triliun dan persediaan tidak lancar Rp3,19 triliun, plus ada properti investasi nilai buku neto Rp121,07 miliar dengan luas 65.221 m² untuk bangunan pabrik standar, hotel, dan perkantoran. DMAS pusatnya Kota Deltamas di Bekasi, persediaan lancar Rp3,96 triliun dan persediaan tidak lancar Rp1,26 triliun, lalu luas lahannya kelihatan besar secara fisik, lahan sedang dikembangkan 5.964.946 m², lahan belum dikembangkan 2.060.270 m², properti investasi 74.202 m², total sekitar 8.099.418 m² atau 809,9 hektar. Kalau hanya pakai kacamata siapa yang paling luas, DMAS menang dan terlihat gagah, tapi investor tetap harus tanya pertanyaan yang lebih penting, seberapa cepat luas itu jadi pemasukan, dan seberapa mahal biaya menunggu luas itu matang.

Komposisi pendapatan juga membuka karakter dua emiten ini. BEST pada 9 bulan 2025 punya recurring income yang relatif dominan untuk ukuran developer, total recurring sekitar Rp130,34 miliar atau 52,9% dari pendapatan, berasal dari jasa dan sewa Rp119,33 miliar ditambah hotel Rp11,01 miliar. Non-recurring income penjualan tanah BEST Rp92,08 miliar atau 37,4%, dan ini yang jatuh keras dibanding tahun lalu Rp170,21 miliar. DMAS kebalikannya, dia masih sangat bergantung pada non-recurring, penjualan properti Rp755,38 miliar atau 96,9% dari total pendapatan, sementara recurring hanya Rp24,19 miliar atau 3,1% dari sewa dan hotel. Ini membuat DMAS terasa seperti mesin yang bisa meledak besar saat demand industri kencang, tapi bisa ikut turun tajam saat siklus melambat. BEST terasa lebih stabildi permukaan karena ada recurring, tapi stabil belum tentu sehat kalau stabilnya itu kecil dan tidak cukup menutup beban dan kewajiban finansial. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Bagian yang paling jarang dibahas orang tapi paling menentukan itu kualitas arus kas. Cash flow from operations (CFO) BEST negatif Rp33,71 miliar dan rugi bersih Rp19,31 miliar, jadi CFO lebih buruk dari laba, sinyal klasik modal kerja dan penagihan yang bikin napas pendek. Capital expenditure (CAPEX) BEST juga jalan, ada uang muka pembelian tanah Rp22,3 miliar, pembelian aset tetap Rp4,8 miliar, dan penambahan properti investasi, hasilnya free cash flow (FCF) negatif sekitar Rp58,67 miliar. Ini bukan sekadar merah sementara, ini pola yang bikin perusahaan harus cari oksigen dari kas lama atau dari bank. Buktinya BEST membayar pokok utang bank Rp110,28 miliar dengan menggerus kas, saldo kas turun dari Rp327 miliar ke Rp159 miliar, artinya ruang aman makin sempit.

DMAS juga tidak sempurna, tapi ceritanya beda. Laba DMAS Rp525,63 miliar, tapi CFO hanya Rp68,37 miliar, terlihat anehkalau investor berharap CFO mengikuti laba. Namun penjelasan yang lebih masuk akal adalah DMAS lagi agresif membeli tanah dan ekspansi, terlihat dari pengeluaran kas untuk perolehan aset Rp152,73 miliar, sehingga FCF negatif Rp84,35 miliar. Bedanya, DMAS punya kas Rp457,16 miliar dan tidak punya utang bank jangka pendek, bahkan fasilitas Rp500 miliar sudah dilunasi April 2025 dan fasilitas baru Rp1,5 triliun dari Bank Mandiri $BMRI dipilih untuk tidak dipakai. Ini tipe FCF negatif yang sifatnya pilihan strategi, bukan keterpaksaan karena kehabisan napas.

Struktur utang juga membelah dua karakter ini dengan jelas. BEST secara eksplisit membiayai land bank dan revenue dengan utang, ada plafon fasilitas kredit Bank Mandiri sampai Rp1,47 triliun, dijamin dengan pengalihan hak atas perjanjian penjualan tanah dan jaminan tanah 962.983 m². Ini membuat BEST sensitif terhadap penurunan penjualan tanah, karena ketika non-recurring drop, beban cicilan dan kebutuhan likuiditas tetap jalan. DMAS justru menunjukkan gaya konservatif, fasilitas ada tapi tidak dipakai, sehingga tekanan bunga dan risiko refinancing jauh lebih kecil. Buat investor, ini pembeda level risiko yang nyata, bukan kosmetik.

