Volume
Avg volume
PT Anabatic Technologies Tbk adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang konsultan sistem teknologi informasi, yang terdiri dari solusi sistem integrasi, layanan business process outsourcing, layanan teknologi informasi outsourcing, dan layanan distribusi dengan nilai tambah dan bisnis pendukungnya. Melalui pertumbuhan organik serta merjer dan akuisisi, jangkauan usahanya telah merambah ke berbagai bidang, yang kini dikelola melalui 55 (lima puluh lima) anak-anak usaha: 5 (lima) anak usaha langsung dan 50 (lima puluh) anak usaha tidak langsung. Selain melayani institusi-institusi terkemuka di Indonesia, Anabatic juga telah memb... Read More
$GOTO Insight!
"Adjusted EBITDA to breakeven"
Pernah denger orang bilang gini?
"Kalau baca LK startup tuh, mindset-nya mesti beda jauh sama perusahaan konvensional. Startup ini ibaratnya lagi di mode “hyper-growth,” fokusnya bukan cari profit tapi ngegas biar jadi raksasa dulu. Pas mereka ngeluarin LK, angka profit mungkin belum indah, malah biasanya rugi. Tapi buat mereka, yang penting tuh growth, kayak nambah user, nguasain market share, dan bikin brand jadi top of mind."
Gue terngiang-ngiang jg ama obrolan Pak Hermawan Kartajaya di Podcast Pak Hermanto Tanoko yg lumayan berat, and here we go. Start-up indonesia udh bisa kita akses LKnya persis sama apa yg mereka bahas 2021 lalu. Time Flies ya..
Jadi apasih Adjusted ebitda itu?
Kalau kata Brad Feld, startup yang bisa break-even di adjusted EBITDA ngasih sinyal kalau bisnis mereka mulai masuk fase "Mature." saat startup sampai titik ini, mereka nggak cuma ngejar “top line growth” tapi juga “operational discipline.” Ini artinya, startup udah mulai punya kontrol atas cost dan revenue, yang bikin mereka lebih dipercaya buat masuk ke fase profitability.
Nah, adjusted EBITDA itu kata gue sih semacam "jalan ninja" buat startup nunjukin performa inti mereka. Bukan buat ngebluff investor ya.. gue bilang gitu hahahaa, tapi emang katanya biar kita bisa lihat potensi cash yang sebenernya. Mereka hilangin biaya yang gak langsung nyambung ke operasional inti, kayak kompensasi berbasis saham atau pengeluaran one-time dll.
Di startup, Infonya burn rate tinggi itu biasa banget, kayak startup yang bakar duit buat iklan, ngembangin produk, atau ngebangun tim yang kuat. Ibaratnya, ini kayak nge-set stage buat jadi pemain besar. Perusahaan Conve? Udah beda cerita, mereka udah gak butuh bakar duit gila-gilaan, jadi angka di laporan mereka lebih stabil dan gampang diprediksi.
Kompensasi saham tuh salah satu cara mereka narik dan nge-lock talenta. Masalahnya kalau kata gue sih, tiap kali mereka ngeluarin saham buat karyawan, ya kita kena efek dilusi—nilai saham kita bisa turun karena lebih banyak lembar saham yang beredar. Ini yang mesti kita pahamin juga kalau invest di startup, risiko dilusi bisa jadi konsekuensi buat growth yang lebih besar.
Nah ini persis yang diobrolin di podcast 2021 itu, "kalau startup punya cash flow negatif, itu gak selalu jelek." Aneh gak kalimatnya? anehkan buat orang jadul kek gua ini hahahaha...
Kita katanya harus lihat runway mereka, alias seberapa lama mereka bisa bertahan sebelum butuh suntikan dana lagi. Jadi pas baca LK startup, jangan cuma liat “Oh, cash flow negatif nih,” tapi fokus ke berapa lama mereka bisa bertahan dan apakah mereka punya growth yang sustainable. Kan ini agak sulit dimengerti ya hahahaha, Di perusahaan convesional, cash flow positif tuh wajib, tapi di startup, cash flow negatif masih bisa diterima asal growth-nya gila-gilaan.
Buat startup, katanya nih growth metrik itu jauh lebih penting daripada sekedar rasio profitabilitas. Jadi, kita mesti fokus ke angka user growth, GTV (Gross Transaction Value), atau market share buat ngukur seberapa besar mereka bisa jadi dominan di industrinya. Startup yang bisa scaling cepat dan kuasain pasar tuh ibarat unicorn yang siap meledak. Rasio kayak margin laba mah bisa kita pikirin nanti pas mereka udah gede.
So, apakah kita bisa mikir gini apa nda? Bisa dipahami & dimengerti apa nda? atau kita terlalu tua buat belajar memahami atau mikir ginian? hahahahaa...
Jadi teringat saat Elon Musk akuisisi Twitter, dia pake pendekatan Earnings Power Valuation. Wes Emboooh...
Dunia investasi perlahan berkembang & berubah, variabel jg semakin banyak.
Ghendeng, mbulet wkwkwkw..
