Volume
Avg volume
PT Agung Podomoro Land Tbk adalah perusahaan yang bergerak di pengembangan properti. Hingga akhir Desember 2018, APLN memiliki 41 (empat puluh satu) entitas anak, 12 (dua belas) entitas dengan kepemilikan tidak langsung melalui entitas anak, yang dikonsolidasikan dalam APLN, serta 2 (dua) perusahaan asosiasi di bidang properti di Jakarta, Karawang, Bogor, Bandung, Bali, Batam, Medan, Balikpapan, dan Makassar.
@skydrugz27 sy pikir lumrah saja karna $APLN menjual hotel pulman ini ke pihak ketiga alias bukan transaksi afiliasi dan dijual dengan profit yang sangat cuan. anyway thank insight nya. Mohon maaf lahir dan batin ☺️🙏🏽
@skydrugz27 sumbernya dari mana yang bilang $APLN jual Hotel Pullman ke perusahaan lain yang masih satu grup ?
@jhonsonjo Btw, soal PSAK 72, setahu saya pendapatan nggak diakui semata-mata pas proyek selesai. Intinya bukan soal fisik bangunan udah jadi atau belum, tapi kapan kendali atas properti itu pindah ke konsumen. Jadi bisa aja revenue diakui bertahap (over time) kalau pembeli udah punya hak atas unitnya dan bayar progresif, atau point in time kalau baru diakui pas serah terima. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Makanya, menurut saya kurang tepat kalau dibilang "revenue diakui berdasarkan penyelesaian proyek". Karena pengakuan itu tergantung kontrak dan kondisi pengalihan kendali, bukan cuma selesai atau nggaknya proyek.
Nah yang menarik, meskipun revenue udah diakui, bukan berarti cashflow-nya aman. Karena PSAK 72 nggak peduli kas udah masuk atau belum—yang penting kendalinya udah pindah. Bisa aja revenue naik karena udah diakui secara akuntansi, tapi pembayaran dari konsumen masih nyicil atau belum lunas. Akhirnya arus kas operasional tetap negatif, meskipun di laporan laba rugi keliatannya kinclong.
Jadi ya itu, valuasi bisa kelihatan murah, revenue bisa naik tajam, tapi kalau cashflow-nya jeblok, bisa jadi ada mismatch antara profit sama real cash yang masuk. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
$BSBK $APLN $PANI
🏢 Agung Podomoro ( $APLN ) Catat Pendapatan Rp 5,58 Triliun di 2024, Naik 19,2%!
📈 APLN mencatat pertumbuhan solid dengan kenaikan pendapatan menjadi Rp 5,58T, didukung strategi monetisasi aset, termasuk penjualan Hotel Pullman Vimala Hills senilai Rp 1,68T.
🏠 Segmen Properti Naik!
Apartemen 🚀 +30%
Ruko 🔥 +103,38%
Ruang Kantor 💼 +437,90%
Simak detailnya 👉 https://cutt.ly/ArpZQNBU
$PANI $BSDE
@Salli2487 tentang Reklasifikasi $APLN
https://stockbit.com/post/18067778
Apakah $APLN Bisa Jual Hotel dan Mall Tiap Tahun?
Sharing hari ini mengenai jumlah hotel dan mall APLN di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Apakah APLN bisa jual hotel dan mal tiap tahun? Secara teori sih bisa. Tapi praktik di lapangan jelas gak semudah itu. Jual hotel bukan kayak jual pisang goreng. Butuh waktu, butuh pembeli yang sanggup bayar tunai, dan butuh properti yang memang menarik. Nah, di laporan keuangan tahun 2024, APLN memang berhasil jual satu hotel besar—Pullman Vimala Hills—ke pihak eksternal seharga Rp1,68 triliun. Tapi cerita ini bukan sekadar transaksi properti biasa. Ini adalah inti dari seluruh penampilan kinclong APLN di laporan tahun 2024. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Pertama-tama, hotel tersebut awalnya tercatat sebagai aset tetap. Tapi sebelum dijual, aset itu direklasifikasi ke persediaan. Trik ini legal menurut PSAK, tapi sangat strategis. Karena kalau dijual dalam status aset tetap, margin penjualan akan masuk ke “laba lain-lain”, dan langsung ketahuan itu transaksi one-off. Tapi setelah direklas jadi persediaan, maka margin penjualannya bisa masuk sebagai revenue, lengkap dengan COGS dan laba usaha. Hasilnya? Laporan laba rugi APLN terlihat seperti mereka sedang mendulang untung dari operasional. Padahal? Itu satu transaksi non-rutin, dan sangat mungkin tidak berulang.