Soal efisiensi siklus kas, keduanya sama-sama menyimpan tanah untuk masa depan, tapi tingkat ekstremnya beda. Days inventory (DI) BEST sekitar 13.090 hari, DI DMAS sekitar 5.897 hari, sama-sama mencerminkan industrial estate itu game panjang, tapi BEST lebih panjang napasnya di stoksementara sumber napas kasnya justru melemah. Days payable outstanding (DPO) BEST sekitar 47,9 hari dan DMAS sekitar 47 hari, mirip, jadi pembeda utama bukan di utang usaha, melainkan di penagihan dan manajemen kas masuk. BEST perlu menunggu lama untuk mencairkan piutang, DMAS banyak dibayar di depan, itu perbedaan yang sangat menentukan saat siklus sedang turun. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Risiko non-operasional juga ada, walau bentuknya bukan sengketa lahan fisik yang heboh. BEST punya sengketa pajak banding Rp3,56 miliar untuk perusahaan dan Rp21,90 miliar untuk entitas anak PT Bekasi Surya Pratama. DMAS tidak disebut punya sengketa lahan, namun ada tanah 3.954 m² yang dijaminkan terkait kerja sama dengan PT Jasamarga Japek Selatan. Risiko seperti ini tidak otomatis fatal, tapi investor perlu sadar, ketika arus kas lagi ketat, perkara pajak dan jaminan aset bisa jadi pemicu tambahan yang bikin manajemen makin terbatas ruang geraknya.

Dari sisi pengendali, BEST dikaitkan dengan keluarga The Ning King dan punya relasi dengan PT Argo Manunggal Land Development (AMLD) sebagai pemilik 48,14% dan PT Megalopolis Manunggal Industrial Development (MMID). DMAS punya struktur pemegang saham dengan Sinarmas Land sebagai ultimate parent, PT Sumber Arusmulia 57,28% dan Sojitz Corporation 25,00%. Ini penting bukan untuk drama nama besar, tapi untuk membaca gaya manajemen risiko, akses jaringan tenant, dan kemampuan menahan siklus. Di industrial estate, jaringan dan kredibilitas itu sering lebih menentukan daripada brosur marketing. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

DMAS sedang terpukul di pendapatan karena siklus penjualan, tapi neracanya masih seperti orang kaya yang memilih tidak berutang, jadi ketika momen balik arah datang, dia punya amunisi. BEST punya recurring yang terlihat menenangkan, tapi CFO negatif, FCF negatif, kas turun tajam, dan ada ketergantungan kredit, jadi saat penjualan tanah melemah, risiko likuiditasnya terasa lebih dekat. Banyak investor salah kaprah menganggap recurring otomatis lebih aman, padahal recurring yang tidak cukup besar itu hanya membuat rugi terasa lebih lambat, bukan membuat bisnis kebal.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BEST serius nih ga mau ngasih kita THR?

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BEST
LAMANYOOOO

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BEST $DADA sini mampir 😁😁😁

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BEST basken dar $BKSL lagih diskon nih dar 😁😁😁

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BEST Udahlah tutup Natal dan Tahun baru'26 ARA lah

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BEST dikoxok terus sampai lecet

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BEST dah seminggu dikocok 107-111šŸ˜‚ Nunggu gorengan anak mentri baru jadi nih, apalagi dia goreng saham properti buat 2026šŸ˜‚

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat jumlah Single Investor Identification (SID) pasar modal Indonesia mencapai 20,129 juta per 28 November 2025. Jumlah ini melonjak 35% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Data KSEI menunjukkan pertumbuhan inve...

stockwatch.id

stockwatch.id

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BEST
Buy : 109 - 106
TP : 123
CL : 102

$PPGL
Buy : 154 - 151
TP : 188
CL : 137

$VAST
Buy : 164 - 161
TP : 184
SL : 154

DYOR - RR 2

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Besok awal tahun adalah awal yang $BEST untuk menjadi lebih dewasa . Mulai tahun depan, hilangkan sifat ke-$BABY - $BABY -anšŸ‘Œ

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BEST pola berubah

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Harga $COIN sekarang Rp 3.850

Zona Area Beli Aman : Rp 3.700 – 3.780
• Area support kuat, cocok untuk entry aman jika harga pullback ke zona ini, Boss

Zona Stoploss : < Rp 3.580
• Jika turun di bawah level ini, struktur swing melemah dan rawan koreksi lebih dalam, Boss

Jika naik & breakout : > Rp 3.950 → ENTRY LANJUTAN (tambah posisi)
• Breakout 3.950 berpotensi memicu momentum bullish lanjutan, Boss

Target Profit:
• TP1 = Rp 4.050
• TP2 = Rp 4.200 – 4.400

Keterangan Tambahan:
• Selama harga bertahan di atas 3.700, peluang swing bullish tetap terjaga, Boss
• Entry ideal dekat support untuk risk/reward optimal
• Breakout 3.950 membuka potensi kenaikan menuju area 4.400-an

Analisa saya boleh bantu, tapi keputusan tetap milik Boss.

