Volume
Avg volume
PT Bank Amar Indonesia Tbk. (AMAR) didirikan pada tahun 1991 di Surabaya dengan nama PT Anglomas International Bank. Pada tahun 2014, Bank berganti nama menjadi PT Bank Amar Indonesia. Pada Juni 2019, Bank mendapatkan peningkatan modal dari pemegang saham sehingga status Bank menjadi Bank BUKU II dengan modal inti lebih dari Rp 1 Triliun. Kemudian, pada tanggal 9 Januari 2020 telah efektif menjadi PT Bank Amar Indonesia Tbk dan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham “AMAR”. Saat ini, 70% saham AMAR dimiliki oleh masyarakat, baik individu dan entitas bisnis, sedangkan 30% sisanya dimiliki oleh Tolaram Group. ... Read More
$AMAR https://stockbit.com/post/15425900 HIT
$NISP
*Swing
Now Awasi =
Awasi area S = >1350-1335-1330
Jelek" S area = >1305-1280
(Harus Pull View)
Kejar R Last Reject/Krusial/R E
= >1400, 1440-1450..
(View bisa Koreksi/Langsung BreakOut/Sideways lagi, S/R next lebih rinci + E Liners perhatikan di Chart)
➖➖➖➖➖➖➖➖
Disc On.
Semua View Plan bersifat pandangan pribadi, tidak ada paksaan dalam membeli dan menjual Saham.
(Ada Yg Masuk Screening/Update Plan/Req Member).
$IHSG $AMAR $BGTG $BNGA
https://cutt.ly/AeFKn3ll
Emiten bank digital PT Bank Amar Indonesia Tbk ($AMAR), atau yang lebih dikenal sebagai Amar Bank, berhasil mencatatkan pertumbuhan laba yang signifikan pada kuartal III-2024. Hingga akhir September tahun ini, laba bersih Amar Bank tercatat sebesar Rp 152,6 miliar, melonjak 20,37% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 126,49 miliar.
News Update
👉 IHSG sesi I ditutup merah, melemah 0,87% ke level 7,540.
👉 Uni Eropa berlakukan tarif hingga mencapai 45% untuk kendaraan listrik asal China.
👉 Ekonom Was-was defisit APBN bisa jebol melebihi 3% dengan adanya belanja Prabowo.
👉 $AALI bukukan laba bersih Rp801,15M di kuartal III/2024, tumbuh tipis 0,07% secara yoy.
👉 $DMAS meraih laba bersih Rp1,12T pada kuartal III/2024, meroket 84,7% secara yoy.
👉 $GOLF catatkan laba bersih Rp15,39M pada kuartal III/2024, amblas 43,91% secara yoy.
👉 Sukses kelola Resiko kredit, Rasio NPL $AMAR turun ke level 0,92% pada kuartal III/2024.
👉 $BRIS catatkan laba bersih Rp5,11T pada kuartal III/2024, tumbuh 21,6% secara yoy.
Baru baru ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan pencabutan izin usaha yang cukup bikin geger.
Pencabutan izin ini dilakukan terhadap PT Investree Radhika Jaya (Investree), salah satu penyelenggara P2P Lending yang menyediakan pinjaman untuk UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) secara online. Investree disebut melanggar ketentuan permodalan dan ketentuan lainnya. Ini adalah puncak dari kasus yang selama setahunan terakhir menjadi isu di pelaku startup teknologi, terutama sesama P2P Lending, yaitu tentang pengembalian pinjaman dari para investor, yang disalurkan platform semacam ini, dan tidak menemukan kejelasan restrukturisasinya dan skema pengembalian dana investornya. Singkatnya, kredit macet.
Saya menyebut, ini sebagai sebuah bubble dan sekaligus resiko dari investasi berbentuk pinjaman seperti ini.
======
Saya sebut bubble, karena sebenarnya apa yang terjadi di Investree ini adalah puncak dari memburuknya kredit macet di banyak P2P Lending dalam beberapa tahun terakhir. P2P Lending, yang menaungi pinjaman online dan pinjaman kepada UMKM “berbalut investasi”, menghadapi tantangan serius dari kekacauan tata kelola yang belum beres diatur OJK dan tekanan ekonomi makro yang memicu kredit macet.
