Volume
Avg volume
PT Autopedia Sukses Lestari (ASLC) merupakan wadah dari berbagai bidang usaha yang berhubungan dengan otomotif. Mulai dari lelang mobil dan motor, jual beli mobil online, dan penyedia data harga mobil dan motor. ASLC akan terus berkembang dengan beberapa layanan baru yang akan diperkenalkan di kemudian hari. Melihat sejarahnya, pada pertengahan tahun 2014 ASLC mendirikan lelang mobil (car auction) BIDWIN yang berlokasi di Tipar Cakung, Jakarta. Lelang mobil ini terus berkembang hingga dengan lokasi tersebar di beberapa kota di Indonesia dan jumlah mobil dan motor yang dilelang terus meningkat. Dengan perkembangan yang semakin... Read More
Mau ekspansi juga mikir2 lagi. Ternyata seret nya penjualan mobil baru tidak serta merta mendongkrak penjualan mobil bekas. Akhirnya diambil keputusan untuk buyback aja :'
$ASLC $ASII
$SURI
Merah nungguin nya lumayan lama, giliran hijau udah ga tahan buru2 keluar.
inilah prosesku, terus dn terus belajar mental
intinya semua punya cara masing2
semangat buat semua,
$ASLC $CDIA
$ASLC tiap hari banyak yang cuan dari saham lain. Ini pada nongkrong bae si marih! šš¼ salam BPJS
Mengetahui modus kecurangan laporan keuangan tidak cukup hanya membaca angka laba, tapi perlu pendekatan analitis dan skeptis terhadap seluruh laporan keuangan dan operasional perusahaan. Berikut adalah cara-cara yang bisa digunakan untuk mendeteksi atau mencurigai adanya kecurangan laporan keuangan:
š 1. Analisis Perbandingan (Comparative Analysis)
ā Bandingkan antar periode:
Penjualan naik pesat tapi arus kas tetap rendah? ā Waspadai pengakuan pendapatan fiktif.
Biaya operasional turun drastis tapi aktivitas tetap sama? ā Mungkin ada pengalihan atau penundaan biaya.
ā Bandingkan dengan perusahaan sejenis (peer analysis):
Jika margin laba jauh lebih tinggi dari rata-rata industri tanpa alasan kuat ā bisa jadi hasil rekayasa.
š 2. Analisis Rasio Keuangan
š¹ Rasio-Rasio Kunci yang Perlu Dicermati:
RasioWaspada JikaIndikasiOperating Cash Flow / Net Income<< 1 (jauh lebih kecil)Laba tidak ditopang arus kas, bisa jadi fiktifAccounts Receivable / RevenueTerus naikPenjualan banyak tapi tidak tertagihInventory TurnoverMenurun drastisManipulasi persediaan, barang tidak bergerakDebt to EquityTidak konsisten penjelasannyaUtang mungkin disembunyikan (off-balance)Gross MarginNaik tajam tiba-tibaCOGS direkayasa (nilai persediaan dibesar-besarkan)
š§¾ 3. Periksa Catatan Kaki Laporan Keuangan
Banyak kecurangan tersembunyi di bagian ini, seperti:
Perubahan metode akuntansi
Penjelasan piutang besar yang belum tertagih
Alasan pengakuan pendapatan
š 4. Analisis Arus Kas
Laporan laba bisa dimanipulasi, tapi arus kas lebih sulit dimanipulasi dalam jangka panjang.
Jika laba bersih tinggi tapi:
Arus kas dari operasi rendah
Utang jangka pendek meningkat
Piutang membengkak
Maka waspadalah ā ini bisa jadi tanda laporan laba ādipolesā.
š 5. Laporan Auditor Independen
Opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) = ideal
Tapi perhatikan juga paragraf penekanan (emphasis of matter)
Jika auditor menekankan:
Ketidakpastian going concern
Keterlambatan pembayaran utang
Transaksi dengan pihak berelasi Maka ini sinyal risiko yang besar.