Dari transaksi ini, APLN mencatat laba bersih Rp770 miliar di 2024. Tapi catatan kaki di laporan menyebutkan bahwa kontribusi transaksi ini terhadap revenue dan laba adalah Rp957 miliar. Artinya? Tanpa penjualan hotel tersebut, laba bersih APLN sebenarnya negatif, bahkan jauh dari sehat. Seluruh pencapaian tahun ini bergantung pada satu deal jual hotel.
Lalu uangnya kemana? Langsung dipakai buat bayar utang bank. Jadi ini bukan cuma soal mempercantik laporan, tapi juga langkah darurat untuk menutup lubang di neraca. Kalau pertanyaannya, “kenapa tidak dari dulu APLN jual aset untuk bayar utang?” ya itu dia. Kalau ini benar-benar strategi jangka panjang, mestinya sudah dijalankan sejak 2019, bukan nunggu 2024 ketika utang berbunga sudah menembus Rp9,3 triliun. Artinya? Ini bukan strategi. Ini penyelamatan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Lalu apa bisa diulang tiap tahun? Mari lihat asetnya. APLN cuma punya 6 hotel dan 8 mal besar. Bahkan kalau semuanya bisa dijual, stoknya cuma cukup buat 5–7 tahun. Itu pun dengan asumsi semua pembeli di masa depan mau bayar harga premium seperti kasus Pullman, dan kondisi pasar properti tetap kondusif. Dan jelas, jual hotel atau mal itu bukan jualan eceran. Gak semua tahun ada pembeli, gak semua properti bisa dilepas tanpa berdampak ke bisnis utama. Sementara utang APLN jelas berulang tiap tahun.
Bandingkan ini dengan ASSA. Mereka juga reklasifikasi aset tetap jadi persediaan. Tapi konteksnya sangat berbeda. Kendaraan disewakan selama beberapa tahun, lalu dijual melalui unit bisnis Caroline setelah masa pakai selesai. Ini bagian dari bisnis reguler, bukan skenario darurat. Di 2024, nilai kendaraan yang direklasifikasi Rp377 miliar, penjualannya Rp863 miliar dengan margin kotor 24 persen. Tidak ada sulap. Tidak ada drama. Dan yang paling penting: tidak ada utang bank yang harus ditutup dengan jual aset besar. Arus kas operasi ASSA Rp748 miliar, lebih besar dari laba bersih Rp330 miliar. Semua ter-backup. Semua realistis.
Sekarang lihat BSBK. Ini contoh yang lebih absurd lagi. Tidak ada transaksi. Tidak ada yang dijual. Tapi laba bersih melonjak 783 persen ke Rp349 miliar. Kok bisa? Karena properti investasinya direvaluasi naik Rp270 miliar. Ini sah menurut PSAK 13, tapi gak ada uang yang masuk. Tidak ada kas. Hanya angka yang lebih tinggi di neraca. Dan revaluasi ini bahkan menyumbang 77 persen dari laba bersih mereka. Jadi kalau tahun depan penilai properti lebih konservatif, semua angka itu bisa hilang begitu saja. Ini bukan strategi, ini optimisme.
Dari tiga perusahaan ini, hanya ASSA yang model bisnisnya jelas bisa diputar tiap tahun tanpa harus bongkar aset atau minta bantuan eksternal. Mereka tidak jual hotel. Tidak revaluasi properti. Tidak berharap investor internal atau eksternal menyelamatkan mereka. Mereka cukup jual kendaraan bekas secara rutin dan dapat revenue, laba, dan cashflow dari sana. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Sementara APLN? Jual satu hotel dan terlihat sukses satu tahun. Tapi itu hanya satu titik terang di tengah gelapnya struktur utang. Kalau transaksi itu tidak dilakukan, atau tidak berhasil, laporan keuangan APLN tahun 2024 akan sangat berbeda. Dan karena properti terbatas, pembeli terbatas, dan utang tidak pernah terbatas, maka strategi ini bukan solusi jangka panjang. Ini adalah naskah darurat yang berhasil dipentaskan dengan elegan satu kali. Tapi tidak bisa dijamin akan ada sekuelnya.