Ayo REQUEST SAHAM di kolom komentar seperti
$BRIS $BEST
,Nanti Kami Buatkan Flowchart Keputusan biar analisa makin gampang!

Support like agar terus update!!!

Follow untuk ikuti flowchart keputusan saham trend

Kalau postingan ini bermanfaat, boleh banget kasih tip lewat tombol bergambar šŸ’² di bawah ya. Terima kasih banyak šŸ™

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BEST vs $DADA: Saham Properti Bukan Favorite vs Saham Properti Favorite Warga Stockbit Vanguard MotoGP

Request salah satu user Stockbit bukan di External Comunity Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community menggunakan kode: A38138 https://stockbit.com/post/13223345

DADA itu saham favorit warga Stockbit, dan itu kebukti bukan dari teori, tapi dari angka nyangkut yang katanya sampai 70 ribu investor gara-gara bumbu Mitsubishi, MotoGP, dan Vanguard. BEST kebalikannya, sepi peminat, jumlah investor cuma belasan ribu, jadi tidak ada keramaian yang cukup kuat buat nutupin fakta laporan keuangan. Di pasar, populer itu sering dikira sama dengan besar, padahal di properti yang disebut besar itu bukan follower, tapi hektare. Warga Stockbit suka mantengin DADA, tapi pertanyaan kasarnya begini, itu karena tanahnya luas atau karena ceritanya heboh. BEST tidak seksi secara narasi, tapi kalau ternyata lahannya jauh lebih lebar, ya justru DADA yang kelihatan kecil. Jadi yang diuji bukan siapa yang viral, tapi siapa yang punya barang yang benar-benar bisa jadi kas. Begitu investor masuk ke angka, sering muncul realita pahit, saham yang rame bisa saja cuma pegang tanah secuil, sementara yang sepi ternyata nyimpen tanah puluhan sampai ratusan hektare. Maka duel DADA versus BEST itu bukan duel fans, ini duel luas lahan dan kemampuan muter uang. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Dari data per 30 September 2025, lahan DADA yang kebaca eksplisit itu ada di Cilodong 17.199 m2, Cijujung 35.198 m2, Pejaten Barat 3.391 m2, Sepinggan Raya 3.083 m2 yang sedang proses pembatalan PPJB, Apple 1 Jatipadang 3.005 m2, dan Apple 3 451 m2. Kalau dijumlah mentah, totalnya 62.327 m2 atau sekitar 6,23 hektare. Kalau lahan Sepinggan Raya dikeluarkan karena statusnya menuju batal, luas yang lebih konservatif jadi 59.244 m2 atau sekitar 5,92 hektare. Ini jawaban paling telak untuk pertanyaan lahan DADA mana, barangnya memang ada, tapi skalanya kecil dan tersebar, jadi DADA itu lebih cocok dibaca sebagai developer proyek perkotaan, bukan raja land bank.

BEST punya masalah disclosure yang beda. Di data yang ada di LK, total inventory BEST Rp4,78 triliun dan hampir seluruhnya berupa tanah, tapi angka luas total land bank tidak disajikan rapi dalam satu total hektare. Yang kebaca eksplisit justru luas agunan tanah dan bangunan yang dijaminkan ke bank sekitar 962.983 m2 atau 96,30 hektare, lalu ada lahan properti investasi 65.221 m2 atau 6,52 hektare. Dua angka ini tidak otomatis boleh dijumlah jadi total land bank karena bisa saja ada overlap, tapi yang paling penting, angka 96 hektare saja sudah bikin BEST kelihatan jauh lebih lebar daripada DADA yang 6 hektare. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Kalau investor bandingkan posisi di liga luas lahan dari dataset properti yang selama ini sudah kebaca jelas, DADA praktis masuk papan paling bawah, setara emiten yang memang small land base. DADA 6 hektare itu jauh di bawah PURI sekitar 42 hektare, ADCP sekitar 39 hektare, APLN non-reklamasi sekitar 37 hektare, apalagi PWON sekitar 389 hektare, $DMAS sekitar 810 sampai 838 hektare, lalu monster seperti JRPT 1.453 hektare, SMRA dan MDLN sekitar 1.858 hektare, ASRI 1.936 hektare, DILD 2.025 hektare, BSDE 4.382 hektare, KIJA 4.396 hektare, sampai BKSL 14.785 hektare. BEST kalau diposisikan pakai angka minimum yang kebaca yaitu agunan 96 hektare, maka dia otomatis melompati DADA, APLN non-reklamasi, ADCP, dan PURI, tapi masih di bawah PWON. Posisi BEST bisa lebih tinggi dari itu kalau ternyata total land bank-nya memang jauh lebih besar, hanya saja di data yang ada di LK saat ini, yang bisa dipegang baru angka minimum tersebut.

