Volume
Avg volume
PT Acset Indonusa Tbk (ACST) adalah perusahaan jasa konstruksi terkemuka di Indonesia. Berdiri sejak tahun 1995 hingga saat ini, ACSET telah menempa keahlian khususnya dalam bidang fondasi dan mengembangkan lini bisnisnya pada struktur, infrastruktur dan industrial. Kini, ACSET merupakan bagian dari keluarga besar perusahaan ternama di Indonesia, PT Astra International Tbk, melalui anak perusahaannya, PT United Tractors Tbk. Beberapa proyek yang dilaksanakan oleh ACSET adalah proyek Gedung Thamrin Nine (2015), proyek mixed-used development Indonesia 1 (2016), proyek pembangunan Light Rail Transit Ruas Cawang - Dukuh Atas (2017)... Read More
$ACST
Pembahasan lengkap di https://cutt.ly/erQ8uFe4
$ACST
belajar dari LKH waktu pegang MBSS dulu....3 tahun merugi...sampai 2019 turn profit.
then covid came and turn negatif again.
then 2021 di akuisisi....jual dengan gemilang 2 bagger...
$ASGR LK Q1 2025: Anak $ASII yang Lebih Berguna dari $ACST
Request salah satu member user Stockbit di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Kalau ASGR ini kita ibaratkan sebagai warung teknologi modern, maka dia bukan cuma jualan printer dan server doang, tapi juga sewa alatnya, kasih jasa perawatan, bantu kelola cloud, sampai bikin dokumen korporat skala massal. Canggih? Jelas. Tapi meskipun tampilannya seperti bisnis yang terstruktur dan elegan, laporan keuangan terbarunya di Q1 2025 justru ngasih gambaran kayak warung bakso Pak Toto yang penuh pelanggan tapi uangnya belum nyampe ke laci kasir. Semua kelihatan ramai, tapi dompetnya belum ikut rame. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Pendapatan ASGR naik 18% YoY jadi Rp721 M. Ini lumayan. Tapi kalau dilihat lebih dalam, yang naik tajam adalah segmen IT Solution, tembus 103% pertumbuhan. Tapi margin kotor IT cuma 10%. Sementara tulang punggung tetap Document Solution, mesin printer sewa plus jasa cetak, yang kasih gross margin 34%, dan menyumbang mayoritas laba usaha. Artinya, mesin lama masih jadi sapi perah, sementara si anak muda IT Solution masih dalam fase bakar modal untuk tarik pasar. Office Services makin kempes, turun 20%, kayak bisnis sablonan kecil yang kalah sama printing digital.
Laba usaha tembus Rp47 M, naik 65%. Ini bagus, terutama karena mereka berhasil memangkas beban pegawai dan ongkos operasional. Tapi ada catatan penting yaitu sekitar Rp15,7 M laba bersih justru datang dari bunga deposito. Ini bukan laba operasional, tapi lebih ke hasil dari duit nganggur yang diparkir di deposito time deposit yang bunganya masih lumayan karena suku bunga tinggi. Kalau ini kayak Pak BudiDolDol bin Judd Old yang habis dapat warisan koperasi merah ijo dari Kamboja, trus bukannya diputar buat dagang sabung ghoib, malah ditaruh di deposito dan hidup dari bunga. Aman, tapi nggak sustainable.
Bagian yang bikin was was kita adalah cashflow-nya negatif. Arus kas dari aktivitas operasi (CFO) minus Rp30,6 M. Padahal laba bersih Rp47,1 M. Jadi ini kayak Pak Toto yang jualan bakso rame, semua pelanggan bilang, nanti transfer ya, Pak, tapi di akhir bulan dia tetap gak bisa bayar tukang daging karena uangnya belum masuk. Penyebab utamanya? Aset kontrak melonjak 70% ke Rp121 M. Jadi, proyek-proyek yang dikerjakan (terutama dari sesama grup Astra) sudah diakui sebagai pendapatan, tapi uangnya belum dibayar. Sementara liabilitas kontrak malah turun, artinya jumlah kewajiban yang belum diberikan layanan justru menyusut. Ini jelas bikin mismatch antara profit dan cash. Tambah lagi, pembayaran ke supplier Rp541 M dan payroll Rp184 M, ya jelas kasnya bocor. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau kita bedah model bisnisnya dari hulu ke hilir, ASGR ini dapet barang dari vendor luar negeri seperti printer, server, dan barang-barang ICT, dari Jepang dan AS, jelas ekspor-import. Artinya mereka kena risiko mata uang asing, terutama JPY dan USD. Sisi tengahnya, mereka kemas jadi layanan sewa printer, IT solution, dan jasa cetak. Sisi hilirnya, mereka jual ke klien korporat, dan hampir 45% dari omzetnya datang dari sesama Grup Astra. Ini seperti Pak Toto jualan bakso di komplek keluarga besar sendiri, omzetnya naik, tapi semua saudaranya ngomong, utang dulu ya.