Dan buat yang bilang, “tapi uangnya real kok,” mari jawab jujur: iya, uangnya real. Tapi apakah itu dari jualan reguler ke pasar properti? Tidak. Itu dari jual hotel besar ke pihak eksternal satu kali. Jadi meskipun cash-nya nyata, model bisnisnya tidak. Dan kita tidak bisa mengandalkan penjualan properti besar sebagai penopang bisnis setiap tahun, kecuali kita sedang menjual perusahaan, bukan mengembangkannya.
Kalau kamu cari bisnis yang bisa bertahan tanpa perlu jual hotel tiap tahun, tanpa berharap ada pembeli besar masuk tepat waktu, tanpa bikin laporan terlihat kinclong karena revaluasi atau reklasifikasi, maka jawabannya cuma satu: bukan APLN. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10
Hotel dan Mall Milik $APLN
HOTEL
Hotel Amaris Thamrin City – melalui PT Central Indah Palace (CIP)
Nilai aset: Rp67,84 miliar (2024)
Hotel Indigo Bali Seminyak Beach – melalui PT Bali Perkasasukses (BPS)
Nilai aset: Rp1,12 triliun
Sofitel Bali Ubud Resort and Spa – melalui PT Karya Pratama Propertindo (KPP)
Nilai aset: Rp292,29 miliar
Grand Central Bandung – melalui PT Tritunggal Lestari Makmur (TTLM)
Nilai aset: Rp943,73 miliar
Vimala Hills (termasuk hotel) – melalui PT Putra Adhi Prima (PAP)
Nilai aset: Rp237,60 miliar
101 Urban Jakarta Kelapa Gading – melalui PT Sentral Agung Indah (SAI)
Nilai aset: Rp38,95 miliar
Total nilai hotel (2024): ± Rp2,70 triliun
MALL / PUSAT PERBELANJAAN
Festival Citylink Bandung – melalui PT Brilliant Sakti Persada (BSP)
Nilai aset: Rp434,09 miliar
Green Bay – melalui PT Kencana Unggul Sukses (KUS), kombinasi mall dan apartemen
Nilai aset: Rp4,85 triliun
Kuningan City – melalui PT Arah Sejahtera Abadi (ASA), kombinasi mall, apartemen, dan kantor
Nilai aset: Rp770,21 miliar
SOHO Pancoran – mall dan kantor, melalui PT Cipta Pesona Karya (CPKA)
Nilai aset: Rp206,92 miliar
Plaza Balikpapan dan Borneo Bay Mall – melalui PT Pandega Citraniaga (PCN)
Nilai aset (gabungan proyek): Rp1,68 triliun
Mal Baywalk – melalui PT KUS juga, dijadikan agunan kredit
Mal Emporium Pluit – melalui PT Pluit Propertindo (PP)
Nilai aset: Rp722,43 miliar
Plaza Kenari Mas – melalui PT Caturmas Karsaudara (CMK)
Nilai aset: Rp95,83 miliar
Total nilai mall (2024): ± Rp8,76 triliun
Banyak dari properti ini adalah kombinasi fungsi (mall-apartemen, mall-kantor, mall-hotel), dan sebagian besar berada di bawah anak usaha yang juga memiliki segmen properti lain. Estimasi nilai aset diambil dari nilai tercatat di laporan konsolidasian dan belum mencerminkan nilai wajar individual properti.
Jika dibedakan secara fungsi dominan:
Total hotel murni dan hybrid: 6 properti utama
Total mall dan pusat perbelanjaan: 8 properti utama
Total nilai akumulasi hotel dan mall ini menyumbang proporsi besar dari total aset properti APLN yang nilainya mencapai Rp12,45 triliun berdasarkan nilai wajar properti investasi tahun 2024.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10
Thanks insightnya wak, bukankah sebagai perusahaan properti $APLN wajar saja menjadikan hotel tersebut sebagai persediaan dan menjual dengan keuntungan 2BV lalu tembak untuk bayar hutang"nya menurut saya langkah yg sangat Baik. DER dari 1x menjadi 0.5x jadi lebih sehat
Opening sepertinya harga bigbanks cenderung ditahan. Sy tidak tau apakah buyback sudah diaktifkan untuk menjaga harga di atas. Hari ini kalau bisa sideways saja, ijo tipis, itu uda bagus sekali.