Sekarang bagian yang sering bikin investor salah kaprah, harga tanah per meter. DADA itu kecil, tapi mahal, karena tanahnya banyak berada di wilayah urban. Dari estimasi nilai pasar yang diungkap manajemen, Cilodong sekitar Rp9,34 juta per m2, Cijujung sekitar Rp5,97 juta per m2, Pejaten Barat sekitar Rp25,12 juta per m2. Ini tipe tanah yang kalau laku bisa bikin angka kelihatan cantik, tapi problemnya bukan nilai per meter, problemnya likuiditas dan kemampuan realisasi. DADA punya Days Sales Outstanding (DSO) sekitar 272,7 hari, lalu Days Inventory (DI) sekitar 21.382 hari, jadi barangnya berputar sangat lambat. Ujungnya kelihatan di napas kas, kas cuma Rp4,80 miliar, sementara utang bank jangka pendek yang jatuh tempo dalam setahun Rp71,27 miliar, plus ada tunggakan dan rencana restrukturisasi di entitas anak. Jadi DADA itu seperti pegang tanah mahal, tapi dompet tipis dan tempo utangnya tidak ramah.

BEST karakternya kebalik, ini kawasan industri yang uangnya banyak datang dari jasa. Revenue 9M 2025 memang turun 21,7% jadi Rp246,08 miliar, lalu berubah dari laba ke rugi bersih Rp19,31 miliar, dan arus kas operasional minus Rp33,71 miliar, jadi tetap ada rasa berat. Tapi struktur pendapatannya lebih waras untuk ukuran kawasan industri, recurring income dari maintenance, service charge, air, dan rental itu 48,5% atau Rp119,33 miliar, lalu hotel dan lainnya 14,1% atau Rp34,66 miliar, jadi recurring totalnya sekitar Rp154,0 miliar atau 62,6% dari revenue. Land sales BEST Rp92,08 miliar atau 37,4% dan turun tajam dibanding tahun sebelumnya, jadi ketika jual tanah sepi, jasa masih jadi penyangga. Metrik siklus juga panjang, DI sekitar 13.091 hari, tapi DPO BEST sekitar 48 hari, artinya dia bayar pemasok relatif cepat dibanding DADA yang DPO-nya ribuan hari, jadi tekanan cashflow BEST lebih banyak datang dari turunnya penerimaan dan beban bunga, bukan dari kebiasaan nahan bayar kontraktor ekstrem. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

DADA itu viral dan favorite warga Stockbit itu tanahnya kecil dan napasnya pendek, sedangkan BEST itu tidak viral tapi minimal punya bukti lahan puluhan hektare yang sudah cukup buat bikin skala bisnisnya beda kelas, plus recurring income yang nyata. Jadi jawaban untuk pertanyaan apakah warga Stockbit doyan DADA karena lahannya luas, jawabannya tidak, yang luas itu narasinya, bukan hektarenya. Kalau investor mau cari emiten yang tampak seperti mesin kawasan industri, BEST jauh lebih dekat ke tipe itu, sementara DADA lebih mirip developer urban kecil yang lagi dikejar deadline utang sambil berharap proyek cepat jadi kas. Sayangnya BEST itu rugi lagi, sedangkan DADA malah cetak laba dan bagi dividen.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BEST sepertinya tdk tersebut, apakah lahannya sempit sesempit sesak $DADA ?

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BEST
PANTAU BUAT BESOK VOLUME LUMAYAN MENARIK, BUKAN AJAKAN JUAL DAN BELI, SILAKAN ANALISA ULANG

#DYOORRR!!!

$BEST mimpi dulu

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

šŸ—ŗļø Pemetaan Jejak Uang Besar: Menggambar Peta Jalan Akumulasi di BEI
Pasar saham yang luas membutuhkan peta yang jelas. Peta jalan terbaik adalah yang menunjukkan di mana Smart Money (dana besar) sedang menanamkan modalnya, karena jejak merekalah yang menentukan arah pergerakan harga. Tanpa peta ini, trading Anda hanyalah perjalanan tanpa arah.

Trigger Smart Money adalah alat pemetaan digital yang secara real-time menggambar peta jalan akumulasi di Bursa Efek Indonesia. Kami mengubah data transaksi menjadi koordinat yang menunjukkan lokasi tepat Big Money sedang beroperasi.

