


Volume
Avg volume
PT Aneka Tambang Tbk adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan dan pengolahan serta pemasaran mineral alam. ANTAM, anggota dari MIND ID (Mining Industry Indonesia), BUMN Holding Industri Pertambangan merupakan perusahaan pertambangan yang terdiversifikasi dan terintegrasi secara vertikal yang berorientasi ekspor. Melalui wilayah operasi yang tersebar di seluruh Indonesia yang kaya akan bahan mineral, kegiatan ANTAM mencakup eksplorasi, penambangan, pengolahan serta pemasaran dari komoditas bijih nikel, feronikel, emas, perak, bauksit, dan batubara. ANTAM memiliki konsumen jangka panjang yang loyal di Eropa dan Asia... Read More
@TheDebore contonya kaya gini ya, retail panik. gak cari info lebih detail. padahal $ARCI $ANTM aman, yg bermasalah malah gak disebut.
Ketika Negara Butuh Duit: DME dan Bea Ekspor Emas dan Coal
Lanjutan dari diskusi di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Pemerintah mau memaksakan DME demi kemandirian dan demi menambal MBG dan kementerian gemuk. Emas dan Coal yang jadi sasaran empuk. Di satu sisi, MBG sudah mengklaim 44 juta penerima per 17 November 2025 dan masih mengejar target 82,9 juta orang sehingga butuh dana raksasa yang tidak selesai hanya dengan potong anggaran seremoni. Di sisi lain, struktur kabinet makin melebar, jumlah pejabat dan lembaga baru bertambah sehingga belanja rutin negara menggendut walau Presiden bicara soal efisiensi. Sementara itu, impor LPG tembus sekitar 6,9 juta ton pada 2024 karena konsumsi 8,9 juta ton hanya bisa disuplai produksi lokal 1,96 juta ton sehingga devisa mengalir keluar tiap tahun hanya untuk isi tabung gas. Di tengah tekanan ini, DME dari batu bara dijual sebagai obat kemandirian energi, seolah cukup mengubah komposisi isi tabung supaya neraca perdagangan dan subsidi otomatis membaik. Pada saat yang sama, harga emas dunia sudah melesat di atas 4.000 dolar Amerika per troy ounce dan ekspor emas Indonesia naik sampai 1,64 miliar dolar hanya dalam sembilan bulan pertama 2025. Coal masih menjadi sumber PNBP dan pajak terbesar, tetapi dunia perlahan menekan batu bara atas nama dekarbonisasi. Kombinasi inilah yang membuat emas dan coal tampak seperti dua keran yang siap diputar lebih keras demi menambal program sosial jumbo dan struktur negara yang makin berat. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dari sisi emas, desainnya sudah jelas. Mulai 2026, ekspor emas akan dikenai bea keluar 7,5% sampai 15% tergantung bentuk produk dan level harga emas dunia. Untuk dore dan bentuk kurang murni tarifnya paling tinggi, sementara minted bar yang sudah jadi logam mulia akan dikenai tarif lebih rendah. Pemerintah secara terang mengatakan bahwa jika harga emas di atas 3.200 dolar Amerika per troy ounce, tarif cenderung berada di ujung atas supaya windfall profit eksportir bisa ditarik lebih banyak ke kas negara. Saat ini spot emas sudah nangkring di atas 4.000 dolar dan naik lebih dari 50% sepanjang tahun, sehingga praktis Indonesia sedang menyiapkan mesin pajak yang akan otomatis aktif setiap kali siklus emas memasuki fase euforia. Dengan ekspor emas yang sudah menembus 1,64 miliar dolar dalam sembilan bulan dan sebelumnya hanya 1,1 miliar dolar setahun penuh pada 2024, bea keluar ini berpotensi menyedot tambahan ratusan juta dolar ketika berjalan penuh.