Btw hari ini juga adalah hari terakhir bursa sebelum libur panjang menjelang lebaran.
Sy trading pendek2 saja, sambil akumulasi saham2 yg akan bagi dividen jumbo 1-3 bulan ke depan.
Semoga kita menutup hari ini dengan positif.
Btw NELY ini kenapa ya? Apakah LK nya sudah keluar, kok loncat kodok jauh ke atas? ataukah hanya prank? wkwk
------------------------------------------------------------
Kamis, 27 March 2025 08:55
Saham potensial gap-up/down di OPENING market, diurut berdasarkan nilai persentase:
(cukup pantau baris paling atas dan paling bawah untuk cek gap terbesar):
GAP UP:
🔼 CBDK gap up ke 6000 (+925 atau +18.23%) dari 5075
🔼 $NELY gap up ke 416 (+38 atau +10.05%) dari 378
🔼 $APLN gap up ke 88 (+4 atau +4.76%) dari 84
🔼 ADHI gap up ke 234 (+8 atau +3.54%) dari 226
🔼 APEX gap up ke 94 (+3 atau +3.3%) dari 91
🔼 PTPP gap up ke 298 (+8 atau +2.76%) dari 290
🔼 SMDR gap up ke 238 (+6 atau +2.59%) dari 232
🔼 BDMN gap up ke 2460 (+60 atau +2.5%) dari 2400
🔼 WIIM gap up ke 640 (+15 atau +2.4%) dari 625
🔼 HRTA gap up ke 480 (+10 atau +2.13%) dari 470
🔼 SOCI gap up ke 158 (+3 atau +1.94%) dari 155
🔼 BRPT gap up ke 690 (+10 atau +1.47%) dari 680
🔼 PANI gap up ke 9225 (+125 atau +1.37%) dari 9100
🔼 PNLF gap up ke 368 (+4 atau +1.1%) dari 364
🔼 BTPS gap up ke 935 (+10 atau +1.08%) dari 925
🔼 SIMP gap up ke 388 (+4 atau +1.04%) dari 384
🔼 BMRI gap up ke 5200 (+50 atau +0.97%) dari 5150
🔼 AMMN gap up ke 5250 (+50 atau +0.96%) dari 5200
🔼 CLPI gap up ke 1060 (+10 atau +0.95%) dari 1050
🔼 BREN gap up ke 5500 (+50 atau +0.92%) dari 5450
🔼 ADMF gap up ke 9000 (+75 atau +0.84%) dari 8925
🔼 GGRM gap up ke 10425 (+75 atau +0.72%) dari 10350
🔼 ABMM gap up ke 3080 (+20 atau +0.65%) dari 3060
🔼 TKIM gap up ke 4760 (+30 atau +0.63%) dari 4730
GAP DOWN:
🔽 UNTR gap down ke 23450 (-50 atau -0.21%) dari 23500
🔽 TBIG gap down ke 1970 (-10 atau -0.51%) dari 1980
🔽 SRTG gap down ke 1580 (-10 atau -0.63%) dari 1590
🔽 ISAT gap down ke 1500 (-10 atau -0.66%) dari 1510
🔽 RAJA gap down ke 1940 (-20 atau -1.02%) dari 1960
🔽 BBTN gap down ke 885 (-10 atau -1.12%) dari 895
🔽 MAPI gap down ke 1310 (-15 atau -1.13%) dari 1325
🔽 PWON gap down ke 344 (-4 atau -1.15%) dari 348
🔽 JSMR gap down ke 4030 (-50 atau -1.23%) dari 4080
🔽 MBMA gap down ke 298 (-4 atau -1.32%) dari 302
🔽 MDKA gap down ke 1425 (-25 atau -1.72%) dari 1450
🔽 CPIN gap down ke 4400 (-80 atau -1.79%) dari 4480
🔽 BSDE gap down ke 800 (-15 atau -1.84%) dari 815
🔽 CTRA gap down ke 755 (-15 atau -1.95%) dari 770
🔽 MAPA gap down ke 665 (-15 atau -2.21%) dari 680
🔽 ICBP gap down ke 10300 (-250 atau -2.37%) dari 10550
🔽 CEKA gap down ke 2040 (-60 atau -2.86%) dari 2100
🔽 $ELSA gap down ke 396 (-16 atau -3.88%) dari 412
Cek ulang semuanya dan IEP bisa berubah smp menit terakhir. Salam Cuan.