Proses pemetaan kami dimulai dengan Identifikasi Volume Anomali sebagai Titik Koordinat. Kami mencari lonjakan volume yang sangat tiba-tiba dan besar (misalnya, 5x hingga 8x rata-rata intraday). Titik ini adalah koordinat pertama. Koordinat ini kemudian divalidasi dengan Analisis Arus Dana Bersih yang Dominan. Kami memastikan bahwa titik koordinat tersebut didominasi oleh tekanan beli (net buying). Hanya koordinat yang terverifikasi sebagai akumulasi yang akan disajikan pada peta. Dengan Trigger Smart Money, Anda mendapatkan peta jalan akumulasi yang jelas, memungkinkan Anda untuk mengikuti jejak uang besar menuju potensi keuntungan.
$BEST $DNAR

Read more...

1/2

testes
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BEST makasi bes tp dulu buat beli daging wkwkw seeuu lagi

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$INET mending ke $BEST

$IHSG

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BEST target turun ke 105-103 lanjut naik ke 116 break lalu ke 119-124. disc on

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

šŸ¤– STOCKBOT INTELLIGENCE LOG

šŸ“” SUBJECT: $GRPH

šŸ“… TIMESTAMP: 19 Desember 2025, 01:00 WIB

šŸ“Š LAST PRICE: Rp62 | 🚦 SYSTEM TREND: Sideways

⚔ STOCKBOT CALCULATED ENTRIES (PRIORITAS):
āœ… ENTRY IDEAL (Conservative Mode)

Range Beli: Rp59 – Rp61

Analisa Sistem: Support struktur minor di zona Rp59-61 (bid orderbook tebal di 59-60) dengan ARB 53 memberikan level support psikologis. MA Cross 10/10 sedang dalam fase sideways (belum membentuk golden cross atau death cross definitif), namun mendekati area konvergensi. Volume snapshot menunjukkan akumulasi positif dengan average 4,506 lot dan Broker Action sangat bullish dengan ALL TIERS (Top 1 +53.7%, Top 3 +42.1%, Top 5 +17.6%, Average +33.1%) menunjukkan Big Acc. Entry ideal mengharapkan minor pullback ke support untuk risk-reward optimal setelah koreksi dari high Rp63.
​

šŸ”° ENTRY AGRESIF (Momentum Mode)

Range Beli: Rp62 – Rp64

Analisa Sistem: Breakout resistance minor Rp64-65 dengan konfirmasi volume spike >7,000 lot (di atas average 4,506 lot). Moderate volatility risk dengan Bandar Movement -480.86K (distribusi ringan) namun Net Foreign Buy/Sell -31.5M (tekanan jual asing moderat). Entry agresif cocok untuk scalping jika RSI 14 bertahan di area 38.6 (mendekati oversold) dan Stoch RSI 14 rebound dari 0.0 (extreme oversold territory), berpotensi reversal teknikal jangka pendek yang kuat. Bandar Volume +5.74K (akumulasi hijau) memberikan sinyal positif.
​

šŸŽÆ PROJECTED TARGETS & RISK MANAGEMENT:
šŸ”„ TAKE PROFIT (UPSIDE POTENTIAL)

TP1: Rp66 (Resistance Minor – Offer level 66-68)

TP2: Rp72 (Resistance Major – Confluence offer tebal di 72-73)

🚫 STOP LOSS (DOWNSIDE PROTECTION)

SL: Rp57 (Support Structure – Bid kuat di 56-57, safety margin dari ARB 53)

šŸ“Š RISK-REWARD CALCULATION

(Berdasarkan Entry Ideal Rp60)

🟢 TP1 Gain: +10.00% ((Rp66-Rp60)/Rp60Ɨ100)

🟢 TP2 Gain: +20.00% ((Rp72-Rp60)/Rp60Ɨ100)

šŸ”“ SL Risk: -5.00% ((Rp57-Rp60)/Rp60Ɨ100)

(Berdasarkan Entry Agresif Rp63)

🟢 TP1 Gain: +4.76% ((Rp66-Rp63)/Rp63Ɨ100)

🟢 TP2 Gain: +14.29% ((Rp72-Rp63)/Rp63Ɨ100)

šŸ”“ SL Risk: -9.52% ((Rp57-Rp63)/Rp63Ɨ100)

šŸ“° MARKET SENTIMENT & INTELLIGENCE DATA:
šŸ“¢ Katalis Utama (Korporasi):

PT Griptha Putra Persada Tbk (GRPH) adalah emiten yang mengoperasikan Griptha Hotel, sebuah hotel bintang 3 dengan 138 kamar di Kudus, Jawa Tengah, termasuk restoran dan jasa MICE (Meeting, Incentive, Conference, Exhibition) dengan 7 ruang pertemuan, 1 ballroom, kolam renang, dan pusat kebugaran. Perusahaan baru mulai beroperasi pada 2015 setelah didirikan 2010, dan resmi IPO pada 18 Januari 2024 dengan harga penawaran Rp100-103 per saham, mengumpulkan dana Rp20.6 miliar. Fundamental positif: NPM meningkat drastis dari -8.27% (2020) menjadi 12.10% (2024), menandakan recovery profitabilitas pasca pandemi. Perusahaan mencetak laba positif 3 tahun berturut-turut (2022-2024) dengan EPS positif. ROE turun dari 51.3% (2020) menjadi 1.28% (2024), menunjukkan tekanan efisiensi modal meski NPM membaik. DER rendah 0.27x, struktur modal sehat dengan leverage minimal. Tidak ada dividen dibayarkan 2020-2024, fokus pada reinvestasi untuk ekspansi. Market cap hanya Rp50-65 miliar (tier 3 sangat kecil), rentan volatilitas dan likuiditas rendah.
​