Kekacauan tata kelola ini, berawal dari izin P2P Lending yang dibuka terlalu luas kepada banyak pemain, yang belum diperkuat dengan peraturan yang ketat dan pengawasan memadai. Meski telah kemudian dilakukan moratorium (penghentian) terhadap kehadiran pelaku bisnis baru di sektor ini, namun masalah sudah terlanjur terjadi. Sementara itu, kondisi ekonomi yang menantang beberapa tahun ini mengakibatkan tekanan pada 2 debitur terbesar pinjaman online dan P2P Lending (seperti Investree) : masyarakat kelas menengah-menengah ke bawah dan UMKM. Secara kebetulan, kedua debitur terbesar ini saling berhubungan, karena umumnya pelaku bisnis UMKM adalah mereka mereka yang tergolong dalam kelas ekonomi tersebut. Sehingga, jika terjadi tekanan di salah satunya (personal atau bisnis), maka berdampak ke yang lainnya.
Sebagai gambaran mudahnya, bro and sis bisa mengamati kinerja bisnis emiten perbankan yang kreditnya berfokus pada sektor ekonomi ini : BTPN Syariah (BTPS). Emiten ini sempat menghadapi tekanan laba di 2023 lalu karena memburuknya kualitas kredit, sebagai akibat tekanan ekonomi yang dialami debitur debiturnya, yang berada di golongan ekonomi tersebut. Situasi ini rupanya masih berlanjut di 2024, dimana laporan keuangan Q3 2024 menunjukkan penurunan laba bersih dari Rp 1 Triliun menjadi Rp 771 Milyar (turun 30%), sebagai akibat tekanan dari sisi penurunan pendapatan pembiayaan (didorong juga penurunan pembiayaan disalurkan) dan masih tingginya pencadangan kredit. Karena itu, mereka masih harus mengantisipasi tekanan ekonomi seperti saat ini terus berlanjut (semoga tidak, ya. Jujur saya mulai capek juga baca keluhan orang soal ekonomi sulit ini).
Sementara itu, untuk memperbandingkan secara apple to apple, ada emiten perbankan yang memiliki bisnis yang definisi mirip dengan P2P Lending ini - alias punya pinjaman online bernama Tunaiku, bahkan ada sahamnya grup Investree di dalamnya. Namanya Bank Amar Indonesia (AMAR). Bank ini belum merilis laporan keuangan Q3 2024 saat tulisan ini dibuat, namun kondisi bisnis mereka cukup kontras dengan BTPS tadi. Mereka malah meraih kenaikan laba, dari Rp 85 Milyar di semester 1 2023 menjadi Rp 98 Milyar di semester 1 2024. Meski, pada laporan keuangan bulanan per Agustus 2024, terjadi sedikit penurunan laba bersih dari Rp 137 Milyar menjadi Rp 133 Milyar, namun dari sisi laba operasional tetap mengalami kenaikan. Kenaikan ini selain ditunjang pertumbuhan kredit, juga ditunjang oleh peningkatan pendapatan fee based income - salah satunya dari kontribusi biaya administrasi, yang merupakan komponen “mencekik” dalam pinjaman online, yang sering disalahpahami sebagai komponen bunga. Namun, AMAR menghadapi tantangan NPL gross mereka masih tergolong tinggi, sebagai konsekuensi dari pinjaman online yang potensi kredit macetnya selalu tinggi.
Situasi yang terjadi tersebut, nampaknya membuat berita gagal bayar pinjaman “berbalut investasi” di UMKM yang didanai investor P2P Lending menjadi cukup sering terdengar belakangan ini. Sejumlah nama pun juga ikut menghadapi masalah serupa. Namun, para investor tersebut masih belum menerima kejelasan soal pengembalian investasi mereka tersebut, termasuk masalah asuransi yang disebut seharusnya mencover 70-80% investasi mereka, namun ternyata tidak membantu karena klausul yang membuat asuransi tidak bisa mencairkan jaminan mereka. Selain itu, ada beberapa P2P Lending ini yang nakal dengan tidak mewajibkan asuransi, sehingga menjadi masalah serius.
Kondisi yang tidak kondusif tersebut, nampaknya juga menjadi alasan mundurnya Akseleran, salah satu pelaku P2P Lending, yang tadinya merencanakan IPO di bursa pada tahun 2023 lalu.