š 6. Perubahan Kebijakan Akuntansi
Perusahaan yang tiba-tiba:
Mengganti metode depresiasi
Mengubah perlakuan akrual
Mengganti sistem pengakuan pendapatan
ā bisa jadi sedang menyembunyikan kerugian.
šµļø 7. Tanda-Tanda Operasional yang Tidak Wajar
Penjualan naik pesat tapi tidak ada ekspansi karyawan/logistik
Banyak transaksi dengan entitas berelasi (pihak-pihak yang berafiliasi)
Struktur perusahaan terlalu kompleks (banyak anak usaha tak jelas fungsinya)
š¢ 8. Investigasi dari Media atau Regulator
Adanya isu:
Denda dari OJK/BEI
Kasus perpajakan
Investigasi KAP (Kantor Akuntan Publik)
ā Perlu perhatian ekstra, karena mungkin ada fraud tersembunyi.
ā
Tips Praktis untuk Investor:
Jangan hanya lihat laba, lihat arus kas & catatan kaki.
Gunakan tools seperti https://cutt.ly/urUR20dY, Stockbit, atau RTI untuk analisis fundamental.
Baca laporan tahunan dan MD&A (Management Discussion & Analysis) ā biasanya ada sinyal-sinyal dari manajemen.
Perhatikan frekuensi restatement laporan keuangan ā jika sering diubah, itu tanda buruk.
Ikuti berita korporasi dan analisis dari analis independen.
$RGAS $ASLC $CGAS
UW nya $ASLC ASLC ini LG dan KI. Hayukkkk jangan mau kalah ARA kayak $COIN versi KI dan $PSAT versi LG
Modus-Modus Kecurangan dalam Laporan Keuangan: Waspadai Ilusi Laba Semu
Pendahuluan
Laporan keuangan adalah cermin kesehatan suatu perusahaan. Namun, tidak semua cermin memantulkan kebenaran. Dalam dunia bisnis yang penuh tekanan, ada perusahaan yang memilih jalan pintas dengan memoles laporan keuangan agar terlihat menarik bagi investor, kreditur, atau publik. Kecurangan laporan keuangan (financial statement fraud) bukan sekadar kesalahan akuntansi biasa, melainkan tindakan sistematis untuk menipu pengguna laporan keuangan.
Salah satu modus umum adalah mengakui pendapatan masa depan sebagai pendapatan saat ini dan menunda pengakuan biaya, sehingga laba perusahaan tampak tinggi. Namun, modus kecurangan tidak berhenti di situ. Berikut ini adalah 10 modus kecurangan laporan keuangan yang paling sering terjadi, lengkap dengan penjelasan dan indikasi yang bisa diwaspadai oleh investor.
---
1. Pengakuan Pendapatan Lebih Awal (Early Revenue Recognition)
Modus: Pendapatan dari kontrak jangka panjang atau pesanan masa depan diakui sebelum produk dikirim atau jasa diberikan.
Tujuan: Meningkatkan pendapatan dan laba di periode saat ini.
Contoh Red Flag: Penjualan melonjak di akhir kuartal tanpa peningkatan arus kas.
---
2. Penundaan Pengakuan Biaya (Expense Deferral)
Modus: Biaya operasional saat ini ditangguhkan sebagai aset dan dibebankan pada periode berikutnya.
Tujuan: Menurunkan beban periode berjalan agar laba terlihat lebih tinggi.
Contoh: Biaya pelatihan dikapitalisasi sebagai aset tak berwujud.
---
3. Channel Stuffing
Modus: Mengirimkan produk secara berlebihan ke distributor menjelang tutup buku dan mengakuinya sebagai penjualan.
Tujuan: Meningkatkan volume penjualan fiktif.
Red Flag: Penurunan tajam penjualan kuartal berikutnya atau meningkatnya retur penjualan.
---
4. Manipulasi Persediaan
Modus: Menggelembungkan nilai persediaan agar COGS (harga pokok penjualan) lebih rendah.
Tujuan: Menampilkan margin laba yang lebih besar.