šŸŒ Katalis Sektoral/Makro (Dynamic):

Sektor: Barang Konsumen Non-Primer – Jasa Konsumen / Pariwisata & Rekreasi (Hotel, Resor & Kapal Pesiar). Korelasi kuat dengan pemulihan pariwisata domestik, MICE activity, dan daya beli konsumen menengah.
​

Pemulihan Pariwisata Domestik: Sektor perhotelan Indonesia mengalami recovery pasca-pandemi dengan occupancy rate meningkat. GRPH benefit dari posisi strategis di Kudus (industrial city) yang mendukung MICE business dari perusahaan lokal.

Event Musiman: Periode Nataru (Natal-Tahun Baru) Desember 2025 diproyeksikan meningkatkan occupancy hotel dan MICE bookings. Q4 2025 biasanya menjadi quarter tertinggi untuk hospitality sector.

Inflasi & Daya Beli: Inflasi Indonesia November 2025 tercatat 2.72% YoY (0.17% MoM), terkendali dalam target BI 2.5±1% dengan inflasi YTD 2.27%. Inflasi pangan turun ke 4.25% dari 4.99% bulan sebelumnya, mendukung daya beli konsumen untuk leisure spending. Inflasi administered prices naik 0.24% MoM (tarif angkutan udara naik seiring mobilitas), positif untuk pariwisata.
​

BI Rate: BI Rate tetap 4.75% pada Desember 2025 (turun total 150 bps dari puncak 6.25%), dengan deposit facility 3.75% dan lending facility 5.5%. Kebijakan dovish mendukung konsumsi domestik dan business travel, positif untuk sektor hospitality.
​

Kurs Rupiah: Rupiah menguat ke Rp16,710/USD pada 19 Desember 2025 (+0.08% intraday), menguat dari Rp16,723 hari sebelumnya. Stabilitas rupiah positif untuk biaya operasional hotel (impor supplies minimal), namun dampak minor untuk GRPH yang fokus domestic market.
​

Net Foreign Flow: Investor asing mencatat net buy Rp3.27 triliun pada pekan 15-19 Desember 2025, melonjak dari Rp195.54 miliar pekan sebelumnya. Net sell asing year-to-date menyusut dari Rp44 triliun (25 Juli) menjadi Rp26 triliun (12 Des), menandakan perbaikan sentiment. Namun, untuk GRPH spesifik: Net Foreign Buy/Sell -31.5M (tekanan jual asing masih ada namun moderat untuk saham small cap). Asing fokus pada large cap seperti ASII (Rp6.2T) dan TLKM (Rp6.1T), bukan small cap hospitality.
​
​

āš ļø Risk Factor:

Fundamental concern utama: ROE turun drastis dari 51.3% (2020) ke 1.28% (2024), menandakan efisiensi modal menurun meski profitabilitas NPM membaik. Market cap sangat kecil (Rp50-65M tier 3), likuiditas rendah dengan average volume 4,506 lot dan Net Volume hanya 13,632 lot. Current ratio lemah (aset lancar < liabilitas jangka pendek), risiko likuiditas jangka pendek. PE ratio 15.3x masih reasonable untuk hospitality sector recovery play, namun valuasi P/B 0.7x menunjukkan market undervaluing asset. Broker Seller (12) > Buyer (9) secara jumlah, namun nilai transaksi didominasi Buyer institusi (Big Acc di semua tier). Saham baru IPO (18 Januari 2024), masih dalam fase price discovery dengan harga Rp62 telah koreksi 39.8% dari IPO price Rp103. Kompetisi tinggi di industri hospitality Jawa Tengah dari hotel chain besar.
​
​

🌔 Community Heatmap:

StockBot mendeteksi aktivitas forum untuk GRPH: Sepi – Volume diskusi sangat minim, tidak ada buzz atau FOMO retail. Saham tier 3 dengan market cap ultra-small, tidak masuk radar mainstream trader. Cocok untuk value investor jangka panjang yang percaya pada recovery hospitality post-IPO, namun tidak ideal untuk momentum trading jangka pendek mengingat likuiditas rendah.