=======
Keluar dari sengkarut yang butuh perhatian segera dari OJK - termasuk mengejar pertanggungjawaban Adrian Ashariyanto Gunadi, selaku founder Investree, yang kabur ke luar negeri dengan alibi “masih cari investor”, sebenarnya sejak lama investasi macam P2P Lending ini sudah tergolong beresiko tinggi. Sehingga, resiko gagal bayarnya memang sangat besar. Level resiko P2P Lending ini hampir serupa dengan equity crowdfunding yang juga marak beberapa tahun ini.
Kesamaan level resiko ini disebabkan sejumlah faktor. Faktor utamanya adalah investasi di UMKM, yang memang secara naturenya memiliki resiko bisnis tinggi, karena level ekspansi yang terbatas dan model bisnis yang kemungkinan tingkat persaingan tinggi. Jikapun ada yang tidak bermain di yang tingkat persaingan tinggi, model bisnisnya memungkinkan gagal lebih tinggi karena permodalan yang tidak terlalu kuat dan akses pendanaan terbatas, sementara memperkenalkan hal baru butuh panjang napas. Selain itu, sebagai sebuah format investasi yang relatif “baru” dan belum sematang investasi lainnya seperti deposito, obligasi dan saham, eksperimen masih terus dilakukan, termasuk regulasi yang diperlukan, sehingga menjadi resiko tinggi yang sangat memungkinkan duit hilang.
Dengan demikian, siapapun yang berinvestasi disini tentu harus memahami resiko dan mempelajari peluang investasi yang timbul dari produk produk semacam ini. Selain itu, dengan eksperimen yang masih dilakukan di produk produk investasi ini, kita tentu menjadi perlu lebih kritis terhadap sejumlah hal. Misalnya bagaimana mereka (si platform ini) melakukan seleksi debitur atau perusahaan/usaha yang dibiayai/dimodali, coverage dan pengecualian asuransi kredit yang diikutsertakan, bagaimana mereka melakukan pengelolaan/tata kelola secara internal dan mengatasi conflict of interest yang mungkin terjadi dalam proses seleksi hingga upaya mereka mendukung investor dalam proses penagihan dan restrukturisasi.
Selain itu, meski disebut “berizin dan diawasi OJK”, namun bukan berarti kita melepaskan skeptisme (kekritisan) kita dan menganggap “all in the right hands” (sudah aman, sudah tepat). Tanpa menghilangkan kewajiban OJK untuk menjaga kepercayaan masyarakat akan produk jasa keuangan - sambil tak melupakan kasus kasus di sektor ini masa silam, sebagai masyarakat kita tetap perlu untuk melakukan kontrol/pemantauan secara mandiri terhadap penempatan investasi yang dilakukan dan selalu selektif dalam memilih instrumen investasi. Tidak semua instrumen investasi atau produk keuangan lainnya bisa, boleh, layak dan cocok untuk kita coba.
Tidak mencoba sama sekali, ngga selalu berarti merugikan, kok.
$IHSG $BTPS $AMAR $BBRI $BBCA
1/2
$AMAR Investcabang, Ada kamu, sidito, sidivo, 360 dll biasanya ngejar costumer, ini skrg bosnya kabur dikejar Gak ya,, $IHSG $KOTA
$AMAR Ada beberapa katalis kuat yang bisa mendukung potensi kenaikan harga saham ke depannya. Pertama, pembelian kembali saham dalam volume yang signifikan mencerminkan keyakinan manajemen terhadap prospek perusahaan, memberikan dorongan kepercayaan bagi investor. Selain itu, dengan corporate action yang segera dilaksanakan, serta tren pertumbuhan laba yang berkelanjutan dan ekuitas positif, perusahaan ini jelas menunjukkan fundamental yang solid.
Gabungan faktor ini seharusnya mampu menarik perhatian pasar, meningkatkan daya tarik saham di tengah sentimen yang kuat. Momentum positif dari sinyal-sinyal ini memberikan peluang bagi saham untuk bangkit, meskipun valuasinya tidak berada di level yang paling murah.