@Suhandirfan Trik $APLN?
https://stockbit.com/post/18060897
Apakah Ini Trik Akuntansi $APLN ?
Diskusi hari ini trik akuntansi APLN di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Kalau ada lomba akuntansi paling elegan tahun 2024, APLN pantas naik podium. Bukan karena laporan keuangannya paling solid dari sisi operasional, tapi karena keahliannya menyulap transaksi satu kali jadi seolah-olah laba rutin yang sehat. Ibarat preman lama yang buka kafe estetik, aroma masa lalu masih ada, tapi kini dibalut kemasan profesional. Dan semuanya bermula dari satu manuver penting yaitu penjualan Hotel Pullman Vimala Hills sebesar Rp1,68 triliun, dengan status aset yang sudah disulap dari aset tetap jadi persediaan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Awalnya hotel ini aset tetap. Kalau dijual sebagai aset tetap, PSAK mewajibkan selisih harga jual dengan nilai bukunya masuk ke pos “laba lain-lain”. Dan itu langsung bikin investor curiga: “Wah, ini laba non-recurring.” Tapi APLN cerdas. Hotelnya direklasifikasi dulu menjadi inventory, lalu dijual. Karena sudah jadi persediaan, hasil penjualannya bisa masuk ke revenue biasa, beban pokoknya dicatat sebagai COGS, dan margin-nya langsung nongkrong manis di laba kotor dan laba usaha. Di laporan keuangan, ini terlihat seperti hasil kerja keras bisnis utama, padahal kita semua tahu… ya bukan begitu cara kerja jualan rumah.
Coba bayangkan: nilai bukunya Rp727 miliar, dijual Rp1,68 triliun. Selisih margin sekitar Rp957 miliar. Tapi karena disamarkan lewat revenue, tak satu pun analis retail curiga. Padahal, angka ini menyumbang hampir seluruh laba bersih APLN yang sebesar Rp770 miliar. Kalau hotel itu tidak dijual? Laba bersih APLN hanya tinggal Rp58 miliar. Itu pun kalau masih untung. Jadi, boleh dibilang tahun 2024 ini APLN bukan untung karena jualan rumah, tapi karena jual hotel ke sepupu sendiri, dengan strategi akuntansi yang halus, licin, tapi sah, legal, tidak melanggar aturan akuntansi.
Dan uangnya ke mana? Ke utang. Tahun ini APLN punya beban utang jangka panjang Rp2,8 triliun ke Bank Danamon. Daripada pusing cari kas dari proyek baru, mereka gunakan hasil transaksi hotel itu—yang disalurkan dulu ke entitas anak (PAP), lalu dibagikan ke induk dalam bentuk dividen Rp850 miliar, dan langsung dipakai bayar sebagian utang ke Danamon. Rapi, terstruktur, dan sangat efisien. Tapi tetap saja bukan revenue berulang, bukan laba operasional sejati. Setidaknya ada real cash nya untuk bayar utang ke bank. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Sekarang mari kita perjelas perbedaannya. Jual hotel satu kali seharga Rp1,68 triliun ke perusahaan satu grup jelas beda dengan jual unit rumah ke konsumen ritel. Jual rumah bisa berulang, skala massal, dan kena permintaan pasar. Sementara penjualan hotel ini jelas tidak bisa diulang tahun depan. Kalau tidak ada hotel lain yang bisa direklasifikasi dan dijual ke saudara kaya, maka angka kinclong di 2024 hanya akan jadi cerita nostalgia.
Dibanding tetangga lain, APLN ini posisi tengah. $BSBK lebih brutal, mereka langsung revaluasi properti, naikkan nilai tanah dan gedung, lalu selisihnya langsung dicatat sebagai laba—padahal belum ada yang dijual, belum ada uang yang masuk. $BSDE lebih halus, tapi tetap satu trik juga: mereka beli SMDM di bawah nilai buku, lalu selisihnya dicatat sebagai bargain purchase, hasilnya Rp1,5 triliun laba non-cash nongol begitu saja. Tapi APL lebih canggih—tidak bikin laporan keuangan kelihatan mencurigakan, karena semuanya dimasukkan ke revenue biasa. Tapi justru karena itu, triknya lebih dalam.