Red Flag: Persediaan meningkat jauh lebih cepat dibanding penjualan.
---
5. Round-Tripping
Modus: Dua perusahaan saling menjual barang atau jasa dengan harga yang sama hanya untuk menciptakan kesan aktivitas bisnis.
Tujuan: Meningkatkan pendapatan tanpa ada nilai ekonomis nyata.
Red Flag: Penjualan dan pembelian meningkat bersamaan tanpa peningkatan laba bersih.
---
6. Allowance for Bad Debts yang Diremehkan
Modus: Perusahaan secara tidak realistis mengasumsikan seluruh piutang akan tertagih.
Tujuan: Menjaga pendapatan bersih tetap tinggi.
Red Flag: Piutang membengkak, arus kas tidak sebanding dengan penjualan kredit.
---
7. Off-Balance Sheet Liabilities
Modus: Menyembunyikan utang dalam anak perusahaan atau entitas khusus.
Kasus Nyata: Enron.
Red Flag: Kompleksitas struktur korporat yang tidak wajar.
---
8. Reclassification of Expenses
Modus: Biaya operasional diklasifikasikan sebagai belanja modal (capital expenditure).
Tujuan: Menghindari beban di laporan laba rugi.
Contoh: Biaya riset produk baru dicatat sebagai aset tetap.
---
9. Manipulasi Akun Akrual
Modus: Mengatur estimasi untuk piutang, depresiasi, atau kewajiban yang belum dibayar agar sesuai target laba.
Tujuan: Mengatur hasil keuangan secara fleksibel.
Red Flag: Perubahan mendadak dalam kebijakan akuntansi.
---
10. Ghost Employees atau Vendor Fiktif
Modus: Membuat pegawai atau vendor palsu, lalu membayar mereka dan mencuri uang perusahaan.
Tujuan: Pencurian dana perusahaan sambil menutupi dalam laporan.
Red Flag: Gaji atau biaya jasa meningkat tanpa peningkatan kinerja.
Kesimpulan: Bijak dalam Membaca Laporan Keuangan
Investor harus lebih dari sekadar melihat laba bersih. Analisis rasio keuangan, arus kas, catatan kaki laporan, dan audit independen menjadi penting untuk menghindari jebakan ilusi laba. Seorang investor bijak tidak hanya mencari keuntungan, tetapi juga menilai integritas laporan keuangan.
Penutup
Kecurangan dalam laporan keuangan tidak hanya merugikan investor, tapi juga bisa menghancurkan reputasi perusahaan. Investor yang cerdas harus mampu mengenali pola-pola kecurangan ini dan membangun strategi mitigasi risiko yang kuat. Ingat, di balik angka-angka indah, bisa saja tersembunyi bom waktu. $PTMP $ASLC $CGAS
Rilis data penjualan mobil Indonesia Juni 2025 oleh Gaikindo dilansir dari Jawa Pos
https://cutt.ly/jrY5BZQc
ā Penjualan mobil wholesales (produsen ke dealer) Juni 2025 sebanyak 57.760 unit.
Turun -4,7% mtm dari Mei 2025 (60.612).
Turun -22,6% yoy dari Juni 2024 (74.615).
ā Penjualan mobil retail (dealer ke konsumen) Juni 2025 sebanyak 61.647 unit.
Naik +0,55% mtm dari Mei 2025 (61.307).
Turun -12,3% yoy dari Juni 2024 (70.290).
ā Penjualan mobil kumulatif wholesales Jan-Jun 2025 tercatat sebanyak 374.740 unit.
Turun -8,6% yoy dari Jan-Jun 2024 (410.020).
Minus tahunan ini menebal dari Jan-Mei 2025 yang hanya -5,5% yoy.
ā Penjualan mobil kumulatif retail Jan-Jun 2025 sebanyak 390.467 unit.
Turun -9,7% yoy dari Jan-Jun 2024 (432.453).
Minus tahunan ini menebal dari Jan-Mei 2025 yang sebesar -9,2% yoy.
