$EURO - Ilusi “Harga IPO” dan “modal kerja”
Euro adalah bakal calon emiten-IPO yang akan listing di BEI pada bulan Agustus 2022 mendatang. Emiten ini tercatat memecahkan rekor harga saham IPO, dengan harga IPO yang ditawarkan antara Rp. 60- Rp. 70.
Melalui IPO, emiten ini akan menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya 5 juta lot. Kalau publik merasa harganya murah, mungkin akan laku terjual pada harga Rp. 70, sehingga uang IPO yang dihasilkan sekitar Rp. 35 miliar.
Apakah harga IPO yang ditawarkan oleh emiten pada harga Rp. 70, adalah harga yang murah "meriah"? Dengan menggunakan patokan nilai-nominal saham hanya sebesar 5 perak per lembar, sebenarnya kita sudah tau jawabannya, wuah.... Muaahal banget.....
Mahalnya harga IPO, akan anda sadari ketika mengetahui kinerja emiten, meskipun telah beroperasi secara komersial semenjak tahun 1978 (44 tahun lalu), tetapi hasilnya cuman mampu menghasilkan “kekayaan bersih” sampai dengan tanggal 31 Mar 2022 sebesar Rp. 15,6 milliar. Tetapi tiba-tiba IPO, kemudian mengharapkan anda para investor IPO bersedia menginjeksi "kekayaan bersin" (modal) sebesar Rp. 35 miliar.
"Kekayaan bersih" milik emiten pada saat ini (Rp. 15,6 miliar), dianggap memiliki "tuah" sehingga menguasai kepemilikan 80%, dibandingkan dengan uang IPO anda (Rp. 35 miliar) cuman dihargai 20% kepemilikan, meskipun uang IPO yang disuntikan nilainya = 35 / 15,6 = 224% dari nilai "kekayaan bersih" perusahaan pada saat ini. Dengan demikian secara relatif (perbandingan), "kekayaan bersih" milik emiten pada saat ini dihargai = 224% / 20% = 11,2 X lipat lebih mahal dari pada "kekayaan bersih " milik investor IPO.
Sekarang mari kita menggunakan logika perbandingan; setelah 44 tahun beroperasi emiten ini hanya mampu menghasilkan "net asset" sebesar Rp. 15,6 miliar. Tetapi hanya dengan IPO semalam, “net-asset” perusahaan bakal bertambah lebih dari 2 X lipat sebanyak Rp. 35 miliar. Maka nikmat IPO manalagi yang kau dustakan?!?!?.
Jadi jangan banyak berharap dengan kinerja emiten kedepannya, sebab secara historis setelah 44 tahun beroperasi ternyata, para shareholder (IPO) masih harus “menyusui” management agar supaya dapat bekerja. Oleh karena itu tujuan penggunaan dana IPO seluruhnya untuk modal-kerja, yaitu untuk kebutuhan "antara lain gaji karyawan, pembelian bahan penunjang, kebutuhan kantor, bahan bakar, biaya listrik, air, dan kebutuhan pabrik lainnya".
Mungkin seperti biasa, selalu ada pertanyaan bagaimana prospek IPO ini, maka dugaan saya karena (1) nilai IPO-nya mini, (2) pada harga Rp. 70, untuk emiten ini sudah merupakan harga yang tinggi, oleh karena itu untuk apalagi harga IPO-nya digoreng-goreng, lebih baik langsung distribusi cepat-cepat selesai, agar para komisaris dan direksi yang juga merangkap PSP (Pemegang Saham Pengendali) segera dapat menikmati uang IPO untuk "modal mereka bekerja".
Sebenarnya pada saat ini, emiten membutuhkan modal kerja hanya sebesar = Asset lancar - kas = 8,6 miliar – 5,3 miliar = Rp. 3,3 miliar, nilai yang kecil sekali dibandingkan dengan tambahan "modal kerja" yang diminta oleh emiten melalui IPO. Tetapi soal jumlah "modal kerja" yang ideal itu urusan belakangan, yang penting minta duit dahulu kepada publik sebesar Rp. 35 miliar. Tetapi kenapa otoritas menyetujui IPO sejenis ini? Dugaan saya mungkin otoritas kena semprot minyak wangi produksi emiten. Tapi saya masih berharap emiten ini nasibnya akan menyusul $KING atau $NPII
DYOR : Demikian semoga bermanfaat.