Dan ketika kita bandingkan semua ini dengan PWON, bedanya seperti langit dan LOL Bakery. PWON itu bisnis beneran. Laba Rp2,07 triliun full dari sewa mal, hotel, dan penjualan unit. Cash dari operasional malah lebih gede dari laba. Mereka tidak main appraisal, tidak jual ke saudara sendiri, tidak akuisisi diskon. Semua murni. Bahkan free cash flow-nya Rp1,95 triliun, net cash Rp2,7 triliun. PWON bisa ekspansi, bisa bagi dividen, tanpa gali lubang. APLN? Bisa bayar utang karena satu hotel. Tahun depan? Tidak ada jaminan bisa ulangi.
Jadi, kalau 2024 APLN terlihat rapi, jangan langsung percaya bahwa semua dari kerja keras jualan. Karena kenyataannya, mereka tidak untung dari aktivitas inti, tapi dari satu hotel yang dipoles jadi dagangan dan dijual ke keluarga. Ini bukan perusahaan yang tumbuh karena permintaan properti naik, tapi karena permainan struktur laporan yang dijalankan oleh direktur keuangan yang, harus diakui, sangat piawai. Legal? Sah. Cerdas? Pasti. Tapi jangan lupa: ini bukan model bisnis jangka panjang. Ini cuma momen yang dikemas rapi supaya kelihatan permanen. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau tahun depan tidak ada lagi aset yang bisa dijual pakai cara yang sama, APLN harus membuktikan satu hal: bisa nggak mereka untung beneran dari jualan rumah, bukan dari jualan aset antar sepupu? Karena kalau nggak, ya tinggal tunggu waktu sampai angka kinclong itu kembali jadi angka siluman—bedanya, kali ini lebih elegan dan tidak ketahuan sebelum tutup buku.
Direktur keuangannya jenius.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10
$APLN LK Full Year 2024: Saham Yang Bertaubat?
Hari ini ada salah satu user Stockbit bukan di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 yang tanya tentang APLN. Saya sudah bahas APLN ini di External Community Pintar Nyangkut di Telegram https://stockbit.com/post/13223345199003272018011001
APLN di tahun 2023 itu ibarat preman pasar yang tiba-tiba muncul mengenakan jas mahal, parfum menyengat, dan membawa koper penuh laporan keuangan yang tampak mengilap. Di atas kertas, perusahaan ini terlihat sukses luar biasa: laba bersih menembus Rp1,16 triliun, dan semua pihak berdecak kagum. Namun, bila koper itu dibuka dan diperiksa satu per satu, 87% dari laba tersebut ternyata berasal dari pos “laba lain-lain”—bukan dari penjualan properti, bukan dari pendapatan sewa, bahkan bukan dari proyek berjalan. Bisa saja itu hasil pelepasan aset yang tidak produktif, keuntungan kurs, atau transaksi non-operasional sesaat. Artinya, semua kemegahan tersebut bukan buah dari aktivitas bisnis inti, melainkan lebih mirip prestasi kreatif hasil dari pengolahan spreadsheet. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Namun, tahun 2024 menjadi titik balik. Preman itu akhirnya tobat. Ia melepas jas pinjamannya, mengganti baju dengan kaos sederhana, dan mulai menjalani hidup secara jujur. Laba bersih langsung merosot ke Rp770 miliar. Banyak pihak bereaksi negatif karena terbiasa melihat angka triliunan, padahal justru inilah untuk pertama kalinya APLN tampil tanpa topeng. Pos laba lain-lain menyusut drastis menjadi Rp138 miliar—hanya 18% dari laba bersih. Sisanya berasal dari penjualan properti, serah terima unit, dan aktivitas operasional riil. Tidak ada sulap, tidak ada ilusi. Tidak ada lagi angka “bonus” dari transaksi sekali lewat.
