Apakah ada kaitan antara Harga minyak dunia dan kinerja keuangan ELNUSA?
Sebelumnya mari kita mengenal detail Bagaimana ELSA berbisnis
ELSA merupakan emiten jasa penunjang kegiatan migas yang berfokus pada 3 lini bisnis utama yaitu:
Jasa hulu migas terintegrasi (33% dr total pendapatan)
Jasa penunjang migas (9% dr total pendapatan)
Jasa distribusi dan logistik energi (58% dr total pendapatan)
Dari ketiga segmen usaha diatas Jasa distribusi dan logistik menjadi penyumbang porsi terbesar dari pendapatan konsolidasi ELSA. Namun sangat disayangkan segmen distribusi dan logistik juga memiliki gross margin yang sangat rendah bahkan yang paling rendah dari ketiga segmen yaitu hanya sekitar 8%.
Dari tahun pertama perusahaan ini IPO di tahun 2008 sampai dengan tahun 2022, ELSA sangat konsisten dalam menciptakan pertumbuhan pendapatan namun sangat fluktuatif dari sisi EPS. Pendapatan ELSA di tahun 2008 hanya 2.5 T lalu menjadi sekitar 10 T di tahun 2022 (pendapatan aktual semester 1 2022 disetahunkan). Skala perusahaan naik 4 kali lipat dalam kurun waktu 14 tahun. Namun tdk demikian dengan EPS nya yang cenderung fluktuatif. Tahun 2010 dan 2011 merupakan 2 tahun terburuk ELSA semenjak IPO. pada tahun 2011 ELSA mencatatkan EPS negatif yaitu di (-5.8 rupiah per lembar saham) dan di tahun 2010 perusahaan membukukan EPS single digit yaitu 8 rupiah per lembar saham (FYI di tahun- tahun lain EPS ELSA selalu diatas double digit.
Lalu pertanyaan selanjutnya adalah apakah ada korelasi antara harga minyak dunia terhadap kinerja ELSA ? apakah dengan naik nya harga minyak Perusahaan hulu migas berlomba2 menambah aktivitas drilling nya yang secara langsung berimbas pada kinerja ELSA atau justru kenaikan harga minyak dunia berdampak negatif bagi emiten karena bisnis utama ELSA adalah jasa distribusi dan logistik yang salah satu komponen Cost terbesarnya adalah biaya bahan bakar ?
berikut adalah perbandingan harga minyak dunia dengan Pendapatan dan laba ELSA
Average oil Price, Pendapatan Elnusa, laba bersih
2008: 99, 2.5T, 134M
2009: 62, 3.6T, 466M
2010: 79, 4.2T, 64M
2011: 95, 4.7T, (43M)
2012: 94, 4.7T, 128M
2013: 98, 4.1T, 238M
2014: 93, 4.2T, 412M
2015: 48, 3.7T, 375M
2016: 43, 3.6T, 311M
2017: 50, 4.9T, 247M
2018: 65, 6.6T, 288M
2019: 57, 8.3T, 346M
2020: 39, 7.7T, 253M
2021: 68, 8.1T, 112M
2022 YTD: 99, 10.8T, 353M (Annualized)
dari fakta diatas kita dapat simpulkan kenaikan harga minyak “Relatif” berkorelasi positif dengan pendapatan ELSA, pada tahun 2015 dan 2016 ketika harga minyak jatuh pendapatan ELSA juga ikut terkoreksi, namun sejak tahun 2018 fluktuasi harga minyak tidak terlalu mempengaruhi pendapatan ELSA di tahun 2018 - 2022 pendapatan ELSA cenderung naik dari tahun ke tahun (2020 tahun covid dikecualikan).untuk masalah laba bersih sepertinya terkesan lebih random dan tdk bisa dikaitkan dengan harga minyak dunia. 2x ELSA pernah mencapai laba bersih diatas 400 Milyar semenjak IPO, yaitu pada tahun 2009, 466 Milyar saat harga minyak 62 dan di tahun 2014, 412 Milyar saat harga minyak 93.
Meskipun tdk ada korelasi yang terlalu kuat antara harga minyak dunia dan kinerja keuangan ELSA selama 14 tahun. saya cukup optimis terhadap trend kinerja emiten selama beberapa tahun terakhir. Ditambah lagi dengan berita bahwa raihan kontrak ELSA yang sudah mencapai 97% dari budget kontrak per September ini dan target manajemen yang meng-forecastkan Pendapatan Elnusa bisa mencapai 2.5 kali lipat dari pendapatan tahun 2021.
di postingan selanjutnya kita coba melakukan estimasi kasar berapa EPS ELSA “JIKA” target manajemen terhadap kenaikan pendapatan benar benar tercapai.
$ELSA $MEDC $IHSG $ENRG $RAJA