$DRMA $AMAR $BBYB $BANK $ARTO
🔥 ANAK PERUSAHAAN HYUNDAI MOTOR GROUP YAITU HYUNDAI CARD MENGUKIR SEJARAH DUNIA UNTUK PERTAMA KALINYA. 🔥
🔥 HYUNDAI CAR MENGEKSPOR PERANGKAT LUNAK AI 'UNIVERSE' ke SUMITOMO MITSUI JEPANG SMCC. 🔥
💎 SALAH SATU DARI 3 PERUSAHAAN KARTU KREDIT TERATAS JEPANG. 💎
💎 BERNILAI PULUHAN MILYAR WON, MERUPAKAN EKSPOR PERANGKAT LUNAK TUNGGAL TERBESAR DALAM SEJARAH KOREA. 💎
SMCC melakukan verifikasi teknis selama empat bulan bersama Hyundai Card sebelum memutuskan untuk menerapkan sistem tersebut. "Melalui proses validasi menyeluruh, kami mengonfirmasi bahwa Hyundai Card memiliki beberapa kemampuan analisis data dan desain TERBAIK DIDUNIA dan memutuskan untuk menerapkannya," kata seorang perwakilan SMCC
🌟 BISA DI GUNAKAN DI BERBAGAI BIDANG BISNIS. TERUTAMA PEMBAYARAN DENGAN TEKNOLOGI TERKINI. PEMBAYARAN MELALUI MOBIL.
🌟
💥 MENGIKUTI JEJAK SMCC, ANAK PERUSAHAAN LAIN DARI SUMITOMO MITSUI FINANSIAL GROUP JEPANG DAN
PERUSAHAAN KEUANGAN DISELURUH DUNIA SEDANG MEMPERTIMBANGKAN IMPLEMENTASI SERUPA, DENGAN PERMINTAAN AKAN KOLABORASI ILMU DATA DATANG DARI AS, EROPA, TIMUR TENGAH DAN ASIA, CATAT HYUNDAI CARD. 💥
💧 TEKNOLOGI INI AKAN MEMBUAT TEKNOLOGI PEMBAYARAN HYUNDAI MELALUI MOBIL AKAN SEMAKIN DI AKUI DUNIA. 💧
Hyundai menawarkan beberapa layanan untuk melakukan pembayaran mobil, termasuk Hyundai CarPay dan Hyundai Pay:
Hyundai CarPay
Memungkinkan pengguna untuk membayar bensin, pengisian daya, dan parkir di lokasi terafiliasi tanpa kartu kredit. Untuk menggunakan Hyundai CarPay, pengguna dapat:
Berlangganan layanan
Instal aplikasi Bluelink di ponsel pintar mereka
Daftarkan kendaraan dan kartu kredit untuk layanan tersebut
Hyundai Pay
Memungkinkan pengguna untuk menemukan dan memesan tempat parkir, dan membayar di muka untuk pengisian bahan bakar atau pengisian daya. Untuk menggunakan Hyundai Pay, pengguna dapat:
Mendaftar di Bluelink
Instal aplikasi MyHyundai
Masuk ke aplikasi menggunakan akun MyHyundai mereka
Pilih Hyundai Pay
Baca dan setujui syarat dan ketentuan
Masukkan plat nomor kendaraan
Masukkan informasi kartu kredit
Tambahkan pedagang yang ingin mereka gunakan
Hyundai Pay tersedia di kendaraan Hyundai yang dilengkapi navigasi.
Mobil Hyundai Kona 2024 adalah model Hyundai pertama yang menawarkan Hyundai Pay, dan akan ada lebih banyak model menyusul.
💥 PERANGKAT LUNAK UNIVERSE INI. BISA DI GUNAKAN DI SELURUH INDUSTRI KEUANGAN GLOBAL. 💥
Hyundai Card telah mencapai tonggak penting dengan berhasil mengekspor perangkat lunak AI yang dikembangkan secara independen, yang menjadi yang pertama dalam industri keuangan. Pada 17 Oktober, Hyundai Card mengumumkan bahwa mereka telah menandatangani kontrak untuk menjual platform AI, "UNIVERSE," kepada SMCC, salah satu dari tiga perusahaan kartu kredit teratas di Jepang.
Kontrak yang ditandatangani pada 16 Oktober di kantor pusat SMCC di Tokyo, Jepang, oleh Chung Tae-young, wakil ketua Hyundai Card, dan Onishi Yukihiko, presiden SMCC, bernilai ratusan miliar won. Kesepakatan ini menggarisbawahi pengakuan Hyundai Card di pasar global atas kemampuan dan teknologi sains data kelas dunia. "Sembilan tahun setelah mendeklarasikan 'Kartu Hyundai Digital' pada tahun 2015, kami telah diakui di pasar global atas kemampuan dan teknologi sains data independen kelas dunia kami, menjadi perusahaan keuangan pertama di Korea yang berhasil bertransisi dari bisnis keuangan tradisional menjadi perusahaan teknologi," kata Hyundai Card.