Dan masalahnya bukan cuma revenue dari pihak berelasi, tapi juga piutang. Rp154 M piutang dari grup, dan 41% dari total piutang berasal dari pihak berelasi. Bahkan kontrak aset juga banyak dari grup, jadi proyek sama keluarga, ngaku untung duluan, tapi duitnya lama masuk. Persis koperasi merah ijo yang kasih pinjaman ke pengurusnya sendiri, laporannya untung, tapi kas kosong.
Tapi dari sisi kekuatan, neraca ASGR luar biasa kokoh. Kas dan setara kas Rp1,58 T, sementara utang jangka pendek total hanya Rp779 M. Utang berbunga? Nggak ada. Paling cuma liabilitas sewa Rp25 M. Jadi dari sisi likuiditas, mereka bisa hidup tenang 3-4 tahun ke depan walau cashflow operasional negatif. Tapi ini hanya bertahan kalau perusahaan tetap hemat dan nggak nekat ekspansi besar tanpa kas masuk. Jangan sampai seperti Pak BudiDolDol yang kehabisan bunga deposito lalu bingung bayar langganan sabung ghoibnya. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Risiko lain yang harus dicatat adalah kurs. Perubahan USD atau JPY 10% bisa menggoyang laba bersih Rp8-9 M. Mereka memang pasang kontrak lindung nilai 540 juta yen, tapi tetap saja margin tetap rentan kalau yen menguat. Gross margin-nya aja sudah turun 3% dalam setahun terakhir, padahal beban tenaga kerja sudah ditekan. Jadi daya tahan bisnis ini cukup oke, tapi nggak sekuat tembok kalau variabel eksternal seperti kurs dan bunga mulai goyah.
Sebagai investor, harapannya tentu agar manajemen bisa benahi sisi penagihan. Proyek boleh banyak, tapi harus bisa tarik duit cepat. ASGR harus belajar dari warung bakso Pak Toto, jangan terlalu baik sama pelanggan yang suka bilang, nanti-nanti bayarnya, karena meski omzet naik, uang di tangan tetap kering.
Harapan lainnya adalah uang kas Rp1,58 T bisa dimanfaatkan buat sesuatu yang produktif, entah ekspansi ke luar Grup Astra, buyback, atau dividen lebih besar. Kalau harapan ini terwujud, maka valuasi saham bisa rerating. Saat ini harga saham 905, itu setara hanya 0,46x dari kas per saham. Artinya, kalau manajemen bisa ubah kas nganggur jadi mesin laba baru, harga saham bisa naik drastis.