ā Capaian penjualan mobil wholesales Jan-Jun 2025 baru 41,64% dari target Gaikindo tahun 2025 sebanyak 900 ribu unit terjual.
Jika tren ini berlanjut, maka sampai akhir tahun 2025 hanya akan terjual 749.480 unit, atau 83,28% dari target.
...........................
Penjualan mobil di Indonesia masih terus lemah, seiring dengan penjualan sepeda motor yang juga lemah. Pasar otomotif dalam tekanan.
Lebih luas, ini juga mengindikasikan konsumsi masyarakat makin lesu, dan akhirnya tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang melambat.
$DRMA $MPMX $ASLC
Mengelola Profit: Buyback, Dividen, atau Pertumbuhan? Sudut Pandang Investor Saham IHSG
Dalam dunia investasi saham, salah satu hal yang sering menjadi perhatian utama investor adalah bagaimana sebuah perusahaan mengelola profit atau laba bersihnya. Profit perusahaan, terutama yang sudah stabil dan menguntungkan, dapat digunakan untuk tiga hal utama: (1) buyback saham, (2) pembagian dividen, dan (3) ekspansi atau pertumbuhan bisnis. Setiap opsi memiliki kelebihan dan risiko tersendiri, dan keputusan manajemen dalam mengalokasikan laba akan sangat memengaruhi persepsi investor, nilai saham, serta potensi imbal hasil jangka panjang.
Sebagai investor yang menanamkan dana di pasar saham Indonesia (IHSG), saya secara pribadi lebih memilih perusahaan yang mengalokasikan profitnya untuk pertumbuhan bisnis, selama memang masih ada potensi pertumbuhan yang signifikan. Artikel ini akan mengupas ketiga alokasi laba tersebut dari kacamata investor, serta menjelaskan mengapa saya menaruh prioritas pada pertumbuhan jangka panjang.
1. Buyback Saham: Menjaga Harga Saham di Pasar
Buyback atau pembelian kembali saham oleh perusahaan merupakan strategi yang sering digunakan untuk meningkatkan harga saham di pasar. Dengan mengurangi jumlah saham beredar, laba per saham (EPS) meningkat, yang dapat menarik lebih banyak minat investor dan menciptakan persepsi positif.
Dari sisi investor, buyback bisa dianggap sebagai sinyal bahwa manajemen percaya saham mereka saat ini undervalued. Dalam jangka pendek, ini bisa berdampak positif terhadap harga saham. Namun, bagi investor yang berorientasi jangka panjang, buyback kadang dianggap sebagai ājalan pintasā jika tidak dibarengi dengan strategi pertumbuhan bisnis yang jelas. Risiko lainnya adalah buyback yang dilakukan saat valuasi saham sudah mahal, yang justru merugikan pemegang saham lama.
2. Dividen: Aliran Kas Tunai ke Investor
Dividen merupakan pembagian laba perusahaan kepada pemegang saham dalam bentuk tunai atau saham. Strategi ini umumnya disukai oleh investor yang mengincar pendapatan pasif atau yang sudah berada dalam fase defensifāmisalnya menjelang pensiun.
Namun, ada trade-off penting. Setiap rupiah yang dibagikan sebagai dividen adalah rupiah yang tidak diinvestasikan kembali untuk mengembangkan bisnis. Bagi perusahaan yang masih memiliki peluang ekspansi besarābaik melalui riset dan pengembangan, penetrasi pasar baru, maupun akuisisi strategisāpembayaran dividen yang terlalu besar bisa menjadi sinyal stagnasi. Perusahaan yang tumbuh cepat justru sebaiknya menahan laba untuk memaksimalkan potensi masa depan.
Dari sudut pandang saya sebagai investor pertumbuhan (growth investor), dividen bukanlah prioritas utama. Saya lebih suka perusahaan yang mampu menggandakan nilai bisnisnya ketimbang sekadar membagikan sebagian kecil keuntungan hari ini.