UNIVERSE, platform AI yang menjadi pusat kesepakatan ini, adalah alat personalisasi pelanggan berbasis ilmu data yang dikembangkan sepenuhnya dengan teknologi milik Hyundai Card. Dengan mendefinisikan dan menyusun data dengan "Tag", UNIVERSE dapat memprediksi perilaku, kecenderungan, dan kondisi individu, sehingga memungkinkan penargetan langsung terhadap pelanggan. Platform serbaguna ini dapat diterapkan di berbagai bidang bisnis, apa pun industrinya.
Ekspor Hyundai Card menarik perhatian karena dilakukan untuk perusahaan keuangan besar Jepang. SMCC adalah salah satu dari tiga perusahaan kartu kredit besar Jepang dengan aset sebesar 40 triliun won. Perusahaan tersebut mengatakan saat ini sedang berdiskusi dengan afiliasi lain dari SMFG (Sumitomo Mitsui Financial Group) Jepang, yang meliputi SMCC, dan perusahaan keuangan luar negeri lainnya. "Melalui proses verifikasi menyeluruh, kami mengonfirmasi bahwa Hyundai Card memiliki kemampuan analisis data dan desain terbaik di dunia dan memutuskan untuk memperkenalkannya," kata seorang pejabat SMCC.
Sumber :
https://cutt.ly/VeSYShNW
https://cutt.ly/2eSYShLT
https://cutt.ly/oeSYShC7
Kredit Macet Bank China Semakin Meroket Sedangkan Indonesia Bahagia
Net Interest Margin (NIM) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar keuntungan yang didapat bank dari aktivitas pinjaman dibandingkan dengan biaya bunga yang harus mereka bayar kepada deposan. Secara sederhana, NIM adalah perbedaan antara bunga yang diterima dari pinjaman atau kredit yang mereka berikan dengan bunga yang harus mereka bayar untuk dana yang mereka pinjam dari deposan. NIM biasanya dinyatakan dalam persentase dari total aset produktif bank. Semakin tinggi NIM, semakin besar keuntungan yang bisa diperoleh bank dari aktivitas pemberian pinjaman.
NIM rata-rata bank di China saat ini sekitar 1,54% pada akhir Juni 2024, yang merupakan salah satu level terendah dalam sejarah. Idealnya, bank-bank di China biasanya beroperasi dengan NIM di atas 1,8% untuk mempertahankan profitabilitas yang wajar, namun dalam beberapa tahun terakhir, NIM ini terus menurun. https://bit.ly/45FDAJu
Penurunan NIM bank-bank di China disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, kebijakan suku bunga rendah yang diberlakukan oleh pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, membuat bank harus menurunkan suku bunga pinjaman, sementara suku bunga simpanan tidak turun secara proporsional. Kedua, stimulus besar-besaran yang dimaksudkan untuk meningkatkan likuiditas di pasar telah menekan margin keuntungan bank. Meski kredit macet (non-performing loans atau NPL) memang ada, penurunan NIM lebih disebabkan oleh tekanan suku bunga rendah dan meningkatnya kredit macet.