Pendapatan naik 19% menjadi Rp5,58 triliun. Margin kotor meningkat menjadi 43,8%, beban administrasi turun, dan utang jangka pendek dipangkas hampir 50%. Kas meningkat 28% menjadi hampir Rp1 triliun, sementara arus kas dari operasi (CFO) melonjak 43% menjadi Rp1,42 triliun—lebih besar dari laba bersih. Dengan kondisi seperti ini, APLN bukan lagi preman yang sok sukses, melainkan wirausahawan properti yang mulai bekerja keras dari bawah, menyicil utang, dan mengelola arus kas dengan serius. Bahkan utang obligasi yang dulu mencengkeram neraca kini sudah diselesaikan. DER turun dari 1,11 menjadi 0,90. Tidak menggemparkan, tetapi sangat sehat. Dan perlu dicatat, APLN tidak mencatat laba dari revaluasi properti, tidak mengakui pendapatan sebelum unit diserahterimakan, dan tidak mengklaim keuntungan dari pembelian perusahaan di bawah nilai buku. Semuanya berbasis transaksi riil.Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Sementara itu, mari tengok kompetitornya. BSDE sedang berada di puncak sorotan. Laba Rp4,9 triliun terlihat mencengangkan, namun Rp1,55 triliun di antaranya (31%) berasal dari bargain purchase hasil akuisisi SMDM. Artinya, bukan berasal dari penjualan properti, melainkan dari membeli perusahaan di bawah nilai buku dan selisihnya langsung dicatat sebagai laba. Sah secara PSAK? Tentu saja. Tapi apakah dana tersebut benar-benar masuk kas? Tidak. Apakah bisa diulang tahun depan? Belum tentu. Ibarat seseorang membeli mobil bekas dengan harga murah, lalu berkata kepada keluarga, “Saya untung ratusan juta,” padahal mobilnya belum dijual kembali dan uangnya belum ada di tangan.
$BSBK lebih ekstrem lagi. Tahun ini, laba mereka melonjak 783% menjadi Rp349 miliar, membuat banyak investor terkesima. Tapi 77% dari angka tersebut—Rp270 miliar—berasal dari revaluasi properti. Artinya, perusahaan menilai sendiri propertinya telah meningkat nilainya, dan langsung mencatat selisihnya sebagai laba. Proyek belum berjalan, properti belum dijual, dana belum diterima, tetapi laporan sudah tampak mengilap. Kas mereka hanya Rp18 miliar, sementara utang jangka pendek mencapai Rp156 miliar. Itu seperti seseorang yang mengaku kaya karena nilai rumahnya naik di brosur, namun saat ditanya rekening tabungan, hanya bisa menunjukkan struk parkir.
Di sisi lain, ada $PWON—anak baik dari dunia properti. Tanpa revaluasi, tanpa bargain purchase, tanpa akrobat akuntansi. Semua laba sebesar Rp2,07 triliun berasal dari aktivitas nyata: sewa pusat perbelanjaan, hotel, dan penjualan unit properti. Arus kas dari operasi mencapai Rp3,35 triliun, free cash flow Rp1,95 triliun, dan kas bersih Rp2,7 triliun. PWON adalah perusahaan yang tidak banyak bicara tetapi memiliki kekuatan finansial yang nyata. Bila perusahaan lain itu influencer penuh filter, PWON ibarat kepala keluarga yang tidak pamer tetapi selalu bisa membiayai seluruh kampung saat lebaran.Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kembali ke APLN. Ya, laba bersihnya memang turun. Tapi justru itulah bukti bahwa kini mereka sudah tidak lagi bergantung pada angka artifisial. Mereka membangun proyek, menyerahkan unit, mencatat pendapatan ketika sudah ada serah terima, dan menghasilkan arus kas dari bisnis inti. Mereka melunasi utang, memperkuat kas, dan merampingkan beban. Tidak lagi mencolok, tetapi semakin dapat dipercaya. Laporan keuangan mereka kini bisa dibaca dengan tenang, tanpa harus mempertanyakan apakah angka-angka itu benar-benar mencerminkan kas di tangan.
Apakah BSDE dan BSBK bisa menyusul langkah APLN? Secara teknis, bisa saja. Namun untuk itu mereka harus rela kehilangan “keindahan semu” di laporan laba rugi mereka. Harus siap melihat laba anjlok ketika efek doping akuntansi dicabut. Dan harus mulai menata ulang strategi agar benar-benar menghasilkan uang dari bisnis inti, bukan dari kreativitas pencatatan. Bila mereka siap, mereka pun bisa seperti APLN—mantan preman yang kini mulai jadi pengusaha serius. Tapi jika tidak, laporan tahun depan bisa jadi berubah dari cerita sukses menjadi drama koreksi. Sementara APLN, dengan segala kerendahan hatinya, mungkin tidak bersinar terang, tapi pelan-pelan sedang menancapkan fondasi yang jauh lebih kuat.Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10
$APLN bukan masalah perusahaannya nilai asetnya besar
tapi hancur lebur karena asetnya kurang dikelola baik. yang berhasil dikit, yang kumu2 banyak
News Today
👉 Wall Street melemah, tertekan ketidakpastian ekonomi AS.