Tapi kalau harapannya gagal? Kalau penagihan tetap lambat, kontrak tetap di keluarga sendiri, dan kas cuma nganggur tanpa diputar? Maka laporan laba akan tetap bagus di permukaan, tapi tidak pernah benar-benar realized di kas. Dan ketika bunga deposito turun atau grup mulai retrench proyek internal, ASGR bisa mendadak terlihat keropos. Seperti warung bakso Pak Toto yang tampak ramai dari luar tapi tidak punya uang belanja bahan baku minggu depan. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Jadi ASGR ini memiliki bisnis yang sehat secara struktur, tapi kualitas labanya masih belum cash-based. Laporan keuangan bagus di kertas, tapi belum sepenuhnya hidup di kenyataan. Investor harus tetap hati-hati, bukan cuma lihat profit, tapi cek juga, apakah uangnya masuk gak? Karena dalam bisnis, yang dibelanjain itu bukan profit, tapi cash. Dan selama cash belum menyusul profit, ya sama saja kayak sabung ghoib Pak BudiDolDol yang cuma rame narasinya, tapi kenyataan bisa beda cerita.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10
$ACST LK Q1 2025: Beban Keluarga $ASII
Request member External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Kalau kita bedah ACST dari semua sisi mulai dari laporan keuangan kuartalan, aksi korporasi terbaru, struktur bisnis, hingga transaksi dengan pihak berelasi, maka ceritanya tidak lagi sekadar tentang perusahaan konstruksi biasa yang lagi seret napas, tapi tentang satu entitas yang eksistensinya bergantung sepenuhnya pada good will dan infus dana dari grup induk. ACST ini bukan hanya proyek bisnis, tapi juga proyek penyelamatan reputasi dari keluarga besar Astra. Dan drama keuangannya, kalau dibikin film, pantas diberi judul Anak Tidak Berguna. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Pendapatan ACST di Q1 2025 naik 30% yoy menjadi Rp713,6 miliar. Mayoritas (92%) berasal dari lini konstruksi inti, sisanya dari jasa pendukung. Margin kotor akhirnya balik sehat karena naik ke 7,8% dari hanya 1,1% di tahun sebelumnya. Ini pertanda bahwa secara operasional, mereka mulai bisa nafas, proyek-proyek berjalan mulai menghasilkan marjin yang wajar. Beban penjualan bahkan tercatat negatif Rp1,9 miliar karena ada pembalikan provisi. Beban umum-administrasi stabil di Rp36,9 miliar, dan laba sebelum pajak berhasil positif Rp1,8 miliar dari yang sebelumnya rugi Rp44 miliar.
Tapi catatan penting dari laba tahun berjalan Rp1,8 miliar itu, justru entitas induk masih merugi Rp3,9 miliar. Laba malah dinikmati oleh pihak nonpengendali sebesar Rp5,7 miliar. Jadi ini bukan laba yang mengalir ke pemegang saham ACST, tapi ke mitra atau anak usaha yang tidak dikendalikan penuh. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Sekarang kita buka dompetnya di Cashflow. Uang tunai yang masuk dari pelanggan hanya Rp666,5 miliar (angka yang bikin merinding karena mirip angka setan), sedangkan pembayaran ke vendor dan pegawai mencapai Rp864 miliar. Alhasil, arus kas operasi (CFO) anjlok ke minus Rp194,4 miliar. Bahkan ketika capex mereka minim karena hanya Rp186 juta, free cash flow-nya tetap negatif karena CFO minus. Ini kondisi yang disebut kerja keras bagai kuda tapi ngutang terus.
Untuk menutup lubang likuiditas, ACST harus menarik utang bank jangka pendek yang melonjak dari Rp110 miliar menjadi Rp340 miliar hanya dalam satu kuartal. Belum cukup, mereka juga harus minta suntikan dari pemegang saham pengendali (KSP) $UNTR sebesar Rp245 miliar dengan bunga lunak (JIBOR + spread tipis). Secara struktur neraca, kas mereka cuma Rp452 miliar, sementara tagihan bruto yang belum bisa ditagih mencapai Rp1,16 triliun. Modal kerja bersih defisit Rp413 miliar, current liabilities lebih besar dari current assets. Dalam istilah lapangan, ini perusahaan yang kerja dulu, dibayar nanti, tapi harus bayar vendor sekarang. Nggak heran kalau dompetnya selalu bolong. Biar tekor asal kesohor.
ACST bukan hanya pemborong bangunan biasa. Mereka main dari hulu ke hilir mulai dari fondasi dalam, struktur tinggi, jalan, jembatan, terowongan, hingga dekorasi dan MEP. Proyek yang mereka tangani mayoritas berasal dari grup Astra, entah itu Samadista Karya, GDS IDC, atau Marga Mandalasakti. Artinya, secara pemasaran mereka diuntungkan oleh jaringan keluarga. Tapi itu juga jadi masalah. Karena walaupun dapat proyek, pembayaran dari grup sendiri sering telat. Banyak tagihan lewat 90 hari, bahkan sebagian besar proyek utama sudah melewati tenggat waktu penyelesaian. Bahkan di laporan keuangan, ada akrual proyek dan tagihan bruto yang sangat besar, menunjukkan proyek belum selesai tapi cash belum bisa ditarik. Vendor-vendor mereka memang tersebar dan tidak ada satu pun yang dominan lebih dari 10%, ini sisi positif, tapi tekanan ada di bagian kas masuk, bukan kas keluar. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dan inilah akar dari segala kegelisahan yakni tagihan ke pelanggan terutama grup sendiri tidak cair, tapi utang ke vendor tetap harus dibayar. Ditambah lagi, beban bunga terus berjalan. Bahkan interest coverage mereka cuma 1,4x EBITDA. Satu sentuhan naiknya bunga BI bisa langsung melubangi P&L. Mereka memang masih sanggup membayar bunga tapi jelas tidak dari uang yang dihasilkan operasi. Uangnya dari utang baru. Kalau ini terus dibiarkan, siklus gali lubang tutup lubang akan membesar jadi lubang neraka.