Di coal, narasinya dinyatakan lebih halus tetapi arahnya sama. Kemenkeu sudah menyampaikan di DPR bahwa bea keluar ekspor batu bara akan diberlakukan dan ini disebut sebagai kebijakan yang konsisten dengan hilirisasi serta mendorong lebih banyak aktivitas ekonomi di dalam negeri. Detail tarif dan tanggal mulai memang belum diumumkan, tetapi kalimat kuncinya sudah jelas. Coal tidak lagi boleh diperlakukan istimewa. Padahal, sebelumnya pemerintah sudah menaikkan PNBP dan royalti batu bara dengan pola progresif yang menggerus margin ketika HBA tinggi. Sekarang, lapisan pungutan baru berupa bea keluar akan dipasang di atas struktur yang sudah berat, dengan alasan mendorong hilirisasi dan dekarbonisasi. Secara politis, ini terlihat elegan. Secara ekonomi, ini memaksa penambang menghitung ulang apakah masih masuk akal hidup dari ekspor mentah tanpa ikut proyek hilirisasi yang dikehendaki negara. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dari sinilah DME masuk sebagai kata kunci. Data resmi menunjukkan konsumsi LPG 2024 sebesar 8,9 juta ton, sementara produksi dalam negeri hanya sekitar 1,96 juta ton dan sisanya sekitar 6,91 juta ton harus diimpor. Pemerintah lalu mempromosikan DME batu bara sebagai pengganti LPG impor, dengan klaim bahwa satu skema DME bisa menggantikan sekitar 1 juta ton LPG dan mengurangi impor sebesar 15,75% per tahun serta menghemat subsidi sekitar 7 triliun rupiah per tahun. Dalam beberapa pernyataan terbaru, pejabat energi bahkan menyebut demand LPG domestik sekitar 8 sampai 9 juta ton per tahun, tetapi pasokan lokal hanya sekitar 1,97 juta ton, dan demand potensial DME diproyeksikan bisa mencapai 11 juta ton per tahun. Secara narasi, ini terlihat heroik. Batu bara lokal diubah jadi DME, tabung gas rakyat tetap terisi, impor turun, subsidi mengecil, dan kita bisa mengklaim kemandirian energi.
Masalahnya, semua angka manis itu dibantah oleh kalkulator keekonomian. Kajian IEEFA pada 2025 menghitung bahwa pabrik DME di Sumatra dengan kapasitas 1,4 juta ton per tahun akan menyedot belanja modal sekitar 2,6 miliar dolar Amerika plus opportunity cost sekitar 520 juta dolar karena batu bara yang diproses tidak dijual langsung, sehingga total biaya ekonomi sekitar 3,1 miliar dolar. IEEFA juga memperkirakan bahwa dengan struktur biaya yang realistis, energi dari DME akan membuat konsumen membayar sekitar 42% lebih mahal per unit energi dibanding LPG impor. Lebih parah lagi, kapasitas DME sebesar itu hanya mampu mengganti sekitar 1 juta ton setara LPG, padahal impor Indonesia mencapai hampir 7 juta ton per tahun. Jadi untuk menghapus seluruh impor LPG dengan DME batu bara, negara perlu menggandakan proyek yang sama beberapa kali, dengan total investasi dan subsidi yang menggila.
Kajian lain dari IEEFA pada 2023 menyebut bahwa downstream coal project DME memerlukan subsidi minimal sekitar 354 dolar Amerika per ton DME agar produsen masih mendapat marjin laba wajar. Pesan tersiratnya sederhana. DME bukan hanya lebih mahal dari LPG, tetapi juga hanya bisa berdiri jika negara mau membayar subsidi ratusan dolar per ton untuk menjaga kelayakan finansial, atau memaksa konsumen membayar harga energi yang lebih tinggi. Dalam konteks APBN yang sudah tercekik oleh subsidi energi dan MBG, ini ibarat menggali lubang baru untuk menutup lubang lama. Pemerintah bisa mengklaim impor turun, tetapi publik pada akhirnya tetap membayar, entah sebagai konsumen yang menanggung tarif lebih mahal atau sebagai pembayar pajak yang menanggung subsidi di balik layar. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Di titik ini, bea keluar emas dan coal tampak seperti dua alat yang disusun untuk membiayai dan memaksa transisi ke DME. Di emas, bea keluar 7,5% sampai 15% dirancang untuk memotong windfall exporter ketika harga emas naik gila-gilaan, dengan argumen nilai tambah dan likuiditas emas di dalam negeri. Di coal, bea keluar sedang disiapkan untuk membuat ekspor mentah terasa makin tidak menarik sehingga batu bara terdorong masuk ke proyek hilirisasi seperti DME dan metanol. Narasi yang bisa muncul nanti sangat rapi. Negara mengatakan DME memang mahal, tetapi sebagian subsidi ditopang oleh penerimaan tambahan dari bea keluar komoditas. Jadi publik diajak percaya bahwa itu bukan beban baru, hanya redistribusi dari windfall komoditas ke subsidi energi rakyat. Secara politik, framing ini sulit dilawan. Secara ekonomi, ini hanya memindahkan sumber tekanan dari neraca perdagangan LPG impor ke fiskal jangka panjang dan risiko proyek batu bara berumur panjang.