👉 Minyak dunia Naik setelah AS jatuhkan sanksi baru buat Iran.
👉 LM Antam hari ini terpantau naik Rp5rb ke level Rp1,779jt/gram.
👉 CMPP sepakat mengangkat Julianto Sidarto sebagai komisaris Independen perseroan.
👉 Beraset Rp118T di 2024 naik 13,7% secara yoy, $BJTM himpun laba sebesar Rp1,28T.
👉 $APLN resmikan Mesjid Agung Al Ikhlas Podomoro di kawasan Podomoro Tenjo, Jabar.
👉 $BMRI rilis Global Bond senilai USD800jt, dan Oversubscribed hingga 3,5x.
👉 ADES umumkan pengunduran diri Direktur Perseroan.
$PANI $APLN $ASRI
Awi minta ketemu dengan saya di Safehouse. Dia minta saya didampingi untuk bicara dengan "seseorang". Tak berapa lama tamu Awi sudah datang.
“Wi, kenapa lue batalkan Payment Guarantee sebagai Standby Buyer ?“ kata tamunya kencang.
Saya diam saja.
“Lah lue janji kan, Standby Buyer itu Non-callable dan Free Terminate. Baca aja kontraknya,” kata Awi dengan kalem.
“Tapi kan, lue bisa tunda. Sekarang gua jadi runyam,“ kata tamunya.
“Lue Create Problem, kenapa gua harus bantu lue Solve Problem ?" kata Awi.
“Tapi kan, lue dapat cuan engga sedikit dari Instrument Standby Buyer itu," kata tamunya.
“Ya, itu bisnis,“ kata Awi nge-gas.
“Emang, apa karena itu gua harus Taken Risk ? No Way !" kata Awi keras.
“Duh, Wi. Lue juga terlibat. Kalau engga ada Standby Buyer dari lue, engga mungkin Saham gua "melambung",” kata tamunya.
“Lah, kenapa gua dibawa-bawa ?" Awi makin kencang.
“Lue sendiri salah. Kenapa tanah sengketa dijadikan Asset. Dan tuh, di-Revaluasi engga tanggung-tanggung Mark Up-nya. Biar Saham lue "terdongkrak" di Bursa. Waktu cuan gede, lue diam aja. Pas masalah, lue cari "cantolan" ke gua,” kata Awi.
“Kan, kita teman. Bantulah.. kasih gua waktu 3 (tiga) bulan untuk selesaikan Balance Sheet Perusahaan gua,” kata tamunya dengan wajah muram.
“Gua engga bisa bantu,“ kata Awi kibaskan tangan, “Masalahnya, Lue pikir, lue jagoan. Bisa "atur" semua orang ? Era berganti, ganti juga "Pemain",” kata Awi.
“Tapi, kalau lue mau bayar 3 (tiga) kali dari sebelumnya, gua bisa Extend Standby Buyer lue,“ kata Awi lagi.
"Sialan lue. Mau "perang" sama gua ?" bentak tamunya.
“Eh, laki-laki itu kalau mau perang engga pakai ngancem. Langsung serang. Gitu laki-laki. Ayolah perang. Gua tunggu,“ kata Awi lagi.
Saya segera kasih kode ke Awi agar diam atau turunkan tensi.
“Gua tahu lue punya Boss gangster Sharkloan. Cuman modal Instrument Non Callable doang bisa dapat cuan dari gua 200% dalam dua tahun. Itu "ngerampok" namanya,” kata tamunya lagi sambil berdiri dan meninggalkan ruangan.
Saya tatap ke Awi.
Awi jadi salah tingkah.
Kemudian saya IM (Instant Messaging) ke teman saya.
Di jalan pulang, Awi dapat telp dari tamunya yang tadi.
Setelah itu dia tersenyum ke saya. “Ale, dia siap bayar tiga kali lipat dari sebelumnya. "Extend" katanya. Dia engga mau perang,“ kata Awi. “Dia dapat 3000 kali, lah kita minta 3 kali aja dia sewot. Dasar rakus,“ lanjut Awi.
Saya senyum aja.
Sumber Link Facebook di tanggal 16 Maret 2025 :
https://cutt.ly/ZrorRwYg
Terima kasih sudah membaca.