Lalu datanglah aksi korporasi Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) alias private placement dengan jumlah 5 miliar saham baru di harga Rp100 per saham. Nilainya Rp500 miliar, dan akan diserap seluruhnya oleh KSP, yang dimiliki 99,97% oleh United Tractors. Ini bukan sekadar aksi korporasi, tapi perpanjangan napas yang eksplisit diakui dalam dokumen keterbukaan karena ekuitas negatif dan modal kerja bersih negatif. Kalau aksi ini berhasil, ekuitas ACST yang sebelumnya negatif Rp140 miliar akan berubah jadi positif Rp359 miliar. Rasio lancar naik ke 1,0x, dan modal kerja balik positif Rp79 miliar. Tapi investor publik yang tidak ikut aksi ini akan terdilusi sampai 28%.
Dan di sinilah letak ironi anomali cappuccino assassino nya karena ACST tidak lagi bisa hidup dari bisnisnya sendiri, melainkan dari uang pemegang saham pengendali. Tidak ada individu yang menguasai lebih dari 50% secara langsung, tapi grup Astra melalui KSP dan UT memegang kendali mutlak. Bahkan Komisaris dan Direktur ACST banyak yang rangkap jabatan dengan posisi strategis di UT dan KSP. Jadi hubungan afiliasi bukan cuma di laporan, tapi sudah masuk ke dalam struktur napas perusahaan.
Secara teori, ACST bisa diperbaiki. Tapi itu butuh lebih dari sekadar suntikan dana. Perusahaan harus mengubah cara main. Skema proyek harus milestone-based, bukan lunas di akhir. Manajemen harus berani menegosiasikan jadwal bayar yang lebih sehat. Piutang yang lewat 90 hari harus dikejar mati-matian. Proyek-proyek yang molor harus dipercepat supaya tagihan bisa ditarik. Kalau itu semua bisa dilakukan, cashflow akan balik positif. Kalau sudah positif, barulah laba bisa dinikmati pemegang saham, bukan cuma pihak nonpengendali. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau semua berjalan sesuai harapan, saham ACST yang sekarang masih di Rp91 dan secara valuasi hanya 0,4x Price/Sales bisa melonjak karena pasar akan mulai menghargai perbaikan likuiditas dan solvabilitas. Tapi kalau tidak? Maka ini bukan pertama atau terakhir kalinya mereka rights issue. Dan investor publik akan terus jadi korban dilusi, sambil menonton ACST makin lama makin jadi divisi operasionalnya UT, bukan lagi perusahaan publik independen.
Jadi ACST hari ini adalah perusahaan dengan prospek operasional yang membaik, tapi struktur finansial yang masih sangat rapuh. Keberhasilan di atas kertas tidak cukup jika uangnya tidak masuk ke kas. Semua harapan investor bergantung pada satu kata yakni cashflow. Tanpa itu, semua margin, semua backlog, dan semua laba hanyalah angka dalam laporan. Sebaliknya, dengan cashflow yang sehat, ACST bisa berubah dari kontraktor nyangkut jadi kontraktor bangkit. Tapi sampai saat ini? Mereka masih kerja keras, tapi belum dibayar. Jadi, pertanyaannya sederhana: mau investasi di perusahaan yang proyeknya jalan tapi duitnya belum cair? Silakan. Tapi siapkan nyali, dan jangan kaget kalau ternyata yang panen duluan malah pihak nonpengendali.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/9
$ACST penting diingat kalau beli suat saham, lihat juga siapa nama dibelakangnya yg mimpin perusahaan ybs. Kalau nama2 nya ada yg berbau agak gimana gt mah lebih baik jauhi sejauh jauhnya. Coba dicek dl nama dirutnya terasa aneh ga wkwkwwk
$ACST saham ter zonk ke3 yang pernah dibeli dan masih floating entah sampai kapan ini.
beli dr harga 400 sampai 90 sekarang.