āš™ļø ALGORITHMIC TRADING STRATEGY:
✨ MODE SCALPING (Fast Execution)

Timeframe: 15-30 menit, eksekusi intraday (MODERATE RISK)

Trigger: Breakout Rp64-65 dengan volume spike >7,000 lot (1.5x average 4,506 lot). Konfirmasi RSI rebound dari area 38.6 ke >45 dan Stoch RSI dari 0.0 ke >15 (keluar dari extreme oversold). Pola reversal candlestick (bullish hammer/morning star) di timeframe kecil wajib. Bandar Volume harus tetap hijau +5.74K (akumulasi).

Sizing: Risk 2-2.5% modal, posisi size kecil-moderat. Monitoring Broker Action: jika Big Acc tetap di Top 1-3, konfirmasi institusi masih akumulasi. Hindari averaging down mengingat likuiditas rendah (spread wide).

Order Type: LIMIT order di Rp62-63 untuk menghindari slippage. AVOID market order mengingat likuiditas thin. Monitor Net Foreign Buy/Sell, jika berubah positif >0 menjadi strong signal.

Exit: Cut profit di TP1 (Rp66) atau saat volume turun di bawah 3,500 lot. Stop loss ketat di Rp60 (trailing stop loss aktif setelah profit +2%).

✨ MODE SWING (Trend Following)

Timeframe: 1D-2W, holding 10-20 hari perdagangan (VALUE PLAY)

Trigger: Buy on Weakness di zona Rp59-61 saat MA Cross 10/10 membentuk golden cross dan Stoch RSI 14 keluar dari extreme oversold (0.0). Konfirmasi WAJIB: Broker Action Big Acc tetap dominan di Top 1-3 dan Bandar Volume hijau >5K. Volume harus >6,000 lot untuk validasi akumulasi institusi.

Trailing Stop: Gunakan fixed stop loss di Rp57 (struktur support kuat). Trailing stop setelah harga melewati Rp65 (naikkan SL ke breakeven Rp60). Hindari ATR-based mengingat volatilitas dapat ekstrem untuk small cap.

Exit Plan: Invalidasi setup jika harga break di bawah Rp57 dengan volume >6,000 lot, atau jika Broker Action berubah Big Dist di Top 1-3 (institusi jual). Target exit bertahap: 40% posisi di TP1 (Rp66), 40% di TP2 (Rp72), 20% hold untuk long-term value play jika occupancy rate Q4 2025 membaik (menunggu annual report).

šŸ FINAL STOCKBOT VERDICT:
šŸ“ˆ MOMENTUM CHECK: POSITIVE (INSTITUTIONAL ACCUMULATION + EXTREME OVERSOLD)

Reasoning: Meskipun MA Cross masih sideways, indikator extreme oversold (RSI 38.6, Stoch RSI 0.0) menandakan potensi technical rebound jangka pendek sangat kuat. Broker Action sangat bullish dengan ALL TIERS (Top 1 +53.7%, Top 3 +42.1%, Top 5 +17.6%, Average +33.1%) menunjukkan Big Acc, mengindikasikan institusi besar akumulasi agresif. Buyer (9) < Seller (12) secara jumlah, namun nilai transaksi didominasi Buyer institusi. Bandar Volume +5.74K (hijau, akumulasi) kontras dengan Bandar Movement -480.86K (distribusi ringan), menunjukkan smart money mulai masuk. Net Foreign Buy/Sell -31.5M masih negatif namun moderat untuk small cap, sejalan dengan perbaikan makro (net buy asing Rp3.27T pada pekan 15-19 Des). Fundamental recovery: NPM meningkat drastis ke 12.10% (2024) dari -8.27% (2020), laba positif 3 tahun berturut. Sektor hospitality benefit dari Nataru season (Q4 puncak occupancy) dan stabilitas inflasi 2.72%.
​
​

šŸš€ PRIMARY SIGNAL: SWING (PRIMARY) / SCALPING (CONDITIONAL)

āœ… RECOMMENDED FOR:

Swing Trader (Value Contrarian): Entry ideal di Rp59-61 dengan holding 10-20 hari. Fundamental recovery (NPM 12.10%, laba 3 tahun positif) dan extreme oversold teknikal memberikan risk-reward ratio 1:4 (SL -5%, TP2 +20% dari entry Rp60). Target medium-term: Rp72 (retest pre-correction level). Potensi upside ke Rp80-90 jika annual report Q4 2025 menunjukkan occupancy rate naik signifikan.

Scalper (Aggressive): Eksekusi conditional pada breakout Rp64-65 dengan volume >7,000 lot, hold <1 hari. Target TP1 Rp66 dengan quick profit +4.76% (entry agresif Rp63). Waspada slippage dan spread wide.