Tambahkan satu lapis lagi. Downstream coal DME bukan hanya mahal, tetapi sudah terbukti tidak menarik bagi sebagian pemain besar. Air Products, yang semula digadang menjadi investor utama sekitar 2,3 miliar dolar untuk proyek coal to DME di Sumatra, resmi mengumumkan mundur dari semua proyek gasifikasi batu bara Indonesia pada 2023, memilih fokus ke bisnis hidrogen. Sejak itu, pemerintah dan PTBA berbulan-bulan mencari mitra baru, dan sampai pertengahan 2025 masih menunggu keputusan Danantara untuk format pendanaan proyek DME yang direvisi. Di saat yang sama, laporan lembaga energi dan transisi menyatakan bahwa produksi DME dari coal memiliki biaya produksi lebih tinggi dibanding LPG dengan kandungan energi yang sama dan berpotensi meningkatkan emisi gas rumah kaca dibanding skenario LPG impor. Dengan kata lain, secara teknologi dan ESG, proyek ini bukan bintang masa depan, tetapi lebih mirip cara mempertahankan demand coal jangka panjang dalam baju kemandirian energi.
Kalau dilihat dari sudut ini, cerita emas dan coal jadi lebih nyambung. Emas adalah target jangka pendek. Harga lagi naik, ekspor sudah tembus 1,64 miliar dolar dalam sembilan bulan, cadangan belum terolah besar, domestic investor kesulitan menemukan logam mulia di pasar sehingga mudah dijustifikasi bahwa negara perlu mengendalikan ekspor dan mengambil bagian lebih besar dari windfall. Coal adalah target jangka menengah panjang. Dunia pelan-pelan meninggalkan PLTU, tekanan transisi energi mengecilkan ruang ekspor, tapi pemerintah belum siap menurunkan target produksi batu bara. Jalan keluarnya adalah mengunci coal ke proyek hilirisasi semi negara seperti DME dan metanol yang memberikan demand panjang, walaupun ekonomiknya kalah dibanding opsi energi lain dan margin hanya bisa hidup dengan subsidi. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dengan latar MBG 44 juta penerima dan target 82,9 juta, wajar kalau publik curiga bahwa kemandirian energi hanya satu dari beberapa motif. Di belakang jargon hilirisasi dan kemandirian, ada kebutuhan fiskal yang brutal dan keinginan mempertahankan basis ekonomi komoditas lama selama mungkin. Bea keluar emas dan coal memberi tiga hal sekaligus untuk rezim sekarang. Pertama, cash tambahan langsung dari ekspor di saat komoditas masih laku. Kedua, alat tekanan agar pelaku usaha mau masuk ke proyek hilirisasi yang sulit mereka tolak karena ekspor makin dipajaki. Ketiga, bahan narasi bahwa subsidi DME dan proyek downstream coal lain tidak murni membakar APBN, melainkan diklaim sebagai pengalihan windfall komoditas ke rakyat.