3. Investasi Ulang untuk Pertumbuhan: Kunci Menciptakan Nilai Jangka Panjang
Pilihan ketiga dan yang saya anggap paling bernilai adalah reinvestasi laba ke dalam bisnis itu sendiri. Perusahaan yang masih dalam fase pertumbuhanāterutama di sektor-sektor seperti teknologi, consumer goods, infrastruktur, atau energi terbarukanāseharusnya memanfaatkan profit untuk memperbesar skala usaha, memperkuat keunggulan kompetitif, dan menciptakan inovasi baru.
Dengan menanamkan kembali laba, perusahaan bisa membangun aset, menambah kapasitas produksi, memperluas jaringan distribusi, melakukan digitalisasi operasional, atau memasuki pasar internasional. Semua ini akan berdampak pada peningkatan pendapatan dan laba di masa depan, yang pada akhirnya meningkatkan valuasi saham dan potensi capital gain bagi investor.
Strategi semacam ini membangun nilai intrinsik perusahaan dan menciptakan efek bola salju bagi pemegang saham jangka panjang.
4. Perspektif Investor Saham IHSG: Mencari Compounder, Bukan Sekadar Dividen
Bagi investor yang berfokus pada pasar modal Indonesia, penting untuk memahami bahwa IHSG terdiri dari campuran saham mature dan emerging. Banyak emiten BUMN yang rutin membayar dividen besar, namun pertumbuhannya terbatas. Di sisi lain, ada juga perusahaan-perusahaan kecil dan menengah dengan pertumbuhan agresif yang lebih memilih menahan laba.
Pilihan saya pribadi jatuh pada perusahaan-perusahaan yang masih memiliki runway pertumbuhan panjang. Saya mencari perusahaan yang bisa menjadi ācompounderāāyakni perusahaan yang mampu menumbuhkan laba bersih dan ekuitas secara konsisten dalam jangka panjang. Perusahaan seperti ini cenderung memberikan imbal hasil lebih tinggi melalui kenaikan harga saham ketimbang dividen tahunan.
5. Bagaimana Menilai Pilihan Perusahaan?
Sebagai investor yang rasional, kita tidak bisa hanya berasumsi bahwa semua reinvestasi akan berbuah manis. Kita perlu menilai apakah manajemen memiliki rekam jejak yang baik dalam mengalokasikan modal.
Strategi ekspansi dan inovasi bisnis
Kejelasan komunikasi publik melalui laporan tahunan dan paparan publik
Jika ROE tinggi dan pertumbuhan laba konsisten, ini menandakan perusahaan berhasil mengelola modal secara efektif. Dalam kasus seperti itu, menahan laba untuk pertumbuhan jauh lebih bijaksana daripada dibagikan sebagai dividen.
6. Kesimpulan: Pilih Jalan Pertumbuhan, Jika Potensi Masih Ada
Ketika perusahaan memiliki peluang untuk tumbuh, maka penggunaan laba untuk ekspansi adalah pilihan terbaik. Buyback saham bisa menjadi tambahan nilai jika dilakukan dengan tepat, dan dividen bisa menjadi bonus bila perusahaan sudah dalam fase matang.
Namun, sebagai investor yang percaya pada pertumbuhan jangka panjang, saya meyakini bahwa perusahaan yang mampu menumbuhkan nilai intrinsiknya secara konsisten akan memberi imbal hasil lebih besar. Oleh karena itu, saya cenderung memilih emiten di IHSG yang mengalokasikan laba untuk pertumbuhan daripada untuk buyback atau dividenāselama strategi ekspansinya masuk akal dan dikelola secara efisien.
Dalam dunia investasi, kesabaran adalah kunci, dan pertumbuhan adalah fondasi bagi kekayaan yang berkelanjutan. $ASLC $PTMP $RGAS
$ASLC kalian ini yang nungguin ASLC naek karena seasonalitynya selalu naek bulan juli, kena jebakan semua, bandar juga ga bodoh mau ngasi cuan gratis, taon ini julinya bisa turun 20%an di mark down, mampus deh semua yang invest disini