Value Investor (Post-IPO Opportunity): Harga Rp62 memberikan discount 39.8% dari IPO price Rp103, entry pada zona Rp59-61 memberikan margin of safety lebih besar. P/B ratio 0.7x menunjukkan asset undervalued. Hold >6 bulan untuk menangkap recovery hospitality jangka panjang dan potensi rerating valuasi. DER rendah 0.27x memberikan cushion untuk ekspansi tanpa leverage berlebihan.
​

High Risk Tolerance Only: Saham tier 3 (market cap Rp50-65M) dengan likuiditas sangat rendah (average volume 4,506 lot, Net Volume 13,632 lot). Cocok hanya untuk investor berpengalaman yang paham risiko small cap dan siap volatilitas ekstrem.
​

⭐ SYSTEM CONFIDENCE SCORE: 64/100

Logic:

Positive Factors: (+) Broker Action sangat bullish – ALL TIERS Big Acc (Top 1 +53.7%, Average +33.1%), institusi akumulasi agresif. (+) Bandar Volume +5.74K (hijau, akumulasi). (+) RSI extreme oversold (38.6), Stoch RSI 0.0 – potensi reversal sangat tinggi. (+) Fundamental recovery – NPM 12.10% (2024) dari -8.27% (2020), laba 3 tahun positif. (+) DER rendah 0.27x, struktur modal sehat. (+) P/B ratio 0.7x, asset undervalued. (+) Discount 39.8% dari IPO price (Rp103 vs Rp62), value opportunity. (+) Inflasi terkendali 2.72%, daya beli stabil. (+) BI Rate dovish 4.75% mendukung konsumsi. (+) Net buy asing makro Rp3.27T pekan 15-19 Des (perbaikan sentiment). (+) Nataru season (Q4 puncak hospitality). (+) Rupiah stabil Rp16,710/USD.
​
​

Negative Factors: (-) ROE turun drastis dari 51.3% (2020) ke 1.28% (2024), efisiensi modal buruk. (-) Market cap ultra-small Rp50-65M (tier 3), likuiditas sangat rendah. (-) Current ratio lemah (likuiditas jangka pendek risk). (-) Net Foreign Buy/Sell -31.5M (tekanan jual asing masih ada). (-) Bandar Movement -480.86K (distribusi ringan). (-) Broker Seller (12) > Buyer (9) secara jumlah. (-) Tidak ada dividen 2020-2024. (-) Kompetisi tinggi sektor hospitality. (-) Saham baru IPO (18 Jan 2024), masih price discovery.
​
​

šŸ“š EXECUTIVE SUMMARY
Berdasarkan analisis StockBot, saham GRPH menunjukkan akumulasi institusional agresif dengan ALL TIERS Broker Action Big Acc (Top 1 +53.7%, Average +33.1%) dan Bandar Volume hijau +5.74K, didukung fundamental recovery signifikan dengan NPM meningkat drastis dari -8.27% (2020) ke 12.10% (2024), laba positif 3 tahun berturut, DER sehat 0.27x, dan valuasi P/B 0.7x (asset undervalued) di tengah discount 39.8% dari IPO price Rp103, sementara indikator teknikal menunjukkan extreme oversold (RSI 38.6, Stoch RSI 0.0) yang membuka peluang reversal jangka pendek untuk menangkap momentum Nataru season (Q4 puncak occupancy hospitality). Algoritma memprediksi momentum positif untuk swing trading dengan entry ideal di zona Rp59-61 dan target TP2 Rp72 (risk-reward ratio 1:4), atau scalping conditional pada breakout Rp64-65 dengan volume >7,000 lot untuk quick profit ke Rp66, didukung perbaikan makro (net buy asing Rp3.27T pekan 15-19 Des, inflasi 2.72%, BI Rate dovish 4.75%, rupiah stabil Rp16,710/USD). Kesimpulannya, StockBot menyarankan strategi SWING PRIMARY bagi value contrarian trader dengan risk tolerance tinggi yang siap mengelola volatilitas small cap (market cap Rp50-65M tier 3, likuiditas rendah 4,506 lot average volume) untuk menangkap recovery hospitality post-IPO dan potensi rerating valuasi, atau VALUE BUY bagi investor jangka panjang yang percaya pada expansion story MICE business dan occupancy rate improvement di Kudus industrial hub, dengan catatan waspada terhadap ROE rendah 1.28% dan current ratio lemah yang memerlukan monitoring ketat pada annual report Q4 2025.
​
​

āš ļø Disclaimer: Analisis ini dihasilkan oleh StockBot AI berdasarkan probabilitas statistik & data historis. Bukan nasihat keuangan mutlak. Do Your Own Research (DYOR).

RANDOM TAG
$FITT $BEST

Read more...
2013-2025 Stockbit Ā·AboutĀ·ContactHelpĀ·House RulesĀ·TermsĀ·Privacy