Apakah strategi ini akan berhasil jangka panjang, itu cerita lain. Jika biaya DME tetap jauh lebih mahal dari LPG impor dan butuh subsidi ratusan dolar per ton, maka dari sudut pandang ekonomi, ini lebih mirip politik industrial yang memaksa negara dan generasi investor berikutnya menanggung beban keputusan hari ini. Kalau transisi energi global berjalan cepat dan tekanan emisi makin keras, proyek DME bisa berakhir sebagai stranded asset yang hanya hidup karena payung regulasi dan kantong pajak emas plus coal. Di titik itu, kalimat pembuka menjadi ironi. Pemerintah memang memaksakan DME demi kemandirian versi mereka dan demi menambal MBG dan kementerian gemuk. Emas dan coal benar jadi sasaran empuk. Pertanyaannya, yang benar-benar kuat menikmati hasilnya siapa, dan siapa yang akan membayar tagihannya ketika siklus komoditas dan politik sudah berganti.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$BUMI $PTBA $ANTM
1/10










@apple1984 dua hari terakhir bursa duo XL dan XC justru berada di sisi kanan broksum $ANTM. Dan uniknya, dalam dua hari terakhir bursa tersebut pula antam berwarna hijau. Artinya apa saudara2 🤔
$BUMI XL blm tentu ritel ??? ya bs jd sebab yg angkat $JATI dari tidur adalah XL
pengalaman saya kalau foreign akum besar di saham apa saja besoknya 60% merah ya bs di cek broksum2 segala emiten contoh di $ANTM PSAB sudah bbrp kali saya perhatikan dan di saham2 pak PP juga begitu karena itu kalau ada akum besar FOREIGN besoknya saya tidak beli tapi kalau FOREIGN keluar saya masuk besoknya
kenapa begitu ??? justru foreign akum besar hari ini dan besok nya mereka jual
Sayangnya kadang ritel seperti kita malah panik dan besoknya CL setelah CL tiba2 terbang
di BUMI juga seperti itu terkadang saya lihat broksumnya
DYOR CMIMW
$ANTM
https://cutt.ly/fteSBokB
Antam ga terdampak pengenaan bea keluar, karena alih-alih ekspor, dia malah impor emas
saham emiten emas penuh dengan ritel YP XL XC asing smua jualan... $MDKA $ANTM $BRMS xau masih drop -0.6% cooper -0.8% nikel -0.9% besok skali lg... baru kita masuk.. 2200 wangi
STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan saham sesi I, Senin (17/11/2025) ditutup di posisi 8.434,201, menguat 63,764 poin atau naik 0,76%. Ini seiring naiknya harga saham 344 emiten, sementara sebanyak 274 saham ditutup turun dan 195 saham tidak mengalami peru...

stockwatch.id
$ANTM kalo gak kuat nembus BB dan bertahan di atasnya alias pada TP trend 🐻 masih berlanjut. tunggu di MA200 😆
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat signifikan pada perdagangan hari ini, Senin (17/11/2025). Indeks naik 0,55% atau menguat 46,44 poin ke level 8.416,88 pada akhir perdagangan sesi pertama.
Sebanyak 354 saham naik, 287 turun, dan 173 tidak bergerak. Nilai transaksi ...

www.cnbcindonesia.com

$PSAB biar investor happy dan tenang
lihat 2023 -2022 ya jualan ke $ANTM kalau misalkan 2024 -2025 pindah ke metalor, mungkin karena freeport sudah cukup supply nya. Antam beli nya harga internasional bukan harga diskon super. kalau nggak akan dituntut freeport.
Jadi PSAB kecil cuma 200 kg /3 bulan. ya mudah saja diserap antam yang mau jualan 65-70 ton/tahun.
Jenius malah PSAB jual tambangnya utk dapat uang cash dan lunasi hutang.
obligasi sudah lunas semua itu sebelum jual perusahaan.....
Out of topic
Saya ingat satu lagi exportir besar $AMMN
yang produksinya 800 ribu troy oz /tahun (target 2026) seperti amman harus lebih bermanuver dibanding yang kecil.

@TheDebore ya emang. $ARCI fokus di domestik, jadi kembali ke awal. yg hold bisa nafas lega.
Holder $ANTM bisa napas lepas kalau holder $PSAB menderita 🤣 cian PSAB dipaksa jual dalam negeri, padahal udah ada kontrak jual ke asing.
@SHANKSTEARS ya ini, makanya ada DMO. dipaksa jual ke $ANTM. berarti selama ini macam $PSAB, males jual ke $ANTM. kira2 kenapa? 😂 kurang cuan kah? atau apa? kita gak tau. akhirnya lebih tertarik ekspor aja sekalian.
kemarin $PSAB jual lahan emas, kenapa $ANTM tidak mau menampung, padahal lahan tambang antm sudah habis?