Perbandingan Net Interest Margin (NIM) antara bank-bank di China dan Indonesia menunjukkan perbedaan yang cukup mencolok. Di China, rata-rata NIM bank hanya sekitar 1,54% pada pertengahan tahun 2024. Ini menunjukkan profitabilitas yang tertekan, karena suku bunga di China rendah sebagai bagian dari kebijakan stimulus ekonomi. Selain itu, bank-bank di China juga menghadapi persaingan ketat dan margin keuntungan yang makin tipis, sehingga NIM mereka menurun ke level yang dianggap kurang ideal untuk mendukung profitabilitas. https://bit.ly/3YGX6Dc
Sementara itu, di Indonesia, bank-bank, terutama bank digital, justru mencatatkan NIM yang jauh lebih tinggi. Sebagai contoh, pada Juni 2024, NIM rata-rata perbankan Indonesia berada di level 4,57%, meski ini sedikit turun dari tahun sebelumnya. Bank digital seperti $AMAR Bank bahkan mencatatkan NIM yang sangat besar, hingga 22,9%. Ini terjadi karena bank-bank digital di Indonesia cenderung menargetkan segmen dengan risiko lebih tinggi, seperti UMKM dan individu yang belum terlayani dengan baik, yang memungkinkan mereka untuk mengenakan suku bunga pinjaman yang lebih tinggi. https://bit.ly/3YGX6Dc
Penyebab perbedaan besar ini utamanya karena model bisnis dan kondisi ekonomi yang berbeda. Bank di China berada di bawah tekanan untuk menurunkan suku bunga sebagai bagian dari kebijakan pemerintah untuk mendorong pinjaman dan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan di Indonesia, khususnya di bank digital, mereka masih bisa mengenakan suku bunga tinggi karena fokus pada segmen yang belum banyak terlayani, sehingga NIM mereka tetap gemuk. Kredit macet memang bisa jadi faktor yang mempengaruhi, tapi di China, penurunan NIM lebih banyak dipicu oleh kebijakan moneter yang agresif untuk mendorong pertumbuhan. https://bit.ly/3YGX6Dc
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
(caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Dan jangan lupa kunjungi Pintarsaham di sini
https://bit.ly/3QtahWa
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://bit.ly/3YGX6Dc
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
https://bit.ly/44osZSV
https://bit.ly/47hnUgG
https://bit.ly/47eBu4b
https://bit.ly/3LsxlQJ
$BTPS $BBRI $BBCA $ARTO
1/2
$AMAR 11 Oct 24
Shareholder : Bank Of Singapore
Type : Foreign
Bought : +293,778,200 (+1.60%)
Current : 1,907,862,978 (10.38%)
Previous : 1,614,084,778 (8.78%)
https://cutt.ly/1eA4QTDY
Bank of Singapore Limited baru saja memperbesar kepemilikan sahamnya di Bank Amar Indonesia ($AMAR). Mereka menambah koleksi saham dengan membeli 293.778.200 lembar, atau sekitar 293,77 juta saham. Transaksi ini selesai pada 11 Oktober 2024.
Pinjol = Local Pride Nunggak
Warga di lima wilayah Indonesia, yakni NTB, Jawa Barat, Jakarta, Yogyakarta, dan Sumatera Selatan, tercatat paling sering menunggak cicilan pinjaman online (pinjol). Ini bukan saya yang bilang ya, tapi CNN dan OJK.
Data OJK menunjukkan tingkat wanprestasi 90 hari (TWP90) di wilayah tersebut paling tinggi. Di Pulau Jawa, rata-rata TWP90 pada Januari hingga Juli 2024 mencapai 3,15 persen, sementara di luar Jawa hanya 1,91 persen. Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi yang tertinggi dengan rata-rata TWP90 mencapai 5,26 persen. Diikuti oleh Jawa Barat dengan tingkat kredit macet sebesar 3,66 persen, serta Jakarta dan Yogyakarta yang masing-masing mencatatkan TWP90 di atas 3 persen. https://bit.ly/45FDAJu
Menariknya, Sumatera Selatan menjadi satu-satunya wilayah di luar Jawa yang masuk lima besar dengan TWP90 mencapai 2,94 persen. Sementara itu, berdasarkan jenis kelamin, OJK juga mencatat bahwa jumlah debitur perempuan yang terlibat pinjol lebih banyak dibandingkan laki-laki. Namun, perempuan lebih taat membayar cicilan, dengan 1,7 juta akun kredit macet dibandingkan 1,8 juta akun milik laki-laki. Data ini menunjukkan bahwa tren pinjol tidak hanya semakin marak di wilayah-wilayah besar, tetapi juga mulai menyebar ke daerah-daerah lainnya di Indonesia. https://bit.ly/3YGX6Dc
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
(caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Dan jangan lupa kunjungi Pintarsaham di sini
https://bit.ly/3QtahWa
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://bit.ly/3YGX6Dc
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
https://bit.ly/44osZSV
https://bit.ly/47hnUgG
https://bit.ly/47eBu4b
https://bit.ly/3LsxlQJ
$BBYB $AMAR $ARTO $BBRI $BBCA
1/2