$BUKA $BELI $WIRG $ATIC
Iseng review performance $ELIT ✅✅✅termasuk Q1 Q2 Q3 2022, 2023 dan 2024 versi ROE dan ROA ulasan awal https://stockbit.com/post/15584422
$DATA $JATI $WIRG $ATIC
Website emiten : https://cutt.ly/ceFtdk5K
Prospektus https://cutt.ly/jeFtdlw8
LK Q3 2024 https://cutt.ly/DeFtdltQ
File xls, https://cutt.ly/ZeFtdlzh ulasan terbaru ada di sub sheet "Emiten ver. 1.1"
$ATIC sekilas terlihat menarik, namun setelah dicek meski revenue 1H 2024 naik vs 1H 2023, tapi justru segmen bisnis jasanya (yang lebih menarik dibanding bisnis distribusinya) anjlok dari 1.2T turun ke 700M, ada yang tahu penyebabnya apa?
heran juga gimana caranya mereka bisa jualan sistem IT lebih banyak tapi tanpa jasa konsultasi, emang ga perlu integrasi gitu?
tulisan sektor Telekomunikasi
Industri Pusat Data di Indonesia: Potensi Investasi dan Risiko
Industri pusat data (data center) di Indonesia sedang berkembang pesat sebagai bagian dari tren global digitalisasi. Permintaan untuk layanan berbasis cloud, penyimpanan data, dan kecerdasan buatan (AI) telah mendorong operator pusat data dan perusahaan teknologi global untuk memperluas kapasitas mereka. Namun, dokumen terbaru menunjukkan bahwa meskipun peluang besar tersedia, industri ini juga menghadapi tantangan signifikan yang perlu dipahami oleh para investor.
* Poin Penting
Pertumbuhan pusat data di Indonesia dipicu oleh meningkatnya adopsi digital dan permintaan dari perusahaan teknologi global. Indonesia telah mengalami lonjakan dalam pembangunan kapasitas pusat data, tetapi tingkat kekosongan (vacancy rate) yang tinggi, yaitu sekitar 39%, menjadi tantangan utama. Kapasitas baru yang sedang direncanakan diperkirakan mencapai 580MW pada paruh pertama 2024, hampir dua kali lipat dari kapasitas saat ini sebesar 275MW. Peningkatan kapasitas ini berisiko menciptakan kelebihan pasokan jika permintaan tidak tumbuh secepat itu.
Sektor-sektor yang terkait dengan pembangunan pusat data, seperti properti, kabel listrik, dan utilitas energi, juga diproyeksikan akan mendapatkan keuntungan besar dari tren ini. Selain itu, perusahaan telekomunikasi besar seperti Telkom Indonesia dan DCI indonesia berada di posisi yang baik untuk meraih sebagian besar pasar pusat data ini.
* Hal yang Menguntungkan Investor
Para investor yang tertarik dengan industri pusat data Indonesia dapat menemukan peluang besar di sektor-sektor yang mendukung ekosistem pusat data, bukan hanya pada pusat data itu sendiri. Properti industri, kabel listrik, infrastruktur konektivitas, dan perusahaan utilitas energi kemungkinan akan melihat lonjakan permintaan seiring berkembangnya pusat data. Misalnya, penjualan lahan industri untuk pusat data telah meningkat menjadi 30% dari total penjualan tanah industri di Indonesia, sehingga sektor properti industri menjadi pilihan menarik bagi investor.
Selain itu, perusahaan seperti Telkom diproyeksikan akan memperoleh pertumbuhan EBITDA hingga 14% dalam tujuh tahun ke depan dari kontribusi bisnis pusat data. DCI Indonesia juga diprediksi akan mencatatkan pertumbuhan yang solid berkat posisi dominannya di pasar.
* Hal yang Perlu Diwaspadai Investor
Investor perlu memperhatikan risiko kelebihan kapasitas (overbuild) di pasar pusat data Indonesia. Dengan tingkat kekosongan yang tinggi, ada kemungkinan persaingan ketat antar-operator pusat data yang bisa menurunkan margin keuntungan. Selain itu, banyaknya kapasitas yang ditujukan untuk perusahaan teknologi global dan hyperscaler yang mencari harga rendah juga dapat memengaruhi profitabilitas bisnis pusat data lokal.
Investasi langsung pada operator pusat data, terutama yang memiliki valuasi tinggi seperti DCI Indonesia, mungkin kurang menarik bagi sebagian investor karena rendahnya likuiditas saham di pasar modal.
* Perusahaan yang Bisa Dipantau
Bagi investor yang tertarik, beberapa perusahaan yang bisa dipantau:
1. Telkom Indonesia ( $TLKM ): Perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia yang diproyeksikan akan diuntungkan dari kemitraan dengan operator pusat data global dan kapasitas besar yang mereka miliki.
2. DCI Indonesia ( $DCII ): Pemimpin pasar dalam industri pusat data, meskipun valuasi sahamnya cukup tinggi.
3. Cikarang Listrindo ( $POWR ): Penyedia utilitas yang menyediakan kapasitas energi untuk pusat data, dengan potensi pertumbuhan dari perluasan kapasitas energinya.
4. Metrodata Electronics ( $MTDL ) dan Anabatic Technologies ( $ATIC ): Perusahaan layanan terkelola (managed services) yang diharapkan mendapatkan keuntungan dari peningkatan permintaan cloud dan infrastruktur digital.
ATIC - PT. Anabatic Technologies Tbk Rp 400 -4 (-1,00%) Info Selengkapnya! JAKARTA. PT Karyaputra Suryagemilang (KS), salah satu anak usaha PT Anabatic Technologies Tbk (ATIC), telah membeli sebanyak 3,04% atau setara 76 lembar saham PT Payrol Prima Indonesia. Terkait dengan pembelian saham...
idnfinancials.com