Pemerintah BU: Ekspor Emas Kena Pajak 15% Kalau Harga 3200 Dollar+++
Sharing di External Comunity Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community menggunakan kode: A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Pemerintah nampaknya lagi butuh duit banyak buat biayai MBG, bayar gaji dan tunjangan pejabat, wakil menteri hingga kementerian gemuk. Defisit APBN makin lama makin susah ditutup hanya mengandalkan pajak konvensional yang pertumbuhannya melambat. Di sisi lain, cicilan bunga utang negara terus jalan, tidak peduli ekonomi sedang lesu atau tidak. Belanja wajib seperti subsidi, gaji aparatur, proyek mercusuar, sampai program populis menjelang pesta politik butuh dana yang mengalir stabil. Saat opsi menaikkan pajak orang kaya dan korporasi besar menimbulkan resistensi politik, komoditas dengan harga lagi di puncak jadi sasaran empuk. Emas kebetulan lagi nangkring di atas 4.000 dolar Amerika per troy ounce, dan Indonesia duduk manis sebagai salah satu negara pemilik cadangan tambang emas terbesar di dunia. Dari sudut pandang Kemenkeu, ini kelihatan seperti kue panas yang terlalu sayang dibiarkan dinikmati penuh oleh korporasi tambang dan pemegang sahamnya. Maka lahirlah ide menarik windfall lewat bea keluar ekspor emas yang dikemas rapi sebagai kebijakan hilirisasi plus optimalisasi penerimaan negara. Bahasa halusnya hilirisasi, bahasa kasarnya negara mau ambil porsi lebih besar dari setiap gram emas yang keluar perbatasan. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Rancangan aturan yang lagi difinalisasi adalah PMK tentang bea keluar ekspor emas dengan skema tarif progresif. Rumus kasarnya kalau harga emas dunia masih di bawah kisaran 2.800 dolar per troy ounce bea keluarnya lebih ringan atau bahkan nol. Begitu menembus kisaran 2.800 sampai sekitar 3.200 dolar per troy ounce tarif bisa naik ke sekitar 12,5%. Kalau harga emas dunia loncat di atas 3.200 dolar per troy ounce, pemerintah siap menarik bea keluar setinggi 15%. Saat ini harga emas sudah jauh di atas ambang tertinggi itu, jadi secara praktis produsen emas yang ekspor akan hidup di dunia dengan pajak ekspor belasan persen ketika siklus harga komoditas lagi manis-manisnya. Ini bukan pungutan kecil, ini potongan langsung ke omzet ekspor sebelum laba kotor dihitung.
Secara resmi narasinya manis. Indonesia punya cadangan emas tambang yang besar, selama ini terlalu gampang mengekspor dore atau bullion, nilai tambah diambil negara lain. Dengan bea keluar tinggi, pemerintah berharap perusahaan terdorong membangun refinery, fasilitas pengolahan, dan industri hilir emas di dalam negeri. Polanya mirip dengan kebijakan nikel dan CPO, di mana negara sengaja membuat ekspor bahan mentah jadi kurang menarik agar pengusaha mau memindahkan pabrik dan proses produksi ke sini. Bedanya, nikel dan CPO sudah duluan, sekarang giliran emas yang diseret masuk ke orbit kebijakan hilirisasi. Di atas kertas ini kelihatan patriotik, di laporan APBN ini terlihat sebagai sumber penerimaan baru yang lumayan.
Pertanyaannya, buat investor apa artinya? Untuk investor emas batangan ritel, logam mulia Antam UBS Pegadaian dan sejenisnya, dampaknya tidak langsung menghantam ke kepala hari ini. Bea keluar itu dipukul di level ekspor oleh produsen dan eksportir, bukan di level investor yang beli beberapa gram di butik atau lewat aplikasi. Harga emas batangan yang investor pantau tiap hari masih akan didikte oleh tiga faktor utama yaitu harga emas dunia, kurs rupiah terhadap dolar Amerika, dan margin plus fee yang diambil penjual. Pajak transaksi ritel seperti PPh dan PPN logam mulia juga tetap menjadi komponen sendiri. Dalam jangka pendek, berita bea keluar ini tidak serta-merta membuat harga buyback Antam mendadak anjlok atau melonjak. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dampak menarik justru muncul di jangka menengah ketika kebijakan ini benar-benar jalan dan mulai mengubah pola arus barang. Kalau ekspor dore kena tarif 12,5% sampai 15% ketika harga emas tinggi, perusahaan tambang akan menghitung ulang. Dalam banyak skenario, tiba-tiba menjual ke pasar domestik bisa terasa lebih masuk akal daripada memaksa ekspor yang dipotong pajak besar. Artinya pasokan emas di dalam negeri bisa meningkat dibanding periode sebelum bea keluar. Kalau permintaan ritel tidak naik secepat itu, spread antara harga emas batangan domestik dan harga acuan internasional berpotensi mengecil. Dalam kondisi ekstrem, pasar bisa ketemu fase di mana harga emas batangan dalam negeri sempat diskon dibanding harga global karena produsen kelebihan stok dan butuh likuiditas cepat.