Insight 26 Mei 2025
PT United Tractors $UNTR Suntik Modal Rp500 Miliar ke $ACST untuk Perbaiki Kesehatan Keuangan
PT United Tractors Tbk. (UNTR) melakukan aksi korporasi dengan menyuntikkan modal sebesar Rp500 miliar ke PT Acset Indonusa Tbk. (ACST) melalui mekanisme Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD). Transaksi ini dilakukan lewat entitas anak UNTR, PT Karya Supra Perkasa (KSP), yang sepenuhnya dikuasai UNTR. Kepemilikan KSP di ACST sebelumnya tercatat 87,7%, namun akan meningkat menjadi 91,2% setelah injeksi modal. Sekretaris Perusahaan UNTR, Sara K. Loebis, menjelaskan langkah ini diambil untuk memenuhi kebutuhan mendesak ACST dalam memperbaiki posisi keuangan, terutama setelah emiten konstruksi Grup Astra ini mencatatkan ekuitas negatif. “Injeksi modal bertujuan meningkatkan fleksibilitas keuangan dan mendukung kelangsungan usaha ACST jangka panjang,” ujarnya dalam keterbukaan informasi, Selasa (20/5/2025).
Berdasarkan laporan https://cutt.ly/lrvmbDir, ACST tercatat memiliki modal kerja negatif Rp420,13 miliar dan rasio liabilitas terhadap total aset mencapai 105% pada 2024. Manajemen UNTR meyakini langkah ini akan mendorong rasio lancar ACST dari 0,9x menjadi 1x serta menurunkan total liabilitas sebesar 16%. Sara menegaskan transaksi ini termasuk kategori afiliasi tanpa benturan kepentingan, sehingga tidak memerlukan persetujuan pemegang saham independen sesuai POJK 42/2020. Nilai transaksi hanya 0,51% dari ekuitas konsolidasi UNTR per Desember 2024. “Keputusan ini telah melalui pertimbangan direksi dan dewan komisaris untuk memastikan kepatuhan regulasi,” tambahnya. Dengan demikian, langkah strategis ini diharapkan menjadi fondasi pemulihan kinerja ACST di tengah tantangan sektor konstruksi.
Disclaimer on bukan ajakan jual atau beli saham, informasi lebih lanjut bisa cek bio
ntah apa-apa aja itu $ACST, bisa pulak jeleknya gak ilang-ilang. tiap tahun di suntik $ASII terus sama $UNTR. ruaak
$ACST tempat cuci uang dan proyek fiktifnya $UNTR $ASII
kaya engga ada saham lain ajah bang, jgnkan di LK, dr cara mainnya GCG bobrok keliatan jelas banget.
@skydrugz27 Bahas $ACST dong kak. Cucunya $ASII yang katanya udah disuntik mamanya tapi masih butuh asupan ASI lagi supaya bisa berdiri sendiri
@muflihAL suntikan dana lagi ke $ACST 500 M, mending dijual anak usaha ini mau nya nyusu mulu. habis -2 in beras aja. kalau BUMN karya rugi korupsi, kalau ini salah dimana nga tau, $UNTR
$ACST
Saham dah g ad nilainya, Kapan punya untung???
Bawa nama besar ASTRA grup cuma buat ngibulin ritel... 😆
$ACST 15 May 25
Shareholder : Karya Supra Perkasa
Type : Local
Bought : +5,000,000,000 (+3.48%)
Current : 16,115,027,968 (91.17%)
Previous : 11,115,027,968 (87.69%)
@RapiAries habis pp gede kan ekuitas jd positif, trus dapat pinjaman 1T dr untr, ntah mau dipakai apa sama $ACST
$ACST privite placement harga 100. Menarik potensi upside 8% an dari harga PP. Semoga bisa di kerek harganya up to 100++
$ACST Anak usaha dari $UNTR di bawah naugan $ASII dapat suntikan modal 500 Miliar tapi akan menambah jumlah saham 😂😂
ritel udah berharap naik malah 🗿