Bagi investor emas batangan, fase-fase seperti itu sebenarnya hadiah. Selama ini salah satu keluhan klasik adalah selisih harga beli dan harga jual kembali yang lebar, sehingga butuh waktu lama untuk break even. Kalau spread domestik vs internasional menyempit, dan penjual terpaksa menahan margin supaya barang berputar, investor bisa masuk di harga yang secara fundamental lebih menarik. Titik impas terhadap harga emas dunia jadi lebih dekat, dan risiko nyangkut karena beli di premium terlalu tinggi berkurang. Jadi, untuk investor yang sabar dan paham siklus, kebijakan yang kelihatannya memeras sektor tambang ini justru bisa membuka window of opportunity untuk akumulasi emas fisik.
Fungsi emas sebagai aset lindung nilai juga tidak berubah hanya karena pemerintah menarik bea keluar di level ekspor. Selama rupiah berpotensi melemah terhadap dolar Amerika dan dunia tetap penuh ketidakpastian geopolitik, emas akan tetap punya peran sebagai pelindung daya beli jangka panjang. Kalau dolar menguat, harga emas dalam rupiah cenderung naik. Kalau terjadi shock global dan harga emas dunia terbang, harga emas batangan di Indonesia juga ikut naik, meskipun mungkin tidak sepenuhnya satu banding satu jika ada faktor lokal. Bea keluar hanya mengatur aliran emas ke luar negeri dan memotong margin pemain hulu, bukan merusak sifat dasar emas sebagai penyimpan nilai. Yang perlu dicatat, dengan supply domestik yang lebih melimpah, volatilitas jangka pendek harga lokal bisa sedikit berbeda dari pola global, tetapi tren besarnya tetap sinkron. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Namun, untuk jangka panjang investor emas batangan perlu sadar bahwa ketika negara sudah merasakan nikmat windfall tax dari komoditas emas, pintu untuk kebijakan tambahan selalu terbuka. Bisa jadi nanti ada pengetatan pelaporan transaksi emas dalam jumlah besar atau penyesuaian tarif pajak logam mulia di sisi ritel. Belum tentu terjadi, tetapi pola pikir fiskal yang makin agresif menarik rente dari sektor komoditas sudah kelihatan. Untuk saat ini risiko itu masih jauh lebih kecil dibanding risiko yang harus ditelan investor saham tambang emas, tetapi bukan berarti tidak ada.
Yang paling kena hantam yaitu investor saham emas. Di sinilah bea keluar ekspor emas bekerja seperti alat potong laba bersih. Produsen emas yang selama ini menikmati setiap kali harga emas dunia naik sekarang harus berbagi kue lebih besar dengan negara. Bayangkan satu skenario sederhana. Sebuah perusahaan tambang emas mengekspor produk emas senilai 1 miliar dolar Amerika per tahun. Dalam rezim lama tanpa bea keluar besar, laba bersih bisa misalnya 250 juta dolar. Dalam rezim baru ketika harga emas tinggi dan tarif bea keluar 15%, perusahaan harus menyetorkan 150 juta dolar ke kas negara hanya dari satu baris biaya. Kalau faktor lain relatif sama, laba bersih berpotensi tergerus mendekati 100 juta dolar. Itu berarti penurunan laba lebih dari setengah.
Dampaknya ke valuasi saham langsung terasa. Kalau harga saham belum sempat menyesuaikan, rasio PER yang tadinya tampak wajar bisa tiba-tiba melonjak, membuat saham terlihat mahal hanya karena denominator laba bersih menyusut. Net margin yang dulu sehat tiba-tiba menipis. Investor yang membeli saham dengan narasi bahwa setiap dolar kenaikan harga emas dunia akan mengalir deras ke laba bersih emiten sekarang harus mengakui bahwa negara ikut menggigit porsi besar dari kenaikan itu. Dampak psikologisnya jelas, saham tambang emas Indonesia akan dipandang sebagai sektor dengan risiko kebijakan lebih tinggi dari sebelumnya. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Pasar global juga tidak suka sektor yang policy risk-nya tinggi. Investor asing cenderung membandingkan produsen emas di berbagai negara. Kalau dapat pilihan perusahaan emas di negara yang fiskalnya lebih bersahabat dengan sektor tambang, sementara di Indonesia margin emas dipotong bea keluar progresif ketika harga lagi tinggi, diskon valuasi untuk emiten lokal hampir pasti melebar. PER dan EV EBITDA saham-saham emas Indonesia bisa duduk di bawah peer global mereka, bukan semata karena kinerja operasional buruk, tetapi karena ada faktor kebijakan yang menekan profitabilitas. Beta saham emas Indonesia terhadap harga emas dunia juga cenderung melemah, karena kenaikan harga emas tidak otomatis diterjemahkan ke kenaikan laba bersih secara penuh seperti dulu.
Investor juga tidak bisa lagi malas memborong semua saham emas tanpa membedakan model bisnis. Ada beberapa kategori yang harus dipisah. Pertama, tambang emas yang murni menggantungkan hidup pada ekspor dore atau bullion. Kelompok ini adalah korban utama bea keluar, karena penghasilan ekspornya yang paling langsung dipotong. Kedua, perusahaan yang punya integrasi vertikal dari tambang sampai refinery dan mungkin punya unit bisnis perhiasan atau logam mulia ritel. Untuk mereka, cerita menjadi lebih rumit. Di satu sisi, kalau bea keluar membuat emas tertahan di dalam negeri, mereka bisa memperoleh feedstock lebih banyak untuk diolah. Di sisi lain, margin bisa tertekan jika pemerintah atau pasar memaksa harga bahan baku lebih rendah sementara bea keluar tetap ditarik dari ekspor. Ketiga, perusahaan multikomoditas di mana emas hanya sebagian kecil dari pendapatan. Untuk yang terakhir, dampaknya ke laba konsolidasi mungkin hanya koreksi tipis, tetapi untuk pure gold player efeknya bisa sangat terasa.
Hilirisasi emas yang dipromosikan pemerintah pada dasarnya memaksa perusahaan tambang masuk ke game baru yang butuh investasi besar. Kalau ingin mengurangi ketergantungan ke ekspor dore yang kena bea keluar, mereka harus membangun atau memperluas smelter dan refinery, masuk ke industri pengolahan emas, atau memperkuat jaringan distribusi dan brand produk emas di dalam negeri. Semua itu tidak murah. Kalau dibiayai utang, leverage naik dan risiko keuangan membesar. Kalau dibiayai rights issue, investor eksisting kena dilusi. Dari sudut pandang negara, ini ideal karena industri hilir tumbuh dan lapangan kerja tercipta. Dari sudut pandang investor saham, ini berarti fase transisi yang penuh risiko sebelum model bisnis baru terbukti bisa menghasilkan margin stabil. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Di masa depan, mungkin akan muncul pemenang-pemenang baru di rantai emas yang lebih hilir, bukan lagi sekadar di lubang tambang. Perusahaan yang berhasil memanfaatkan pasokan dore melimpah di dalam negeri untuk membangun ekosistem refinery dan produk emas dengan brand kuat bisa menikmati bisnis yang lebih defensif. Margin per gram mungkin tidak sefantastis masa keemasan ekspor bebas pajak, tetapi arus kas bisa lebih stabil dan tidak terlalu liar mengikuti naik-turun harga emas harian. Tetapi sebelum sampai ke sana, sektor ini harus melewati masa adaptasi di mana banyak proyek hilirisasi dikerjakan, capex besar dikeluarkan, dan laba jangka pendek dikorbankan.
Untuk investor emas batangan kebijakan bea keluar ekspor emas ini lebih mirip perubahan lanskap yang justru bisa membuka peluang beli ketika supply domestik melimpah dan spread harga menyempit. Emas tetap emas, fungsi lindung nilai tidak berubah, hanya dinamika harga lokal vs global yang bergeser sedikit. Untuk investor saham emas, situasinya jauh lebih keras. Negara sedang menggeser bagian besar kue windfall harga emas dari pemegang saham ke kas pemerintah, sambil memaksa sektor tambang naik kelas ke hilir dengan risiko transisi dan kebutuhan modal besar. Di atas kertas ini bagus untuk APBN dan narasi hilirisasi, tetapi dari sisi investor, konsekuensinya adalah penurunan margin, diskon valuasi lebih lebar, dan kebutuhan analisis yang jauh lebih dalam sebelum berani menyimpulkan saham emas masih layak dipegang sebagai cara bermain tren kenaikan harga emas dunia. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$ANTM $ARCI $BRMS
